BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut UU RI No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa terhadap kondisi seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu dapat menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan yang ia dapat, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan
kontribusi
bagi
komunitasnya
(Kementerian
Kesehatan RI, 2016). Menurut World Health Organization (2018), gangguan mental yang parah mempengaruhi sekitar 23 juta orang di seluruh dunia. Psikosis, termasuk skizofrenia, ditandai oleh penyimpangan dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan perilaku. Dari data Riset Kesehatan Dasar (2018), gangguan jiwa skizofrenia/psikosis menurut prevalensi di Indonesia sebesar 1.7 per mil pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 7 permil pada tahun 2018. Kemudian pada prevalensi di provinsi Jawa Tengah sebesar 2.3 permil pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 9 permil pada tahun 2018. Angka gangguan jiwa skizofrenia/psikosis provinsi Jawa tengah menempati posisi ke empat setelah provinsi DIY, NTB, dan Aceh.
2
Jumlah klien dengan skizofrenia pada tahun 2017 sebanyak 2.223 klien. Pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebanyak 2.416 klien. Sedangkan jumlah klien tahun 2018 sebanyak 467 klien (Rekam Medis RSJ Prof. Dr. Soerojo, 2018). Menurut Purwasih dan Susilowati (2016), cara meningkatkan harga diri rendah pada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah komunikasi terapeutik. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Menurut Riyadi (2009), tindakan keperawatan mengatasi harga diri rendah dapat dilakukan dengan pemberian terapi aktivitas kelompok (TAK). TAK stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki memberikan pengaruh positif terhadap harga diri klien sehingga memudahkan klien bersosialisasi baik. Sesuai dengan tujuan TAK berfokus pada peningkatan harga diri, inisiatif dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2009). Menurut Hermawan dan Suerni (2016), pasien harga diri rendah sebelum diberikan TAK stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 13,44. Sesudah diberikan TAK stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 17,25. Didapatkan hasil dengan pengaruh yang signifikan antara TAK stimulasi persepsi; bercerita
3
tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah. Menurut Lema (2017), di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dalam melakukan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) pada pasien gangguan jiwa didapatkan hasil bahwa pasien dengan harga diri rendah melakukan TAK selalu bersama-sama dengan pasien lain tanpa ada pembeda setiap masalah masing-masing individu. Berdasarkan uraian diatas, solusi yang ditawarkan oleh penulis adalah memberikan intervensi Terapi Aktifitas Kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki. Menurut Widowati (2010), menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok harga diri pada pasien menarik diri sehingga memudahkan klien untuk bersosialisasi lebih baik. Melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Pada Skizofrenia Di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang.
B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada skizofrenia dengan fokus studi harga diri rendah di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang?
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah harga diri rendah di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan 1) Pengkajian klien dengan masalah harga diri rendah meliputi identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi, fisik , masalah psikososial, status mental, mekanisme koping, lingkungan, dan aspek medik pada klien. 2) Masalah keperawatan gangguan konsep harga diri rendah pada klien skizofrenia. 3) Perencanaan untuk memecahkan masalah harga diri rendah. 4) Pelaksanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk menangani klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah pada skizofrenia. 5) Evaluasi pencapaian tujuan pengelolaan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah pada skizofrenia.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
5
a. Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dengan gambaran nyata dari kasus skizofrenia dengan masalah keperawatan harga diri rendah. b. Penilis: memperoleh pengalaman dalm melaksanakan asuhan keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada skizofrenia dengan fokus studi harga diri rendah. 2. Praktis a. Bagi Industri Lahan RSJ Dr. Soerojo Magelang Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai masukan terhadap pengelolaan asuhan keperwatan yang sudah diberikan. b. Bagi pembaca Menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia.