Bapeten 2.docx

  • Uploaded by: RISKA INDRIANI
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bapeten 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,437
  • Pages: 13
DETEKSI JUMLAH RADIASI No. Dokumen SPO-RAD-001 Tgl Terbit

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Rev. 0

Halaman 1 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015

dr. J. Arie Gunawan PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

Pengukuran terhadap paparan radiasi yang diterima dalam menjalankan pekerjaan sebagai pekerja radiasi. Dengan mengikuti intruksi kerja pemeriksaan yang benar akan dapat mengurangi bahaya radiasi sehingga terjamin Kesehatan dan Keselamatan untuk pasien dan petugas. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Pada awal bulan personal monitoring (film badge) dibagikan kepada Radiografer sesuai dengan nomor regristrasi masing- masing. 2. Diwajibkan untuk dipakai selama berada di lingkungan Radiologi “RS. Indra Medical Centre”, sehingga paparan

radiasi yang mengenainya akan tercatat. 3. Bila setelah selesai Jam kerja di wajibkan film badge disimpan atau ditempatkan pada daerah yang aman dari paparan radiasi. 4. Selama bekerja dengan radiasi diwajibkan memprgunakan kaidah-kaidah bekerja radiasi yang benar. 5. Pada akhir bulan personal monitoring (film badge) akan dikumpulkan untuk diproses pembacaan di BPFK dan segera diganti dengan film badge yang baru. 6. Pembacaan akan dilaporkan pada setiap periode tertentu (1 Bulan sekali) dan selanjutnya untuk didokumenkan (disimpan dalam file). 7. Bagi pekerja radiasi yang mendapat jumlah paparan radiasi melebihi batas ambang dosis yang diperbolehkan dalam satu tahun, akan mendapatkan perhatian dan dilaporkan ke IGD untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. UNIT TERKAIT

Radiologi

PENGGUNAAN SINAR X No. Dokumen SPO-RAD-002 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN

TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 2 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Sianr X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam dunia kedokteran yang dapat menghasilkan gambaran untuk menegakan diagnosa. Meminimkan beban radiasi kepada pekerja radiasi, pasien dan lingkungan dengan tetap mencapai hasil yang maksimum. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Pintu kamar sinar X harus ditutup sebelum dilakukan Penyinaran 2. Alat rontgen/pesawat dilakukan kalibrasi secara berkala 3. Berkas sinar X dari sumber tidak bocor dengan nilai yang melebihi ketentuan (100mR dari jarak 1 M dari sumber diluar berkas utama) 4. Arahkan berkas sinar utama sesuai dengan kebutuhan, waktu pemeriksaan dan lapangan yang disinari harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan 5. Jangan mengarahkan berkas sinar X ke jendela kamar atau kearah panel control atau kearah dinding kamar gelap 6. Selama dilakukan radiografi atau fluoroscopy semua petugas berdiri ditempat yang terlindung, melihat melalui jendela gelas timbal. Jika harus berada di ruang dalam Radiografi / Fluroscopy harus memakai baju Apron (baju timbal), sarung tangan timbale dan berada pada jarak yang cukup dari pasien terkecuali apabila secara khusus diminta untuk mendekat 7. Menggunakan personal monitoring (film badge), guna memantau pembebanan dosis perorangan dan diadakan evaluasi secara berkala 8. Check Up kesehatan secara berkala bagi pekerja Radiologi, guna memantau dan evaluasi kondisi kesehatan dan diadakan follow up bila diperlukan 9. Apabila diperlukan, petugas untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran, maka harus : a. Memakai apron dan sarung tangan timbale serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama b. Setelah selesai melakukan penyinaran, dianjurkan untuk mencuci tangan tidak melepaskan peralatan dan perlengkapan kerjanya Radiologi

PENANGGULANGAN KEBOCORAN SINAR X No. Dokumen SPO-RAD-003 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 3 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Sianr X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam dunia kedokteran yang dapat menghasilkan gambaran untuk menegakan diagnosa. Dengan mengetahui instruksi kerja penanganan penanggulangan kebocoran sinar X dapat mencegah terjadinya pembebanan berlebihan akibat paparan radiasi bagi pasien, lingkungan kerja, dan petugasnya. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Laksanan pengukuran ulang dengan seksama untuk menentukan tingkat kebocoran. 2. Matikan pesawat sinar X sesuai dengan prosedur. 3. Hindarkan pemakaian pesawat sinar X tersebut. 4. Lokalisir daerah tersebut dari orang-orang yang tidak berkepentingan dan pasang tanda peringatan. 5. Laporkan pada Rawat Sarana untuk penanganan lebih lanjut. 6. Buat laporan kepada bagian maintenance rumah sakit mengenai kejadian tersebut. 7. Bila perlu laporkan pada supplier alat tersebut. Radiologi

PENYIMPANAN HASIL BACAAN PAPARAN RADIASI No. Dokumen SPO-RAD-004 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN

TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 4 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Sianr X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam dunia kedokteran yang dapat menghasilkan gambaran untuk menegakan diagnosa. Hasil paparan radiasi yang diterima oleh petugas radiologi terdokumentasi dengan baik. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Setelah hasil paparan radiasi petugas radiologi BPFK diterima setiap 1 bulan sekali, lalu dicatat dalam kartu petugas proteksi radiasi. 2. Kartu dosis personal tersebut disimpan dalam sebuah file bersama hasil penerimaan dosis radiasi dari BPFK setiap bulan. 3. File hasil paparan radiasi dari BPFK dan kartu dosis harus disimpan dalam sebuah file, agar pada saat diperlukan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. 4. Hasil pemeriksaan proteksi dan paparan radiasi dari BPFK disimpan dalam file yang sama agar dapat dijadikan pembanding, jika ditemukan ada petugas yang mendapat paparan radiasi yang melebihi batas ambang dosis/tahun. 5. File hasil penerimaan paparan radiasi akan berlaku selamanya, walau yang bersangkutan tidak bekerja di “RS. Indra Medical Centre” Radiologi

PENGATURAN JADWAL DINAS No. Dokumen SPO-RAD-005

Rev. 0

Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

Halaman 5 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Agar layanan Radiologi 24 jam berjalan dengan baik. Membatasi paparan radiasi kepada pekerja radiasi. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Jadwal Dinas Harian petugas Radiologi kecuali administrasi radiolog.

2. Supervisor meminta masukan dari seluruh staf dibawahnya mengenai rencana 3. cuti dan hal-hal yang berhubungan dengan dinas bulan depan. Supervisor membuat jadwal kemudian diketik oleh Radiografer. 4. Bila ada perubahan jadwal yang telah dibuat, maka melapor kepada Supervisor UNIT TERKAIT

Radiologi

PROSEDUR PROTEKSI RADIASI No. Dokumen SPO-RAD-006 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 6 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Perlindungan terhadap radiasi dan pembatasan penyebarannya. 1. Mencegah terjadinya efek non stokastik sampai pada suatu nilai batas yang dapat diterima masyarakat. 2. Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan penyinaran radiasi dapat dibenarkan. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) Proteksi Radiasi terhadap Pekerja Radiasi : 1.1.1 Selalu mengikuti prosedur kerja, memperhatikan normanorma proteksi radiasi dan faktor utama proteksi radiasi dalam menjalankan tugasnya (jarak, waktu, pelindung). 1.1.2 Menggunakan personal monitoring (film badge atau yang lain) dalam melaksanakan tugasnya. 1.1.3 Menggunakan alat-alat proteksi yang tersedia (apron, thyroid shield, kacamata Pb, sarung tangan Pb). Proteksi Radiasi terhadap Pasien : 6.2. Pelayanan radiologi dilakukan hanya sebatas yang tertera dalam formulir permintaan pemeriksaan, kecuali dibutuhkan untuk memberikan informasi yang lebih akurat guna kepentingan bersama 6.2.2 Menekan dosis radiasi serendah mungkin sesuai dengan klinis. 6.2.3 Membatasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan permintaan. 6.2.4 Memberikan proteksi radiasi di daerah yang sensitive yang tidak di foto seperti proteksi untuk gonad, ovarium shield dan thyroid. Proteksi Radiasi terhadap Lingkungan : 6.3.1 Berupaya mencegah meningkatnya paparan radiasi dengan memperhatikan kondisi lingkungan. 1. Memperhatikan keamanan struktur Radiologi

PEMAKAIAN / PENGGUNAAN FILM BADGE (TLD) No. Dokumen SPO-RAD-007 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 7 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Menghitung/mengetahui total paparan radiasi yang diterima pekerja radiasi. 1. Mencegah terjadinya efek non stokastik sampai pada suatu nilai batas yang dapat diterima masyarakat. 2. Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan penyinaran radiasi dapat dibenarkan. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Petugas PPR menerima film badge dari BPFK dan membagikannya kepada seluruh pekerja radiasi. 2. Pekerja radiasi dapat mengambil film badge baru mulai setiap tanggal 1 setiap bulannya ditempat yang telah ditentukan bersama. 3. Pekerja radiasi mengganti film badge yang lama dengan yang baru dan mengembalikan film badge yang lama kepada petugas PPR untuk dikirim kembali ke BPFK untuk dievaluasi. 4. Pada akhir bulan, film badge harus dikumpulkan di BPFK. 5. Tiap bulannya film badge akan dikirim melalui kurir. 6. Bagi pekerja radiasi yang tidak mengumpulkan film badge akan ditinggal (akan dikirimkan), segala kelalaian tersebut menjadi tanggungan yang bersangkutan. 7. Film badge tidak boleh dibawa pulang atau dipakai ditempat lain kecuali tanpa izin. 8. Holder film badge tidak boleh hilang dan dikembalikan bila sudah tidak bekerja lagi di “RS. Indra Medical Centre”. Radiologi

FAKTOR EPOKSI RADIOGRAFI No. Dokumen SPO-RAD-008 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 8 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Pemanfaatan energy pengion secara efektif dan efisien Untuk mengatur kondisi pemotretan radiologi yang meliputi kV dan mAs agar diperoleh gambaran radiography yang optimal. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. kV adalah kilovolt yaitu daya listrik yang diperlukan untuk memperoleh gambaran suatu objek. 2. mAs adalah miliampere second yaitu arus listrik x waktu yang diperlukan untuk memperoleh gambaran suatu objek 3. FFD adalah Focus Film Distance yaitu jarak antara film dan focus keluarnya sinar-x. 4. Bucky Stand adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi radiasi hambur yang terdapat pada standar kaset. 5. Bucky Table adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi radiasi hambur yang terdapat pada meja pemeriksaan. 6. Lysholm/Grid adalah alat yang berupa lempengan alumunium yang digunakan untuk mengurangi radiasi hambur Radiologi

PEMELIHARAAN ALAT PROTEKSI RADIASI No. Dokumen SPO-RAD-009 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 9 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Menjaga alat proteksi radiasi agar dapat berfungsi dengan baik. Mencegah terjadinya kerusakan pada alat proteksi radiasi dari kerusakan sehingga tidak sobek atau pecah-pecah serta alat proteksi radiasi tidak tembus radiasi sinar-x dan aman dipakai. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Sesudah melakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x, alat proteksi yang dikenakan harus dikembalikan pada tempatnya seperti semula. 2. Untuk baju apron digantung dengan hanger yang khusus yang tersedia atau dihamparkan tanpa ada yang terlipat pada meja khusus yang disediakan untuk menghamparkan baju apron. 3. Gonad shield dikembalikan ke tempat semula tanpa ada yang terlipat. 4.Kacamata pb dikembalikan pada tempat semula. 5. Thyroid shield disimpan tanpa ada yang terlipat 6. Shielding dikembalikan pada tempat semula. 7. Lakukan inspeksi peralatan proteksi ke BPFK/Bapeten setiap setahun sekali Radiologi

PROSEDUR PENGGUNAAN APD No. Dokumen SPO-RAD-010 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN

Rev. 0

Halaman 10 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Menjaga alat proteksi radiasi agar dapat berfungsi dengan baik. 1. Mencegah terjadinya efek non stokastik sampai pada suatu nilai batas yang dapat diterima masyarakat.

PROSEDUR

2. Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan penyinaran radiasi dapat dibenarkan 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Dipakai seperti baju sebagai pelindung bagian depan tubuh

UNIT TERKAIT

2. Jika apron terkena muntahan pasien akan segera kita cuci 3. Bila keluarga pasien menunggu di dalam diharuskan memakai apron 4. Radiografer bekerja dibalik tabir tidak perlu memakai apron karena sudahb terdapat pb setebal 2 mm setinggi 2 m 5. Untuk pasien hamil harus memakai apron di bagian perut pada saat foto agar janin tidak terkena radiasi 6. Untuk pasien anak-anak usahakan colimasi sekecil mungkin, di area yang akan di foto Radiologi

KEBIJAKAN

selama dilakukan pemeriksaan yang menggunakan sinar x.

MELAPORKAN KERUSAKAN ATAU GAGAL FUNGSI ALAT No. Dokumen SPO-RAD-011 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Rev. 0

Halaman 11 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015

PROSEDUR

dr. J. Arie Gunawan Menjaga alat agar selalu dalam kondisi baik Memastikan bahwa perawatan radiologi aman dan dalam keadaan siap di gunakan. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 1. Memastikan peralatan bekerja dengan baik untuk baju

UNIT TERKAIT

2. Melakukan uji kalibrasi sesuai dengan pedoman operasional. 3. Memperhatikan setiap adanya tanda-tanda kerusakan. 4. Melaporkan kepada Head of Radiology Departement dan menghubungi langsung petugas maintenance, dengan memberikan penjelasan tentang permasalahan yang terjadi untuk segera diperbaiki. 5. Mencatat pada buku kerusakan tanggal, waktu dan jenis kerusakan, tindakan yang diambil dan rekomendasi yang diberikan oleh petugas maintenance. 6. Petugas maintenance akan menghubungi teknisi vendor dari alat yang rusak. Radiologi

PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

apron

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (RADIOLOGI) No. Dokumen SPO-RAD-012

Rev. 0

Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

Halaman 12 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan Memastikan seluruh karyawan radiologi paham mengenai K3 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 4. Permenaker No. PER-05/Men/1996 tentangSistim Manajemen K3 1. Mengidentifikasi adanya kecelakaan, kebakaran, peledakan dan kebocoran radiasi

UNIT TERKAIT

2. Melaporkan kecurigaan adanya kecelakaan, kebakaran, peledakan dan kebocoran radiasi kepada petugas keamanan atau PPR. 3. Bila yang terjadi adalah kebocoran radiasi PPR melaporkan ke bagian maintenance department untuk perbaikan alat serta memastikan alat tidak digunakan. 4. Mengamankan pasien dan pekerja yang berada disekitar lokasi terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan kebocoran radiasi. Mengamankan peralatan dan dokumen yang memungkinkan untuk diselamatkan di daerah sekitar kecelakaan, kebakaran, dan peledakan. 5. Menunggu intruksi lebih lanjut dari tim PK3 atau PPR. Radiologi

PEMANTAUAN KESELAMATAN LINGKUNGAN No. Dokumen SPO-RAD-013 Tgl Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Rev. 0

Halaman 13 dari 13 Ditetapkan Oleh Direktur

01 Agustus 2015 dr. J. Arie Gunawan Pemantauan radiologi lingkungan dengan tujuan proteksi terhadap radiasi. Memastikan paparan radiasi tidak berdampak pada lingkungan sekitar. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1975 2. Terjemahan dokumen IAEA RS-G11.1: Occupational Radition Protection 3. Dasar ProteksiRadiasi (BAPETEN) 4. Peraturan pemerintahan RI No. 27 Tahun 2002 tentang pengelolaan limbah radioaktif 1. Melakukan minimalisasi terhadap penggunaan radiasi. 2. Limbah atau sisa proses mengandung radiasi tidak dibuang melalui saluran maupun pembuangan umum. 3. Menyimpan limbah dalam kantong berwarna merah dan dalam keadaan aman. 4. Pembuangan limbah melalui pihak pembuangan limbah yang dapat mengelola limbah radioaktif (B3). 5. Memonitoring lingkungan disekitar sumber radiasi di lingkungan. Radiologi

Related Documents

Bapeten 2.docx
November 2019 26

More Documents from "RISKA INDRIANI"