Bani Umayyah.docx

  • Uploaded by: HandikaPersie
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bani Umayyah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,142
  • Pages: 7
Sepeninggal Ali ibn Abi Talib, Gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan bani Umayyah. Muawiyah ibn Abu Sufyan ibn Harb adalah pendiri dinasti Umayyah dan sekaligus menjadi khalifah pertama[1] setelah Hasan ibn Ali berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepadanya . Ia memindahkan kekuasaan Islam dari Kufah ke Damascus. Bani Umayyah atau dinasti Umayyah adalah kekhalifaan pertama setelah masa Khulafā’ al-Rāsyidīn yang memerintah dari tahun 661 sampai tahun 750 di jazirah Arab dan sekitarnya. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah ibn ‘Abd al-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah.[2] Keberhasilan Muawiyah mendirikan kekuasaan dinasti Umayyah disebabkan dalam dirinya terkumpul sifat-sifat penguasa, politikus dan administratur. Ia pandai bergaul dengan berbagai tempramen manusia, sehingga ia dapat mengakumulasi berbagai kecakapan tokoh-tokoh pendukungnya, bahkan bekas lawannya sekalipun.[3] Berkat kepiawaiannya bersama dengan khalifah-khalifah yang lain dari dinasti ini, maka hanya dalam kurun waktu lebih kurang 90 tahun banyak bangsa baik di Timur maupun Barat yang masuk dalam kekuasaan Islam seperti Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Uzbekistan dan Kirgistan.[4] Di samping perluasan daerah kekuasaan, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam berbagai bidang, baik politik maupun sosial budaya. Ia juga memberi peluang bagi perkembangan berbagai aliran yang tumbuh di masyarakat yang tanpa disadari mengakibatkan timbulnya pertentangan-pertentangan terutama dalam hal perebutan kekuasaan yang pada akhirnya membawa kemunduran bahkan melululantahkan kekuasaan Bani Umayyah.

Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫بنو أمية‬, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Kekhalifahan Utama di Damaskus 1. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H / 661-680 M 2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M 3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M 4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M 5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah). 6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M 7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M 8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M 9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M 10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M 11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M 12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M 13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M 14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M 15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Keamiran di Kordoba 

Abdur-rahman I, 756-788



Hisyam I, 788-796



Al-Hakam I, 796-822



Abdur-rahman II, 822-888



Abdullah bin Muhammad, 888-912



Abdur-rahman III, 912-929

Kekhalifahan di Kordoba 

Abdur-rahman III, 929-961



Al-Hakam II, 961-976



Hisyam II, 976-1008



Muhammad II, 1008-1009



Sulaiman, 1009-1010



Hisyam II, 1010-1012



Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017



Abdur-rahman IV, 1021-1022



Abdur-rahman V, 1022-1023



Muhammad III, 1023-1024

Faktor-Faktor Kemunduran Bani Umayyah Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana. 2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik

yang terjadi di masa ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhu-. Sisa-sisa Syi’ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. 3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan

Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya para khalifah, kecenderungan mereka hidup santai, sikap hidup mewah di lingkungan istana

sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan dan keluarnya mereka dari prinsip-prinsip Islam yang menjadi tonggak tegaknya sebuah negara. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.[8] 5. Pertikaian para khalifah dan permusuhan mereka satu sama lain padahal tadinya seia–sekata dan satu

tangan dalam menghadapi pihak luar. Yazid bin Walid Abu Khalid yang bergelar “an-Naqidh” misalnya, mengkudeta khalifah dan membunuh misannya Walid hanya untuk bisa menjadi khalifah.[9] 6. Banyak bermunculan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi yang memecah belah eksistensi

negara.[10] 7. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru

yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Wallahul musta’an.[11]

Faktor Kemunduran dan Kehancuran Daulah Umayyah Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakangerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.[13] Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. [14]

Perlawanan orang-orang Syi'ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras dan tersebar luas. Yang termashur diantaranya adalah pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali.. Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, yaitu gerakan Abdullah ibn Zubair. Abdullah ibn Zubair membina gerakan oposisinya di Makkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh. Untuk memperoleh dukungan Ia menyanjung-nyanjung Husein dan menjelek-jelekkan bani Umayyah. [15] Gerakan Abdullah ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abd al-Malik. Hubungan pemerintah dengan gerakan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Sepeninggal Beliau, kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid ibn Abd alMalik (720- 724 M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan dinasti Umawiyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya. [16] Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.[17] Kebesaran yang telah diraih oleh Bani Umayyah selama kurang lebih 90 tahun ternyata tidak mampu menahan kehancurannya akibat kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari fihak luar. Adapun faktor-faktor yang membawa kehancuran Bani Umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:



Ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan perilaku mereka merupakan faktor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini. Hampir semua penguasanya lemah kecuali 5 khalifah besar bani Umayyah. Khalifah-kahalifah setelah Hisyam adalah penguasa yang tidak cakap dan bermoral jahat. Kesenangan mereka hanya berburu, meneguk anggur serta asyik mendengarkan musik dan tarian dari harem-harem istana. Para penguasa lupa mengurusi pemerintahan dan nasib rakyat, mereka malah membebani rakyatnya dengan pajak yang tinggi.[18]



Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.[19]



Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Mudariyah (Arab Utara) yang menempati Irak dan kelompok Himyariah (Arab Selatan) yang berdiam di wilayah Suriah. Di Zaman Umayyah, persaingan antaretnis itu mencapai puncaknya karena para khalifah cenderung kepada satu fihak dan menafikan yang lainnya.[20]



Egoisme para pejabat pemerintahan dan terjadinya pembelotan militer. Pada umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat istana. Pejabat istana menjalankan amanah itu untuk memuaskan ambisi dan tujuan-tujuan pribadi. Mekanisme pemerintahan tersebut tidak memuaskan semua pihak sehingga menimbulkan gerakan yang mengguncang stabilitas kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan bergabungnya tentara kerajaan dengan pihak musuh.[21]



Perlakuan yang tidak Adil terhadap non-Arab (Mawali). Muslim non-Arab merasa tidak senang dengan tindakan penguasa Umayyah yang selalu membedakan mereka dengan Muslim Arab baik dari segi sosial politik maupun ekonomi. Akibatnya muslim non-Arab sering melakukan pemberontakan dan terakhir mereka bergabung dengan gerakan Abbasiyah. [22]



Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka adalah pendatang baru dari kalangan bangsabangsa taklukkan yang mendapatkan sebutan mawali. Status tersebut menggambarkan infeoritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang mendapatkan fasilitas dari penguasa Umayyah. Padahal mereka bersama-sama Muslim Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang di antara mereka mencapai tingkatan yang jauh di atas rata-rata bangsa Arab. Tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada mawali itu jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.



Propaganda dan gerakan Syi’ah. Mereka adalah pendukung Ali yang berkembangan menjadi suatu aliran setelah tragedi Karbala. Sejak semula kelompok ini tidak mengakui pemerintahan Umayyah dan menganggap para penguasanya sebagai perampas kekuasaan. Mereka tidak pernah memaafkan kejahatan pembunuhan Ali, Hasan dan Husen. Misi dan propaganda mereka untuk membela keturunan Nabi Muhammad secara efektif berhasil menarik simpati kelompok yang tertindas.[23]



Kerajaan Islam pada zaman kekuasaan Bani Umayyah telah demikian luas wilayahnya, sehingga sukar mengendalikan dan mengurus administrasi dengan baik, tambah lagi dengan sedikitnya jumlah penguasa yang berwibawa untuk dapat menguasai sepenuhnya wilayah yang luas itu.



Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dari konflik-konflik politik. Kaum Syi’ah dan Khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan sewaktuwaktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umayyah.



Adanya pola hidup mewah di lingkungan istana menyebabkan anak-anak Khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.



Penindasan terus menerus terhadap pengikut-pengikut Ali pada khususnya, dan terhadap Bani Hasyim (Hasyimiyah) pada umumnya, sehingga mereka menjadi oposisi yang kuat. Kekuatan baru ini, dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abdul al- Muthalib dan mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Hal ini menjadi penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.[24]



Propaganda dan gerakan Abbasiah. Propaganda kelompok Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negatif dan kelemahan-kelemahan sepanjang pemerintahan dinasti Umayyah. Setelah propaganda

mereka berhasil memobilisasi berbagai kelompok masyarakat termasuk tiga kelompok terbesar yaitu Abbasiyah, Syi’ah dan Mawali yang dipimpin oleh Abu Abbas, mereka berkoalisi mengadakan penyerbuan dan berakhir dengan runtuhnya Daulah Umayyah di bawah pemerintahan khalifah terakhir Marwan Ibn Muhammad.[25]

PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada pembahasan maka penulis menyimpulkan bahwa kesuksesan yang diperoleh bani Umayyah selama kurang lebih 90 tahun baik dalam bidang politik maupun dalam bidang sosial budaya ternyata tidak mampu menahan kehancurannya akibat kelemahan-kelemahan internal (seperti; ketidakcakapan penguasa, pemerintahan yang monarchi, egoisme para pejabat ) dan kuatnya tekanan dari pihak luar (seperti; pertikaian antarsuku Arab, konflik-konflik politik yang berkembang menjadi gerakan oposisi, ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam ).

Sudah merupakan sunnatullah terhadap semua makhluk-Nya , bahwa segala yang ada di muka bumi ini senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an ( 30 : 54) , yang menjelaskan fase-fase kehidupan manusia Belajar dari makna firman Allah tersebut, maka kita dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan manusia yang tadinya lemah kemudian menjadi kuat dan kokoh, yang pada gilirannya akan melemah selemah-lemahnya kembali, begitu juga matahari yang terbit dari ufuk timur kemudian meninggi dan akhirnya terbenam di ufuk barat. Demikian pula dengan negara seperti daulah bani Umayyah yang diawali dengan pembentukan dinasti lalu besar dan berkuasa di empat/beberapa penjuru, namun akhirnya mengalami kemunduran yang mengakibatkan kehancurannya.

Related Documents

Bani
May 2020 40
Bani Abbasiyah
May 2020 27
Ma Bani
April 2020 14
Bani Khargoshe
November 2019 23
Bed Bani
June 2020 16
Bed Bani
June 2020 13

More Documents from "Binoy Modak"