Penulisan Artikel: Jalanjalan ke Bangkok Bersama Keluarga - Kiat Bepergian dengan Biaya Murah, Aman dan Menyenangkan.
Liburan ke luar negeri dengan biaya murah dapat anda hadirkan untuk keluarga, asal tahu caranya, apalagi kalau bisa mendapatkan panduan yang cukup detil. Baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 10 Februari 2009, kami sekeluarga terdiri dari 5 orang, plus 2 anggota keluarga lainnya, total 7 orang, berangkat ke Bangkok – Thailand dan menginap selama 5 hari 4 malam. Total biaya per orang yang kami keluarkan hanya sebesar Rp.850,000,-
HARI PERTAMA. Selasa, 10 Februari 2009, kami sudah berada di Bandara Soekarno Hatta pada pukul 13.00 atau sekitar 2 jam lebih 20 menit sebelum waktu keberangkatan pesawat Air Asia yang akan membawa kami menuju Bangkok – Thailand. Counter untuk melakukan check in sudah dibuka, kami langsung ambil posisi dan berada dalam antrian ke dua dari depan, dan dengan hanya menunggu sekitar 5 menit saja kami sudah berada di depan petugas check in. Memang betul bahwa prosesnya mudah sekali, cukup serahkan ticket yang berbentuk selembar kertas hasil print out beserta 7 buah paspor, namun karena 2 anggota keluarga lainnya belum tiba, maka petugas hanya memroses untuk 5 orang saja terlebih dahulu, karena menurut peraturan dari Air Asia, penumpang yang akan melakukan check in harus sudah hadir didepan meja check in. Beruntung saat kami sedang menimbang barang bawaan, yaitu berupa 2 buah koper pakaian, 2 anggota keluarga lainnya sudah tiba, dan langsung saja diikut sertakan untuk proses mendapatkan kursi. Biaya check in tidak ada, hanya saja sesuai peraturan pemerintah, setiap penumpang dikenakan pajak penumpang (air port tax) yang besarnya Rp.150.000,Selanjutnya kami mengisi form imigrasi yang sudah disediakan, setiap penumpang harus mengisi form tersebut, termasuk anak-anak. Sambil menunggu anak-anak kami mengisi form tersebut, saya menuju ke counter pembebasan biaya fiscal, lumayan besar juga loh biaya fiscal yang harus dibayar, yaitu Rp.2,500,000,per orang, namun jangan khawatir, tidak perlu bayar kok, karena ada peraturan pemerintah yang membebaskan biaya fiscal jika kita memiliki NPWP pribadi, dan tidak tanggung-tanggung, termasuk untuk isteri dan anak-anak, walaupun mereka tidak atau belum punya NPWP “Yuk kita antri untuk pemeriksaaan imigrasi” Demikian kataku kepada rombongan setelah semua urusan form dan fiscal beres. Masing-masing anggota rombongan memegang paspornya, siap antri. Anakku yang paling tua memisahkan
diri dari antrian, menuju counter sebelah yang kosong, adiknya yang kelas 4 SD mengikuti, menyerahkan paspor ke meja petugas imigrasi. “Antri dik, nanti tunggu giliran jika yang ini sudah selesai” Kata petugas sambil menunjuk ke anak kami yang tertua. “Saya adiknya pak” Jawabnya, sambil menengok ke arah kami, minta persetujuan dan bantuan. Sang petugas mengikuti arah tengokan itu, saya tersenyum ke arahnya, petugas pun memahami dan memaklumi. Akhirnya proses pemeriksaan imigrasi selesai, dan kini kami menuju gate untuk antri masuk kedalam pesawat. Sungguh menyenangkan melihat anak-anak kami menikmati penerbangan selama 3 jam 25 menit, cukup lama kalau dan membosankan kalau kita tidak “dihibur” oleh tingkah polah anak-anak yang lucu. Maklum, penerbangan murah menggunakan Air Asia tidak bisa menikmati fasilitas seperti pesawat komersial lainnya, makan saja harus bayar, padahal biasanya makanan di pesawat komersial lain gratis. Palingpaling kami bisa menikmati tayangan fil video yang ada diatas dekat bagasi kabin, kebetulan film yang disajikan adalah film-film lucu, sehingga kami cukup terhibur. Tepat pukul 19.45 WIB, atau jam 19.45 waktu Bangkok – tidak ada selisih waktu antara Bangkok dan Jakarta, pesawat mendarat di Bandar Udara Svarnabhumi International Airport. Kami bergegas turun dari pesawat dan kemudian antri untuk pemerkisaan imigrasi dan stempel paspor yang menandakan kedatangan kami ke negeri gajah ini. Setelah semuanya selesai, berikutnya adalah menuju tempat pengambilan koper barang bawaan kami. Lumayan lama juga kami menunggu 4 koper terkumupul semua, sekitar 20 menit. Kesempatan itu kami gunakan untuk foto-foto. Sambil mendorong troli, mata saya celingukan lihat sana sini, mencari penunjuk arah tempat mencari taxi meter (taxi dengan argo meter). Sepanjang jalan menuju keluar bandara, tempat kami mencari taxi meter, banyak juga yang menawarkan taxi, namun kami menolak dengan halus, “no thanks” kataku. Mereka menawarkan taxi tanpa argo meter, dan biasanya jenis mobilnya yang adalah mobil sedan mewah. Akhirnya kami sampai di counter taxi meter yang saat itu sudah ramai dengan antrian, setiap calon pengguna taxi meter wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu, lalu oleh petugas counter akan diberi kupon bertuliskan tempat tujuan penumpang. “two taxi for Hotel Intercontinental, sukumvit 65” kataku dalam bahasa Inggris kepada petugas counter taxi. Setelah mendapatkan kupon, kami keluar dari antrian menuju ke salah satu supir taxi yang sudah berbaris antri menunggu dibelakang meja counter. Aku serahkan kuponnya, dan kemudian kami mengikuti sang supir menuju mobilnya. Namun, saat kami mencoba memasukkan koper, ternyata tidak muat, karena ruang bagasi mobil sempit sekali, koper kami yang cukup besar tidak bisa masuk. Penyebabnya karena mobil taxi di Bangkok menggunakan bahan bakar gas, dan tangki gasnya diletakkan di bagasi mobil. Terpaksa kami kembali lagi ke petugas counter, memberi tahu bahwa koper kami tidak muat. Petugas kemudian mengecek barang bawaan kami, dan setelah berpikir sejenak, petugas menyarankan agar kami menggunakan mini bus, namun tanpa argo meter. “You can use mini van, but the price is Baht 700, include cost for highway”. Tanpa ragu kami langsung menyetujui harga tersebut. Seorang sopir dengan cekatan membawa koper kami menuju mobilnya yang ternyata adalah sebuah mobil mini bus jenis kijang. Kami segera meluncur dijalan-jalan kota Bangkok yang sangat mulus dan penuh dengan jalan laying bersusun tinggi. Indah sekali kota Bangkok saat malam
berhiaskan lampu penerangan jalan. Tepat pukul 21.30 kami tiba di hotel, kelelahan yang mulai terasa seakan terhapuskan karena kami tahu bahwa sebentar lagi akan dapat beristirahat dan tidur dengan nyenyak. Kamar hotel kami pesan melalui travel agent di Jakarta, hotel ini berbintang 3, dan kami tidak berani memesan kamar hotel bintang 3 melalui internet, karena takut akan keamanan kartu kredit yang tidak terjamin. HARI KEDUA. Pagi jam 06.00 kami sudah bangun, dan jam 07.00 sudah sarapan di coffee shop yang berada di lantai dasar. Beberapa jenis makanan yang tersedia mengandung daging babi, termasuk campuran untuk omelet. Karena kami tidak makan daging babi, alhasil kami hanya bisa minta telor ceplok yang dimakan dengan setangkup roti tawar. Sambil sarapan, kami melihat-lihat peta kota Bangkok yang kami dapatkan secara gratis di Bandara kemarin malam. Hari ini kami sepakat akan berkunjung ke pantai Pataya, salah satu pantai yang indah di Thailand. Namun Pataya tidak tercantum di peta, karena ternyata Pataya bukanlah bagian dari kota Bangkok, Pataya adalah daerah diluar kota Bangkok, berjarak kurang lebih 145 km dari kota Bangkok. Kami bertanya kepada petugas di coffee shop, bagaimana cara menjangkau Pataya. Mereka menyarankan agar kami menuju terminal bus luar kota, nama terminalnya adalah terminal Ekamai. Dari hotel dengan menggunakan satu buah taxi, hanya memakan waktu 15 menit saja, dan ongkosnya sebesar Baht 60. Bus luar kota yang menuju Pataya banyak dan bermacam-macam, kami mencari bus di loket nomer satu, pilihan loket ini kami tentukan semata-mata karena melihat informasi yang tertera di counter tersebut sangat jelas, menggunakan bahasa Inggris, tarifnya juga ditulis dengan jelas, tambahan lagi, beberapa turis asing berambut pirang juga memilih bus ini. Kami membayar Baht 113 x 7 orang.