BANDUNG BONDOWOSO Disebuah desa yang indah hiduplah seorang wanita bersama anaknya yang bernama Bandung Bondowoso. Mereka tinggal dengan damai, hingga pada suatu saat ketika mereka sedang asyik bercerita Bandung Bondowoso menanyakan suatu hal kepada ibunda tercintanya Bandung : Bu, apa ibu tidak kesepian jika kita tinggal hanya berdua saja di perkampungan yang indah ini. Ibu : Kesepian ngopo to le?Ibu wis seneng ana kowe nang kene. Kita sudah hidup berkecukupan, bahagia tanpa ada yang mengganggu, mau minta yang bagaimana lagi ibu ini. Bandung : Ya mungkin saja ibu ingin mempunyai suami lagi di luar sana. Ibu masih cantik, pasti akan banyak orang yang mau menikah sama ibu. Ibu : (dengan tersenyum) Kowe ki ngomong opo to.Ora..ora..Ibu tidak apa-apa hidup menjanda seperti ini. Yang penting ibu punya kamu(Katanya sambil membelai rambut putranya.ibu : (dengan tersenyum) bicara apa kamu ini? tidak.. tidak.. Ibu tidak apa-apa hidup seperti ini. Yang penting! ibu punya kamu (Katanya, sambil membelai rambut putranya). Bandung : Lho, memang benar apa kata ibu. tapi Ibu kan perlu pendamping hidup. Ibu : Pendamping hidup? Seharusnya ibu yang bertanya seperti itu. Kamu ini sudah tumbuh besar, kenapa kamu masih sendirian saja? Bandung : (tersenyum). tidak usah dipikir ibu. Bu, sebetulnya saya mau tanya sama ibu, tapi saya tidak enak sama ibu. Ibu : Kamu mau tanya apa? kenapa kamu tidak enak sama ibu? Aku ini ibumu apa bukan? kamu mau tanya apa? Bandung : sebetulnya bapak ku itu siapa? sampai sekarang saya masih bingung Ibu bingung mau menjawab apa, matanya dialihkan jauh ke sawah-sawah di depan rumahnya. Bandung : Ibu kok diam saja? Wonten penggalih menopo to bu? Ibu : Anakku Bandung (katanya sambil mendekatkan duduknya). Sajake iki wetu sing pantes. Kowe saiki wis gede, ora wedi cerita karo kowe. Ibu reti,kowe mesti iso ngerteni iki. Bandung : Ana apa,Bu? Ibu : Bapakmu kuwi sakjane bangsawan ong tlatah adoh kono. Bandung : Jadi bapakku masih hidup ibu? Ibu : Yen kowe pancen pengen nemoni Ramamu, yo ora opo-opo. Golekana Ramamu kuwi,nanging ibu mung iso pesen. Dengarkanlah pesan-pesan ibu ini.
Bandung : Iya, Bu. Ibu : Ibu mung iso dongakake apa sing kowe karepake bakal tok temu. Kalau kau sudah menemuka Ramamu, segeralah mencium telapak kakinya sebagai tanda penghormatan. Di dunia luar sana, pasti akan banyak orang-orang asing yang akan kamu temui, dan mereka pasti punya kehendak masing-masing. Kau ini seorang ksatria, berbuatlah layaknya seorang ksatria. Hadapi semua masalah yang menghadang dengan kepala dingin. Ojo seneng adu otot, iku ora apik anakku. Ojo waton tumindak ing kono, ora liyo kanggo njaga keslametanmu dhewe. Bandung : Inggih,Bu. Ibu : Lan siji meneh amanatku (kemudian masuk ke dalam rumah dan mengambil sebuah selendang bewarna merah).Perlihatkanlah benda ini pada Ramamu agar dia percaya bahwa kau anaknya. Bandung : Terima kasih, Ibu. Bu, nanging kepripun ibu menawi kula mengembara. Menapa ibu aman gesang piyambakan ing bumi ingkang boten temtu niki (sambil menengadahkan tangannya tanda menyamakan keluasan bumi ini). Ibu : Ibu ora bakal keno opo-opo. Ibu mung iso nyangoni slamet yo anakku sing tak tresnani. Kemudian Bandung pergi berkelana. Dia berjalan melewati lembah, hutan, sungai dan bentang alam lainnya. Dalam perjalanan itu, dia berhasil menakhukkan makhluk-makhluk ghaib dan sekarang menjadi budak-budaknya. Setelah lama berkelana, dia sampai di kerajaan pengging dan menjadi raja di sana. Karena ingin memperluas daerah kekuasaan bandung Bondowoso ingin mempersatukan kerajaan Pengging dengan Kerajaan Prambanan. Kerajaan Prambanan dipimpin seorang raksasa yang bernama Prabu Boko. Mendengar Kerajaannya ingin direbut oleh penguasa lain, Prabu Boko tidak tinggal diam. Dia menyiapkan bala tentara dan bekal makanan untuk melawan kerajaan Pengging. Prabu Boko : Hei Bandung Bondowoso!Jika kau ingin menguasai Prambanan, tidak semudah itu kau mendapatkannya. Kerajaan Prambanan adalah kerajaan yang besar. Dan aku tidak sudi kau memporak-porandakan rakyatku yang sudah tentram dan damai! Bandung : Hahaha…Ya. Kerajaan Prambanan adalah kerajaan yang besar dan sebentar lagi akulah yang akan menguasainya. Hahahah.. Prabu Boko : Cuih(meludah)! Jika kau memang mampu, langkahilah dulu mayatku! Bandung : Aku melangkahi mayatmu? Hahahaha… Jangankan melangkahi mayatmu, menguras samudra pun aku bisa! Prabu Boko : Dasar orang sombong! Ayo lawan aku!
Kemudian mereka berperang besar-besaran di Kerajaan Pengging. Tapi prabu Boko akhirnya gugur karena tertusuk keris milik Bandung Bondowoso. Mengetahui Prabu Boko gugur di medan perang, Berita tersebar hingga Ke telinga Roro Jongrang. Roro jonggrang pun menangis tersedu-sedu. ketika roro jonggrang menangis Bandung Bondowoso tiba-tiba datang ke hadapan nya. Bandung lalu berpikir, siapa Ratu yang cantik itu? Apa dia istri prabu Boko yang saya bunuh tadi? Bandung : (berjalan mendekati Roro). Kenapa kamu menangis cantik? Jonggrang : Siapa kamu? berani nya kau datang ke kerajaan ini? Bandung : Hahaha…Siapa saya? apa kau tidak mengenaliku? aku adalah raja di Kerajaan Pengging, dan sekarang mempunyai kerajaan yang besar ini ( dengan menelentangkan tangannya dengan sombong, kemudian menurunkannya lagi dan berjalan memutari Jonggrang).Aku Bandung Bondowoso yang mempunyai kerajaan besar ini. Hahaha.. kau cantik sekali! Apa kamu mau menjadi istriku? Roro Jonggrang bingung tentang jawaban nya. Bandung ini orang sakti. tidak mungkin Roro menolak nya. tetapi ia tidak cinta. Roro pun melamun sebentar Bandung : Alah..terima sajalah..Aku tidak jelek-jelek amat. Kenapa kamu tidak mau? apa kamu malu denganku? Hem?(sambil menggoda) Jonggrang : Begini saja, Jika kamu ingin denganku, ada 1 syarat. Buatkan aku seribu candi dalam 1 malam. Jika kamu berhasil, Aku akan menjadi istrimu Bandung : ckckckck, kamu ini serakah sekali? seribu candi dalam waktu semalam? sepuluh candi saja, atau kamu mengubah permintaan mu? kenapa harus seribu candi? Untuk apa candi-candi itu? Jonggrang : Aku tetap meminta seribu candi. Itu kemauanku. Buktikanlah bila kau cinta aku Bandung! Bandung : iya.. Iya.. jangan marah! akan ku buatkan seribu candi khusus untuk cintaku ini.( katanya sambil memegang dada tanda berjanji) Akhirnya, setelah dipikir-pikir, Bandung Bondowoso menyuruh para Jin yang telah ditaklukkannya untuk membantunya. Waktu malam yang sudah ditentukan, bandung Bondowoso dan arsitek andalannya membuat kerangka bentuk candi,kemudian Jin-jin pun mulai membangun candi dengan berbagai ukiran sesuai saran arsitek tadi. Sedangkan di tempat lain Jonggrang sedang kebingungan. Dayang : Lalu bagaimana tuan putri? Bandung itu kan sakti! menurut saya, janji bandung bisa di tepati, lagian pembangunan itu hampir selesai. Jonggrang : lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau menikah dengannya. Sudah
mukanya tidak ada bagusnya. Ih..pokoknya aku jijik sama dia. Dayang : Lalu bagaimana? Jonggrang mondar-mandir di dalam kamarnya. Jonggrang : Sekarang seperti ini saja. Dayang, tolong bangunkan semua rakyat Prambanan, suruh para perempuan menumbuk padi, dan baker juga jerami yang ada di dekat kandang ayam. Kita buat suasana malam ini seakan pagi sudah tiba. Dengan begitu jin-jin yang sedang bekerja akan mengira kalau pagi sudah tiba, mereka pasti akan langsung melarikan diri, dan jangan lupa taburkan bunga-bungaan. Dayang : Ide yang bagus,Putri. Dengan begitu, Bandung pasti tidak akan menyelesaikan pekerjaan itu. Jonggrang : Iya. Dayang, segeralah bertindak agar kita tidak terlambat mencegahnya. Dayang : Baik Putri. Permisi. Kemudian Dayang menyuruh dayang lainnya untuk membangunkan semua perempuan. Suasana menjadi ramai saat itu. Ayam-ayam berkokok, dan bakaran jerami seolah pengganti bersinar nya matahari di ufuk timur. Jin : Wah, teman-teman!Lihat!Matahari sudah bersinar disana!Kita harus segera pergi ini. Kalau tidak, nanti badan kita bisa hangus!Weleh..weleh.. Tapi, bagaimana dengan pekerjaan ini. Candi yang didirikan kurang satu buah. Waduh..dimana Bandung..apa dia malah enak-enakan? Aku harus lapor apa nanti. Ah, mendingan aku pergi saja, tidak usah saya pikirkan. Ayo teman-teman kita kabur saja! Jin-jin pun berlarian dan meninggalkan pekerjaannya. Tak lama kemudian Bandung Bondowoso datang dengan terkaget-kaget. Malam begitu ramai, matahari sudah terbit, ayam berkokok, para perempuan sudah mulai menumbuk padi dan jin-jin pun menghilang semua. Melihat keadaan itu Bandung sangat murka. Pagi harinya, Bandung mendatangi Jonggrang. Bandung : Jonggrang, permintaanmu sudah ku penuhi, sekarang menikahlah denganku Jonggrang : Oh ya?Yang benar? Apa kau sudah berhasil membuatkanku seribu candi? Bandung : Tentu saja cintaku, Jonggrang : Aku tidak percaya. Bandung : Kau tidak percaya? Lihatlah sendiri, hitunglah candi-candi itu. Jonggrang : Baik. Tapi ingat janjimu, kalau candi itu kurang dari seribu, berarti kau batal
mendapatkan aku, Bandung. Jonggrang menghitung candi-candi itu. Setelah beberapa kali menghitung, Jonggrang berkata. Jonggrang : Maaf Bandung, setelah aku hitung, candi yang kau buatkan kurang satu buah. Bandung : Hah? Yang benar. Kau pasti salah menghitungnya. Jonggrang : Aku sudah beberapa kali menghitung, tapi hasilnya sama. Jumlah candi ini baru 999 buah. Bandung : Ya sudahlah, kan Cuma kurang 1 buah saja, sudah ada 999 buah. Nanti akan ku buatkan lagi. Tapi setelah kau mau menikah denganku. Jonggrang : Tidak, Bandung. Perjanjiannya bukan seperti itu kan! Kau sudah gagal memenuhi janjimu. Jadi pergilah kau dariku. Jangan mendekati aku lagi. Atau aku yang akan pergi. Bandung : Ha? Setelah aku membuatkan 999 candi, apakah hanya seperrti ini balasanmu Jonggrang. Jonggrang : Iya. Lalu kamu mau apa lagi !!(membentak)Akuilah kalau kau memang sudah kalah orang jelek! Bandung : Jonggrang!! Beraninya kau mengejek aku! Jonggrang : Memang begitu kenyataannya kan! Bandung : Jonggrang!! Kau sudah membuatku marah!Dari tadi aku sudah mencoba untuk bersabar untuk mendapatkanmu, tapi sia-sia saja pengorbananku ini. Tak apa aku tak mendapatkanmu! Candi ini memang kurang satu, dan sebenarnya yang pantas melengkapinya ya hanya kamu! Jadilah kau candi Jonggrang sebagai hiasan keraajaanku! Jonggrang : Aaaaahhh !!!!!!!!!! Tiba-tiba Jonggrang berubah menjadi Patung.