49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografis Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lasolo merupan salah satu sekolah yang cukup banyak diminati oleh anak-anak. Visi dari sekolah itu yaitu “Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal, Mantap Dalam IMTAQ, Menguasai IPTEK, Mencintai Budaya. Berprestasi Dalam Olahraga Dan Seni, Mandiri Serta Berdaya Saing”. Sekolah ini didirikan pada tanggal 22 Desember 1986, di atas tanah yang luas 15.000 M² dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Lasolo b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kantor Polsek Lasolo c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Aspol d. Sebelah Barat berbatasan dengan SMP Negeri 1 Lasolo 2. Kondisi Demografi a. Jumlah Siswa/Siswi Jumlah siswa dan siswi SMA Negeri 1 Lasolo pada tahun ajaran 2017/2018 terdiri dari 500 orang yang terbagi dalam 3 jenjang pendidikan yaitu kelas X, XI, dan XII.
50
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Siswa (i) Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lasolo Tahun 2017/2018 Jumlah Siswa Tahun Total Ajaran Kelas X Kelas XI Kelas XII 2017/2018
206
151
143
500
Sumber: Data Sekunder SMA Negeri 1 Lasolo Tahun 2018 b. Jumlah Ketenagaan Tabel 5.2 Distribusi Jumlah Tenaga Pendidik Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Lasolo Tahun 2018 Keterangan Jenjang Jumlah Pendidikan Guru Tetap Guru Tidak Tetap S2 2 S1 22 7 Jumlah 24 7 Sumber: Data Sekunder SMA Negeri 1 Lasolo Tahun 2018
2 29 31
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lasolo sejak tanggal 16 juli sampai dengan 4 Agustus 2018, dengan besar sampel sebanyak 67 orang. Deskripsi hasil penelitian ini selengkapnya diuraikan sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Adapun
karakteristik
responden
berdasarkan
sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.
jenis
kelamin
51
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1
Laki-laki
34
50,7
2
Perempuan
33
43,2
Total 67 100 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 67 responden yang banyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 responden (50,7%) dan paling sedikit adalah perempuan sebanyak 33 responden (43,2%). b. Umur Responden Adapun
karakteristik
responden
berdasarkan
kelompok
umur
sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.
No
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara Umur (Tahun) Frekuensi Persentase %
1
15
16
23,8
2
16
40
59,7
3
17
11
16,4
Total 67 100 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 67 responden yang paling banyak adalah yang berumur 16 tahun yaitu 40 responden (23,8%), dan yang paling sedikit adalah umur 17 yaitu 11 responden (16,4%).
52
2. Analisis Univariat Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel yang terdiri dari variabel dependen yaitu Mekanisme Koping dan variabel independen meliputi Kecemasan. a. Kecemasan Distribusi frekuensi kecemasan terhadap mekanisme koping dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.5 Distribusi Kecemasan Responden Terhadap Mekanisme Koping Remaja Siswa Kelas X Dalam Menghadapi Ulangan Di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara No Kecemasan Frekuensi Persentase 1 Tidak ada 3 4,5 2 Ringan 9 13,4 3 Sedang 37 55,2 4 Berat 18 26,9 Total 67 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 67 responden, ada 3 responden (4,5%) dengan kecemasan tidak ada, 9 responden (13,4%) dengan kecemasan ringan, 37 responden (55,2%) dengan kecemasan sedang, dan 18 responden (26,9%) dengan kecemasan berat. b. Mekanisme Koping Distribusi frekuensi mekanisme koping dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
53
No
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping Di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara Mekanisme Koping Frekuensi Persentase (%)
1
Adaptif
41
61,2
2
Maladaptif
26
38,8
Total 67 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 67 responden, terdapat 41 responden (61,2%) yang memiliki mekanisme koping adaptif dan 26 responden (38,8%) dengan mekanisme koping maladaptif. 3. Analisis Bivariat Analisis statistik dengan menggunakan rumus Chi Square dan Uji alternatif fisher exact test terhadap hubungan kecemasan dengan mekanisme koping remaja siswa kelas X dalam menghadapi ulangan semester di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat sebagai berikut: a. Hubungan Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Distribusi hubungan kecemasan responden dengan mekanisme koping disajikan pada tabel kontingensi berikut:
54
Tabel 5.7 Distribusi Mekanisme Koping Menurut Kecemasan Responden Di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara Mekanisme Koping Total Hasil Uji No Kecemasan Adaptif Maladaptif Statistik n % n % n % 1 Tidak ada 3 4,5 0 0 3 4,5 P = 0,037 2
Ringan
9
13,4
0
0
9
13,4
3
Sedang
23
34,3
14
20,9
37 55,2
4
Berat
6
9,0
12
17,9
18 26,9
φ = 0,354
Total 41 61,2 26 38,8 67 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari total 3 responden dengan kecemasan tidak ada, ada 3 responden (4,5%) dengan mekanisme koping adaptif dan 0 responden (0%) atau tidak ada responden dengan mekanisme koping maladaptif. Kemudian dari total 9 responden dengan kecemasan ringan, ada 9 responden (13,4%) dengan mekanisme koping adaptif dan 0 responden (0%) dengan mekanisme koping maldaptif. Selanjutnya dari total 37 responden dengan kecemasan sedang, ada 23 responden (34,3%) dengan mekanisme koping adaptif dan 14 responden (20,9%) dengan mekanisme koping maladptif. Dan dari total 18 responden dengan kecemasan berat, ada 6 responden (9,0%) dengan mekanisme koping adaptif dan 12 responden (17,9%) dengan mekanisme koping maladaptif. Berdasarkan hasil uji dengan fisher’s exact test diperoleh nilai Pvalue = 0,002 (p < 0.05) yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
55
ada hubungan antara kecemasan dengan mekanisme koping pada siswa SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara, pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 3. Kemudian hasil uji keeratan hubungan menggunakan kontingensi Phi diperoleh nilai φ = 0,449 yang artinya hubungan kecemasan dengan mekanisme koping siswa kelas X dalam menghadapi ulangan semester di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara mempunyai tingkat hubungan sedang. C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan mekanisme koping, maka pembahasan hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1. Hubungan Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Kecemasan adalah gangguan awam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas normal. Pada tabel 5.5 analisis univariat menunjukkan bahwa dari 67 responden, terdapat 3 responden (4,5%) dengan kecemasan tidak ada disebabkan karena mereka belajar dengan giat dan rajin mengikuti mata pelajaran, serta jarang melakukan kegiatan lain seperti keluar di malam hari bersama teman-teman sehingga mereka yakin bisa mengerjakan soal ulangan dengan baik.
56
Sedangkan 9 responden (13,4%) dengan kecemasan ringan, 37 responden (55,2%) dengan kecemasan sedang, serta 18 responden (26,9%) dengan kecemasan berat dikarenakan mereka khawatir apakah yang dipelajari masuk dalam soal ulangan semester, kurangnya motivasi dan minat siswa untuk belajar, serta ada yang buku catatan pelajarannya tidak lengkap. Untuk kecemasan tidak ada jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 6 (perasaan depresi), 7 (gejala somatik/fisik/otot), 10 (gejala respiratori), 11 (gejala gastrointestinal) dan nomor 14 (perilaku sewaktu wawancara) yang semuanya menjawab tidak ada dengan skor 0 dengan jumlah responden sebanyak 3 responden. Untuk kecemasan ringan jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 2 (ketegangan) dan nomor 8 (gejala somatik/sensori) dengan jawaban ringan dengan skor 1 sebanyak 5 responden dan pertanyaan nomor 1 (perasaan cemas), 5 (gangguan kecerdasan), 6 (perasaan depresi), 7 (gejala somatik/fisik/otot), 9 (gejala kardiovaskuler) dan 13 (gejala otonom) dengan jawaban ringan dengan skor 1 sebanyak 4 responden. Sementara untuk kecemasan sedang jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 1 (perasaan cemas) yaitu sebanyak 15 responden yang menjawab sedang dengan skor 2 dan pertanyaan nomor 8 dan 13 ada 14 responden dengan jawaban sedang. Sedangkan untuk kecemasan berat jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 7 dengan jawaban berat dengan skor 3 ada 1 responden dan jawaban berat sekali dengan skor 4
57
ada 4 responden, pertanyaan nomor 8 dengan jawaban berat ada 2 responden dan jawaban berat sekali ada 3 responden, pertanyaan nomor 11 dengan jawaban berat ada 2 responden dan jawaban berat sekali ada 5 responden, dan pertanyaan nomor 13 dengan responden yang menjawab berat ada 3 responden dan yang menjawab berat sekali ada 4 responden. Pada tabel 5.6 analisis univariat menunjukkan bahwa dari 67 responden, terdapat 41 responden (61,2%) yang memiliki mekanisme koping adaptif dan 26 responden (38,8%) dengan mekanisme koping maladaptif. Untuk mekanisme koping adaptif jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 1, 2, 7, 8, 9, 28, dan 34 dengan rincian sebagai berikut: pada pertanyaan nomor 1 yaitu kuatir tentang masalah yang berhubungan dengan masalah belajar yang menjawab tidak pernah dengan skor 5 yaitu ada 15 responden dan jawaban kadang-kadang dengan skor 4 ada 16 responden. pertanyaan nomor 2 (menangis, mudah sedih) yang menjawab tidak pernah dengan skor 5 ada 17 responden dan kadang-kadang 14 responden. Pertanyaan nomor 6 (berpikir mencari jalan lain untuk menyelesaikan masalah atau mengendalikan situasi) yang menjawab hampir selalu dengan skor 5 yaitu ada 16 responden dan kadang-kadang 11 responden. Pertanyaan nomor 7 (makan berlebihan, merokok) responden yang menjawab dengan jawaban tidak pernah dengan skor 5 yaitu ada 29 responden dan kadang-kadang ada 7 responden. Pertanyaan nomor 8 (minum minuman beralkohol) yang menjawab tidak pernah ada 28 responden. Pertanyaan nomor
58
9 (Minum obat untuk mengurangi ketegangan, seperti obat tidur atau Psikotropika) yang menjawab tidak pernah ada 28 responden. pertanyaan nomor 28 (menyerah pada keadaan, arena kelihatannya tidak ada harapan) yang menjawab tidak pernah ada 14 orang dan kadang-kadang 11 responden. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 34 (menyerah pada keadaan arena itu sudah merupakan takdir Anda, sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan apapun) yang menjawab tidak pernah ada 16 responden dan kadang-kadang 8 responden. Sedangkan untuk mekanisme koping maladaptif jawaban responden paling banyak yaitu pada pertanyaan nomor 3, 4, 6, 10, 11, 13, 14, 20, 21, 26, 31, 32 dan 36 dengan rincian sebagai berikut: pada pertanyaan nomor 3 (menghilangkan ketegangan dengan aktivitas fisik atau pergi ke tempat lain) yang menjawab tidak pernah dengan skor 1 yaitu ada 9 responden dan kadang-kadang-kadang dengan skor 2 ada 10 responden. Pertanyaan nomor 4 (berharap segalanya akan membaik) yang menjawab kadang-kadang dengan skor 4 ada 18 responden. Pertanyaan nomor 6 (berpikir mencari jalan lain untuk menyelesaikan masalah atau mengendalikan situasi) yang menjawab tidak pernah ada 1 responden dan kadang-kadang ada 15 responden. Pertanyaan nomor 10 (mencoba melupakan masalah dan memikirkan hal lain) yang menjawab tidak pernah ada 10 responden. Pertanyaan nomor 11 (mengajak orang lain untuk menyelesaikan masalah atau mengatasi situasi) yang menjawab tidak pernah ada 4 responden dan kadang-kadang ada 16
59
responden. Pertanyaan nomor 13 (melakukan sesuatu, meskipun anda tidak yakin akan berhasil) yang menjawab tidak pernah ada 1 responden dan kadang-kadang 16 responden. Pertanyaan nomor 14 (membicarakan masalah dengan seseorang yang pernah mengalami situasi yang sama) yang menjawab tidak pernah ada 3 responden dan kadang-kadang 17 responden. Pertanyaan nomor 20 (mencoba untuk menemukan arti atau hikmah dari situasi yang dialam) yang menjawab tidak pernah ada 3 responden dan kadang-kadang 14 responden. Pertanyaan nomor 21 (berdoa/sholat, berserah diri kepada Tuhan) yang menjawab tidak pernah ada 8 responden dan yang menjawab kadangkadang ada 10 responden. Pertanyaan nomor 26 (melepaskan ketegangan anda pada orang lain atau sesuatu yang lain) yang menjawab tidak pernah ada 1 responden dan kadang-kadang 18 responden. Pertanyaan nomor 31 (meditasi/zikir, mencari ketenangan dengan melakukan relaksasi) yang menjawab tidak pernah ada 10 responden dan kadang-kadang ada 11 responden. Pertanyaan nomor 32 (berusaha untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang masalah Anda, sehingga Anda bisa menanganinya dengan lebih baik) yang menjawab tidak pernah ada 7 responden dan kadang-kadang 11 responden. Sedangkan pertanyaan nomor 36 (mencoba untuk memecahkan masalah menjadi ringan sehingga anda dapat mengatasinya dengan lebih baik) yang menjawab tidak pernah ada 7 responden dan yang menjawab kadangkadang ada 8 responden.
60
Kemudian pada tabel 5.7 analisis bivariat, dari total 3 responden dengan kecemasan tidak ada, ada 3 responden (4,5%) dengan mekanisme koping adaptif dan 0 responden (0%) atau tidak ada responden dengan mekanisme koping maladaptif. Kemudian dari 9 responden dengan kecemasan ringan, ada 9 responden (13,4%) dengan mekanisme koping adaptif dan 0 responden atau tidak ada responden (0%) dengan mekanisme koping maldaptif. Selanjutnya dari total 37 responden dengan kecemasan sedang, ada 23 responden (34,3%) dengan mekanisme koping adaptif dan 14 responden (20,9%) dengan mekanisme koping maladptif. Dan dari 18 responden dengan kecemasan berat, ada 6 responden (9,0%) dengan mekanisme koping adaptif dan 12 responden (17,9%) dengan mekanisme koping maladaptif. Menurut Mighwar (2006) secara psikologis, kecemasan merupakan pengembangan-pengembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal yaitu kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan dari orang tua dan lingkungan. Dari aspek orang tua siswa merasa tertekan dengan banyaknya tuntutan orang tua yang mengharapkan kelulusan tanpa memberikan dukungan secara nyata, sehingga siswa merasakan beban yang sangat berat saat mengerjakan soal ujian nasional, sedangkan dari aspek lingkungan sangat mempengaruhi cara berpikir tentang diri sendiri atau orang lain, sehingga individu merasakan kecemasan karena perasaan yang tidak nyaman dan aman terhadap lingkungan.
61
Hal ini sesuai dengan penjelasan (Sudrajat, 2008) mengatakan bahwa faktor-faktor pemicu timbulnya cemas pada siswa dapat diklarifikasikan menjadi tiga yaitu: faktor kurikulum, faktor guru, dan faktor manajemen sekolah. Sikap dan perlakuan guru yang kurang kompeten merupakan sumber penyebab timbulnya cemas pada siswa (Sudrajat, 2008). Namun selain peran guru sangat penting dalam kecemasan siswa, pola belajar siswa juga mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan tidak begitu tinggi dan sebaliknya. Disaat siswa mengalami kecemasan, banyak cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, seperti menggunakan koping adaptif atau maladaptif (Lazarus, 1985). Koping ini diterapkan bergantung tingkat kecemasan seseorang. Jika siswa dalam koping adaptif maka individu tersebut dapat berada pada tingkat kecemasan sehat (cemas ringan) sebaliknya jika koping individu maladaptive maka individu berada pada kecemasan berat/panic (Videback, 2008). Strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problemsolving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan cemas dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Senada dengan pendapat Carver (1989) bahwa adapun faktor yang
62
menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat cemas dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalahmasalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan sedangkan yang menggunakan strategi emotion-focused
coping
ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang
menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat . Berdasarkan hasil uji dengan fisher’s exact test diperoleh nilai Pvalue = 0,002 (p < 0.05) yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara kecemasan dengan mekanisme koping remaja siswa kelas X dalam menghadapi ulangan sesmester di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara, pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 3. Kemudian hasil uji keeratan hubungan menggunakan kontingensi Phi diperoleh nilai φ = 0,449 yang artinya hubungan kecemasan dengan mekanisme koping siswa kelas X dalam menghadapi ulangan semester di SMA Negeri 1 Lasolo Kabupaten Konawe Utara mempunyai tingkat hubungan sedang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ni Komang Ratih A.N (2012) pada siswa SMUN, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan terhadap koping siswa dalam menghadapi ujian nasional.
63