BAB IPENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Yang dimaksud dengan hygiene ialah kesehatan masyarakat yang khusus meliputisegala usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan badan dan jiwa, baik untuk umum, maupun untuk perseorangan, dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna peri kehidupanmanusia(dikutip dari ketentuan umum bab 2 dari undang – undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1966 tentang hygiene).Istilah Hiperkes menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenaiTenaga Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaandan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dansyarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenagakerja.Pengertian dari Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuranyang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut sertalebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dariakibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggitingginya(Soeripto, Ir., DIH., 1992).Dalam sejarah berkembangnya dunia industry yang semakin maju & juga daya saingsemakin global yang mengakibatkan efisiensi kerja,kualitas & kuantitas baik dari sektor produksi,majemen maupun para tenaga kerjanya semakin meningkat,yang pada akhirnyamau tidak mau perusahaan menggunakan alat-alat produksi & mesin-mesin yang canggih &rumit yang dapat berakibat negatif pada pekerjanya.Alat – alat & mesin – mesin tersebut jelasakan mengakibatkan pada efisiensi produksi meningkat & juga berdampak bagi pekerjanya.Dampak-dampak
yang
dirasakan
tersebut
meliputi
getaran,
kebisingan,radiasiyang dapat mempengaruhi kinerja para tenaga kerja yang mengoperasikannya maupunlingkungan
sekitar
perusahaan.Selain
peralatan
&
mesin-mesin
yang
dapat
mempengaruhi kinerja tenaga kerja,factor Iklim juga dapat mempengaruhi kinerja para tenaga
kerja yang pada akhirnya dapat berdampak juga pada perusahaan secara luasnya. Berawal dari situlah kami dapatmenyimpulkan betapa pentingnya diperlukan undang- undang yang mengatur tentanghygiene perusahaan untuk warga perusahaan & lingkungan sekitar perusahaan secaraluasnya,untuk para pekerjanya yang secara langsung berinteraksi dnegan peralatan & mesin-mesin secara khususnya.Sehingga perlunya diatur undang – undang yang melindungi paratenaga kerja
BAB IIRUANG LINGKUP I.Ruang lingkup Higiene perusahaan meliputi : • Higiene kerja/perusahaan Mendalami masalah identifikasi, pengukuran, evaluasi & pengendaliannyasesuai dengan standar baku terhadap risiko faktor fisika, kimia dan biologiyang timbul & berasal dari tempat kerja yang dapat
mempengaruhikesehatan/kesejahteraan
mereka
yang
bekerja
atau
yang
ada
dalammasyarakat. Tugas : melatih, mendidik, manajemen bahaya, memasang label peringatan,membantu perencanaan, memelihara pencatatan, melakukan riset. • Kesehatan kerja Mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan kesehatanKegiatan berupa promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dansosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya • Keselamatan kerja Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-caramelakukan pekerjaan Tujuannya:1. Melindungi hak keselamatan tenaga kerja2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja3. Sumber produksi dipelihara & digunakansecara efisien dan aman • Kedokteran kerja Mendalami masalah diagnosis, manajemen dan pencegahan penyakit yangdisebabkan atau diperburuk oleh berbagai faktor di tempat kerjaDiagnosis :1. Riwayat penyakit & pekerjaan2. Pemeriksaan klinis, laboratorium dan Rontgen3. Pemeriksaan tempat kerja4. Hubungan antara bekerja/tidak dengan gejala/keluhan penyakit Tugas utama :
- mengenal lingk. Kerja - ketrampilan klinis deteksi dini - menguasai UU/peraturan - p e m e r i k s a a n s e b e l u m k e r j a , b e r k a l a dan khusus -
t g . j a w a b
a d m i n i s t r a t i v e
-
p e n g o b a t a n
- r e h a b i
l
i
- p e n d i
i
k a n
k e s
d
e h a t
t
a s
i &
p r o m
a n
http://www.pdfcoke.com/doc/45422592/MAKALAH-k3ku
o s
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
B. Kajian teori
Seperti halnya profesi yang lain, menentukan kapan pertama kalinya praktek higiene industri dilakukan sangat sulit untuk ditentukan, bahkan hampir mustahil. Namun, kita bisa mulai menjawabnya dengan mengidentifikasi kapan manusia mulai menyadari adanya bahaya di tempat
kerja
dan
bagaimana
cara
mengendalikannya.
Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine). Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa
”sedikit penambang …..menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut. Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi. Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan tentang keracunan merkuri.
De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisanpertama yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja. Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya bersifat terapi dan kuratif.
Pada tahun 1775 Percival Pott, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah. Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions, and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang dipublikasikan di Amerika. Komponen dan Ruang Lingkup Higiene Industri. Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat masyarakat.
Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja tidak mendapat perhatian.
C. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud higiene industri
b. Apa saja yang menjadi ruang lingkup hygiene industri
c. Bagaimana potensi bahaya pada faktor fisika dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene industri
D. Tujuan
a. Definisi dari hygiene industry
b. Ruang lingkup hygiene industri
c. Potensi bahaya di lingkungan industry dan mengetahui factor kimia dan fisik yang terjadi di dalamnya
E. Manfaat
Agar para pembaca dapat mendapat gambaran dari definisi hygiene industry dan ruang lingkupnya, serta hubungannya dengan factor kimia dan fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi hygiene industry
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat juga merupakan Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan
B. Ruang lingkup higiene industri
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan).
Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :
1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah : Mengetahui
potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya
dan risiko yang nyata Mempersiapkan
tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu
area dimasuki Meminimalisasi
kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki
Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu : Pengumpulan
Informasi
Melalui studi literature Mempelajari hasil penelitian Dokumen-dokumen perusahaan Survey lapangan Analisis
dan diskusi
Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
Pembuatan
Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yangndapat dikelompokkan: – Berdasarkan lokasi atau unit – Berdasarkan kelompok pekerja – Berdasarkan jenis potensi bahaya – Berdasarkan tahapan proses produksi dll
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah : Mengetahui
karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran) Mengetahui
sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui
pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu : Untuk
mengetahui tingkat risiko
Untuk
mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk
memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk
mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk
memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui
jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan: Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar, Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja Menghilangkan
Mengurangi Proses
semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
kerja ditempatkan terpisah,
Menempatan
ventilasi local/umum.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja Pengaturan
schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
Mata Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield. Telinga Sumber
bahaya:
suara
dengan
tingkat
kebisingan
lebih
dari
85
dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps. Kepala Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar. APD: helmet, bump caps. Pernapasan Sumber
bahaya:
debu,
uap,
gas,
kekurangan
oksigen
(oxygen
defiency).
APD: respirator, breathing apparatus Tubuh Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi. APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket. Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts. Kaki Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
C. Potensi bahaya faktor fisika dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene industry
Faktor
lingkungan
kerja
yang
dapat
menimbulkan
bahaya
di
tempat
kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia. 1. Bahaya Fisik :
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas, getaran, radiasi dsb
Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
Halilintar 120 Kantor gaduh 70,
Meriam 110 Radio 60
Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40
Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30
Pluit 80 Tetesan air 10
Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a.
Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
b.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
c.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
Getaran Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
2.
Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )Contoh : Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.
B. Saran
Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di tempat kerja(factor fisika dan factor kimia). Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi, substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)