PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
BAB II PENGUKURAN DASAR 2.1 Tujuan 1. Mempelajari penggunaan alat ukur dasar. 2. Menuliskan bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau perhitungan 3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur 2.2 Teori Dasar Pengukuran dalam arti Umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi adalah : Proses pengukuran akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran menjadi tidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut : 1.
“Tinggi gedung itu tiga”.
2.
“Tinggi gedung itu tiga pohon kelapa”.
Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran acuan sehingga kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan tetapi, besaran acuannya (pohon kelapa) tidak menggambarkan suatu hal yang pasti sehingga masih menimbulkan keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu besaran acuan yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua orang. Besaran tersebut harus dibakukan (distandarkan). Besaran standar yang dipakai sebagai acuan dalam proses pengukuran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Dapat didefinisikan secara fisik
2.
Jelas dan tidak berubah dengan waktu
3.
Dapat digunakan sebagai pembanding, dimana saja di dunia ini.
Besaran standar yang digunakandalam setiap proses pengukuran dapat merupakan salah satu atau gabungan besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah disepakatisecara internasional (SI Units, International System of Units, Le Systeme International d’Unites) Dikenal tujuh besaran dasar.Setiap besaran dasar mempunyai satuan standar dengan simbol/notasi yang digunakan
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
7
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
Berikut merupakan daftar satuan besaran dalam SI
Gambar 2.1 Tabel satuan dasar dalam SI Sumber http://wanenoor.blogspot.com/2012
Untuk pengukuran geometris besaran yang digunakan adalah besaran panjang dengan satuan standar panjang yang diberi nama dengan meter (m) serta stuan tambahan yaitu sudut bidang dengan nama derajat (0) atau radial (rad). Besaran yang di sebutkan diatas merupakan besaran turunan. Besaran turunan memiliki definisi sebagai besaran yang dapat di turunkan dari besaran dasar. Berikut merupakan contoh dari besaran turunan
Gambar 2.2 Besaran Turunan dan Satuannya Sumber http://www.sumberpengertian.co/pe
Dalam penggunaan alat ukur ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain :
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
8
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
1. Titik nol alat, yaitu angka yang di tunjukkan alat sebelum digunakan 2. Nilai skala terkecil alat, yaitu skala terkecil yang di perlihatkan alat 3. Batas ukur alat, yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat tersebut 4. Cara pemakaian alat, masing masing alat memiliki cara pemakaian yang berbeda beda yang harus di perhatikan
Hasil pengukuran yang diperoleh harus dilaporkan dengan cara berikut : A. Satu kali pengukuran Besaran yang terukur langsung 𝑥0 : Yang terbaca pada alat ukur. 1 1 ∆𝑥 : 2 nilai skala terkecil alat (2 nst alat ) Nst alat : nst utama jika tanpa nonius 1⁄𝑛 x nst utama jika ada nonius N : Jumlah skala nonius Besaran turunan X : f(a, b, c) dengan a, b, c besaran terukur alat ukur 𝑎 = 𝑎0 ± ⊿𝑏 ; 𝑏 = 𝑏0 ± ⊿𝑏 ; 𝑐 = 𝑐0 ± ⊿𝑐 Maka x = f (𝑎0 , 𝑏0 , 𝑐0 ) 𝜕𝑓 𝜕𝑓 ⊿𝑥 = | | 𝑎0 , 𝑏0 , 𝑐0 ∆𝑎 + | | 𝑎0 , 𝑏0 , 𝑐0 ⊿𝑐 𝜕𝑎 𝜕𝑏 Nilai kepercayaan 100% B. 𝑛 kali pengukuran Besaran yang langsung terukur 𝑥0 adalah rata – rta dari hasil pengukuran dasar atau : ∑𝑖1 𝑥𝑖 𝑥0 = 𝑛 1 √(𝑥𝑖 − 𝑥)2 ∆𝑥 = 𝜕𝑏 = 𝑛 𝑛−1
Besaran turunan X = f(a, b, c) Dengan 𝑎 = 𝑎0 ± ⊿𝑎 ; 𝑏 = 𝑏0 ± ⊿𝑏 ; 𝑐 = 𝑐0 ± ⊿𝑐 Semua hasil pengukuran berulang, maka : 𝑥 = 𝑓(𝑎0 , 𝑏0 , 𝑐0 ) 𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 ] ∆𝑎 2 + [ ] ∆𝑏 2 + [ ] ∆𝑐 2 𝜕𝑎 𝜕𝑏 𝜕𝑐 Nilai kepercayaan 68% ∆𝑥 = √[
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
9
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
C. Besaran turunan yang merupakan hasil jumlah pengukuran campuran 𝑥 = 𝑓(𝑎, 𝑏, 𝑐) dengan 𝑎 = 𝑎0 ± ⊿𝑎 ; 𝑏 = 𝑏0 ± ⊿𝑏 hasl pengukuran berulang 𝑐 = 𝑐0 ± ⊿𝑐 hasil satu kali pengukuran maka 𝑥 = 𝑓(𝑎0 , 𝑏0 , 𝑐0 ) dengan ∆𝑥 = √[
2 𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 𝜕𝑓 2 2 ] ∆𝑎 2 + [ ] ∆𝑏 2 + [ ] [ ∆𝑐 ] 𝜕𝑎 𝜕𝑏 𝜕𝑐 3
Nilai kepercayaan 68% atau
∆𝑥 = √[
𝜕𝑓 2 3 𝜕𝑓 2 3 𝜕𝑓 2 3 ] ( ∆𝑎) + [ ] ( ∆𝑏) + [ ] ( ∆𝑐) 𝜕𝑎 2 𝜕𝑏 2 𝜕𝑐 2
Nilai kepercayaan 100% Dengan demikian jumlah bilangan berarti yang dilaporkan adalah sebagai berikut : ⊿𝑥 disebut sebagai kesalahan mutlak (KTP mutlak) ⊿𝑥 disebut sebagai kesalahan relatif (KTP relatif )
Dalam pengukuran terdapat 2 jenis cara pengukuran, yakni : 1. Pengukuran tak langsung
pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran yang dilakukan dengan cara mencari variabel-variabel lain terlebih dahulu kemudian dilakukan perhitungan secara matematis untuk memperoleh hasil pengukurannya. Misalnya mengukur massa air dengan cara mengukur volume air terlebih dahulu, lalu volume air yang diperoleh dikalikan dengan massa jenis air sehingga diperoleh massa air tersebut. 2. Pegukuran Langsung
Pengukuran langsung merupakan pengukuran yang langsung dilakukan dengan alat ukurnya tanpa mencari variabel-variabel yang lainnya terlebih dahulu. Misalnya mengukur panjang meja dengan meteran, mengukur massa buah jeruk dengan neraca dan mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer.
Pada pengukuran terdapat berbagai jenis alat ukur yang biasa digunakan, antara lain sebagai berikut : 1. Jangka Sorong
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
10
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
Jangka sorong adalah alat untuk mengukur panjang, tebal, lebar, serta kedalaman. Jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu peduga. Rahang dalam berfungsi mengukur diamete dalam, Rahang luar untuk mengukur diameter bagian luar, sedangkan penduga untuk mengukur kedalaman. Ketelitian jangka sorong berbeda – beda sesuai dengan jumlah skala nonius pada jangka sorong.
Gambar 2.3 Jangka Sorong Sumber https://rumusrumus.com/bagian-bag
2. Mikrometer teknis Mikrometer teknis hanya dapat digunakan untuk bagian luar saja. Skala utamanya adalah bagian horizontal sedangkan penghalusnya atau skala putar (nonius) adalah bagian vertikal. Biasanya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu putaran skala putar aka mengubah skala utama sebesar
1 2
mm. Ketelitian mikrometer teknis
lebih kecil dibandingkan jangka sorong, atau dengan kata lain mikrometer dapat mengukur dengan lebih teliti
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
11
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
Gambar 2.4 Jangka Sorong Sumber https://rumushitung.com/2013/02/0
3.
Neraca teknis Neraca teknis adalah alat mengukur massa suatu benda dengan menggunakan prinsip keseimbangan. Untuk itu, bidang kerjanya harus mendatar, ini dapat dilihat dengan memutar skrup dengan unting – unting. Kemudian perhatikan keseimbangannya, angka atau putar. Jika ayunan jarum kearah kanan dan kirinya sama maka timbangan siap digunakan. Jika tidak, maka keseimbangan dengan mengatur pembeban di lengan – lengan sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 2.5 Neraca Teknis Sumber https://juniorsciences.blogspot.c
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
12
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
2.3 Metodologi Praktikum 2.3.1 Skema Proses a. Jangka Sorong Siapkan Alat dan Bahan
Memulai Praktikum
Analisa
Kesimpulan
Gambar 2.6 Skema Proses Jangka Sorong
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
13
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
b. Mikrometer Teknis Siapkan Alat dan Bahan
Memulai Praktikum
Analisa
Kesimpulan
Gambar 2.7 Skema Proses Mikrometer Teknis
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
14
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
c. Neraca Teknis
Siapkan Alat dan Bahan
Memulai Praktikum
Analisa
Kesimpulan
Gambar 2.8 Skema Proses Neraca Teknis
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
15
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
2.3.2 Penjelasan Sekema Proses a. Jangka Sorong 1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. 2. Benda kerja diukur dengan menjeppit menggunakan rahang jangka sorong. 3. Lalu benda kerja dikunci. 4. Skala utama dan skala nonius dibaca. 5. Lalu hasil pengukuran dihitung, dan juga di catat pada lembar kerja. 6. Pengukuran lebar, pajang, tebal dilakukan sebanyak 5 kali pada tiap benda kerja. 7. Setelah itu, analisa dibuat dari berbagai faktor sebab dan akibat dari benda yang dihitung. 8. Tarik kesimpulan dari hasil praktikum.
b. Mikrometer Teknis 1. Alat dan bahan disipkan terlebih dahulu. 2. Roda bagian pemutar kasar diputar untuk memanjangkan rahangnya. 3.
Benda dimasukkan pada rahang.
4. Lalu roda pemutar kasar diputar kembali sampai benda terjepit. 5. Roda pemutar halus diputar sebanyak 3 kali sambai berbunyi klik. 6. Benda di kunci dengan penguat 7. Hasil pengukuran di catat dan dihitung pada lembar kerja 8. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali pada tiap benda kerja. 9. Setelah itu, analisa dibuat dari berbagai faktor sebab dan akibat dari benda yang dihitung 10. Tarik kesimpulan dari hasil praktikum.
c. Neraca Teknis 1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. 2. Neraca yang akan dipakai di datarkan terlebih dahulu dengan puntir yang ada pada neraca hingga jarum penunjuk seimbang.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
16
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
3. Benda kerja diletakkan pada lengan neraca. 4. Massa benda kerja dihitung dengan menambahkan beban bernilai mulai dari yang terbesar hingga jarum sejajar dengan garis. 5. Hasil di catat pada lembar kerja. 6. Pengukuran dilakukan pada tiap benda kerja.
2.4 Alat dan Bahan 2.4.1 Alat 1. Jangka Sorong
:1 buah
2. Mikrometer Teknis
:1 buah
3. Neraca Teknis
:1 buah
2.4.2 Bahan 1. Balok besi
:1 buah
2. Balok kuningan
:1 buah
3. Balok Tembaga
:1 buah
2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data
2.5.1 Pengumpulan Data Mengukur balok kuningan dengan jangka sorong
Tabel 2.1 Pengukuran Kuningan dengan Jangka sorong Bagian
Panjang (P)
Lebar (L)
Tinggi/Tebal (T)
1.
35,20
18,10
8,90
2.
34,10
18,30
9,10
3.
34,15
17,10
8,95
4.
34,15
18,50
8,95
5.
34,20
17,10
8,90
∑
171,8
89,1
44,8
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
17
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
X
34,36
17,82
8,96
∑X1²
5903,935
1589,57
401,435
(∑X1)²
29515,24
7938,81
2007,04
volume BK-1 (V) = P x L x T ... mm³ = 34,36 x 17,82 x 8,96 mm³ = 5486,164 mm³
Mengukur balok kuningan dengan mikrometer teknis
2.2 Tabel Pengukuran Kuningan dengan Mikrometer Teknis bagian
Tinggi/tebal(T)
1.
8,94
2.
8,94
3.
8,95
4.
8,95
5.
8,93
Menimbang balok kuningan dengan neraca teknis Massa BK-1 (m1) = 46,6 gram
Mengukur balok tembaga dengan jangka sorong
Tabel 2.3 Pengukuran Tembaga dengan Jangka sorong Bagian
Panjang (P)
Lebar (L)
Tinggi/Tebal (T)
1.
41,20
14,10
23,15
2.
41,15
14,10
23,10
3.
41,10
14,05
23,05
4.
41,10
14,10
23,10
5.
41,10
14,05
23,05
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
18
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
∑
205,65
70,4
115,45
X
41,13
14,08
23,09
∑X1²
8458,3925
991,235
2665,7475
(∑X1)²
42291,9225
4956,16
13328,7025
volume BK-1 (V) = P x L x T ... mm³ = 41,13 x 14,08 x 23,05 mm³ = 13371,659 mm³
Mengukur balok tembaga dengan mikrometer teknis
Tabel 2.4 Pengukuran Tembag dengan Mikrometer Teknis bagian
Tinggi/tebal(T)
1.
15,50
2.
15,50
3.
15,50
4.
15,95
5.
15,65
Menimbang balok tembaga dengan neraca teknis Massa BK-1 (m1) = 133,4 gram
Mengukur balok besi dengan jangka sorong Tabel 2.5 Pengukuran Besi dengan Jangka sorong Bagian
Panjang (P)
Lebar (L)
Tinggi/Tebal (T)
1.
45,20
25,20
17,75
2.
45,15
25,30
17,55
3.
45,15
25,30
17,70
4.
45,30
25,30
17,65
5.
45,20
25,20
17,60
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
19
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
∑
226
126,3
88,25
X
45,2
25,26
17,65
∑X1²
10215, 215
3190,35
1557,6375
(∑X1)²
51076
15951,69
7788,0625
volume BK-1 (V) = P x L x T ... mm³ = 45,2 x 25,26 x 17,65 mm³ = 20151,9228 mm³
Mengukur balok besi dengan mikrometer teknis
Tabel 2.6 Pengukuran Besi dengan Jangka sorong bagian
Tinggi/tebal(T)
1.
17,4
2.
17,88
3.
17,19
4.
17,62
5.
17,23
Menimbang balok besi dengan neraca teknis Massa BK-1 (m1) = 154,6 gram
2.5.2 Pengolahan Data Benda kerja 1 = kuningan 2 1 √𝑛∑𝑝1−(∑𝑝1)² ∆𝑝 = 𝑛 𝑛−1
=
1 5.5903,935 − 29515,24 √ 5 5−1
=
1 29519,675 − 29515,24 √ 5 4
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
20
PENGUKURAN DASAR
1
KELOMPOK 3
4,435
= 5√
4
1
= 5 √1,10875 1
= 5 1,052 = 0,2104 𝑃1 = 𝑋 + ∆𝑃 = 34,36 + 0,2104 = 34,57 𝑃2 = 𝑋 + ∆𝑃 = 34,36-0,2104 = 34,14
2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑙1)² ∆𝑙 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.1589,57 − 7938,81 √ 5 5−1
=
1 7947,85 − 7938,81 √ 5 4
=
1 9,84 √ 5 4
1 √2,26 5 1 = 1,503 5 =
= 0,300
𝑙1 = 𝑋 + ∆𝑙
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
21
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
= 17,82 + 0,300 = 34,57 𝑙2 = 𝑋 + ∆𝑙 = 17,82 - 0,300 = 17,52
2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑇1)² ∆𝑇 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.401,435 − 2007 √ 5 5−1
=
1 2007,175 − 2007,04 √ 5 4
=
1 0,135 √ 5 4
1 √0,033 5 1 = 0,81 5 =
= 0,0362 𝑇1 = 𝑋 + ∆𝑇 = 8,96 + 0,0362 = 8,99 𝑇2 = 𝑋 + ∆𝑇 = 8,96-0,0362 = 8,92
Nilai Ketidakpastian Kuningan
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
22
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
∆𝑉 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 = + + 𝑉 𝑃 𝑇 𝐿 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 ∆𝑉 = ( + + ) 𝑥𝑉 𝑃 𝑇 𝐿 0,2104 0,300 0,0362 ∆𝑉 = ( + + ) 𝑥 5486,164 34,36 17,82 8,96 = ( 0,00612 + 0,016 + 0,00404 ) x 5486,164 = 0,02616 x 5486,164 = 143,518 mm³ 0,143518 m³
Nilai massa jenis benda dan nilai intervalnya 𝑉1 = 𝑉 + ∆𝑉 = 5486,164 + 143,518 = 5629,682 mm³ 𝑉2 = = 5486,164 - 143,518 = 532,646 mm³
𝜌=
𝑀 𝑉1
=
0,0466 5,629682
= 8,277 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
𝜌=
𝑀 0,0466 = 𝑉2 5,342646
= 8,722 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
Benda kerja 2 = Tembaga 2 1 √𝑛∑𝑝1−(∑𝑝1)² ∆𝑝 = 𝑛 𝑛−1
=
1 5.8458,3935 − 42291,9925 √ 5 5−1
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
23
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
1 42291,96 − 42291,9925 √ 5 4
=
1
0,0375
= 5√
4
1
= 5 √0,009375 1
= 5 0,096 = 0,019
𝑃1 = 𝑋 + ∆𝑃 = 41,13 + 0,019 = 41,14 𝑃2 = 𝑋 + ∆𝑃 = 41,13 - 0,019 = 41,11 2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑙1)² ∆𝑙 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.991,235 − 4956,16 √ 5 5−1
=
1 4956,17 − 4956,16 √ 5 4
=
1 0,01 √ 5 4
1 √0,0025 5 1 = 0,05 5 =
= 0,01 𝑙1 = 𝑋 + ∆𝑙 = 14,08 + 0,01
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
24
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
= 14,09 𝑙2 = 𝑋 + ∆𝑙 = 14,08 – 0,01 = 14,07
2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑇1)² ∆𝑇 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.2665,7475 − 13328,7025 √ 5 5−1
=
1 13328,7375 − 13328,7025 √ 5 4
=
1 0,035 √ 5 4
=
1 √0,001875 5
=
1 5
0,093
= 0,0186 𝑇1 = 𝑋 + ∆𝑇 = 23,09 + 0,0186 = 23,10 𝑇2 = 𝑋 + ∆𝑇 = 23,09-0,0186 = 23,10
Nilai Ketidakpastian tembaga ∆𝑉 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 = + + 𝑉 𝑃 𝑇 𝐿 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 ∆𝑉 = ( + + ) 𝑥𝑉 𝑃 𝑇 𝐿
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
25
PENGUKURAN DASAR
0,019
∆𝑉 = (41,13 +
0,01 14,08
+
KELOMPOK 3
0,0186 23,09
) 𝑥 1337,659
= ( 0,000461+ 0,000710 + 0,000805 ) x 1337,659 = 0,0001976 x 1337,659 = 26,42 mm³ 0,02642 m³
Nilai massa jenis benda dan nilai intervalnya 𝑉1 = 𝑉 + ∆𝑉 = 1337,659 + 26,42 = 13398,079mm³ 𝑉2 = = 1337,659 - 26,42 = 13345,239 mm³ 𝜌=
𝑀
0,1334
= 13398,079
𝑉1
= 9,956 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
𝜌=
𝑀 0,1334 = 𝑉2 13345,239
= 89,996 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
Benda Kerja 3 = Besi 2 1 √𝑛∑𝑝1−(∑𝑝1)² ∆𝑝 = 𝑛 𝑛−1
=
1 5.10215,215 − 51076 √ 5 5−1
=
1 51076,075 − 51076 √ 5 4 1
0,075
= 5√
4
1
= 5 √0,01875
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
26
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
1
= 5 0,136 = 0,027
𝑃1 = 𝑋 + ∆𝑃 = 45,20 + 0,027 = 45,22 𝑃2 = 𝑋 + ∆𝑃 = 45,20 - 0,027 = 45,17
2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑙1)² ∆𝑙 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.3190,35 − 15951,69 √ 5 5−1
=
1 15951,75 − 15951,69 √ 5 4
=
1 0,06 √ 5 4
1 √0,015 5 1 = 0,122 5 =
= 0,024 𝑙1 = 𝑋 + ∆𝑙 = 25,26+ 0,024 = 25,28 𝑙2 = 𝑋 + ∆𝑙
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
27
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
= 25,26 - 0,024 = 25,23
2
1 𝑛∑𝑙1−(∑𝑇1)² ∆𝑇 = √ 𝑛 𝑛−1 =
1 5.1557,6375 − 7788,0625 √ 5 5−1
=
1 7788,1875 − 7788,0625 √ 5 4
=
1 0,125 √ 5 4
=
1 √0,031 5
=
1 5
0,176
= 0,035 𝑇1 = 𝑋 + ∆𝑇 = 17,65 + 0,035 = 17,68 𝑇2 = 𝑋 + ∆𝑇 = 17,65 - 0,035 = 17,61
Nilai Ketidakpastian Kuningan ∆𝑉 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 = + + 𝑉 𝑃 𝑇 𝐿 ∆𝑃 ∆𝑇 ∆𝐿 ∆𝑉 = ( + + ) 𝑥𝑉 𝑃 𝑇 𝐿 0,027 0,024 0,035 ∆𝑉 = ( + + ) 𝑥20151,9228 45,2 25,26 17,6 = ( 0,000597 + 0,000950 + 0,00198 ) x 20151,9228
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
28
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
= 0,003527 x 20151,9228 = 71,07mm³ 0,07107 m³
Nilai massa jenis benda dan nilai intervalnya 𝑉1 = 𝑉 + ∆𝑉 = 20151,9228 + 71,07 = 20222,99 mm³ 𝑉2 = 20151,9228 + 71,07 = 20080,85 mm³
𝜌=
𝑀 𝑉1
0,1546
= 20,22299 = 7,644 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
𝜌=
𝑀 0,1546 = 𝑉2 20,08085
= 7,689 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑚3
PANJANG KUNINGAN
35.2
34,57 34.6 34,36
34,14 34 35.2
34.1
34.15
34.15
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
34.2
29
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
LEBAR KUNINGAN
18.2 18,12
17,82 17.8
17.4
17,52
17 18.1
18.3
17.1
18.5
17.1
TINGGI KUNINGAN 9.08 8,99
9.02 8,92
8.96
8,92
8.9 8.9
9.1
8.95
8.95
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
8.9
30
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
PANJANG TEMBAGA 41.19 41,14
41,13 41.16 41,13
41.13 41,11
41.1 41.2
41.15
41.1
41.1
41.1
14.1
14.05
LEBAR TEMBAGA
14 14.089 14,09 ,09 14,08 14,08 14.076 14,08 14,07
14.063 14,07
14.05 14.1
14.1
14.05
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
31
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
TINGGI TEMBAGA 23,10 23.098
23,09 23.082
23,07 23.066
23.05
23.15
23.1
23.05
23.1
23.05
PANJANG BESI 45.28 45,22 45,22
45,20 45,20 45.22
45.16 45,17 45,17
45.1
45.2
45.15
45.15
45.3
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
45.2
32
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
LEBAR BESI
25.28 25,28
25,26 25.25
25.22 25,23
25.19 25.2
25.3
25.3
25.3
25.2
17.65
17.6
TINGGI BESI
17.67 17,68
17,65 17.63
17.59 17,61
17.55 17.75
17.55
17.7
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
33
PENGUKURAN DASAR
KELOMPOK 3
2.6 Analisa dan Pembahasan Hasil praktikum pengukuran dasar dengan mikrometer teknis, neraca teknis dan jangka sorong telah diukur benda kerja berupa besi, tembaga dan kuningan dengan hasil yang berbeda, hal ini disebabkan oleh faktor internal berupa kurangnya ketelitian membaca alat ukur maupun dalam menghitung hasil dari pengukuran, sedangkan faktor eksternalnya yaitu, beda yang diukur permukaannya sudah tidak sama, selain itu masih terdapat kesalahan dalam kalibrasi.
2.7 Kesimpulan 1. Dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat pengukuran dasar, serta mengetahui ketelitian dari alat ukur yang digunakan. 2. Dapat mengetahui cara penuliskan bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau perhitungan, misalnya terdapat coontoh angka 56,58 56,5 sebagai angka penting sedangkan 8 termasuk angka taksiran. 3. Dapat menghitung hasil pengukuran dengan merubahnya ke besaran lainnya.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019
34