Bab Ii.docx

  • Uploaded by: anisa kamala
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 24,761
  • Pages: 138
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG ICCU DAN PICU

A. Kajian Situasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo 1. Visi Rumah Sakit Prima Dalam Pelayanan Sub Spesialistik & Pendidikan Profesi 2. Misi Rumah Sakit a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan sub spesialistik; b. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan; c. Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan; d. Mengembangkan sarana dan prasarana yang unggul, tepat dan aman; e. Mengembangkan sistem manajemen yang handal, transparan, akuntabel, efektif & efisien. 3. Moto Rumah Sakit Melayani Dengan Sepenuh Hati 4. Falsafah Rumah Sakit a. Pasien atau pelanggan adalah insan manusia sebagai pengguna jasa atau produk rumah sakit yang harus dijunjung tinggi hak - haknya dengan penuh sentuhan manusiawi b. Karyawan RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah sumber daya manusia (SDM) yang merupakan aset yang paling berharga, mampu memberikan kosntribusi kepada rumah sakit, dengan memegang teguh nilai etika profesi dan norma agama yang peka dan peduli kepada orang lain, yang perlu ditingkatkan kesejahteraannya. c. Masyarakat adalah kelompok pengguna jasa/ produk Rumah Sakit yang peran kepeduliannya perlu diperhatikan secara positif.

d. Pemasok adalah mitra kerja rumah sakit yang setiap saat saling meningkatkan kerjasama berdasarkan saling percaya dan saling menguntungkan.

B. Kajian Situasi Di Ruang ICCU dan PICU 1. Profil dan Gambaran Umum Ruang ICCU dan PICU Ruang ICCU merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat, gagal jantung dengan kapasitas 8 tempat tidur. Ruang PICU adalah ruangan yang menangani pasien anak (rentang usia 28 hari sampai 18 tahun) yang mengalami gangguan kesehatan karena penyakit, kecelakaan/ trauma, gangguan kesehatan lain yang mengancam nyawa yang memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus dengan kapasitas 4 tempat tidur. Ruang ICCU dan PICU dipimpin oleh seorang kepala ruang dan memiliki 1 tenaga administrasi. Ruang ICCU memiliki 1 perawat primer dan 15 perawat associate; sedangkan ruang PICU memiliki 1 perawat primer dan 7 perawat associate. Ruang ICCU dan PICU terletak di lantai 1 yang berbatasan dengan: a. Sebelah Timur

: Ruang Kemuning

b. Sebelah Barat

: Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap

c. Sebelah Utara

: Radiologi

Tarif pelayanan perawatan di Ruang ICCU dan PICU berdasarkan ketentuan tarif terbaru di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Tarif Pelayanan di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 No. Jenis Pelayanan Non Kelas 1. Perawatan Intensif Rp. 500.000,00 Sumber : Wawancara Administrasi ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Gambar 2.1 Denah Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo 2019

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 KEPALA INSTALASI Dr. Hermin P. Sp. An. IC

PENANGGUNG JAWAB Rusmanto, S.Kep., Ners ADMINISTRASI Kasmiati PERAWAT PRIMER Wiwik Puji Hastiwi, Amk

PERAWAT ASSOCIATE Rizkia Utami, S.Kep., Ns

PERAWAT ASSOCIATE Satrio Ragil Pambudi, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Lely Ni’an R., S.Kep. Ns

PERAWAT ASSOCIATE Tabah Ayu Ida, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Bibit Fajar, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Pratama Yogi P., S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Ratih Kusuma D., S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Atik Nur Azizah, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Tri Sutrisno, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Mukhtarom, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Stevana Evi E., S.Kep., Ns

PERAWAT ASSOCIATE Ade Kristiani, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Wahyudi, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Kukuh Pribadi, Amk.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Ruang PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 KEPALA INSTALASI Dr. Hermin P. Sp. An. IC

PENANGGUNG JAWAB Rusmanto, S.Kep., Ners ADMINISTRASI Kasmiati PERAWAT PRIMER Umi Rofikoh, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Rani C., S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Teguh Riyanto, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Farida Nuraeni, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Abdul Sholeh, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Selly Ening P., S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Kistamtiningrum, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Ermi Triyanti, Amk

PERAWAT ASSOCIATE Saifah, Amk.

2. Unsur Input a. Pasien 1) Kajian Teori Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO). 2) Kajian Data Ruang ICCU adalah unit perawatan intensif untuk penyakit jantung. Jumlah pasien yang dirawat di ruang ICCU selama periode Januari – Maret 2019 dijelaskan dalam tabel 2.2 Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Bulan Januari – Maret 2019 Ruang ICCU Ruang PICU Jumlah Jumlah 1 Januari 50 27 2 Februari 43 26 3 Maret 37 31 Total 130 84 Rata-rata 43 28 Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik ICCU dan PICU No

Bulan

Periode Januari -Maret 2019 Berdasarkan

data

yang

diperoleh

dari

tabel

2.2

menunjukkan bahwa jumlah pasien selama bulan Januari-Maret 2019 di ruang ICCU adalah 132 pasien, sedangkan di ruang PICU adalah 84 pasien. Jumlah pasien tertinggi di ruang ICCU yaitu bulan Januari 2019 dengan 50 pasien dan terendah pada bulan Maret 2019 dengan 39 pasien. Jumlah pasien tertinggi di ruang

PICU yaitu bulan Maret 2019 dengan 31 pasien dan terendah pada bulan Februari 2019 dengan 26 pasien. Tabel 2.3 Distribusi 5 Besar Penyakit di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Bulan Januari – Maret 2019 No

Nama Penyakit

1 2 3 4 5

Ruang ICCU Jumlah (%) 52 44,9% 27 23,28% 24 20,69% 7 6,04% 6 5,18% 116 100%

STEMI NSTEMI & UAP CHF Chest Pain dan Angina Aritmia Jumlah Sumber : Penghitungan Buku Antal Harian ICCU Periode JanuariMaret 2019 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 di atas menunjukkan 5 besar penyakit di ruang ICCU STEMI menduduki urutan teratas yaitu sebesar 44,9% atau sebanyak 52 pasien dari total jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang ICCU selama periode Januari sampai dengan Maret 2019 yaitu sebanyak 116 pasien, kemudian diurutan kedua NSTEMI dan UAP sebesar 23,28% atau sebanyak 27 pasien dan urutan ketiga penyakit CHF sebesar 20,69% atau sebanyak 24 pasien. Tabel 2.4 Distribusi 5 Besar Penyakit di Ruang PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Bulan Januari – Maret 2019 No 1 2 3 4 5

Nama Penyakit

Ruang PICU Jumlah (%) 18 36 % 16 32 % 9 18 % 4 8% 3 6% 50 100 %

Meningoencephalitis Bronkhopneumonia DSS ICH Penyakit Jantung Bawaan Jumlah Sumber : Penghitungan Buku Antal Harian PICU Periode JanuariMaret 2019

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.4 di atas menunjukkan 5 besar penyakit di ruang PICU Meningoencephalitis menduduki urutan teratas yaitu sebesar 36% atau sebanyak 18 pasien dari total jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang PICU selama periode Januari sampai dengan Maret 2019 yaitu sebanyak 50 pasien, kemudian diurutan kedua Bronkhopneumonia sebesar 32% atau sebanyak 16 pasien dan urutan ketiga penyakit DSS sebesar 18% atau sebanyak 9 pasien. Proses penentuan 5 besar penyakit diatas baik ICCU dan PICU belum bisa dijadikan ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan karena data di atas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari-Maret 2019. 3) Analisis Berdasarkan tabel 2.3 dan 2.4 diperoleh data jumlah pasien selama 3 bulan terakhir di ruang ICCU rata-rata 44 pasien dan di ruang PICU rata-rata 28 pasien. Serta untuk data 5 penyakit terbanyak di ICCU didominasi oleh STEMI, sedangkan di PICU didominasi oleh Meningoencephalitis. b. Peserta Didik 1) Kajian Teori Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan peserta didik yaitu kegiatan pengenalan lingkungan umum Rumah Sakit, visi, misi, motto, value, tujuan, kebijakan rumah sakit, susunan organisasi, hak dan kewajiban, peraturan/ tata tertib peserta didik dan tata kerja serta prosedur kerja di Rumah Sakit. Dengan adanya peserta didik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo merupakan salah satu

pembelajaran untuk mengetahui hal-hal yang mendasar tentang Rumah Sakit dan mengetahui kewenangan sesuai dengan target kompetensinya. 2) Kajian Data Tabel 2.5 Distribusi Jumlah Peserta Didik Masuk di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Bulan Januari – Maret 2019 No 1.

2.

3.

ASAL INSTITUSI STIKes Muhammadiyah Gombong Universitas Muhammadiyah Purwokerto Politeknik Kesehatan Semarang

I 11

JANUARI II III IV 11 11 11

I

FEBRUARI II III IV

I

IV

RUANG PICU

6 10

MARET II III

10

10

10

10

5

5

ICCU

5

ICCU

4

ICCU

Sumber : Data Sekunder Daftar Jadwal Praktik Mahasiswa Ruang ICCU dan PICU bulan Januari-Maret 2019

3) Analisis Institusi pendidikan kesehatan yang bekerja sama dengan ruang ICCU selama 3 bulan terakhir mulai dari bulan JanuariMaret 2019 yaitu terdiri dari STIKes Muhammadiyah Gombong sejumlah 11 mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Purwokerto sejumlah 20 mahasiswa, dan Politeknik Kesehatan Semarang sejumlah 4 mahasiswa, sedangkan di ruang PICU dari STIKes Muhammadiyah Gombong sejumlah 11 mahasiswa. Total keseluruhan peserta didik yang masuk di ruang ICCU ada 35 mahasiswa; sedangkan di ruang PICU ada 11 mahasiswa. Pembimbing klinik/CI di ruang PICU terdiri dari 1 orang yaitu perawat pimer PICU; sedangkan pembimbing klinik/CI di ruang ICCU terdiri dari 1 orang yaitu kepala ruang ICCU. Selain menjalankan tugas sebagai kepala ruang, kepala ruang ICCU juga berperan sebagai pengajar klinik. Peran pengajar klinik adalah

sebagai pemandu, fasilitator dan pendukung selama sesi pembelajaran klinik. Secara ideal menurut Davison dan Williams (2011) di negara Denmark satu orang persepstorsip membimbing satu orang mahasiswa. Akan tetapi pembelajaran klinik Indonesia satu orang CI harus membimbing 5 sampai 10 mahasiswa bahkan bisa lebih di satu bangsal perawatan (Anton, 2012). Berkaitan dengan tugas kepala ruang yaitu mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, membimbing tenaga keperawatan untuk pelaksanaan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai standar, dengan adanya peserta didik juga akan menambah beban kerja kepala ruang. Pembimbing klinik/ CI di ruang ICCU dan PICU sudah melakukan tugas dengan baik, dibuktikan dengan jumlah institusi dan mahasiswa praktik di ruang ICCU dan PICU yang tidak terlalu banyak. Kepala ruang juga mendelegasikan kepada perawat lain apabila sedang tidak dapat membimbing mahasiswa praktik. Dengan jumlah Institusi dan mahasiswa di atas untuk menghindari penumpukan jumlah mahasiswa yang melaksanakan praktik di Ruang ICCU dan PICU maka diatur dengan penentuan jumlah mahasiswa dan pergantian jadwal mahasiswa setiap minggunya. Penentuan jumlah mahasiswa yang melaksanakan praktik di tentukan oleh pengurus Pembimbing Klinik ICCUPICU dan Kepala Ruang ICCU-PICU c. Ketenagaan 1) Kuantitas a) Kajian teori Ketenagaan didefinisikan sebagai rencana sumber daya manusia untuk mengisi posisi dalam sebuah oganisasi dengan personil yang berkualitas. Strategi ketenagaan merupakan tidakan yang dilakukan utuk memenuhi kebutuhan sumber

daya manusia di masa depan, merekrut dan memilih pegawai yang memenuhi syarat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Strategi ketenagaan juga disesuaikan dengan misi rumah sakit dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan

UU

No.

38

tahun

2014

tentang

keperawatan, yang dimaksud perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan

penting

untuk

meningkatkan

mutu

pelayanan

kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya. Upaya untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan harus didukung oleh tenaga perawat yang profesional. Selain itu, perlu juga ada kesesuaian jumlah perawat dan jumlah klien dengan tingkat ketergantungan yang berbeda saat dalam perawatan di rumah sakit. Jumlah kebutuhan perawat di suatu ruangan rawat inap dapat diperhitungkan dengan menggunakan berbagai metode, seperti Douglas, Gillies, Formulasi Nina, Full Time Equivalent (FTE), dan Hasil Lokakarya Keperawatan (Depkes RI, 2005 dalam Suni, 2018). (1) Metode Gillies Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =

𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365 (365 − 𝐶)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan : A

: Jam perawatan/24 jam

B

: (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien

C

: Jumlah hari libur

(2) Metode Douglas Perhitungan

jumlah

tenaga

perawat

menurut

Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk tiap shift jaga seperti pada tabel berikut: Tabel 2.6 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien menurut Formula Douglas

Pagi 0,17 0,34 0,51

Minimal Siang 0,14 0,28 0,42

Klasifikasi Pasien Partial Pagi Siang Malam 0,27 0,15 0,07 0,54 0,30 0,14 0,81 0,45 0,21

Malam 0,10 0,20 0,30

Pagi 0,38 0,72 1,08

Total Siang 0,30 0,60 0,90

Malam 0,20 0,40 0,60

Sumber : Nursalam, 2012 Metode Douglas menguraikan standar waktu pelayanan klien sebagai berikut : (a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria: i)

Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

ii) Makan dan minum dilakukan sendiri iii) Ambulasi dengan pengawasan iv) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift v) Pengobatan minimal, status psikologi stabil vi) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

(b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria: i)

Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

ii) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam iii) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali iv) Folley catheter/ intake output dicatat. v) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur (c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan kriteria: i)

Segalanya diberikan/dibantu

ii) Posisi diatur, observasi tanda vital tiap 2 jam iii) Makan memerlukan NGT,menggunakan terapi IV iv) Pemakaian suction v) Gelisah/disorientasi (3) Menurut Depkes Penghitungan

kebutuhan

perawat

menurut

depkes ditetapkan dalam keputusan mentri kesehatan No. 262/Menkes/Per/VII/1979. Metode penghitungan ini berdasarkan rasio yaitu menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan. Perhitungan menurut depkes adalah sebagai berikut : 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑚 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡

Faktor Koreksi 𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑑𝑙𝑚 1 𝑡ℎ𝑛 + 𝑐𝑢𝑡𝑖 + ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑇𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑁𝑜𝑛 𝐾𝑒𝑝. = (𝐾𝑒𝑏. 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 + 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦)𝑥 25%

b) Kajian data Tabel 2.7 Data Jumlah Pegawai di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 Ruang ICCU Ruang PICU Jumlah (%) Jumlah (%) 1. Kepala Instansi 1 5,5 1 10 2. Kepala Ruang 1 5,5 1 10 3. Perawat Primer 1 5,5 1 10 4. Perawat Associate 15 83,3 7 70 Jumlah 18 100% 10 100% Sumber : Data jumlah pegawai di Ruang ICCU dan PICU No

Staff

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 Berdasarkan data dari tabel 2.7 menunjukan bahwa jumlah karyawan di ruang ICCU sebanyak 18 orang terdiri dari Kepala Instansi 1, Kepala Ruang 1, Perawat Primer 1, Perawat Associate 15; sedangkan di ruang PICU sebanyak 10 orang terdiri dari Kepala Instansi 1, Kepala Ruang 1, Perawat Primer 1, Perawat Associate 7. c) Analisis (1) Menurut Gillies (a) Ruang ICCU Berdasarkan

perhitungan

menurut

Gillies

kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut : 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =

𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365 (365 − 𝐶)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan : A

: Jam perawatan/24 jam

B

: (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien

C

: Jumlah hari libur Tenaga perawat di ICCU atas dapat dihitung

berdasarkan jumlah pasien. Dari data tersebut

kemudian dilakukan penghitungan tenaga menurut Gillies : Tenaga Perawat =

A X B X 365 (365-C) x jam kerja/hari

Ket A : jam perawatan/24 jam Keperawatan langsung: Partial care 6 orang: 6 x 3 jam = 18 jam Perawatan tidak langsung 6 orang: 6 x 1 jam = 6 jam Penyuluhan kesehatan 6 orang: 6 x 0,25 jam = 1,5 jam Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari (18+6+1,5)/6 = 4,25 jam Ket B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien BOR =

Jumlah Hari Perawatan

x 100 %

Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu periode = 568

x 100%

8 x 90 = 78,9 % Rata-rata jumlah pasien = 78,9 x 8 100 = 6,31 Ket C : Jumlah hari libur Keterangan : libur nasional (20), Cuti (12), Libur Minggu dalam 1 tahun (48) jadi total 80

Tenaga Perawat =

A X B X 365 (365-C) x jam kerja/hari

= 4,25 x 6,31 x 365 (365-80) x 7 = 9788,39 1995 = 4,91 ~ 5

Jadi rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan nilai BOR selama 3 bulan terakhir adalah 5 perawat. Untuk cadangan 20% menjadi 5 x 20% = 1 perawat. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 5 + 1 = 6 perawat/ hari. (b) Ruang PICU Tenaga perawat di PICU atas dapat dihitung berdasarkan jumlah pasien. Dari data tersebut kemudian dilakukan penghitungan tenaga menurut Gillies : Tenaga Perawat =

A X B X 365 (365-C) x jam kerja/hari

Ket A : jam perawatan/24 jam Keperawatan langsung: Total care 4 orang: 4 x 6 jam = 24 jam Perawatan tidak langsung 4 orang: 4 x 1 jam = 4 jam Penyuluhan kesehatan 4 orang: 4 x 0,25 jam = 1 jam Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari (24+4+1)/4 = 7,25 jam Ket B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien BOR =

Jumlah Hari Perawatan

x 100 %

Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu periode = 287

x 100%

4 x 90 = 79,72 % Rata-rata jumlah pasien = 79,72 x 8 100 = 6,38 Ket C : Jumlah hari libur Keterangan : libur nasional (20), Cuti (12), Libur Minggu dalam 1 tahun (48) jadi total 80

Tenaga Perawat =

A X B X 365 (365-C) x jam kerja/hari

= 7,25 x 6,38 x 365 (365-80) x 7 = 16883,075 1995 = 8,46 ~9 Jadi rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan nilai BOR selama 3 bulan terakhir adalah 9 perawat. Untuk cadangan 20% menjadi 9 x 20% = 1,8 ~ 2 perawat. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 9 + 2 = 11 perawat/ hari. (2) Menurut Douglas (a) Ruang ICCU Berdasarkan

perhitungan

tenaga

menurut

Douglas jumlah tenaga yang dibutuhkan di ruang ICCU adalah sebagai berikut. Tabel 2.8 Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga di ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun, 02-04 April 2019 Pasien Menurut Formula Douglas Klasifikasi Minimal care Partial care Total care Jumlah

P 0,17x0 =0 0,27 x 7 = 1,89 0,38 x 0 =0 1,89

02 April 2019 S M 0,14 x 0 0,10 x 0 =0 =0 0,15 x 7 0,07 x 6 = 1,05 = 0,42 0,30 x 0 0,20 x 0 =0 =0 1,05

0,42

P 0,17x 0 =0 0,27 x 6 = 1,62 0,38 x 0 =0 1,62

03 April 2019 S M 0,14 x 0 0,10 x 0 =0 =0 0,15 x 5 0,07 x 6 = 0,75 = 0,42 0,30 x 0 0,20 x 0 =0 =0 0,75

0,42

P 0,17x0 =0 0,27 x 6 = 1,62 0,38 x 0 =0 1,62

04 April 2019 S M 0,14 x 0 0,10 x 0 =0 =0 0,15 x 4 0,07 x 5 = 0,6 = 0,35 0,30 x 0 0,20 x 0 =0 =0 0,6

Sumber : Data pasien dan observasi di ruang ICCU tanggal 02-04 April 2019

0,35

Berdasarkan hasil perhitungan maka rata- rata perawat untuk dinas: Pagi

= 1,71 ~ 2 perawat

Siang

= 0,8 ~ 1 perawat

Malam = 0,4 ~ 1 perawat Jumlah perawat jaga dalam 24 jam = 5 perawat Perawat libur/ cuti = ½ x 5 = 2,5 = 3 perawat Perawat pengelola = 1 perawat Jadi, dihitung menurut formula Douglas 5+3+1 = 9 perawat. Perhitungan ini belum dapat dijadikan tolak ukur untuk menghitung kebutuhan tenaga di ruang ICCU mengingat perhitungan ini hanya melalui observasi pasien dirawat dalam 3 hari yaitu pada tanggal 02-04 April 2019. (b) Ruang PICU Berdasarkan

perhitungan

tenaga

menurut

Douglas jumlah tenaga yang dibutuhkan di ruang PICU adalah sebagai berikut. Tabel 2.9 Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga di PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun, 02-04 April 2019 Pasien Menurut Formula Douglas Klasifikasi Minimal care Partial care Total care

Jumlah

P 0,17x0 =0 0,27 x 0 =0 0,38 x 4 = 1,52 1,52

02 April 2019 S M 0,14 x 0 0,10 x 0 =0 =0 0,15 x 0 0,07 x 0 =0 =0 0,30 x 4 0,20 x 4 = 1,2 = 0,8 1,2

0,8

P 0,17x 0 =0 0,27 x 0 =0 0,38 x 4 = 1,52 1,52

03 April 2019 S M 0,14 x 0 0,10 x 0 =0 =0 0,15 x 0 0,07 x 0 =0 =0 0,30 x 2 0,20 x 2 = 0,6 = 0,4 0,60

0,4

04 April 2019 P S M 0,17x 0 0,14 x 0,10 x =0 0=0 0=0 0,27 x 0 0,15 x 0,07 x =0 0=0 0=0 0,38 x 2 0,30 x 0,20 x = 0,76 2 = 0,6 4 = 0,8 0,76 0,6 0,8

Sumber: Data pasien dan observasi di ruang PICU tanggal 02-04 April 2019

Berdasarkan hasil perhitungan maka rata- rata perawat untuk dinas: Pagi

= 1,27 ~ 2 perawat

Siang

= 0,8 ~ 1 perawat

Malam = 0,4 ~ 1 perawat Jumlah perawat jaga dalam 24 jam = 4 perawat Perawat libur/ cuti = ½ x 4 = 2 perawat Perawat pengelola = 1 perawat Jadi, dihitung menurut formula Douglas 4+2+1 = 7 perawat Perhitungan ini belum dapat dijadikan tolak ukur untuk menghitung kebutuhan tenaga di ruang PICU mengingat perhitungan ini hanya melalui observasi pasien dirawat dalam 3 hari yaitu pada tanggal 02-04 April 2019. (3) Menurut Depkes (a) Ruang ICCU Perhitungan kebutuhan perawat di ruang ICCU berdasarkan perhitungan depkes adalah sebagai berikut: Tabel 2.10 Jumlah Lama Perawatan Per Hari di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, 02-04 April 2019 Pasien Menurut Formula Depkes Rata-rata Jumlah Jam jml jam per/hari pas/hr per/hari 1 Minimal 0 2 0 2 Sedang 6 3 18 3 Maksimal 0 6 0 6 11 18 Jumlah Sumber: Data pasien dan observasi di ruang ICCU tanggal 02-04 April 2019 No

Klasifikasi

Jumlah jam perawatan diruangan/hari : 18 Jumlah jam kerja perawat pershift : 7 jam Maka kebutuhan tenaga perawat : 18/7 = 2,57 Faktor koreksi : Loss day = 48 + 12 + 20 = 80 x 2,57/365 = 205,6/365 = 0,56 Tugas non kep : (2,57 + 0,56) x 25% = 3,13 x 25% = 0,78 Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan : 2,57 + 0,56 + 0,78 = 3,91 ~ 4 perawat Jadi kebutuhan perawat di Ruang ICCU jika menggunakan penghitungan depkes adalah 4 perawat. (b) Ruang PICU Perhitungan kebutuhan perawat di ruang PICU berdasarkan perhitungan depkes adalah sebagai berikut: Tabel 2.11 Jumlah Lama Perawatan Per Hari di Ruang PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, 02-04 April 2019 Pasien Menurut Formula Depkes Rata-rata Jumlah Jam No Klasifikasi jml jam per/hari pas/hr per/hari 1 Minimal 0 2 0 2 Sedang 0 3 0 3 Maksimal 4 6 24 4 11 24 Jumlah Sumber: Data pasien dan observasi di ruang PICU tanggal 02-04 April 2019 Jumlah jam perawatan diruangan/hari : 24 Jumlah jam kerja perawat pershift : 7 jam Maka kebutuhan tenaga perawat : 24/7 = 3,43 Faktor koreksi :

Loss day = 48 + 12 + 20 = 80 x 3,43/365 = 274,4/365 = 0,75 Tugas non kep : (3,43 + 0,75) x 25% = 4,18 x 25% = 1,05 Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan : 3,43+0,75+1,05 = 5,23 ~ 6 perawat Jadi kebutuhan perawat di Ruang ICCU jika menggunakan penghitungan depkes adalah 6 perawat. Sehingga dari perhitungan ketiga rumus diatas dapat disimpulkan seperti tabel dibawah ini. Tabel 2.12 Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Rumus Penghitungan Kebutuhan Tenaga di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Ruang ICCU Metode Hasil Yang ada

Ruang PICU Ket

Hasil Yang ada

Ket

Gillies

6

16

Lebih

9

9

Sesuai

Douglas

9

16

Lebih

7

9

Lebih

Depkes

4

16

Lebih

6

9

Lebih

Sumber : Penghitungan Ruang ICCU dan PICU, 12-14 Maret 2019 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga perawat yang diperlukan ruang ICCU dan PICU menurut sistem penghitungan Gillies yang dihitung didapatkan hasil rata-ratanya adalah 6 perawat dan 9 perawat. Sedangkan perhitungan menurut Douglas tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang ICCU dan PICU sebanyak 9 perawat dan 7 perawat, perhitungan kebutuhan tenaga perawat menurut Depkes, kebutuhan tenaga keperawatan di

ruang ICCU dan PICU adalah 4 perawat dan 6 perawat. Namun hal ini belum bisa dijadikan tolak ukur menentukan jumlah kebutuhan perawat di ruang Kapodang Atas, karena hanya dilakukan observasi selama 3 hari. 2) Kualitas a) Kajian teori Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen dalam keperawatan, Tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2011). Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral

dari keseluruhan manajemen

rumah sakit, strategi manajemen sumber daya manusia sebenarnya juga merupakan bagian integral

dari strategi

rumah sakit dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia adalah asset utama rumah sakit sehingga perlu juga direncanakan rotasi dan mutasi sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan tuntutan pelayanan dimasa depan sehingga penyesuaian keahlian yang dibutuh kan melalui pelatihan terus menerus dan berkesinambungan. Salah satu indicator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang sesuai dengan kualitas yang tinggi dan Professional sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pendidikan perawat di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo terdiri dari berbagai macam pendidikan formal yaitu, Sarjana Keperawatan Ners, dan DIII Keperawatan. b) Kajian data Distribusi pendidikan formal tenaga keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.13 Kualifikasi Pendidikan Formal Ketenagaan di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Ruang ICCU Ruang PICU Jumlah (%) Jumlah (%) 1. Profesi Ners 7 43,75 7 70 2. D III Keperawatan 9 56,25 3 30 Jumlah 16 100 10 100 Sumber : Data pegawai Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. No

Jenis pendidikan

Margono Soekarjo Tabel 2.14 Distribusi Perawat Berdasarkan Status Karyawan, Pendidikan, Pelatihan Jabatan dan Lama Kerja di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No. 1.

Nama Rusmanto

Status Pendidikan Karyawan PNS S.Kep,Ners 1.

2. 3.

4. 5.

Pelatihan Askep Klien Dengan Masalah Cairan Dan Nutrisi (1999) ICU (2000) Pembimbing Klinik Keperawatan (2002) Pembimbing Klinik (2003) Pengenalan Keperawatan Kardiovaskul er (2008)

Jabatan Kepala Ruang

Lama Kerja 5 Tahun

No.

Nama

Status Pendidikan Karyawan

Pelatihan 6. 7.

8.

9.

10.

11.

12.

13. 14.

15.

2.

Wiwik Puji Hastiwi

PNS

AMK

1. 2.

3.

3.

Riskia Utami

BLUD

S.Kep,Ners

4. 1. 2.

PPGD (2009) Pembimbing Klinik Keperawatan (2005) Pembimbing Praktek Profesi Ners (2009) Penggunaan Alat Alaris Syringe Pump GH (2012) Fungsional training Officer Course (2013) Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK) (2014) Perawat Catheterisasi Jantung Pembuluh Darah (2015) Pelatih Ventilasi Mekanik (2016) Indikator Edukator Tenaga Kesehatan (2016) PPGD (2008) Dasar-dasar keperawatan intensif (2009) BTCLS (2013) ACLS (2016) BTCLS (2010) ICU (2010)

Jabatan

Lama Kerja

PP

5 Tahun

PA

5 Tahun

No.

Nama

4.

Satrio Ragil Pambudi Lely Niarosdiantika

5.

6. 7. 8.

Tabah Ayu Ida Bibit Fajar Pratama Yogie Prihantoro

Status Pendidikan Pelatihan Karyawan BLUD BAMK BTCLS (2012) BLUD

S.Kep,Ners

BLUD

AMK

BLUD BLUD

AMK S.Kep,Ners

PNS

S.Kep,Nrs

9.

Ratih Kusuma Dewi

10.

Atiek Nur Azizah

BLUD

AMK

11.

Tri Sutrisno

BLUD

S.Kep,Ners

12.

Mukhtarom

BLUD

AMK

13.

PNS

S.Kep,Ners

14. 15.

Stevana Evi Ernawati Ade Kristiani Wahyudi

BLUD PNS

AMK AMK

16.

Kukuh Priadi

PNS

AMK

PA

Lama Kerja 5 Tahun

1. ICU (2015) 2. BTCLS (2015) ICU (2012)

PA

3 Tahun

PA

5 Tahun

BTCLS (2015) 1. Peminatan IGD (RSUD Cilacap, 2015) 2. Magang ICU (RSUD Cilacap, 2015) 1. Pelatihan IRI (2011) 2. Pelatihan BTCLS (2011) 1. ACLS (2017) 2. Cardiologi dasar (2004) 3. ICU (2011) 1. Pelatihan ICU (2015) 2. BTCLS (2015) 1. PPGD (2008) 2. Kepeminatan anak Pelatihan IRI (2011) BTCLS (2015) 1. Dasar-dasar Keperawatan Intensif (2009) 2. BTCLS (2013) 3. ACLS (2016) 1. Perawatan Intensif (2011) 2. BTCLS (2014)

PA PA

4 Tahun 3 Tahun

PA

5 Tahun

PA

6 Tahun

PA

3 Tahun

PA

3 Tahun

PA

4 Tahun

PA PA

4 Tahun 5 Tahun

PA

5 Tahun

Jabatan

Sumber : Profil Tenaga Keperawatan ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekajo

Tabel 2.15 Distribusi Perawat Berdasarkan Status Karyawan, Pendidikan, Pelatihan Jabatan dan Lama Kerja di Ruang PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No. 1.

2.

3.

4. 5.

6.

7.

8. 9.

Status Pendidikan Pelatihan Karyawan Umi Rofikoh PNS S.Kep,Ners 1. Pelatihan Pencegahahan dan Pengendalian Intensif S1 Dasar 2. Pelatihan Keperawatan Pasien Kritis Anak Bagi Perawat Rani PNS S.Kep,Ners 1. Pelatihan Cahyaningrum Keperawatan Intensif Anak (2011) 2. BTCLS (2013) Selly Hning BLUD S.Kep,Ners Pelatihan Pangestuti Perawatan Intensif Komprehensif (2015) Teguh BLUD S.Kep,Ners 1. BTCLS (2013) Riyatno 2. ICU (2013) Farida PNS S.Kep,Ners 1. ICU (2012) Nuraeni 2. BTCLS (2014) 3. Patient Safety (2014) Erni Triyanti BLUD AMK In House Training Pelayanan Prima (2014) Abdul Soleh BLUD S.Kep,Ners 1. BTCLS (2017) 2. BLS (2016) 3. Public Speaking For Health (2017) 4. Pelatihan Audiometri dan Spirometri Saifah BLUD AMK Kristaningrum PNS AMK Nama

PP

Lama Kerja 1 Tahun

PA

1 Tahun

PA

1 Tahun

PA

1 Tahun

Jabatan

PA

PA

1 Tahun

PA

1 Tahun

PA PA

1 Tahun

Sumber : Profil Tenaga Keperawatan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

c) Analisa Data Tingkat pendidikan tenaga perawat di ruang ICCU mayoritas D3 Keperawatan yaitu 9 orang (56,25%), Sedangkan sarjana keperawatan Ners sebanyak 7 orang (43,75%). Tingkat pendidikan tenaga perawat di ruang PICU mayoritas sarjana keperawatan ners yaitu 7 orang (70%), sedangkan D3 Keperawatan sebanyak 3 orang (30%). d. Fasilitas dan Alat 1) Kajian Teori Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit yaitu bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua pengguna baik di dalam maupun diluar Bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri. Fasilitas yang aksesibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: toilet, koridor, tempat parker, telepon umum, jalur pemandu, rambu atau marka, pintu, dan tangga, lift, dan/atau ram. Prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk

mencegah,

mendiagnosis,

menyembuhkan

dan

meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang perawat jaga sebaiknya terletak ditengah-tengah ruang perawatan

pasien,

ruang

ganti

perawat,

ruang

tindakan

keperawatan, ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat, ruang diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat. 2) Kajian Data Daftar inventaris fasilitas dan alat di ruang ICCU dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.16 Daftar Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 Jumlah ICCU PICU Kondisi 1. Bedside Monitor 8 4 Baik 2. Ventilator 4 2 Baik 3. Ventilator Mekanik 2 Baik 4. Defibrilator 2 Baik 5. ECG Record 1 1 Baik 6. Echo Cardiografi 1 Baik 7. Syringe Pump 15 6 Baik 8. Infusion Pump 2 Baik 9. Suction Pump 2 1 Baik 10. Vein Fender 1 1 Baik 11. Nebulizer 2 1 Baik 12. Nebulizer ventilator 1 Baik 13. Blangket warmer 1 Baik 14. Stetoscope jantung 1 Baik 15. Stetoscope biasa 1 Baik 16. Stetoscope anak 1 Baik 17. Tensimeter diding 2 Baik 18. Tensimeter roda 1 Baik 19. Timbangan digital 1 Baik 20. Timbangan 1 Baik 21. Kasur Dekubitus 3 Baik 22. UV Lamp 1 Baik Sumber : Buku Inventaris alat kesehatan ruang ICCU dan No

Nama Barang

ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo tahun 2019

3) Analisis Berdasarkan hasil observasi alat keperawatan di ruang ICCU dan PICU, diketahui secara keseluruhan kondisi alat-alat tersebut dalam keadaan baik. e. Metode (SAK dan SOP) 1. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) a) Kajian Teori Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanankesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etikakeperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Berdasarkan

kerangka

berpikir

dari

uraian

diatas,

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI bersama dengan Organisasi Profesi Keperawatan, telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan dan secara resmi Standar Asuhan Keperawatan diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah sakit, melalui “SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit”. Ini berarti bahwa seluruh tenaga keperawatan di rumah sakit dalam memberikan Asuhan Keperawatan harus berpedoman kepada Asuhan Keperawatan dimaksud. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan ini maka

kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan Keperawatan dimaksud terdiri dari : (1) Standar I : Pengkajian keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkansecara terus menerus, tentang

keadaannya

untuk

menentukan

kebutuhan

asuhankeperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : (a) Kumpulan Data Kriteria : i) Menggunakan format yang baku ii) Sistematis iii) Diisi sesuai item yang tersedia iv) Actual (baru) v) Absah (valid) (b) Pengelompokan Data Kriteria : i) Data Biologis ii) Data Psikologis iii) Data Sosial iv) Data Spiritual (c) Perumusan Masalah Kriteria : i) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan ii) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan

(2) Standar II : diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : (a) Diagnosa

Keperawatan

dihubungkan

dengan

penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien. (b) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat. (c) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE). (d) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. (e) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan besar akan terjadi. (f) Dapat ditanggulangi oleh perawat. (3) Standar III : perencanaan keperawatan Perencanaan diagnose

keperawatan

keperawatan.

disusun

Komponen

berdasarkan perencanaan

keperawatan meliputi : (a) Prioritas masalah Kriteria : i) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama. ii) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua. iii) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. (b) Tujuan Asuhan Keperawatan Kriteria :

i) Spesifik ii) Bisa diukur iii) Bisa dipakai iv) Realistik v) Ada batas waktu (c) Rencana Tindakan Kriteria : i) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan. ii) Melibatkan pasien/keluarga. iii) Mempertimbangkan

latar

belakang

budaya

pasien/keluarga. iv) Menentukan alternatif tindakan yang tepat. v) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada. vi) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien. vii) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah dimengerti. (4) Standar IV : implementasi keperawatan Implementasi

keperawatan

adalah

pelaksanaan

rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : (a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan. (b) Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien. (c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga. (d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

(e) Menggunakan sumber daya yang ada. (f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik. (g) Menerapkan

prinsip

aman,

nyaman,

ekonomis,

privacy dan mengutamakan keselamatan pasien. (h) Melaksanakan

perbaikan

tindakan

berdasarkan

respons pasien. (i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien. (j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan. (k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan. (l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. (5) Standar V : evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria : (a) Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi. (b) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan (c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan. (d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan. (e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. (6) Standar VI : catatan asuhan keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : (a) Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.

(b) Dapat

dilakukan

sebagai

bahan

informasi,

komunikasi, dan laporan (c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan. (d) Penulisannya

harus

jelas

dan

ringkas

serta

menggunakan istilah yang baku. (e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. (f) Setiap

pencatatan

harus

mencantumkan

inisial/paraf/nama perawat yang melakukan tindakan dan waktunya. (g) Menggunakan formulir yang baku. (h) Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

b) Kajian Data Di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dalam pemberian asuhan keperawatan mengacu pada SAK, SAK di ruang wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal pada tabel dibawah ini: Tabel 2.17 Daftar SAK di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

SAK Panduan Asuhan Keperawatan Pasien STEMI Panduan Asuhan Keperawatan Pasien NSTEMI dan UAP Panduan Asuhan Keperawatan Pasien CHF Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Aritmia Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Laparatomy Peritonitis Panduan Asuhan Keperawatan Pasien EDH Panduan Asuhan Keperawatan Pasien SDH Panduan Asuhan Keperawatan Pasien CKD Panduan Asuhan Keperawatan Pasien ICH Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Eklampsia Panduan Asuhan Keperawatan Pasien SOL Panduan Asuhan Keperawatan Pasien HHD Panduan Asuhan Keperawatan Pasien DVT

NO. DOK. PAK–IRI.013 PAK–IRI.012 PAK–IRI.011 PAK–IRI.010 PAK–IRI.005

Ruang ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU

PAK–IRI.001 PAK–IRI.003 PAK–IRI.007 PAK–IRI.002 PAK–IRI.004

ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU

PAK–IRI.005 PAK–IRI.008 PAK–IRI.009

ICCU dan PICU ICCU dan PICU ICCU dan PICU

ICCU dan PICU

NO 14. 15. 16. 17. 18.

SAK Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Sindrom Nefrotik Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Congenital Hearth Disease Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Bronkhopneumonia Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Anemia Panduan Asuhan Keperawatan Pasien Meningoencephalitis

NO. DOK. PAK–IRI.013

Ruang PICU

PAK–IRI.013

PICU

PAK–IRI.013

PICU

PAK–IRI.013

PICU

PAK–IRI.013

PICU

Sumber : Buku Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) Ruang Rawat Intensive RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tabel 2.18 Daftar SOP di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

SOP Penggunaan Vm Puritan Bennet Penggunaan Vm Galileo Penggunaan Vm Dragger Penggunaan Syringe Pump Penggunaan Suction Central Penggunaan Respirator Penggunaan Infus Pump Penggunaan Defribilator Penggunaan Blanket Warmer Penggunaan Bedside Monitor Pemeliharaan Pengukuran CVP dengan manometer air Penggunaan Endo test Persiapan pasien untuk pemeriksaan USG Persiapan pemeriksaan CT-Scan Penatalaksanaan pasien meninggal di IRI Persiapan Perikardiosentesis Kriteria Pasien Masuk IRI Kriteria Pasien Keluar IRI Alur Masuk Pasien IRI Pelepasan Shealth femoral Penatalaksanaan pasien dengan TPM Pemberian obat streptokinase Intubasi Ekstubasi Pemasangan CVP Pemasangan Ventilator Penyapihan Ventilator Kardioversi Pemberian obat anti aritmia

NO DOKUMEN PT – IRI – 002 PT – IRI – 003 PT – IRI – 004 PT – IRI – 006 PT – IRI – 007 PT – IRI – 008 PT – IRI – 010 PT – IRI – 012 PT – IRI – 013 PT – IRI – 014 PT – IRI – 015 PT – IRI – 027 PT – IRI – 044 PT – IRI – 045 PT – IRI – 048 PT – IRI – 053 PT – IRI – 054 PT – IRI – 055 PT – IRI – 056 PT – IRI – 057 PT – IRI – 058 PT – IRI – 059 PT – IRI – 060 PT – IRI – 061 PT – IRI – 062 PT – IRI – 063 PT – IRI – 064 PT – IRI – 065 PT – IRI – 066

NO 30.

SOP Penatalaksanaan perdarahan pasca kateterisasi jantung

NO DOKUMEN PT – IRI – 067

Sumber :Kumpulan Standar Procedure Operasional (SPO) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo c) Analisis SOP sudah ada di ruang ICCU dan PICU, namun saat pelaksanaan tindakan ada beberapa tindakan yang tidak mengacu pada prosedur tindakan yang sudah ada. f. Sumber dana 1) Kajian Teori Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis. Rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan agar pelayanan rumah sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia didanai oleh pemerintah dan swasta. Secara garis besar pihak swasta membiayai sekitar 70% total pendanaan. Pendanaan dari swasta terutama

diperuntukkan

bagi

sistem

pelayanan

kesehatan

perorangan yang lebih bersifat private goods. Di samping itu, sistem pelayanan kesehatan mendapatkan dana dari sumber pemerintah dan juga dari luar negeri. Sebagian kecil dana pelayanan kesehatan menggunakan asuransi kesehatan sebagai mekanisme pendanaan. Sumber dana kemanusiaan secara resmi tidak tercatat. 2) Kajian Data Berdasarkan data subyektif, didapatkan data bahwa sumber dana RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah sebagai berikut : a) Umum b) PBI c) Non PBI d) Jaminan Kesehatan (JamKes)

3. Unsur Proses a.

Proses Asuhan Keperawatan 1) Metode Penugasan a) Kajian Teori Dalam memilih model atau metode pengelolaan pemberian asuhan keperawatan klien paling tepat untuk setiap organisasi, bergantung pada keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat profesional yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut, keakutan

klien,

serta

kerumitan

tugas

yang

harus

diselesaikan (Marquis dan Huston, 2010). Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu: (1) Metode Kasus Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Perawat bertanggung jawab terhadap klien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu klien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode ini biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, dan perawat kesehatan komunitas. Adapun kelebihan metode kasus ini adalah perawat lebih memahami kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat dilakukan secara terus-menerus. Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metode ini adalah perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi,

serta perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama (2) Metode Fungsional Metode fungsional merupakan pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua kllien di suatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat, mengganti balutan, memantau penggunaan infus, dan kegiatan lain. Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan

secara

holistik.

Mutu

asuhan

sering

terabaikan karena pemberian asuhan terfragmentasi. Komunikasi antarperawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan. Pada metode ini, kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu menentukan perawat yang akan bertanggung jawab melakukan tindakan keperawatan tersebut. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan, lalu kepala ruangan yang bertanggung jawab dalam membuat laporan klien. Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini yakni lebih efisien, sangat baik untuk RS yang kekurangan

tenaga,

meningkatkan

keterampilan

perawat, kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas sederhana, dan memudahkan kepala ruangan untuk

mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktik untuk keterampilan tertentu. Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain pelayanan perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugasnya, persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja, tidak memberikan kepuasan

kepada

klien

atau

perawat

lainnya,

menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat, serta hubungan perawat dan klien sulit terbentuk. (3) Metode Tim Metode Keperawatan Tim merupakan metode pemberian

asuhan

keperawatan

dengan

seorang

perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien, melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus dan Panjaitan, 2011). Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri dari kelompok klien dan kelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah minimal D-3 keperawatan dan berpengalaman kerja, serta memiliki pengetahuan di bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim yang bertanggung

jawab

untuk

mengarahkan

anggota

timnya. Dalam hal ini, ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan kepada kepala ruang

tentang kemajuan pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien (Suni, 2018). Secara

ringkas,

tanggung

jawab

dari

tiap

komponen yang terlibat dalam metode keperawatan tim diuraikan sebagai berikut. (Suni, 2018) (a) Tanggung jawab kepala ruang i)

Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan

ii) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien iii) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan iv) Menjadi narasumber bagi ketua tim v) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/ model tim dalam pemberian asuhan keperawtan vi) Memberi

pengarahan

mengenai

seluruh

kegiatan yang ada di ruangannya vii) Melakukan

pengawasan

terhadap

seluruh

kegiatan yang ada di ruangannya viii) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya ix) Melakukan

audit

asuhan

dan

pelayanan

keperawatan di ruangannya, lalu melakukan tindak lanjut x) Memotivasi

staf

untuk

meningkatkan

kemampuan melalui riset keperawatan xi) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf (b) Tanggung jawab ketua tim i)

Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam pengaturan jadwal dinas timnya

ii) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala ruangan iii) Melakukan

pengkajian,

perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi asuhan keperawatan bersama anggota timnya iv) Mengkoordinasikan

rencana

keperawatan

dengan tindakan medis v) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferensi vi) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun

hasil

yang

diharapkan

dan

mendokumentasikannya vii) Memberikan pelaksana

pengarahan tentang

kepada

perawat

pelaksanaan

asuhan

keperawatan viii) Menyelenggarakan konferensi ix) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

dalam

pelaksanaan

asuhan

keperawatan x) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya xi) Melakukan

perbaikan

pemberian

asuhan

berdasarkan

rencana

keperawatan (c) Tanggung jawab anggota tim i)

Melaksanakan

tugas

asuhan keperawatan

ii) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien iii) Berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan iv) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim v) Melaporkan

perkembangan

kondisi

klien

kepada ketua tim vi) Memberikan laporan (4) Metode Primer Metode

primer

merupakan

suatu

metode

pemberian asuhan keperawatan, dengan Perawat Primer (PP)

bertanggung

jawab

selama

24

jam

atas

pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik, mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi hasil asuhan terhadap satu atau beberapa klien, yang dimulai sejak klien masuk RS sampai klien dinyatakan pulang. Pada umumnya, setiap PP merawat sampai 4 sampai 6 klien, bertanggung jawab terhadap asuhan klien, serta menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruang, dokter, dan staf keperawatan (Suni, 2018). Selama jam kerja, PP memberikan perawatan langung secara total untuk klien. Ketika PP tidak sedang bertugas, tugas perawatan dapat didelegasikan kepada Perawat Asosiet (Perawat Pelaksana) yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer. Pada umumnya, di Negara maju perawat uang ditunjuk sebagai perawat primer adalah perawat spesialis klinik yang memiliki kualifikasi master dalam bidang keperawatan.

Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat primer dalam pelaksanaan keperawatn primer di uraikan sebagai berikut. (Suni, 2018) (a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan klien selama 24 jam, mulai dari penerimaan sampai klien diizinkan pulang (b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan profesi kesehatan lain serta menyusun rencana tindakan keperawatan (c) Pelaksanaan

rencana

asuhan

keperawatan

didelegasikan kepada perawat pelaksana selama shift lain (d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. (e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada PP. Adapun kelebihan dari metode primer ini antara lain: (a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil (b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat, sehiingga dapat meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat (c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan PP dalam mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi (d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran dan administrasi (e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik,

staf medik juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif (f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka, serta waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi (g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa dimanusiakan

karena

terpenuhi

kebutuhannya

secara individu, serta meningkatkan hubungan antara perawat dan klien (h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus memiliki kualitas tinggi. b) Kajian Data Metode penugasan yang digunakan di ruang ICCU dan PICU adalah metode Tim dengan yang terdiri dari Kepala ruang, perawat primer dan perawat associate. Bagan pembagian tugas ruang ICCU dan PICU yaitu :

Kepala Ruang Rusmanto, S.Kep., Ners

ICCU

PICU

PERAWAT PRIMER Wiwik Puji Hastiwi, Amk

PERAWAT PRIMER Umi Rofikoh, S.Kep., Ns.

PERAWAT ASSOCIATE Rizkia Utami, S.Kep., Ns Satrio Ragil Pambudi, Amk. Lely Ni’an R., S.Kep. Ns Tabah Ayu Ida, Amk. Bibit Fajar, Amk. Pratama Yogi P., S.Kep., Ns. Ratih Kusuma D., S.Kep., Ns. Atik Nur Azizah, Amk. Tri Sutrisno, S.Kep., Ns. Mukhtarom, Amk. Stevana Evi E., S.Kep., Ns Ade Kristiani, Amk. Wahyudi, Amk. Kukuh Pribadi, Amk.

PERAWAT ASSOCIATE Rani C., S.Kep., Ns. Teguh Riyanto, S.Kep., Ns. Farida Nuraeni, S.Kep., Ns. Abdul Sholeh, S.Kep., Ns. Selly Ening P., S.Kep., Ns. Kistamtiningrum, Amk. Ermi Triyanti, Amk Saifah, Amk.

c)

Analisis Dari hasil wawancara dengan PP didapatkan hasil bahwa penerapan metode penugasan yang diterapkan di ruang ICCU dan PICU menggunakan metode Tim. Metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan dengan seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien, melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Setiap shift memiliki ketua tim dan beberapa perawat pelaksana, sehingga setiap perawat di ICCU dan PICU bertanggungjawab 2-3 pasien.

2) Proses Asuhan Keperawatan a) Kajian Teori Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang optimal, melalui

tahap

keperawatan,

pengkajian, penentuan

melaksanakan

tindakan

identifikasi rencana

keperawatan,

diagnosis keperawatan,

serta

evaluasi

tindakan keperawatan (Bahtiar, 2010). Proses asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan dalam pemcahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan

memberikan

asuhan

keperawatan.

Tahapannya

meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (termasuk

identifikasi

hasil

yang

diperkirakan),

implementasi dan evaluasi (Potter dan Perry, 2010). b) Kajian Data Data yang diperoleh dalam kegiatan penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dalam upaya peningkatan pendokumentasian asuhan keperawatan maka didapatkan hasil: Tabel 2.19 Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No

Aspek yang Dinilai (n= 8)

A. PENGKAJIAN 1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman 2 Pengkajian data mencakup: a. Data biografi pasien dan penanggung

Dilakukan Ya

Tidak

8

0

8

0

3 4 5 6

jawab b. Riwayat sebelum sakit c. Riwayat penyakit sekarang d. Riwayat kesehatan keluarga e. Keadaan Psikososial f. Pola Fungsional g. Pemeriksaan Fisik Data dikelompokkan berdasarkan data obyektif dan subjektif Data dikelompokkan berdasarkan data dasar dan data terfokus Data dikaji dari pasien masuk sampai pulang secara sistematis Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsional: a. Membandingkan dengan standar asuhan keperawatan b. Masalah disusun dalam daftar masalah c. Masalah diprioritaskan menurut tingkat kebutuhan Maslow Jumlah Rata-rata

B. 1

2

3

DIAGNOSA Dx keperawatan dirumuskan berdasarkan masalah yang telah ditemukan a. Perumusan jelas dan singkat b. Spesifik dan akurat c. Dapat dilaksanakan oleh perawat Dx keperawatan mencerminkan PE/PES a. Spesifik dan akurat b. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab c. Menggambarkan respon pasien terhadap proses penyakit, kondisi dan situasi d. Berorientasi pada kebutuhan dasar manusia e. Berubah bila respon pasien berubah f. Dapat dilakukan oleh perawat Merumuskan diagnosa keperawatan aktual atau potensial (resiko): a. Diagnosa aktual bersifat nyata, ada penyebab/gejala b. Diagnosa potensial bersifat kemungkinan dan ditulis hanya masalah dan penyebab saja

1 4 1 8 8 8 8

7 4 7 0 0 0 0

8

0

8

0

8

0

8 8

0 18

94 94/112X100%= 83,9%

8 8 8

0 0 0

8 8

0 0

8

0

8

0

8 8

0 0

0

8

0

8

c. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan d. Mengarah pada fungsi mandiri perawat Jumlah Rata-rata C. INTERVENSI 1 Perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan a. Perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan b. Prioritas diagnosa 2 Perencanaan disusun menurut prioritas Hierarki Maslow 3 Rumusan tjuan mengandung komponen pasien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi pasien atau kriteria: a. Rumusan tujuan bersifat objektif b. Fokus pada pasien c. Jelas dan singkat d. Dapat diukur dan diobservasi e. Waktu relative dibatasi dengan jelas (jangka pendek sampai menengah, panjang) f. Realistik g. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi 4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan: a. Menggunakan kalimat perintah b. Melibatkan pasien/keluarga dalam menyusun rencana tindakan c. Mengetahui latar belakang budaya dan agama pasien d. Mengarah pada tujuan yang akan dicapai e. Tindakan yang bersifat spesifik dan realistik f. Dapat dimodifkasi 5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga: a. Ditentukan bersama oleh pasien, keluarga, dan perawat b. Tindakan yang dilakukan dapat menjamin rasa aman dan nyaman pasien

8

0

8

0

88

16

88/104x100%= 84,6%

8

0

8 8

0 0

8 8 8 8 8

0 0 0 0 0

8 8

0 0

8 6

0 2

8

0

8

0

8

0

8

0 0

6

2

8

0

c. Memperhatikan kebijaksanaan peraturan yang berlaku d. Bahasa mudah dipahami Jumlah Rata-rata

dan

D. TINDAKAN KEPERAWATAN 1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan a. Tindakan mengacu pada respon pasien b. Berdasarkan sumber yang tersedia c. Dapat meningkatkan kemandirian pasien d. Memiliki dasar hukum e. Berkolaborasi dengan profesi lain f. Sesuai dengan dasar standar praktek keperawatan 2 Penekanan pada aspek pencegahan dan peningkatan kesehatan diberikan: a. Selalu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan b. Tindakan berfokus untuk mempertahankan daya tahan tubuh pasien dan mengarah pada kemandirian 3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat secara jelas dengan mencantumkan tanggal/jam, paraf/nama terang Jumlah Rata-rata E. 1 2

F. 1

EVALUASI Evaluasi mengacu pada tujuan dengan menggunakan kriteria hasil Setiap evaluasi dicatat sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan dilakukan secara kontinyu Jumlah Rata-rata

8

0

8 0 140 4 140/144x100%= 97,2%

8 8 6

0 0 2

8 8 8

0 0 0

8

0

8

0

8 8

0 0

78 2 78/80x100%= 97,5% 8

0

8

0

16 0 16/16x100%= 100% PENCATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN a. Tindakan keperawatan dicatat secara 8 0 jelas b. Setiap menulis tindakan menggunakan 8 0 tinta dan bukan pensil

2 3

Perawat selalu mencantumkan tanggal dan cap setiap jam melakukan tindakan Tindakan ditulis secara urut sesuai jam pelaksanaan Jumlah

8

0

6

2

30

2

30/32x100%= 93,7%

Rata-rata

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 5,569

6

x 100 %

x 100 % = 92,82%

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Jumlah rata-rata dokumentasi asuhan keperawatan 92,82%

dengan

indikator

baik.

Dalam

melakukan

pengkajian sudah mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian yang tersedia, akan tetapi untuk riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga masih ada beberapa dokumen yang masih belum terisi. Diagnosa keperawatan sudah dirumuskan berdasarkan masalah. Perencanaan sudah dilakukan dengan baik bersama keluarga dan kolaborasi dengan tim medis lain. Tindakan keperawatan sudah dilakukan dengan baik, evaluasi sudah dilakukan dengan baik, untuk dokumentasi juga sudah dilakukan dengan baik, tetapi perlu untuk ditingkatkan untuk mencantumkan jam setiap melakukan tindakan.

3) Sentralisasi Obat a) Kajian Teori Nursalam (2011) menyatakan bahwa Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien atau klien yang diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011). Teknik Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral maupun obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat, kemudian perawat yang melakukan pengeluaran dan pembagian obat tersebut (Nursalam, 2011). Dalam hal ini, klien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat tersebut dengan prinsip Enam Benar, yaitu benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara/ rute, benar waktu, dan benar dokumentasi (Suni, 2018).

Alur pelaksanaan Sentralisasi Obat yakni sebagai berikut. Dokter Koordinasi dengan perawat Klien/ Keluarga

Farmasi/ Apotek - Surat persetujuan sentralisasi Klien/ Kelurga

obat dari perawat - Lembar serah terima obat - Buku sertah terima/ masuk obat

PP/ Perawat yang menerima

Pengaturan dan Pengelolaan Obat Oleh Perawat

Klien/ Keluarga Sumber: Nursalam (2011)

Dalam menjalankan alur sentalisasi obat, seorang menajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai sentralisasi obat dengan cara berikut. (Nursalam, 2011) (1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu memberikan salinan kepada semua staf. (2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering digunakan dan menggantungnya di dinding. (3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.

(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obatobatan. (5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf (6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: (Nursalam, 2011) (1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada perawat, kemudian obat yang telah diambil oleh keluarga disertahkan kepada perawat dengan menerima lembar terima obat. (2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis obat, jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta harus diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga

atau

Selanjutnuya,

klien

dalam

buku

masuk

atau

klien

mendapatkan

keluarga

obat.

penjelasan jika obat tersebut akan habis, serta penjelasan 6 benar obat. (3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kertu sediaan obat. (4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat dalam kotak obat. Sedangkan

dalam

pembagian

obat,

yang

harus

diperhatikan yaitu: (Suni, 2018) (1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar pemberian obat. (2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur tercantum dalam buku daftar pemberian obat.

yang

(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah dan efek samping. (4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi klien (5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk. (6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada keluarga dan kemudian dimaintakan resep kepada dokter penanggung jawab pasien. Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: (Suni, 2018) (1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat. (2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus yaitu: (Suni, 2018) (1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu saja. (2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer. (3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat

sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada jkeluarga setelah pemberian Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan obat yakni: (Suni, 2018) (1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat, jenis obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat klien. (2) Membuat sistem kartu persediaan. (3) Melakukan

pemeriksaan

lemari

obat,

meliputi

pemeriksaan keamanan mekanisme kunci, penerangan lemari obat, lemari pendingin, serta pemisahan antara obat untuk penggunaan oral dan obat luar. b) Kajian Data Kajian data dilakukan secara observasional terkait sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat inap intensif ruang ICCU dan PICU didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 2.20 Sentralisasi Obat Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Dilakukan No.

Aspek Yang Dinilai Ya

PENERIMAAN 1 Obat yang telah diresepkan diterima oleh perawat dari farmasi dengan menerima lembar terima obat 2 Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat 3 Obat yang telah diserahkan kemudian disimpan oleh perawat dalam kotak obat PEMBAGIAN OBAT 4 Obat yang telah diterima selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat

Tidak

8

0

5

3

8

0

8

0

5

Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat 6 Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah dan efek samping 7 Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk PENAMBAHAN OBAT BARU 8 Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat 9 Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat OBAT KHUSUS 10 Pemberian obat khusus didokumentasikan diformat pemberian obat khusus 11 Informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga yaitu nama obat, kegunaan, waktu pemberian serta efek samping obat Jumlah Persentase (%)

8

0

4

4

8

0

8

0

8

0

8

0

4

4

77 11 77/88x100% = 87,5%

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 77 88

x 100 %

x 100 % = 87,5 %

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari yang dilakukan terhadap perawat terkait sentralisasi obat di ruang ICCU dan PICU didapatkan hasil persentase 87,5% atau dalam kategori baik. Dalam pelaksanaan sentralisasi obat secara keseluruhan sudah dilaksanakan dengan baik, akan tetapi terdapat beberapa aspek yang belum dilakukan secara maksimal seperti pada saat pemberian obat, sebagian besar perawat juga belum optimal dalam menjelaskan kepada keluarga terkait macam obat, kegunaan, dan efek samping. Untuk pemasangan label nama di masing-masing loker obat sudah ada. Di Ruang ICCU dan PICU sudah mempunyai satelit farmasi tersendiri untuk memenuhi kebutuhan obat pasien. Petugas farmasi sudah tersedia namun untuk shift malam tidak ada. 4) Komunikasi Terapeutik a) Kajian Teori Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan

pasien

(Ermawati, 2009). Tujuan hubungan dari terapeutik menurut Stuart & Sunden (1995) adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnua kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan interpersonal, dengan kapasitas member dan menerima cinta, serta mendorong fungsi

dan

meningkatkan

kemampuan

terhadap

kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik. Empat fase dari hubungan terapeutik: (1) Fase Preinteraksi (a) Mengumpulkan data tentang pasien (b) Menyiapkan alat (c) Mencuci tangan (2) Fase Orientasi (a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien (b) Melakukan validasi (c) Memperkenalkan nama perawat (d) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien (e) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien (f) Menjelaskan peran perawat dan pasien (g) Menjelaskan akan kegiatan yang akan dilakukan (h) Menjelaskan tujuan (i) Menjelaskan waktu (j) Menjelaskan kerahasian (3) Fase Kerja (a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya (b) Menanyakan keluhan utama (c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik (d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana (e) Mencuci tangan (4) Fase Terminasi (a) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses dan hasil (b) Memberikan reinforcement positif (c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik) (d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

b) Kajian Data Data pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto didapatkan melalui observasi secara langsung kepada perawat dengan hasil: Tabel 2.21 Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No.

Pelaksanaan (n=8)

Komponen

Ya TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSI) 1 Perawat: mengumpulkan data tentang pasien (dari RM) 2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan diri perawat TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI) 4 Memberikan salam, berjabat tangan, dan tersenyum pada pasien 5 Melakukan validasi 6 Mempekenalkan nama perawat 7 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 9 Menjelaskan peran perawat dan klien 10 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 11 Menjelaskan tujuan 12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan/lama kegiatan 13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan TAHAP KERJA 14 Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 15 Menanyakan keluhan pasien 16 Memulai kegiatan dengan cara yang baik 17 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan

Tidak

8

0

8 4

0 4

8

0

8 4 2

0 4 2

8 8 8 6 2

0 0 0 4 6

8

0

8

0

8 8 8

0 0 0

No.

Pelaksanaan (n=8)

Komponen

Ya 18 Mencuci tangan TAHAP TERMINASI 19 Menyimpulkan hasil kegiatan 20 Memberi reinforcement positif 21 Membuat kesepakatan dengan klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan slanjutnya 22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan salam/ tersenyum/ memberikan sentuhan/ berjabat tangan) Jumlah

Tidak

6

4

8 4 2

0 4 6

8

0

142

34

142/176x100% = 80,6 % Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU Presentase

dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 142 176

x 100 %

x 100 % = 80,6 %

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait penerapan komunikasi terapeutik di ruang ICCU dan PICU didapatkan bahwa komunikasi terapeutik dalam kategori baik

dengan prosentase 80,6%. Dalam pelaksanaan

komunikasi terapeutik perawat kurang berjabat tangan, memperkenalkan diri, melakukan kontrak waktu. Saat menanyakan nama kesukaan juga dilihat identitas di gelang pasien, akan tetapi beberapa aspek komunikasi terapeutik

sudah dilaksanakan dengan baik hanya saja belum optimal. Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya perawat dan pasien dalam membina hubungan saling percaya. Selain itu juga akan meningkatkan proses kesembuhan pasien secara tidak langsung. 5) Patient Safety a) Kajian Teori Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan

keperawatan

yang

berdampak

terhadap

pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien (Nursalam, 2014). Program keselamatan pasien adalah suat usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya. Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk menunjukkan: (1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu

(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan (3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan (4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural). Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi Joint Commision International 2011 meliputi: (1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat (2) Meningkatkan komunikasi efektif (3) Meningkatkan

keamanan

obat-obat

dengan

kewaspadaan tinggi (4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan benar pasien (5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh b) Kajian Data Hasil

pelaksanaan

Patient

Safety

yang

sudah

diobservasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.22 Pelaksanaan Patien Safety Di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Dilakukan No

Aspek Yang Di Nilai (N=8)

SASARAN I: KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN Cara mengindentifikasi pasien yaitu dengan menggunakan minimal dua identitas pasien yaitu dengan meminta

Ya

8

Tidak

0

Dilakukan No

Aspek Yang Di Nilai (N=8)

menyebutkan nama pasien dan tanggal lahir pasien sambil melihat gelang indentitas pasien Untuk indentifikasi pasien tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien Apakah 1. identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pemberian obat Apakah 2. identifikasi pasien dilaksanakan sebelum mengambil sampel darah untuk pemeriksaan klinis. Apakah 3. Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum melakukan tindakan keperawatan. Apakah 4. identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pemeriksaan penunjang seperti : (Xray,EKG,Echo dll) Apakah 5. Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pemberian tranfusi darah Apakah Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pengambilan spesimen seperti sputum,urine dan lain lain untuk pemeriksaan klinis. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Bila ada 1. perintah secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan mencatat secara lengkap perintahnya (write back)oleh penerima perintah Bila ada 2. perintah secara lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap isi dari perintah (read back) oleh penerima perintah Bila ada 3. perintah secara lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi ulang (repeat back) perintah yang ditulis oleh penerima

Ya

Tidak

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

Dilakukan No

Aspek Yang Di Nilai (N=8)

Ya

perintah Apakah 4. dalam komunikasi efektif saat 8 melapor dan serah terima pasien sudah dengan cara SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation) SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT) Apakah 1. sudah dilaksanakan SPO tentang pemberian obat dengan prinsip 6 benar Apakah 2. sudah ada SPO tentang penyimpanan obat high alert Apakah 3. obat high alert tidak boleh disimpan di ruang rawat kecuali jika dibutuhkan secara klinis diruangan tertentu seperti IGD, ICU dan kamar operasi Apakah 4. obat high alert yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang diawasi ketat (restricted) SASARAN IV : KEPASTIAN TEPATLOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI Apakah rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk mengidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan (site marker) Apakah 1. rumah sakit menggunakan lembar checklist untuk memverifikasi pada saat serah terima perawat sebelum tindakan operasi. Apakah 2. sudah dilaksanakan SPO tentang memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien

Tidak 0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

Dilakukan No

Aspek Yang Di Nilai (N=8)

Ya

Tidak

yang benar. SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN Apakah 1. perawat saat bertugas dirumah sakit sudah melakukan 6 langkah cuci tangan Apakah 2. semua perawat sudah memahami 5 moment cuci tangan menurut WHO Apakah 3. sudah dilaksanakan SPO tentang cuci tangan yang bertujuan mengurangi resiko infeksi SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH Apakah 1. perawat menerapkan proses pengkajian awal resiko pasien jatuh Apakah 2. dilakukan pengkajian ulang bila terjadi perubahan konsdisi seperti pemberian obat penenang, obat hipertensi, obat psikotropik Pengkajian 3. ulang risiko jatuh pada pasien dengan resiko jatuh sedang(skore 6-13)dilakukan 2kali dalam satu shift dinas Salah satu 4. tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh ringan (skore 0-5) yaitu pagar pengaman tempat tidur dinaikkan dan libatkan pasien/ keluarga pada program keamanan ini Salah satu 5. tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh sedang (skore 6-13) yaitu pasang genag khusus (warna kuning) sebagai tanda resiko jatuh sekaligus beri tanda resiko pasien jatuh pada pintu kamar pasien/ tempat tidur Salah satu 6. tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh berat (skore ≥ 13) yaitu kunjungi dan monitor pasien setiap 1 jam sekali dan pasang restrain

0

8

0

4

4

4

4

8

0

8

0

2

6

8

6

8

0

8

0

Dilakukan No

Aspek Yang Di Nilai (N=8)

Ya

Tidak

jika pasien gelisah Jumlah

202

20

202/222x100% = 90,9% Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU Presentase

dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 x 100 % :

202 222

x 100 % = 90,9% %

Kategori: (1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Berdasarkan hasil observasi kajian Patient Safety didapatkan bahwa keselamatan pasien secara global di ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik dengan persentase 90,9%. Hal yang paling perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan Patient Safety adalah 5 momen cuci tangaan yang paling sering tidak dilakukan yaitu sebelum melakukan tindakan aseptik serta masih terdapat perawatan yang masih menggunakan aksesoris seperti gelang dan cincin saat bertugas. 6) Discharge Planning a) Kajian Teori Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu

dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010). Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian berkelanjutan

untuk

mendapatkan

informasi

yang

komprehensif tentang kebutughan pasien yang berubahubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2010). Manfaat discharge planning menurut Nursalam & Effendi (2008) adalah: (1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit. (2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien. (3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada

penyembuhan

pasien

dan

mengidentifikasi

kekambuhan atau kebutuhan parawatan baru. (4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di rumah. b) Kajian Data Tabel 2.23 Discharge Planning ke keluarga Pasien Di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No 1

Dilakukan ( n = 8) Ya Tidak Identifikasi pasien dan persiapkan 6 2 discharge planing Kegiatan

Dilakukan ( n = 8) Ya Tidak medik 8 0

No

Kegiatan

2

Peninjauan ulang rekam pasien Ucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi anda Lakukan assesment kebutuhan perawatan berdasarkan kondisi dan penyakit termasuk kondisi lingkungan rumah pasien Identifikasi dan diskusikan siapa penanggung jawab perawatan di rumah Diskusikan dengan pasien dan kelurga mengenai alasan pasien dirawat, tatalaksana prognosis, dan rencana pemulangan pasien. Pastikan bahwa pasien dan keluarga/pendamping pasien telah memperoleh informasi yang adekuat Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis pasien Ucapkan salam dan terima kasih TOTAL PROSENTASE

3 4

5

6

7

8

9

8

0

6

2

8

0

4

4

8

0

8

0

8 0 64 8 64/72x100% = 88,9%

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

64 72

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

x 100 % = 88,9% %

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik : 60-74 % (3) Kurang

: ≤ 59 %

x 100 %

c) Analisis Berdasarkan data observasi discharge planning di ruang ICCU dan PICU sebesar 88,9%, masuk dalam kategori baik. Dari hasil observasi form discharge planning sudah lengkap terisi, perawat telah memberi penjelasan mengenai nama, dosis, waktu minum obat yang dibawa pulang dan rencana kontrol pasien dijelaskan secara baik. 7) Palaksanaan Standar Precaution a) Kajian Teori Standar Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat

pelayanan

dalam

rangka

mengurangi

resiko

penyebaran infeksi (Nursalam dan Kurniawati, 2014). Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi dari darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat perawatan diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier yang tepat harus digunakan secara utuh oleh semua pasien dan ditentukan oleh kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan pada darah atau sekresi yang mengandung

darah

dari

pasien

yang

terinfeksi

tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan patogen darah

adalah

serebrospinal, peritoneal,

sekresi cairan

cairan

semen

dan

vagina,

cairan

senovial,cairan

pleural,

cairan

perikardial

dan

cairan

amnitiotik

(Smeltzer & Bare, 2013). Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) antara lain: (1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5 moment.

(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit, termasuk pasien yang harus dengan isolasi. (3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan terkait infeksi nasokomial) (4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan, etika batuk, pengelolaan pasca pajanan sesegera mungkin (maksimal 3x24 jam). (5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan sterilisasi alat sesuai prosedur. (6) Membuang sampah pada tempatnya: (a) Sampah infeksius ( plastik kuning) (b) Sampah umum (plastik hitam) (c) Sampah sitotoksik (palstik ungu) (d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti safety box) (7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll terkait pencegahan infeksi. b) Kajian Data Tabel 2.24 Pelaksanaan Standar Precaution Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No 1

2 3 4

Aspek Yang Dinilai (n=8) Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan klien atau melakukan tindakan pada klien Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan klien atau setelah selesai melakukan tindakan dengan klien Perawat mencuci tangan dengan sabun/ cairan intisep (handrub) Perawat menggunakan sarung tangan ketika kontak/ melakukan tindakan

Pelaksanaan Ya Tidak 6

2

8

0

8

0

6

0

No

Aspek Yang Dinilai (n=8)

Pelaksanaan Ya Tidak

dengan klien

5

6 7 8 9 10 11 12 13

Perawat menggunakan masker ketika melakukan tindakan tertentu (penyakit infeksi yang menular melalui udara, peyakit dengan daya tahan tubuh rendah, menjaga kebersihan diri) Perwat menggunakan alat-alat steril untuk satu klien Perawat menggunakan alat-alat disposable hanya untuk sekali pakai Setelah menggunakan alat-alat non disposable perawat mencucinya dengan larutan desinfektan Perawat mensterilkan alat-alat steril di instalasi sterilisasi sentral Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan ditempat khusus Perawat membuang benda-benda tajam di tempat khusus Perawat membuang sampah medis di tempat sampah medis Perawat membuang sampah non medis di tempat sampah non medis

8

0

8

0

8

0

8

0

8

0

7

1

8

0

8

0

8

0 3

JUMLAH

9

99/102x100% Persentase (%) = 97,05% Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

:

99 102

x 100 %

x 100 % = 97,05 %

Kategori: (4) Baik

: ≥ 75 %

(5) Cukup baik

: 60-74 %

(6) Kurang

: ≤ 59 %

9

c) Analisis Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tergolong baik yaitu dengan persentase 97,05%. Adapun beberapa item yang belum dilaksanakan secara optimal oleh perawat adalah mencuci tangan ketika akan kontak dengan klien atau melakukan tindakan kepada klien. 8) Conference (pre – post) a) Kajian Teori Pre-conference

merupakan

pertemuan

tim

yang

dilakuakan setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre-conference dilakukan di awal jaga setelah melakukan operan dinas, baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Pre-conference sebaiknya dilakukan diruang sendiri sehingga dapat menghindari gangguan dari luar. Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang yang sama dilakukan ketika akan pre conference hari selanjutnya. Pesertanya yaitu kepala ruang, perawat primer (PP), perawat asosiet (PA), dan mahasiswa kalau ada. Tujuan dari conference ini yaitu: (1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP (2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA. pembagian

didasarkan

ketergantungan

klien,

pada dan

jumlah

tempat

tidur

klien, yang

berdekatan. Bila pada suatu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 orang PA, maka semua klien bagi pada kedua PA sebagai penanggung jawabnya. PP akan membimbing dan membantu PA dalam memberikan

asuhan keperawatan bila PP hanya didampingi oleh 1 orang pada suatu tugas jaga maka jumlah pasien yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%. (3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan (4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tangguang jawabnya (5) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan keperawatan (6) PP membagi tugas masing-masing PA (7) Meningkatkan

Kembali

Standart

Prosedur

yang

Ditetapkan (8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA (9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan Tugas perawat pre dan post conference: Tugas PP pada pre conference: (1) Menyiapkan ruangan / tempat (2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya (3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference (4) Memandu pelaksanaan pre-conference (5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya (6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja (7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien / tindakan (8) Memotivasi

untuk

memberikan

tanggapan

penyelesaian yang sedang didiskusikan

dan

(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang

menjadi

tanggung jawabnya (10) Memberikan reinforcement positif pada PA (11) Menyimpulkan hasil pre conference Tugas PP pada post conference: (1) Menyiapkan ruangan/ tempat (2) Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi tanggung jawabnya (3) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference (4) Menerima

penjelasan

tindakan/hasil

asuhan

dari

PA

keperawatan

tentang

hasil

yang

telah

dilakukan PA (5) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah (6) Memberikan reinforcement pada PA (7) Menyimpulkan hasil post conference (8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga shift jaga berikutnya. Tugas PA : (1) Mengikuti pre dan post conference (2) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperwatan (3) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan. (4) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada PP.

(5) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. (6) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha untuk mengatasinya. (7) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya (8) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tangggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. (9) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/ perkembangan semua pasien yang

menjadi tangung

jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. (10) Bila PP tak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu group yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien atau keluarga baru. (11) Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim kesehatan lain setiap seminggu sekali (12) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin. (13) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA. (14) Melaksanakan tugas PP pada sore, malam dan hari libur. Langkah-langkah Pre dan Post Conference : (1) Konfrensi

dilakukan

setiap

hari

segera

setelah

pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP (2) Konfrensi dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing

(3) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi: (1) Keadaan umum klien (2) Keluhan klien (3) Tanda-tanda vital dan kesadaran (4) Hasil pemeriksaan lab, diagnostic terbaru (5) Masalah keperawatan (6) Rencana keperawatan hari ini (7) Perubahan terapi medis (8) Rencana medis b) Kajian Data Tabel 2.25 Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No 1 2 3 4

5

6

7

Variabel Yang Dinilai Menyiapkan rungan/ tempat Menyiapkan rekam medik klien yang menjadi tanggung jawabnya Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference Memandu pelaksanaan pre conference Menjelaskan masalah keperawatan klien, dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan klien/ tindakan

Selalu Sering Kadang Tidak (3) (2) (1) (0)

√ √ √ √







No

8

9

10 11

Variabel Yang Dinilai

Selalu Sering Kadang Tidak (3) (2) (1) (0)

Memotifasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian √ masalah yang sedang di diskusikan Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan √ keperawatan kepada klien yang menjadi tanggung jawabnya Memberi reinforcement positif √ pada PA Menyimpulkan hasil pre √ conference JUMLAH 12 6 4 Prosentase 22/33x100% =66,6% Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 22 33

x 100 %

x 100 % = 66,6 %

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

Tabel 2.26 Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo NO

Aspek yang DINILAI (n=3)

1

Menyiapkan rungan/ tempat Menyiapkan rekam medik klien yang menjadi tanggung jawabnya Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference Menerima penjelasan dari PA

2 3 4

Selalu Sering Kadang Tidak (3) (2) (1) (0) √ √ √ √

NO

5 6 7 8

Aspek yang DINILAI (n=3)

Selalu Sering Kadang Tidak (3) (2) (1) (0)

tentang hasil tindakan/ hasil asuhan keperawatan yang telah di lakukan oleh PA Mendiskusikan masalah yang di temukan dalam memberikan √ askep klien dan mencari upaya penyelesaian masalahnya Memberi reinforcement pada PA √ Menyimpulkan hasil post √ conference Mengklarifikasi klien sebelum melakukan operan tugas jaga sift √ jaga berikutnya JUMLAH 12 2 3 Persentase 17/24x100% = 70,83% Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan : :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 17 24

x 100 %

x 100 % = 70,83 %

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 66,6% dengan kriteria cukup. Pre conference sekaligus meeting morning sudah terlaksanakan cukup baik hal ini dilihat dari hasil observasi yang dilakukan setiap hari. Masih ada hal yang belum disampaikan seperti tujuan dilaksanakannya pre conference, memberi reinformens positif pada PA. Evaluasi pelaksanaan Post Conference dengan kriteria cukup dengan prosentase sebesar 70,83%. Hal ini

dikarenakan pre dan post conference membutuhkan banyak waktu dan karena jumlah perawat tidak sesuai dengan beban kerjanya. 9) Timbang Terima a) Kajian Teori Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Operan dilakukan oleh Perawat Primer keperawatan kepada Perawat Primer (penganggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Suni, 2018). Tujuan timbang terima yaitu: (1) untuk

mengkomunikasikan

keadaan

klien

dan

menyampaikan informasi yang penting (2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien (3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien (4) menyampaikan

hal

yang

penting

yang

harus

ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya (5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. b) Kajian Data Tabel 2.27 Lember Observasi Serah Terima Pasien Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No 1

2.

Kegiatan (n = 1) Serah terima pasien/operan jaga diawali dengan rapat bersama/ conference antara petugas sebelumnya dengan petugas yang baru Petugas jaga lama membacakan buku laporan yang berisi informasi tentang: a. Jumlah pasien dan kondisi masing-

Dilakukan Ya Tidak √



No

3.

4.

5. 6.

7.

Dilakukan Ya Tidak

Kegiatan (n = 1) masing pasien b. Jumlah pasien maksimal care, intermediate care dan minimal care dan pasien dengan resiko tinggi (manula, bayi, balita, immuno suprissed, kondisi terminal) c. Program terapi atau program tindakan pasien yang belum terlaksana (konsul Sp lain, foto, obat, transfusi, dll) d. Sarana prasarana baik alat kesehatan maupun alat kedokteran (jumlah, kondisi alat) e. Informasi lain contoh pengumumanpengumuman, aturan pembiayaan pasien, kondisi bangunan misal bocor, dll Dilanjutkan keliling ruangan untuk mengoperkan pasien satu persatu sambil menginformasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa ada pergantian petugas jaga sambil memperkenalkan petugas jaga yang akan bertugas Berikutnya mengoperkan alat-alat kedokteran atau alat kesehatan lain dan kondisi masing-masing alat tersebut Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan yang tersedia di ruang tempat obat Kegiatan serah terima/operan jaga di tulis pada buku operan atau blangko lain dan ditandatangani oleh kedua belah pihak Kegiatan operan di akhiri dengan jabat tangan dan petugas lama berpamitan dengan petugas baru TOTAL 6 PERSENTASE





√ √



1 6/7x100%= 85%

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Perhitungan :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

x 100 %

6

: x 100 % = 85 %√ 7

Kategori:

(1) Baik

: ≥ 75 %

(2) Cukup baik

: 60-74 %

(3) Kurang

: ≤ 59 %

c) Analisis Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan timbang terima di ruang ICCU dan PICU sudah baik menurut indikator SPO RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan presentasi 85%. Indikator kegiatan serah terima/operan juga sudah ditulis pada buku operan atau blangko dan operan keliling sudah dilakukan secara optimal. b.

Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan 1) Perencanaan a) Kajian Teori Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukan serta bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis,

2011).

menyusun

suatu

Perencanaan perencanaan

dimaksudkan yang

strategis

untuk dalam

mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat

pola

struktur

organisasi

yang

dapat

mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijakan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.

Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap

akan

pelaksanaan pelayanan

memberi suatu dan

petunjuk

dan

kegiatanuntuk

asuhan

mempermudah

mencapai

keperawatan

kepada

tujuan klien.

Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawatpelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, prosesmanajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010). Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka perencanaan terdiri dari : (1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi. (2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi. (3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai. (4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan (5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan (6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang Model perencanaan meliputi : (1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer

langsung

melakukan

tindakan

begitu

menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada.

(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat sejalan dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan

atau

perencanaan

pelaksanaannya

dilakukan

tetapi sejalan

dalam dengan

perkembangan masalah). (3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan antara waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator untuk pencapaian target, resiko dan ketidak pastian jelas. (4) Practive Planning

yaitu pembuatan perencanaan

dengan memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan,

masa

sekarang

sebagai

pelaksanaan

perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang

disusun

berdasarkan

evaluasi

pelaksanaan

perencanaan masa lalu dan sekarang. Perencanaan berdasarkan periode meliputi: (1) Perencanaan jangka pendek: target waktu dalam seminggu atau sebulan, Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan. (2) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu satu tahun, meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/ service, permintaan perlengkapan rutin/ barang habis pakai.

(3) Perencanaan jangka panjang: periode tahun mendatang, meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan, dan sebagainya. Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi : (1) Menyusun rencana kerja kepala unit (2) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan diruang yang bersangkutan. (3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi

jumlah

maupun

kualifikasi

diruang

rawat,

koordinasi dan instalasi. b) Kajian Data Data yang didapatkan dalam perencanaan di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo didapatkan hasil : Tabel 2.28 Kajian Perencanaan Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No. 1.

Standar Perencanaan jangka

Keterangan Jadwal dinas disusun tiap bulan dan

pendek oleh Karu

ada dokumen tentang jadwal dinas, paparan pengetahuan, laporan bulanan indikator

mutu

pelayanan

dan

pertemuan setiap bulan dengan seluruh staf keperawatan dan non keperawatan serta menambah tenaga perawat di ruangan 2.

Perencanaan jangka

Membuat

menengah oleh Karu

perlengkapan ruangan atau fasilitas dengan

daftar

e-planing

permintaan

yaitu

yang

memasukkan data ke dalam komputer,

No.

Standar

Keterangan perbaikan alat dan membuat jadwal liburan untuk semua staf medis dan non medis diruangan.

3.

Perencanaan jangka

Untuk

pembangunan

perencanaan

panjang oleh Karu

yang dilakukan yaitu memperbaiki infrastruktur dan menambah beberapa sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan ruangan.

Sumber: Hasil wawancara kepada Bu Wiwik Puji Hastiwi, AMK tanggal 4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto c) Analisis Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisis bahwa ruang ICCU dan PICU sudah sesuai prosedur dengan mempunyai perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan melakukan koordinasi dengan unit pelayanan terkait, salah satunya dengan melibatkan staf keperawatan dalam perencanaan dan secara garis besar tidak ada masalah dengan sistem perencanaan di ruangan. 2) Pengorganisasian a) Kajian Teori Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala adalah memasukan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama ke arah pencapaian tujuan (Nursalam, 2011). Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing

orang dan menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir. Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen untama dalam manajemen keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansbrug, 2008). Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem (Hoffart and Words, 2012) yaitu : Nilainilai

professional,

pemberian

askep,

pendekatan hubungan

manajemen, professional,

metode sistem

kompensasi dan penghargaan. Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasian meliputi: (1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat (2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain (3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga (4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK (5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian (6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan

guna

peningkatan

mutu

pelayanan

keperawatan di ruang rawat (7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok Ketua Tim dalam pengorganisasian meliputi : (1) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan (2) Membuat

perencanaan

kewenangannya

yang

berdasarkan didelegasikan

tugas oleh

dan kepala

ruangan (3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota tim (4) Mengkoordinasikan

rencana

keperawatan

dengan

tindakan medik (5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferensi (6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya (7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan (8) Menyelenggarakan konferensi (9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya (11) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga (12) Mendukung terlaksananya program Patient Safety Tugas pokok penangung jawab tugas jaga meliputi : (1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur. (2) Melakukan fungsi kolaboratif dengantim kesehatan lain

(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga (4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK (5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian (6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan

guna

peningkatan

mutu

pelayanan

keperawatan di ruang rawat (7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety b) Kajian Data (1) Pelaksanaan Tugas Karu Tabel 2.29 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No

Tugas Kepala Ruang

1.

Melaksanakan fungsi perencanaan dengan cara: a. Merencanakan jumlah, jenis, dan mutu tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang rawat yang berada dibawah tanggung jawabnya b. Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan yang diperlukan sebagai penunjang tercapainya pelayanan di ruang rawat yang berada diwilayah tanggung jawabnya c. Merencanakan perawatan pasien oleh sejumlah tenaga keperawatan yang berada diwilayah tanggung jawabnya secara kesinambungan d. Merencanakan pengelolaan ruang perawatan dan lingkungan sekitar ruang perawatan diwilayah tanggung jawabnya Melaksanakan fungsi pergerakkan dan pelaksana dengan cara:

2.

SL (3) √

SR KD TP (2) (1) (0)









No

Tugas Kepala Ruang a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat yang berada diwilayah tanggung jawabnya melalui pertemuan pagi setiap akan memulai kegiatan setiap harinya b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas tenaga perawatan dan tenaga lainnya di ruang perawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian dan lain-lain) c. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada dengan cara kerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan diruang rawat tersebut e. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksanaaan keperawatan dan tenaga lainnya yang berada diwilayah tanggung jawabnya f. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan, antara lain melalui pertemuan rutin g. Mengenal jenis dan kegunaan barang atau peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien diruang perawatan agar tercapai perawatan optimal h. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, alat, obat dan bahan yang diperlukan diruang perawatan i. Memberikan program orientasi terhadap pasien dan keluarganya yang meliputi penjelasan tentang peraturan Rumah Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan

SL (3)

SR KD TP (2) (1) (0)









√ √

√ √

No

Tugas Kepala Ruang j. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien dalam batas wewenangnya l. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung m. Mempertahankan dan meningkatkan system pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan pasien dan kegiatan lain yang dilakukan secara cepat dan benar. n. Mengadakan kerjasama dan hubungan baik dengan kepala ruang lainnya, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan staff medis fungsional Rumah Sakit o. Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja dan suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarga pasien sehingga memberikan ketenangan p. Memotivasi tenaga penunjang dan tenaga non perawatan dalam mempersiapan serta memlihata kebersihan ruang rawat dan lingkungan q. Memeriksa dan meneliti pengisian formulir sensus di ruang rawat secara tepat dan benar r. Memelihara buku register dan berkas catatan medis s. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan pelayanan pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan serta kegiatan lain diruang rawat. Selanjutnya menyampaikan kepada kepada kepala instalasi dengan tembusan kepada kepala seksi keperawatan/kepala bidang keperawatan t. Melakukan verifikasi kepada seluruh

SL (3)

SR KD TP (2) (1) (0) √ √ √ √







√ √ √



No

3.

Tugas Kepala Ruang dokumentasi asuhan keperawatan yang dibuat oleh PP dalam wilayah tanggungjawabnya u. Memegang teguh rahasia jabatan Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian dengan cara: a. Mengawasi, mengoreksi dan menilai pelaksanaan pelayanan keperawatan yang telah ditentukan b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan c. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien d. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan pelaporan kegiatan pelayanan keperawatan serta mendokumentasikan kegiatan lainnya di ruang rawat Jumlah Jumlah Total Presentase

SL (3)

SR KD TP (2) (1) (0)

√ √

√ √



36

32

1 69 79,3%

Sumber: Hasil observasi tanggal ???April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Keterangan: SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

Persentase (%) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛)x 100% 69

= 87 x 100 % = 79,3%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu:

76 – 100% : baik 56 – 75% : cukup 40 – 55% : kurang baik <40%

: tidak baik

Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan masuk dalam kategori baik (79,3 %). Hampir seluruh tugas karu sudah dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang belum dilaksanakan secara optimal yaitu mengenai memeriksa dan meneliti pengisian formulir sensus di ruang rawat secara tepat dan benar. (2) Pelaksanaan Tugas PP Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari PP didapatkan hasil: Tabel 2.30 Pelaksanaan Ka Shift Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No.

Tugas

1. 2.

Bertugas pada pagi hari Mengatur jadwal dinas anggota timnya yang dikoordinasikan dengan Kepala Ruang Bersama PP pagi menerima operan tugas dari PP tugas malam Bersama PP melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien Melakukan pre conference dengan semua PP yang ada dalam grupnya pada setiap awal dinas pagi Membagi tugas atau pasien kepada anggota TIM sesuai kemampuan dan beban kerja

3. 4.

5.

6.

KaShift (0/1/2/3/) 3 3

3 3

2

3

No.

Tugas

7.

Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di Rekam Medis Keperawatan Memonitor pelaksanaan tugas anggota TIM Membimbing anggota TIM dalam melaksanakan tugasnya Membantu tugas anggota TIM untuk kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan askep pada rekam keperawatan yang dilakukan oleh PP yang ada dibawah 3tanggung jawabnya Perencanaan askep dan ada bukti dalam rekam keperawatan Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari anggota TIM untuk persiapan operan jaga berikutnya Mendampingi anggota TIM dalam operan tugas jaga kepada PP yang tugas jaga berikutnya Memperkenalkan anggota TIM yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat selama pasien dirawat kepada pasien baru Memberi informasi dan orientasi kepada setiap pasien baru atau keluarga Mendelegasikan tugas kepada anggota TIM Melaksanakan pendelegasian tugas Karu bila pagi hari tidak bertugas Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap seminggu sekali Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas Jumlah

8. 9. 10.

11.

12. 13.

14.

15.

16. 17. 18. 19.

20.

KaShift (0/1/2/3/) 3

3 3 3

3

3 2

3

2

3 3 3 1

2 53

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Keterangan: 0 : Tidak Pernah 1 : Kadang-kadang 2 : Sering 3 : Selalu 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

Persentase (%) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛)x 100% 53

= 60 x 100 % = 88,3%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu: 76 – 100% : baik 56 – 75% : cukup 40 – 55% : kurang baik <40%

: tidak baik

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan pada KaShift dikategorikan baik dengan nilai persentase 88,3%, sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan tugas PP dalam kategori baik. (3) Pelaksanaan Tugas PA Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari PA didapatkan hasil: Tabel 2.31 Pelaksanaan Tugas PA Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No.

1

Pernyataan

Observasi PA PA ICCU PICU

Melaksanakan operan tugas setiap √ awal dan akhir jaga dari dan kepada PP yang ada dalam satu grup



No.

Pernyataan

2

Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap pasien Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga Mengikuti pre conference yang dilakukan KaTim setiap awal jaga pagi Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan Melakukan konsultasi tentang masalah pasien atau keluarga kepada KaTim Membimbing dan melakukan penkes kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam medik keperawatan Menerima keluhan pasien atau keluarga berusaha untuk mengatasinya Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan Mengikuti post conference yang diadakan KaTim pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi atau perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PP Bila KaTim tidak ada wajib mengenalkan PP yang ada dalam satu grup yang akan memberikan

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Observasi PA PA ICCU PICU

















































No.

14

Observasi PA PA ICCU PICU

Pernyataan

askep pada jaga berikutnya pada pasien baru/keluarga Melaksanakan pendelegasian tugas √ √ KaTim pada S/M/HL Jumlah 14 14 Jumlah Total 28

Sumber: Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

Persentase (%) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛)x 100% 28

= 28 x 100 % = 100%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu: 76 – 100%

: baik

56 – 75%

: cukup

40 – 55%

: kurang baik

<40% : tidak baik Berdasarkan Tabel diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan tugas PA terlaksana dengan baik yaitu 100%. 3) Penggerakan a) Kajian Teori Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam

melaksanakan

tugas-tugasnya

sesuai

dengan

ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan

fungsi

yang

paling

fundamental

dalam

manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis

tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara, tekhnik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian, ketrampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk dan sifat tujuan yang hendak dicapai. Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan akan lebih mudah apabila para manager berhasil pula meyakinkan para bawahannya dalam mengemudikan organisasi, para manajer tersebut akan menggunakan

gaya

manajerial

yang

mencerminkan

pengakuan atas harkat dan mahabat para bawahannya sebagai insan yang ada. Pimpinan organisasi perlu menjelaskan

kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang

akan

ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan tersebut. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam penekanan diberikan pada interaksi positif antara orangorang dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur organisasi

yang

telah

disepakati

bersama.

Dalam

menggerakan para bawahan, para manajer harus selalu

mempertimbangkan pandangan para bawahan tentang organisasi kemampuan yang dimiliki oleh organisasi akan siap menyelenggarakan semua kegiatan operasional yang diharapkan atau diharuskan untuk dilakukan. Penggerakan adalah menggerakan orang-orang agar mau bekerja, menciptakan suasana bekerja yang lebih mendukung bukan hanya karena perintah, tetapi dengan kesadaran

sendiri

dan

rasa

tanggung

jawab,

serta

termotivasi secara internal (Suarli, 2009). b) Kajian Data Tabel 2.32 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tugas Kepala Ruang

SL (3)

Melaksanakan fungsi pergerakkan dan pelaksana dengan cara: a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat yang berada diwilayah tanggung jawabnya melalui pertemuan pagi setiap akan memulai kegiatan setiap harinya b. Menyusun dan mengatur jadwal √ dinas tenaga perawatan dan tenaga lainnya di ruang perawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian dan lain-lain) c. Memberikan pengarahan dan √ motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan √ yang ada dengan cara kerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan diruang rawat

SR KD (2) (1) √

TP (0)

tersebut e. Mengadakan pertemuan berkala √ dengan pelaksanaaan keperawatan dan tenaga lainnya yang berada diwilayah tanggung jawabnya f. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan, antara lain melalui pertemuan rutin g. Mengenal jenis dan kegunaan barang atau peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien diruang perawatan agar tercapai perawatan optimal h. Menyusun permintaan kebutuhan √ rutin, alat, obat dan bahan yang diperlukan diruang perawatan i. Memberikan program orientasi terhadap pasien dan keluarganya yang meliputi penjelasan tentang peraturan Rumah Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan j. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien dalam batas wewenangnya l. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung m. Mempertahankan dan meningkatkan system pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan pasien dan kegiatan lain yang dilakukan secara cepat dan benar. n. Mengadakan kerjasama dan hubungan baik dengan kepala ruang lainnya, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan staff medis fungsional Rumah Sakit o. Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja dan suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan

√ √



√ √ √ √





keluarga pasien sehingga memberikan ketenangan d p. Memotivasi tenaga penunjang dan S tenaga non perawatan dalam Smempersiapan serta memlihata u kebersihan ruang rawat dan m lingkungan b dan meneliti pengisian q. Memeriksa formulir esensus di ruang rawat secara tepat danr benar : r. Memelihara buku register dan berkas catatan medis s. MembuatH laporan harian dan bulanan mengenaia pelaksanaan kegiatan pelayanan pelaksanaan kegiatan s pelayanan keperawatan serta i kegiatan l lain diruang rawat. Selanjutnya menyampaikan kepada kepada o kepala instalasi dengan tembusanb kepada kepala seksi keperawatan/kepala bidang s keperawatan e t. Melakukan verifikasi kepada seluruh r dokumentasi asuhan keperawatan v yang dibuat oleh PP dalam wilayah a tanggungjawabnya s teguh rahasia jabatan u. Memegang i Jumlah Jumlah total Presentase



√ √ √



√ 21 28 0 0 49 49/63x100%=77,8%

Sumber : Hasil observasi tanggal 05 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Keterangan: 0

: Tidak Pernah

1

: Kadang-kadang

2

: Sering

3

: Selalu 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

Persentase (%) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛)x 100% 49

= 63 x 100 % = 77,8

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu: 76 – 100%

: baik

56 – 75%

: cukup

40 – 55%

: kurang baik

<40% : tidak baik c) Analisis Data Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai penggerakan dan pelaksanaan di ruang ICCU dan PICU kepala ruang didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam kategori baik sesuai dengan data yang didapat data hasil observasi terhadap pelaksanaan tugas kepala ruang mendapatkan persentase sebesar 77,8 % dalam indikator baik. Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf keperawatan

ataupun

non

keperawatan.

Pengarahan

bimbingan dan komando sering dilakukan oleh kepala ruang pada saat dilakukanya meeting morning setiap harinya kecuali pada hari minggu. 4) Pengawasan (a) Kajian Teori Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai standar (Nursalam, 2008). Pengawasan berkomunikasi

melalui langsung

komunikasi dengan

mengawasi ketua

tim

dan

maupun

pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu: (1) Penetapan standar pelaksanaan

(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan (3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang ditetapkan (4) Pengambilan tindakan koreki Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu: (1) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga. (2) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang ada, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan

sesudah

mendengar

proses

laporan

keperawatan dari

KaTim/

dilaksanakan, PP

mengenai

pelaksanaan tugas. (3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama KaTim/ PP. (4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan dahulu persiapan antara lain: Standar Operating Prosedur. (b) Kajian Data Tabel 2.33 Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali, dan Penilaian Di Ruang ICCU & PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No.

Nama Kegiatan

1.

Mengawasi, mengoreksi dan menilai pelaksanaan pelayanan keperawatan yang telah ditentukan Melaksanakan penilaian terhadap

2.

SL (3) √



SR (2)

KD (1)

TD (0)

No.

3.

4.

Nama Kegiatan upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan pelapor kegiatan pelayanan keperawatan serta pendokumentasian kegiatan lainnya di ruang rawat Jumlah Jumlah total

SL (3)

SR (2)

KD (1)

TD (0)





6

4 10

Sumber: Hasil observasi tanggal 02-04 April 2019 di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Keterangan: SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

Persentase (%) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛)x 100% 10

= 12 x 100 % = 83,3%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu: 76 – 100%

: baik

56 – 75%

: cukup

40 – 55%

: kurang baik

<40%

: tidak baik

(c) Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi di ruang ICCU dan PICU, secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo diperoleh nilai 83,3% dengan kategori baik. c.

Proses Bimbingan Klinik dengan Mahasiswa Praktikan Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuann teoritis ke dalam tindakan yang sesungguhnya, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-teori yang telah diperoleh. Proses manajemen bimbingan praktek klinik keperawatan yaitu: 1) Perencanaan Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata dimana peserta didik diharapkan langsung dengan klien dan situasi yang nyata, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009) Peserta

didik

berkesempatan

dalam

melatih

diri

melaksanakan asuhan keperawatan professional, dan melatih kemampuan untuk berhubungan langsung ke dalam masalah nyata. Hal tersebut perlu adanya bimbingan dari Instruktur klinis (clinical instructor) dalam membimbing dan mengembangkan keterampilan praktik klinis mahasiswa keperawatan. Clinical instructor berperan sebagai mediator dan fasilitator. Sebelum melakukan praktik ada beberapa yang harus dipenuhi yaitu : a) Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mendelegasikan penerimaan mahasiswa kepada kepala bidang diklat.

b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademi sesuai dengan kompetensi mahasiswa di koordinasikan dengan diklat. c) Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai. d) Mahasiswa selanjutnya akan menemui pembimbing klinik dan pembimbing klinik akan memberikan pengarahan, orientasi ruangan dan tugas pembuatan asuhan keperawatan. e) Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik, pembimbing klinik adalah seorang tenaga keperawatan yang profesional yang di beri wewenang dan tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik. Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan pembimbing klinik adalah sebagai berikut : a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang telah ditentukan. b) Mengikuti

kegiatan

bimbingan

sesuai

metode

yang

ditentukan. c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan menjadi sumber pengalaman dilahan. d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan. e) Memotivasi

minat

dan

semangat

belajar

untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik f)

Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada pasien.

g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.

i)

Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan, serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.

j)

Mengarah dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan.

k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik. 2) Pengorganisasian Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang ICCU sebagai berikut: a) Penerimaan b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (1) Orientasi (a) Umum Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum, tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik memahami tentang PPI rumah sakit, struktur organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik PKK, sistem pelayanan keperawatan, penjelasan tentang pelaksanaan PKK. (b) Khusus Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi : i)

Orientasi Ruang Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) instalasi, Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) ruang rawat, Tata tertib ruang rawat dan Fasilitas ruang rawat

ii) Orientasi Tugas Meliputi MPKP Ruang rawat, Standar asuhan keperawatan 10 kasus terbesar di ruang rawat,

Fasilitas

alat

keperawatan

dan

Sistem

penugasan peserta didik. 3) Menetapkan pembimbing klinik Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera menyiapkan pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah ditetapkan di masing-masing lahan praktek. Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan praktek satu minggu sebelum pelaksanaan PKK. Waktu penjelasan sesuai dengan kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing

lahan.

Proses

bimbingan

dilakukan

oleh

pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik. 4) Metode pembelajaran klinik a) Kajian Teori Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik ada beberapa macam yaitu : (1) Eksperensial Metode

ini

memberikan

pengalaman

yang

langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan. (2) Proses Insident Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang baru dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat berorientasi pada klien, staf, ataupun lingkungan. (3) Observasi : Field trip, ronde keperawatan, observasi lapangan, emonstrasi.

Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau terhadap suatu perangan yang diperlukan untuk belajar didapat melalui modeling. (4) Bed-Side Teaching Metode

pembelajaran

klinik

yang

berbeda

langsung disamping atau bersama dengan klien. (5) Conference Pertemuan merupakan

atau

bentuk

konferensi diskusi

kliik/

lapangan

kelompok

mengenai

beberapa aspek praktik klinik/lapangan. Conference meningkatkan pembelajaran pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan melakukan analisis kritis terhadap masalah dan menerima umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu Conference, kelompok peserta didik semakin terbuka terhadap berbagai situasi yang

ada

di

lapangan,

yang

mungkin

banyak

diantaranya bekum pernah dialami peserta didik. (6) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing case study). Studi

asuhan

keperawatan

merupakan

suatu

kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan

pengkajian

secara

mendalam

dan

menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. b) Kajian Data Dari hasil wawancara dengan pembimbing lahan ataupun pembimbing klinik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Margono, didapatkan bahwa metode pembelajaran disini menggunakan dan Studi Asuhan Keperawatan dan Metode Eksperensial. Pada awal, mahasiswa masuk ke

ruangan, pembimbing klinik akan melakukan orientasi ruangan dan memberikan arahan serta kasus. Mahasiswa diberikan satu kasus atau mahasiswa memilih sendiri kasus tersebut sesuai kesepakatan. Mahasiswa diberikan tugas membuat

laporan

pendahuluan

sesuai

kasus

yang

didapatkan dan asuhan keperawatan dikelola selama minimal tiga hari. Pembimbing klinik akan melakukan bimbingan setiap minggunya sesuai kesepakatan kontrak dengan mahasiswa. Pembimbing klinik mengevaluasi mahasiswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang pengetahuan dari laporan pendahuluan yang telah dibuat dan mengklarifikasi asuhan keperawatan kelolaan mahasiswa. Pembimbing klinik akan memberikan penilaian responsi tugas sesuai ketentuan dari pihak akademik. Sedangkan Metode Eksperensial yang di maksudkan yaitu pembimbing klinik atau CI melibatkan peserta didik untuk berinteraksi dengan klien dan orang lain di lapangan, dan memberikan pengalaman yang seperti kenyataan c) Analisis Pembimbing klinik di ruang ICCU dan PICU sudah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mahasiswa praktik yaitu mahasiswa diperbolehkan untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang peserta didik diajarkan di kampus. Pembimbing klinik juga membagikan kasus kepada setiap mahasiswa dan asuhan keperawatan dikelola selama minimal 3 hari. Bimbingan dilaksanakan setiap minggu 1 kali pertemuan, pembimbing mengevaluasi tugas yang telah dibuat mahasiswa. Pembimbing melakukan responsi kepada mahasiswa dan memberikan nilai dengan format yang sudah ada dari pihak akademik serta penilaian disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa menjawab

pertanyaan dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Unsur Output a. Efisiensi Ruang Rawat 1) Kajian Teori National Health Services (NHS) memperkenalkan 6 syarat dalam menilai kinerja pelayanan rumah sakit salah satunya yaitu effisiensi (Giancotti, Guglielmo & Mauro, 2017 dalam Sidiq, 2017). Efisiensi merupakan salah satu parameter/indikator kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja suatu organisasi yaitu rumh sakit. Penilaian efisiensi pelayanan berkaitan dengan pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit, serta efisiensi pemanfaatan penunjang medik rumah sakit. Ada beberapa indikator untuk menilai efisiensi diantaranya Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length Of Stay (AvLOS), Turn Over Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Soejadi, 2010 dalam Sidiq, 2017). Depkes (2008) menentukan indikator pelayanan rumah sakit

yang

dapat

dipakai

pemanfaatan,

mutu,

dan

untuk

mengetahui

tingkat

efisiensi pelayanan rumah sakit.

Indikator tersebut terbagi untuk masing-masing unit. Indikator untuk unit rawat inap antara lain : a) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indicator untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (6085%). b) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu pasien tinggal semakin pendek Length Of Stay

pasien semakin baik, menurut standar yang baik adalah sekitar 6-9 hari. c) TOI (Turn Over Interal), merupakan indikator rmutu pelayanan keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali, Standar Depkes adalah 1-3 hari. d) BTO

(Bed

Turn

Over),

merupakan

indikator

yang

menunjukkan pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu. Standar Depkes BTO adalah 40-50 kali per tahun. Semakin banyak BTO di rumah sakit akan lebih baik. Dari masing-masing indikator Depkes menentukan nilai standar ideal yang yang dibuat berdasarkan standar yang telah dibuat oleh Huffman, yakni : Tabel 2.34 Indikator Rawat Inap Menurut Departemen Kesehatan No

Indikator

StandarDepkes

1 BOR 60-85 2 LOS 6-9 hari 3 TOI 1-3 hari 4 BTO 40-50 kali Sumber : Statistik Rumah Sakit, Ery Rustiyanto, Graha Ilmu, 2010 2) Kajian Data Data yang didapat untuk indikator efisiensi ruang ICCU dan PICU yaitu :

Tabel 2.35 Efisiensi Ruang di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Bulan Januari-Maret 2019 Indikator No

Bulan

ICCU PICU BOR LOS TOI BTO BOR LOS TOI 1 Januari 85% 4 0 6,2 86,2% 4 0 2 Februari 62,3% 4 1 5,25 77% 3 1 3 Maret 72,5% 5 2 4,6 75% 4 2 Jumlah 219,8% 14 3 16,07 238,2% 11 3 Rata-Rata 73,2% 5 1 5,35 79,4% 4 1 Sumber : Sensus harian rawat inap intensif di ruang ICCU dan PICU

BTO 6,75 6,5 6,5 1,75 6,58

3) Analisis a) BOR BOR diruang ICCU selama bulan Januari 2019-Maret 2019 di dapatkan rerata nilai BOR sebesar 73,2%, diruang PICU selama bulan Januari 2019- Maret 2019 di dapatkan rerata nilai BOR sebesar 79,4% dengan demikian pemakaian tempat tidur efisien dengan standar nasional yaitu 60-85 %. b) LOS LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien di ruang ICCU pada bulan Januari 2019- Maret 2019 yaitu 5 hari dan LOS di ruang PICU pada bulan Januari 2019- Maret 2019 yaitu 4 hari menunjukkan perawatan belum sesuai dengan standar nasional untuk RSUD yaitu 6 - 9 hari. c) TOI TOI atau rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang ICCU bulan Januari 2019-Maret 2019 adalah 1 hari dan TOI di ruang PICU pada bulan Januari 2019- Maret 2019 yaitu 1 hari. Hal ini menunjukan kesesuaian antara rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang ICCUdan PICU dengan standar nasional yaitu 1-3 hari.

d) BTO BTO atau frekuensi rata–rata pemakaian tempat tidur di ruang ICCU bulan Januari 2019-Maret 2019 adalah 5,35 = 5 dan di ruang PICU bulan Januari 2019- Maret 2019 adalah 6,58 = 7 kali/bulan, jadi hasil rata-rata per bulan ruang ICCU dikalikan total bulan sama dengan 5 x 12 = 60 dan di ruang PICU dikalikan total bulan sama dengan 7 x 12 = 84. Hal ini menunjukkan BTO di ruang ICCU dan PICU belum sesuai standar nasional yaitu 40 –50 kali/ tahun. b. Instrumen A 1) Kajian Teori Instrument A merupakan evaluasi pada pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di Ruang ICCU dan PICU minimal 3 hari. Dokumentasi keperawatan merupakan suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Ali, 2010). Dokumentasi keperawatan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dimulai dari proses pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, tindakan keperawatan, dan evaluasi yang dicatat baik berupa

elektronik

maupun

manual

serta

dapat

dipertanggungjawabkan oleh perawat. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah bagian dari proses asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-tahap proses perawatan yang diberikan kepada pasien. Tujuan pendokumentasian keperawatan antara lain sebagai berikut:

a) Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok. b) Untuk membedakan tanggung gugat perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. c) Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan kepada klien. d) Sebagai data yang dibutuhkan secara administrative dan legal formal. e) Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional. Manfaat

dokumentasi

asuhan

keperawatan

menurut

Nursalam (2008), antara lain: a) Aspek hukum: dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek legal di depan hukum. b) Kualitas pelayanan, komunikasi: melalui audit keperawatan dokumentasi

keperawatan dijadikan alat untuk mengukur

dalam membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan rujukan. c) Keuangan: dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakan telah dilakukan oleh perawat. d) Pendidikan: dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi siswa-siswa perawat. e) Penelitian: penelitian keperawatan dengan

menggunakan

data-data sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat. Dokumentasi proses keperawatan merupakan inti dari praktik keperawatan dan juga sebagai isi pokok dokumentasi keperawatan.

Berikut

tahap

proses

pengelompokkan, yaitu: a) Dokumentasi pengkajian keperawatan

keperawatan

meliputi

Komponen pengkajian meliputi tahap pengumpulan data, pengorganisasian data, pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang. b) Dokumentasi diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah klien baik actual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan berdasakan data status kesehatan pasien, dianalisis, dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien. c) Perencanaan keperawatan Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen rencana keperawatan meliputi penentuan prioritas, tujuan kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan masalah. d) Dokumentasi tindakan keperawatan Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan,

serta

pemulihan

kesehatan

dengan

mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan, dan aktivitas keperawatan. e) Dokumentasi evaluasi keperawatan Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan lain termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah klien. 2) Kajian Data Penilaian dokumentasi pada tanggal 02-04 April 2019 dengan mengambil sampel rekam medis pasien yang dirawat

minimal 3 hari, kemudian dilakukan check list menggunakan instrumen A dengan hasil sebagai berikut : Tabel 2.36 Evaluasi instrument A di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Komponen Pengkajian

Presentase (%) 83,9%

Analisa Pelaksanaan

pengkajian

tindakan

keperawatan di Ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik dengan prosentase 83,9%. Data pengkajian belum lengkap, masih terdapat item yang belum terisi, antara lain data riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga. Diagnosa

84,6 %

Pendokumentasian diagnosa keperawatan di Ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik dengan prosentase 87%.

Intervensi

97,2%

Pendokumentasian

rencana

tindakan

keperawatan di Ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik dengan prosentase 97,2 %.

Rencana tindakan keperawatan

sudah disusun secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan dignosa keperawatan yang telah ditegakkan. Namun dalam menyusun kriteria hasil belum disertakan dengan indikator. Penyusunan rencana tindakan keperawatan juga sudah mengikuti form Asuhan

Keperawatan

yang

sudah

disediakan rumah sakit. Implementasi

97,5 %

Pelaksanaan

tindakan

keperawatan

di

Ruang Kepodang Atas masuk kategori baik

Komponen

Presentase (%)

Analisa dengan prosentase 97,5 %. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Tanggal, jam, paraf, nama terang sudah dicantumkan disetiap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

Perawat

juga

sudah

berkolaborasi dengan profesi yang lain. Evaluasi

100 %

Pelaksanaan evaluasi tindakan keperawatan di Ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik dengan prosentase 100%. Evaluasi tindakan

keperawatan

yang

dilakukan

perawat sudah mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Pencatatan

93,7 %

Pelaksanaan

pencatatan (Dokumentasi)

tindakan

Tindakan

keperawatan

Keperawatan

Kepodang Atas masuk kategori baik dengan prosentase 93,7%.

di

Ruang

Tindakan

keperawatan yang dilakukan sudah ditulis secara sistematis dan jelas melalui sistem emry

pada

computer.

Tindakan

keperawatan telah disusun urut sesuai jam pelaksanaan Rata-rata

93,7 %

Baik

Sumber : Hasil observasi tanggal 2-4April 2019 di Ruang ICCU dan PICU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Kategori Arikunto (2010), yaitu: >75%

: baik

60% – 74%

: cukup

<59%

: kurang baik

3) Analisis Berdasarkan data pada tabel Evaluasi Instrument A di Ruang ICCU dan PICU RSUD. Prod. Dr Margono Soekarjo Purwokerto diatas didapatkan hasil bahwa nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang ICCU dan PICU masuk kategori baik, dengan nilai prosentase sebesar 93,7 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan perawat di ICCU dan PICU sudah baik. c. Instrumen B 1) Kajian Teori Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatan

yang

dilakukan

oleh

perawat

berdasarkan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan, tindakan dan evaluasi. Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai tatanan layanan kesehatan (Zaidin Ali, 2011). Menurut Aswar (2010), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (2012), pengukuran mutu dapat dilakukan dengan

membandingkan

persepsi

antara

pelayanan

yang

diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan (Perceived Services). Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek yang berpengaruh.Aspek berarti termasuk hal-hal yang

secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu adalah: a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana suatu mutu pelayanan kesehatan telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan. b) Kompetisi Teknis Kompetisi

teknis

terkait

dengan

ketrampilan,

kemampuan, dan penampilan petugas, manajer dan staf pendukung.

Kompetisi

teknis

berhubungan

dengan

bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjawabkan atau diandalkan (dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency). c) Akses Terhadap Pelayanan Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas, transportasi, jarak, waktu perjalanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik, waktu tunggu. d) Efektivitas Kualitas

pelayanan

kesehatan

tergantung

dari

efektivitas yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang ada. e) Hubungan antara manusia Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan

antara manusia yang baik akan menanamkan kepercayaan dan kreadibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian. f) Efisiensi Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki. g) Kelangsungan pelayanan Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi. h) Kenyamanan Kenyamanan mempengaruh kepuasan pasien dan bersedianya kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan. 2) Kajian Data Data yang didapatkan dalam evaluasi kepuasan keluarga pasien terhadap mutu pelayanan di Ruang ICCU yaitu : Hasil Evaluasi Tingkat Kepuasan 8 Keluarga Pasien Yang Menjalani Perawatan Minimal 3 Hari Di Ruang ICCU Dan PICU RSUD. Prod. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 1.

Bagaimana pandapat Saudara tentang kebersihan dan kerapian Sarana Gedung di RS? 1. Tidak bersih/ kotor/ jorok 2. Kurang bersih 3. Bersih 4. Sangat bersih

P*) 3 3 3 3

3. Bagaimana pendapat Saudara tentang Kepatuhan Aturan Kawasan Bebas dari asap rokok di Area Rumah Sakit? 1. Tidak patuh 2. Kurang patuh 3. Patuh 4. Sangat patuh

P*) 3 3 3 4

3

4

3

4

2.

5.

6.

Bagaimana pendapat Saudara tentang keamanan Sarana Gedung di RS termasuk potensi kehilangan/ pencurian? 1. Tidak aman 2. Kurang aman 3. Aman 4. Sangat aman

Bagaimana pandapat Saudara tentang pemeliharaan Prasarana yang ada di RS? 1. Tidak terpelihara 2. Kurang terpelihara 3. terpelihara 4. Sangat terpelihara

Bagaimana pendapat Saudara tentang keamanan Prasarana di RS termasuk potensi kehilangan/ pencurian 1. Tidak aman 2. Kurang aman 3. Aman 4. Sangat aman

4

4

4

2

3 3 3 3 3

4. Bagaiaman pendapat Saudara tentang kelengkapan/ ketersediaan prasarana (listrik, air, fasilitas lainnya) di RS? 1. Tidak lengkap 2. Kurang lengkap 3. Lengkap 4. Sangat lengkap

3 3 3 3 3

3

3

4

3

4

2

3 3 3 3 3

18. Bagaimana pendapat saudara tentang kemampuan/ ketrampilan dokter dalam melayani 1. Tidak trampil 2. Kurang trampil 3. Trampil 4. Sangat trampil

3 3 3 3 3

3

3

3

4

4

4

3 3 3 3 2 4

19. Bagaimana pendapat saudara tentang sikap keramahan dan kesopanan perawat dalam melayani pasien 1. Tidak ramah dan sopan 2. Kurang ramah dan sopan 3. Ramah dan sopan 4. Sangat ramah dan sopan

3 3 3 3 3 3

7.

8.

9.

Bagaimana pendapat tentang kelengkapan kesehatan di RS ? 1. Tidak lengkap 2. Kurang 3. lengkap 4. Sangat lengkap

4

4

4

4

saudara 3 alat-alat 3 3 3 3

3 3 3 3 3

3

3

4

3

4

2

Bagaiaman menurut saudara 3 tentang pemeliharaan prasarana 3 yang ada di RS 1. Tidak terpelihara 3 2. Kurang terpelihara 3. Terpelihara 3 4. Sangat terpelihara 3

Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan alat-alat kesehatan di RS termasuk potensi kehilangan/pencurian 1. Tidak aman 2. Kurang aman 3. Aman 4. Sangat aman

20. Bagaimana pendapat saudara tentang kedisiplinan kehadiran perawat dalam pelayanan 1. Tidak tepat waktu 2. Kurang tepat waktu 3. Tepat waktu 4. Sangat tepat waktu

21. Bagaimana pendapat saudara tentang kemampuan/ ketrampilan perawat dalam melayani 1. Tidak trampil 2. Kurang trampil 3. Trampil 4. Sangat trampil

3 3 3 3 2

3

2

3

4

3

4

3 3 3 3 3

22. Bagaimana pendapat Saudara tentang sikap keramahan dan kesopanan Petugas lainnya dalam melayani pasien? 1. Tidak ramah dan sopan 2. Kurang ramah dan sopan 3. Ramah dan sopan 4. Sangat ramah dan sopan

3 3 3 3 3

3

3

4

4

4

4

10. Bagaimana menurut Saudara tentang kecepatan pelayanan obat/farmasi 1. Lambat 2. Kurang cepat 3. Cepat dan tepat 4. Sangat cepat dan tepat

11. Bagaimana pendapat Saudara tentang sikap keramahan dan kesopanan patugas farmasi dalam melayani pasien? 1. Tidak ramah dan sopan 2. Kurang ramah dan sopan 3. Ramah dan sopan 4. Sangat ramah dan sopan

12. Bagaimana pendapat saudara tentang pemberian penjelasan informasi obat 1. Tidak jelas 2. Kurang jelas 3. Jelas 4. Sangat jelas

2 2 2 3 3

23. Bagaimana pendapat Saudara tentang kedisiiplinan kehadiran petugas lainnya dalam pelayanan? 1. Tidak tepat waktu 2. Kurang tepat waktu 3. Tepat waktu 4. Sangat tepat waktu

3 3 3 3 3

3

4

3

4

3

4

3 3 3 3 3

24. Bagaimana pendapat Saudara tentang kemampuan/ keterampilan petugas lainnya dalam melayani? 1. tidak terampil 2. kurang terampil 3. terampil 4. sangat terampil

3 3 3 3 3

3

4

4

4

4

2

3 3 3 3 3 3

25. Bagaimana pendapat Saudara tentang kecepatan waktu tunggu pasien di RS? 1. Lambat (antrean sangat panjang) 2. Kurang cepat (antrean panjang) 3. Cepat (antrean wajar) 4. Sangat cepat (tanpa antrean)

3 3 3 3 4 4

4

4

4

4

13. Bagaimana pendapat saudara 2 tentang kecepatan proses 2 pendaftaran pasien di RS

26. bagaimana pendapat Saudara 2 tentang kemudahan menyampaikan keluhan 2

1. 2. 3. 4.

Lambat (antrean sangat 3 panjang) 3 Kurang (antrean panjang) Cepat (antrean wajar) 3 Sangat cepat (tanpa antrean) 3 4 4

14. Bagaimana menurut saudara tentang kemudahan mendapatkan pelayanan yang ada di RS 1. Sangat sulit dan berbelit belit 2. Kurang mudah mendapatkan akses 3. Mudah (terhubung akses telepon, sms, dll) 4. Sangat mudah (didukung teknologi)

3

15. Bagaimana pendapat saudara tentang kenyamanan diryang pendaftaran RS 1. Tidak nyaman (sempit, udara panas, berdesakan) 2. Kurang nyaman 3. Nyaman 4. Sangat nyaman

3 3 3 3

pasien? 1. Tidak tersedia unit kerja yang menangani keluhan 2. Kurang tersedia sarana menyampaikan keluhan 3. Tersedia unit kerja/ petugas yang menerima komplain 4. Unit kerja pengelola keluhan berfungsi optimal

2

27. Bagaimana pendapat Saudara tentang kenyamanan di ruang tunggu pasien? 1. Tidak nyaman (sempit, udara panas, berdesakan) 2. Kurang nyaman 3. Nyaman 4. Sangat nyaman

3

3 3 3 4 4

3 3 3 3

3

2

4

2

4

2

3

3

28. Bagaimana pendapat saudara 3 tentang kecepatan waktu 3 pelayanan di RS 1. Tidak cepat 3 2. Kurang cepat 3. Cepat 3 4. Sangat cepat 3

3

3

4

3

4

2

16. Bagaimana pendapat Saudara 3 tentang sikap keramahan dan kesopanan Dokter dalam 3 melayani pasien? 3 1. Tidak ramah dan sopan

29. Bagaimana pendapat saudara 2 tentang ketepatan waktu 2 pelayanan di RS 1. Selalu tidak tepat waktu 3 2. Kadang-kadang tidak tepat

3 3 3

2. Kurang ramah dan sopan 3. Ramah dan sopan 4. Sangat ramah dan sopan

17. Bagaimana pendapat saudara tentang kedisiplinan kehadiran dokter dalam pelayanan 1. Tidak tepat waktu 2. Kurang tepat waktu 3. Tepat waktu 4. Sangat tepat waktu

3

waktu 3. Lebih sering tepat waktu 4. Selalu tepat waktu

3

3

4

4

4

4

2 2 2 2 3

30. Bagaimana pendapat Saudara tentang keamanan palayanan di unit Saudara mendapatkan pelayanan? 1. Tidak aman 2. Kurang aman 3. Aman 4. Sangat aman

56 – 75%

: Cukup

40 – 55%

: Kurang baik

<40%

: Tidak baik

3 3 3 3 3

3

3

3

4

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

Perhitungan Kepuasan = 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛 𝑥 4 𝑥 100% 745/8

2

3

yaitu: : Baik

3

4

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), 76 – 100%

3

Perhitungan = 30 𝑥 4 x 100 % = 77,6%

Tabel 2.37 Kepuasan kerja perawat di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto No 1

Pertanyaan

STP (0)

TP (1)

P (2)

3

16

dilakukan

2

18

Jumlah gaji yang diterima dibandingkan

2

18

8

6

2

18

2

14

1

20

kesehatan/

2

14

Perhatian institusi rumah sakit terhadap

5

12

Jumlah gaji yang diterima dibandingkan

SP (3)

pekerjaan yang saudara lakukan 2

Sistem

penggajian

yang

institusi tempat saudara bekerja 3

dengan pendidikan saudara 4

Pemberian insentif tambahan atau suatu prestasi atau kerja ekstra

5

Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan

6

Tersedianya fasilitas penunjang seperti

6

kamar mandi, tempat parkir dan kantin. 7

Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan

dengan

ventilasi

udara,

kebersihan dan kebisingan. 8

Adanya

jaminan

atas

6

keselamatan kerja. 9

saudara. 10

Hubungan

antar

karyawan

dalam

16

9

8

18

12

15

14

9

kelompok kerja. 11

Kemampuan dalam bekerja sama antar

1

karyawan. 12

Sikap

teman-teman

sekerja

terhadap

saudara. 13

Kesesuaian antara pekerjaan dan latar

1

No

Pertanyaan

STP (0)

TP (1)

P (2)

1

20

4

14

SP (3)

belakang pendidikan saudara. 14

Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja

dengan

penugasan

yang

diberikan. 15

Kemampuan supervisi/ pengawas dalam membuat keputusan.

16

18

3

1

18

3

1

20

1

20

1

20

38

316

Perlakuan atasan selama saya bekerja disini.

17

Kebebasan

melakukan

suatu

metode

sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. 18

Kesempatan

untuk

meningkatkan

kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan. 19

Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi

20

Kesempatan prestasi

dan

untuk

membuat

mendapatkan

suatu

kenaikan

pangkat Jumlah Jumlah total Keterangan: STP

: Sangat Tidak Puas

TP

: Tidak Puas

P

: Puas

SP

: Sangat Puas

kategori Arikunto (2010), yaitu: >75%

: baik

60% – 74%

: cukup

<59%

: kurang baik

423

69

Presentase (%)

= =

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑛) 423 × 660

x 100%

100% = 64,1

3) Analisis Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada 8 keluarga pasien yang dirawat ICCU dan PICU didapatkan hasil bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo masuk kategori baik dengan prosentase sebesar 77,6%. Keluarga pasien sudah puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan, perlu dipertahankan kembali seperti pengetahuan keluarga mengenai penanggung jawab pasien setiap kali pergantian dinas. Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada 10 perawat ICCU dan PICU didapatkan hasil bahwa tingkat kepuasan kerja perawat di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo masuk kategori cukup puas dengan prosentase sebesar 64,1%. d. Instrumen C 1) Kajian Teori Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu pada standar yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi standar keperawatan yang telah ditetapkan oleh tim departemen kesehatan RI. 2) Kajian Data Berdasarkan pengamatan tanggal 02-04 April 2019 dengan menggunakan instrument observasi tindakan keperawatan di Ruang ICCU dan PICU RSUD. Prod. Dr Margono Soekarjo Purwokerto sebagai berikut :

Tabel 2.38 Kepatuhan terhadap SPO Keperawatan Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

No 1.

Tindakan Penggunaan infus pump

Observasi 3

Nilai 98%

2

Penggunaan syringe pump

2

90%

3

Penggunaan bedside monitor

5

92,5%

4

Kriteria pasien keluar instalasi rawat intensif Jumlah Rata-rata

2

100%

12

380,5 %

Keterangan Evaluasi penggunaan infus pum di ruang ICCU dikategorikan baik dengan prosentase 98%. Item yang saat itu lupa dilakukan adalah mengatur tetesan pada infus set dalam kondisi terbuka penuh, namun hal tersebut dilakukan diakhir juga. Evaluasi penggunaan syringe pump di ruang ICCU dikategorikan baik dengan prosentasi 90%. Tindakan yang belum optimal adalah perawat tidak mencuci tangan diawal dan menggunakan sarung tangan. Evaluasi penggunaan bedside monitor baik dengan prosentase 92,5%. Hal yang masih sering terlewat adalah melakukan pengesetan alarm, dan waktu interval monitoring sesuai menu pada monitor. kriteria pasien keluar pada ruang ICCU sudah baik dengan presentase 100%. 95,125%

Sumber : Hasil observasi tanggal 2-4April 2019 di Ruang ICCU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Tabel 2.39 Kepatuhan terhadap SPO Keperawatan Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo No 1.

Tindakan Pemberian Oksigen

Observasi 2

Nilai 82,5%

2

Pemberian obat melalui Intra Vena

4

85%

3

Penggunaaan Infus Pump

2

80%

4

penggunaan bedside monitor

2

78%

5

pengukuran suhu badan

4

80%

Keterangan Evaluasi pemberian oksigen di ruang PICU dikategorikan baik dengan prosentase 82,5%. Item yang masih diabaikan adalah mengecek identitas menjelaskan tujuan dan prosedur dan melalukan kebersihan tangan setelah tindakan. Evaluasi pemberian obat melalui Intra Vena di ruang PICU dikategorikan baik dengan prosentasi 85%. Tindakan yang belum optimal adalah menjelaskan tujuan prosedur, menanyakan kesiapan, memasang pengalas dan mencuci tangan diakhir tindakan ke pasien. Evaluasi penggunan infus pump di ruang PICU baik dengan prosentase 80%. Hal yang masih sering terlewat adalah memberikan salam dan menyapa nama pasien dan menjelaskan tujuan dan prosedur menyakan kesiapan pasien, berpamitan dengan klien, dan mencuci tangan diakhir tindakan. evaluasi penggunaan bedside monitor sudah baik di ruang PICU dengan prosentase 78%. Hal yang masih terlewat memberikan salam dan menyapa pasien dan menjelaskan tujuan dan prosedur dan menanyakan kesiapan pasien dan melakukan pengesetan alarm Evaluasi pengukuran suhu diruang PICU sudah baik

No

Tindakan

Observasi

Jumlah Rata- rata

14

Nilai

Keterangan dengan prosentase 80%. Hal yang masih terlewat menejelaskan tujuan dan prosedur, membersihkan area yang diukur, membersihkan termometer dengan kapas alkohol dan melakukan kebersihan tngan di akhir tindakan.

405,5 % 81,1%

Sumber : Hasil observasi tanggal 2-4April 2019 di Ruang PICU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Kategori Arikunto (2010), yaitu: >75%

: baik

60% – 74%

: cukup

<59%

: kurang baik 3) Analisis Berdasarkan tabel observasi tindakan keperawatan di ruang ICCU yaitu penggunaan Infus Pump sebesar 98%, penggunaan syringe pum sebesar 90%, penggunaan bedside monior 92,5%, dan kriteria pasien keluar instalasi rawat inap intensif 100% semuanya sudah baik. Berdasarkan tabel observasi tindakan keperawatan di ruang PICU yaitu pemberian oksigen sebesar 82,5%, pemberian obat intra vena sebesar 85%, penggunaan infus pump sebesar

80%, penggunaan bedside monitor sebesar

78%, dan pengukuran suhu badan sebesar 80% semuanya sudah baik. Pengalaman, kemampuan dan pengetahuan perawat serta sikap yang patuh pada SOP merupakan point utama tercapainya tindakan keperawatan profesional.

e. Mutu Pelayanan Keperawatan 1) Keselamatan Pasien a) Kajian Teori Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan belahan bumi melalui berbagai media cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah yang ternama,dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap issue keselamatan pasien. Program keselamatan pasien adalah suatu usahan untuk menurunkan angka kejadian tidak diinginkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat dirumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien maupun pihak rumah sakit. Indikator Keselamatan Pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan

yang memerlukan

pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk menunjukan. (1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu. (2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi sebagaimanana yang diharapkan. (3) Ketidaksepadanan antar unit pelayanan kesehatan

b) Kajian Data Tabel 2.40 Mutu Pelayanan Standar Keselamatan Pasien Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 NO

HAL YANG DIOBSERVASI

YA

TIDAK

1

Perawat selalu menggunakan minimal 2 cara identifikasi pada setiap pasien (nama dan alamat).

6

0

Identifikasi pasien selalu perawat lakukan saat sebelum melakukan pemberian obat, darah, maupun produk dari darah lainnya.

6

0

2

6

0

3

Sebelum pemberian obat, perawat selalu sudah mengetahui jenis obat, khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian obat.

0

6

4

Perawat selalu menjelaskan kepada pasien mengenai jenis obat, khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian obat.

5

Identifikasi pasien selalu perawat lakukan saat sebelum pelaksanaan pasien operasi

6

0

6

0

6

Setiap kondisi pasien baik sebelum maupun sesudah tindakan, perawat selalu dokumentasikan pada lembar grafik observasi dan catatan perkembangan terintegrasi.

7

Perawat selalu memperkenalkan perawat pengganti kepada pasien pada saat operan dinas

6

0

8

Perawat selalu memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan kepada keluarga pasien.

3

3

9

Perawat selalu menulis instruksi yang diterima secara verbal maupun telepon.

6

0

10

Perawat selalu membacakan kembali instruksi yang telah diterima dan ditulis tersebut.

4

2

Perawat selalu melakukan prosedur pemberian obat kepada pasien sesuai dengan SOP yang telah ditentukan rumah sakit.

6

0

11

12

Perawat selalu melakukan verifikasi terhadap konsentrasi obat yang diberikan kepada pasien.

6

0

NO

HAL YANG DIOBSERVASI

YA

TIDAK

13

Penyimpanan obat yang berisiko tinggi selalu dilakukan terpisah dan diberi label merah.

6

0

6

0

14

Perawat selalu melaksanakan pedoman kebersihan tangan yang telah disosialisasikan dan diterima secara umum (6 langkah cuci tangan WHO).

15

Sebelum dan sesudah menyentuh pasien, perawat selalu mencuci tangan.

3

3

16

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik perawat selalu mencuci tangan.

3

3

17

Sebelum dan sesudah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien perawat mencuci tangan.

3

3

18

Setelah menyentuh daerah sekitar pasien perawat selalu mencuci tangan.

6

0

Setiap pasien yang baru masuk rawat inap perawat selalu kaji dengan form pengkajian pasien resiko jatuh.

6

0

19

6

0

20

Sebelum meninggalkan pasien, perawat selalu memastikan lingkungan pasien aman (rem tempat tidur terkunci, pagar tempat tidur terpasang, lantai tidak basah, penerangan cukup).

100

20

Jumlah Prosentase

100/120x100%=83,33%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto (2010), yaitu: 76 – 100%

: baik

56 – 75%

: cukup

40 – 55%

: kurang baik

<40%

: tidak baik 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

Perhitungan Kepuasan = 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥 100% 100

Perhitungan = 120 x 100 % = 83,33 %

c) Analisis Berdasarkan

tabel

observasi

keselamatan

dilakukan mahasiswa terhadap 6 orang

pasien

yang

perawat di ruang

ICCU dan PICU didapatkan hasil sebanyak 83,33 % dan masuk dalam katagori baik dalam menjaga keselamatan pasien yang ada di ruangan. 2) Perawatan Diri Pasien a) Kajian Teori (1) Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakain, dan eliminasi yang disebabkan oleh keterbatasan diri (2) Angka tidak terpenuhinya kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan parsial dan total) b) Kajian Data Tabel 2.41 Mutu Pelayanan Perawatan Diri Pasien Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2019 NO PERNYATAAN YA TIDAK Perawat membantu saya untuk mandi ketika keadaan 8 0 1 saya kelihatan kotor 2 Perawat membiarkan saya dalam keadaan kotor 4 4 3 Perawat mengingatkan saya pada saat waktunya mandi 4 4 Perawat membantu memberikan lotion kepada saya 0 8 4 ketika selesai mandi. Perawat mengingatkan saya pada saat waktunya 0 8 5 berkeramas Perawat membantu saya menyisir ketika rambut saya 0 8 6 terlihat tidak rapih/kusut. Perawat membantu saya berkeramas menggunakan 0 8 7 shampo. Perawat membantu saya membersihkan kuku tangan dan 0 8 8 kaki ketika kotor. Perawat membantu saya menggosok gigi ketika pagi dan 4 4 9 malam hari Perawat mengingatkan saya pada saat waktunya 0 8 10 membersihkan mulut dan gigi Perawat membantu saya menggunakan pakaian dan 8 0 11 merapihkan tempat tidur. 12 Perawat mengganti seprai saya sehari sekali. 8 0 13 Perawat mengingatkan saya pada saat waktunya 0 8

mengganti pakaian dan seprai ketika terlihat kotor Jumlah Presentase

36 37,5%

60 62,5%

Berdasarkan tabel 2.41 menunjukkan bahwa peran perawat dalam membantu perawatan diri pasien masih sangat kurang dengan hasil 62,5% belum tepenuhi dan 37,5% dari kebutuhan pasien terpenuhi. c) Analisis Hasil observasi kepada perawat terhadap perawatan diri pasien di ruang ICCU dan PICU didapatkan bahwa kebanyakan keperawat belum membantu perawatan diri pasien dengan presentasi 62,5% sedangkan perawat yang membantu beberapa perawatan diri pasien dengan prosentasi 37,5%. Dengan demikian perawat kurang memperhatikan perawatan diri pasien. 3) Kenyamanan (Nyeri) Pasien a) Kajian teori Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem syaraf untuk mengubah berbagai stimulus mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga indivisu akan berespon untuk menghilangkan mengurangi rangsangan nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Dibawah

ini

merupakan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi nyeri: (2) Arti nyeri terhadap individu Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien sadar adalah nyeri. Arti nyeri

setiap individu berbeda, bisa dianggap sebagai respons positif atau negatif. (3) Toleransi individu terhadap nyeri Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan intensitas nyeri di mana individu dapat merespons nyeri lebih atau sebaliknya. (4) Ambang nyeri Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan rangsang nyeri, suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi seta berespons terhadap nyeri. (5) Pengalaman lampau Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri. (6) Lingkungan Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembap meningkatkan intensitas nyeri individu (7) Usia Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit. (8) Kebudayaan Norma/

aturan

dapat

menumbuhkan

perilaku

seseorang dalam memandang dan berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan (9) Kepercayaan Ada keyakinan yang memandang bahwa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan dan hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan (10) Kecemasan dan stress Stress dan kecemasan dapat menghambat keluarnya endorphin yang berfungsi menurunkan persepsi nyeri.

b) Kajian Data Tabel 2.42 Kenyamanan Pasien Di Ruang ICCU dan PICU RSUD Kardinah Tegal Tahun 2019 Indikator

Pasien

Presentase

Nyeri Ringan

5

62,5%

Nyeri Sedang

1

12,5%

Nyeri Berat

2

25%

Sumber : Hasil pengkajian dan observasi pada pasien tgl 03 April 2019 di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto c) Analisis Berdasarkan tabel kenyamanan pasien di Ruang ICCU dan PICU RSUD Prof. Dr. Mergono Soekarjo Purwokerto di atas didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami nyeri ringan

sebanyak 5 pasien dengan presentase 62,5%, nyeri

sedang 1 pasien dengan presentase 12,5% dan nyeri berat sebanyak 3 pasien dengan presentase 25%.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Makalah Tik.docx
October 2019 5
Bab Ii.docx
October 2019 7
Link Amps.docx
May 2020 7
69-72.docx
April 2020 3
Amps(1).docx
May 2020 8