Bab Ii Tinjauan Teori Nutrisi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Tinjauan Teori Nutrisi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,101
  • Pages: 16
BAB II TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Wartonah, 2006 ) Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. ( Alimul Hidayat, 2006 ) Gizi ( Nutrition ) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. (Supariasa, 2001) Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. (Potter, 2005) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ. 2. Fungsi/ Pengaturan Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk menyediakan material mentah, untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme mengacu pada

semua reaksi biokimia dalm tubuh. Proses metabolic dapat menjadi anabolic (membangun) atau katabolic (merusak). Makanan dimakan, dicerna, dan diserap untuk menghasillkan energi yang diperlukan untuk reaksi ini. 1. Keseimbangan energi Energi adalah kekuatan untuk bekerja, manusia membutuhkan energi untuk terus menerus berhubungan dengan linkungannya. Keseimbangan energi = Pemasukan energi – pengeluaran energi Atau Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja + energi yang di simpan) a. Pemasukan energi Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. 1 kalori juga disebut 1 kalori besar ( K ) atau kkal adalah jumlah panas yang di butuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °c. 1 kkal = 1 K atau sama dengan 1000 kalori. b. Pengeluaran energi Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa phospat seperti ATP. Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh BMR dan aktivitas fisik.Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan negative, sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari pengeluaran energi maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan. c. Basal Metabolisme Rate (BMR) Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,

perbafasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan kalori basal di pengaruhi oleh: usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, kelainan endokrin, suhu lingkungan, keadaan sakit, keadaan hamil, keadaan stress dan ketegangan. Sistem yang berperan dalam pemenuhan nutrisi adalah system pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai anus. Sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pangkreas. Ketiga organ ini membantu terlaksanya system pencernaan makanan secara kimiawi. Makanan di dalam tubuh mengalami beberapa proses. Mulai dari pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan penyimpanan hingga eliminasi. a) Pencernaan Pencernaan makanan terdiri dari pemecahan mekanik dengan mengunyah, mengaduk dan menggabungkan dengan cairan dan reaksi kimia sehingga makanan berkurang menjadi bentuk yang paling sederhana. Tiap bagian dari sistem gastrointestinal memiliki fungsi pencernaan dan penyerapan yang penting. Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan di pecah secara mekanik dengan mengunyah. Makanan di campur dengan saliva yang mengandung ptialin ( amilase saliva ), suatu enzim yang bertindak pada zat tepung, untuk memulai konversinya menjadi maltosa. Protein dan lemak dipecahkan secaraa fisik tetapi tetap tidak berubah secara kimia karena enzim dalam mulut tidak bereaksi dengan nutrisi ini. Mengunyah mengurangi partikel-partikel makanan pada ukuran yang cocok untuk menelan, dan saliva menyediakan lubrikasi untk memudahkan makanan yang selanjutnya. Makanan yang telah ditelan memasuki esopagus dan bergerak sepanjangnya dan dengan kontraksi otot seperti gelombang (peristaltik). Massa makanan yang berada pada kardiak

spinkter,

berlokasi

pada

pembukaan

atas

lambung,

menyebabkan spinkter relaksasi dan memungkunkan makanan masuk lambung. Di dalam lambung, pepsinogen di sekresikan dan diaktifkan oleh asam hidrokolik menjadi pepsin, enzim pemecah protein. Lambung juga mengeluarkan sejumlah kecil lipase dan amilase untuk mencerna lemak dan zat tepung secara berturut-turut. Lambung juga bertindak sebagai penyimpanan dan makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam, dengan rentang dari 1-7 jam. Makanan meninggalkan lambung pada spinkter pilorik sebagai asam, massa cair yang disebut kimus. Kimus mengalir ke duodenum dan bercampur cepat dengan empedu, getah intestinal, sekresi pangkreas. Peristaltik terjadi terus menerus dalam usus kecil, mencampur sekresi dengan kimus. b) absorbsi Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien. Sepanjang daerah ini terdapat penonjolan seperti jari yang disebut vili, untuk meningkatkan area permukaan absorbsi. Nutrient diabsorbsi oleh difusi pasif dan osmosis, transport aktif, dan pinositosis. c) Metabolisme Nutrien

diabsopsi

dalam

intestinal,

termasuk

air,

yang

ditransportasikan melalui system sirkulasi ke jaringan tubuh. Melalui perubahan kimia dari metabolisme, nutrien diubah ke jumlah substansi yang diperlukan oleh tubuh. Dua tipe dasar metabolisme adalah anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan produksi dari substansi kimia yang lebih kompleks

dengan

sintesis

nutrient.

Katabolisme

merupakan

pemecahan substansi kimia menjadi substansi yang lebih sederhana. d) Penyimpanan Beberapa, tapi tidak semua, nutrient yang diperlukan tubuh disimpan dalam jaringan tubuh. Bentuk pokok tubuh dari energi yang disimpan adalah lemak, yang disimpan sebagai jaringan adiposa. Glikogen

disimpan dalam cadangan kecil di hati dan jaringan otot dan protein dan protein disimpan dalam massa otot. Ketika keperluan energi tubuh melebihi persediaan energi dari nutrient yang dimakan, maka energi yang disimpan digunakan. Sebaliknya energi yang tidak digunakan harus disimpan terutama lemak. e) Eliminasi Isi usus bergerak melalui segmen usus besar yang bervariasi dengan peristaltik. Sebagian material bergerak kearah rectum, air diabsorpsi kedalam mukosa. Material yang lebih panjang tetap tinggal dalam usus besar, lebih banyak air diabsorpsi dan menjadi lebih keras material padat yang tetap. Feces mengandung selulosa dan substansi yang berserat sehingga tubuh tidak mampu mencerna sel yang mengelupas dari dinding intestinal usus, mucus, sekresi digestif, air dan mikroorganisme. 3. Nilai – Nilai Normal dan Cara Perhitungan •

Pengukuran antropometrik



Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara specifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup Indeks Massa Tubuh (IMT), Berat Badan Relatif (BBR), dan Ratio Lingkar Pinggang Pinggul (LPP). a. Lingkar Lengan 1) Lipatan Triseps Pengukuran lipatan triseps dimaksudkan untuk menentukan status lemak tubuh sementara pengukuran LLA dan LOLA untuk mengetahui status protein otot. Cara pengukuran : Lengan yang lipatan triseps akan diukur dibiarkan digantung bebas disisi tubuh. Peganglah lipatan kulit tersebut seperti menjepitnya dengan ibu jari dan telunjuk tangan sedikit diatas titik tengah lengan atas. Menggunakan kaliper untuk mengukur tebalnya, tunggu 2 hingga 3 detik, kemudian bacalah hasil pengukuran tersebut

pada 1,0 mm yang terdekat. Ulangi prosedur pengukuran hingga 3x hitung rata-rata dari hasil pengukuran. Nilai Normal : 11,3mm untuk laki-laki 14,9 mm untuk wanita. 2) Lingkar Lengan Atas (LLA) Menggunakan pita pengukur dan melingkarkan pita tersebut pada titik tengah lengan atas yang non dominan. Dengan lengan dalam posisi bergantung bebas, kencangkan pita pengukur yang telah dipasang melingkari titik tengah lengan atas tanpa menimbulkan penekanan pada jaringan lunak. Lakukan pembacaan pada centimeter terdekat. Nilai Normal : 26,3 cm untuk laki-laki 25,7 cm untuk wanita 3) Lingkar Otot Lengan Atas (LOLA) LOLA (cm) = LLA (cm) – [0,314 x tebal kulit triseps (mm)] Nilai Normal : 22,8 cm untuk laki-laki 20,9 cm untuk wanita b. Indeks Massa Tubuh (IMT) Rumus : IMT = BB Kg TB2 (m) Kategori status gizi: 1) Kurus (kekurangan BB tingkat berat)

IMT : < 17

2) Kurus (kekurangan BB tingkat ringan)

17,0-18,5

3) Normal

18,5-25,0

4) Gemuk (kelebihan BB Tingkat ringan)

25,0-27,0

5) Gemuk (kelebihan BB Tingkat berat)

>27,0

c. Berat Badan Relatif (BBR) Rumus : BB =

BB x 100% (TB-100)

Nilai Standar : < 90 %

underweight

90-110 %

Berat Normal

> 110%

Overweight

> 120%

obesitas/ gemuk.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi a. Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsusmsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi. b. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, dibeberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah tidak dijadikan bahan makanan yany layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. c. Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja padahal makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. d. Kesukaan Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan sehingga tubuh tidak memperoleh

zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapakan. e. Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. f. Status kesehatan •

Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat



Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.

g. Faktor Psikologis •

Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat



Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).

h. Alkohol dan Obat •

Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan, dan alcohol menggantikan makanan dan menekan nafsu makan.



Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal



Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial



Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.

5. Masalah Kebutuhan Nutrisi Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa. a. Kekurangan Nutrisi Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Tanda klinis : •

Berat badan 10-20% dibawah normal



Tinggi badan dibawah ideal



Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar



Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot



Adanya penurunan albumin serum



Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab •

Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.



Disfagia karena adanya kelainan persarafan



Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa



Nafsu makan menurun

b. Kelebihan Nutrisi Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan. Tanda klinis : •

Berat badan lebih dari 10% berat ideal



Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)



Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita



Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.

Kemungkinan penyebab : •

Perubahan pola makan



Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.

c. Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori d. Malnutrusi Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lainlain. e. Diabetes Melitus Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. f. Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. g. Penyakit jantung koroner Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.

h. Kanker Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan. i. Anoreksia Nervosa Gangguan ini merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energy. j. Marasmus Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor. k. Kwasiorkor Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein. 6. Pengkajian keperawatan Pengkajian keperwatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi. Komponen penting dalam pengkajian kebutuhan nutrisi 1) Anamnesis riwayat diet a. Food recall 24 jam; pola makan yang lazim dan frekuensi makan

b. Alergi, kegemaran, intoleransi terhadap makanan c. Riwayat berat badan

2) Kemampuan makan Bebarapa hal yang perlu dikaji dalam kemampuan makan, antara lain kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain. 3) Pengetahuan tentang nutrisi Aspek lain yang sangat penting adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai nutrisi. 4) Nafsu makan, jumlah asupan 5) Tingkat aktivitas 6) Pengonsumsian obat 7) Penampilan fisik Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspekaspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karena factor usia. Daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap. Mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah. Daerah bibir tidak kering, pecahpecah ataupun mengalami pembengkakan. Lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka permukaan. Gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai di bawah permukaan gigi. Gigi tidak berlubang dan tidak berwarna. Kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi perdarahan yang berlebihan. Kuku jari kuat dan berwarna merah muda. 8) Pengukuran antropometri a. Berat badan, tinggi badan b. Lingkar otot lengan atas (LOLA), lipatan kulit trisep

c. Rasio lingkar pinggang- panggul d. Indeks massa tubuh (IMT) e. Berat badan relative (BBR) 9) Pemeriksaan laboratorium a. Elektrolit; indikasi status cairan b. Indicator status mineral (zat besi, dll) c. Kadar vitamin/ mikronutrien d. Intoleransi substrat (protein, karbohidrat, atau lemak) e. Simpanan protein visceral Pengkajian keperawatan masalah nutrisi A = Antropometri = BB, TB, LILA, IMT, BBR B = Biokimia = Hemoglobin, albumin, hematokrit, Gula Darah, Globulin C = Clinis = Penampilan klien (Mual, muntah, konjungtiva anemis, dsb) D = Diet = Jenis 7. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kebutuhan nutrisi adalah 1) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan •

Peningkatan laju metabolik



Asupan nutrient yang tidak adekuat dalam diet



Peningkatan kehilangan nutrient melalui cairan gastrointestinal



Kesulitan mengunyah atau menelan



Intoleransi makanan



Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi



Hilangnya nafsu makan



Mual/ muntah

2) Perubahan nutrisi: lebih dar kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan •

Penurunan laju metabolic



Asupan nutrient dan kilokalori yang berlebihan dalam diet



Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat

3) Resiko perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan •

Peningkatan nafsu makan



Pola asupan makanan yang disfungsional



Memusatkan asupan makanan pada malam hari

8. Rencana keperawatan 1) Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat dalam diet, kesulitan mengunyah atau menelan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah, kurangnya pengatahuan dasar nutrisi Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, akan menunjukan peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, tidak ada mual dan muntah, peningkatan pengetahuan tentang makanan bergizi Intervensi keperawatan: a. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan Rasional: Mengurangi penyabab penurunan nafsu makan b. Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memperhatikan jumlah kalori Rasional: Makanan kesukaan dapat meningkatkan nafsu makan c. Timbang berat badan klien Rasional: Mengetahui keadekuatan nutrisi d. Menata ruangan senyaman mungkin Rasional: Menciptakan suasana makan yang nyaman e. Menurunkan stress psikologi Rasional: stress psikologi dapat menuntun nafsu makan f. Sajikan makanan mudah dicerna

Rasional: memudahkan klien yang kesulitan menelan g. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori Rasional: Mengatur pola diet yang seimbang dan bergizi

2) Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhungan dengan penurunan laju metabolic, asupan nutrient dan kilokalori yang berlebihan dalam diet, latihan atau aktivitas yang tidak adekuat Tujuan Setelah dialakukan tindakan keperawatan pada klien, klien akan menyadari masalah berat badan, berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yang terstruktur, berpartisipasi dalam program latihan yang teratur. Kriteria hasil: Klien akan menurunkan berat badan atau mempertahankan pada berat badan ideal, menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu. Intervensi keperawatan a. Hindari makanan yang mengandung lemak Rasional: Mengurangi penimbunan lemak tubuh b. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan Rasional: Memberikan pemahaman akan pentingnya berat badan ideal c. Lakukan program olahraga Rasional: Membakar lemak- lemak tubuh d. Timbang berat badan pasien pada interval yang sesuai Rasional: Penuruan BB pasien dapat menjadi indicator keberhasilan tingkat tindakan. e. Bantu dengan menyesuaikan diit terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas Rasional: Menyesuaikan kebutuhan kalori dan aktivitas

3) Diagnosa keperawatan: Resiko perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan nafsu makan, pola asupan makanan pada malam hari. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, akan menunjukan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan. Kriteria hasil: Klien akan menyadari adanya factor resiko, berpartisipasi dalam program latihan teratur, memelihara berat badan ideal, makan diit yang seimbang. Intervensi keperawatan: a. Pantau adanaya factor resiko kenaikan berat badan Rasional: Mengetahui factor-faktor resiko dan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya b. Tentukan berat badan ideal pasien Rasional: Menentukan criteria hasil yang diinginkan c. Timbang berat badan Rasional: Memantau tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan d. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbang dan konsisten dengan tingkat penggunaan energy Rasional: Membantu menyeimbangkan antara asupan kalori dan energy yang digunakan, mencegah peninbunan kalori berlebih.

Related Documents