BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengetahuan tentang bahan bangunan khususnya bangunna jalan raya merupakan sangat penting bagi mereka yang berkecimpung didunia konstruksi. Pengetahuan tentang bahan bangunan ini meliputi : macam – macamnya, sifat - sifatnya, bahan dasrnya, cara memproduksinya, syarat – syarat yang harus dipenuhi pengunaan dalam konstruksi perkerasan jalan Aspal merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam pembutan konstruksi perkerasan jalan khusunya pada lapis permukaan karena kelebihan yang dimilikinya antara lain, memiliki sifat elastis bila menerima beban kendaraan, memiliki skin resistence, mampu manhan bising, dan nyaman. Sehinnga untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dari aspal tersebut maka, perlu dilakukan perencanaan cmapuran. Untuk mendapatkan persentase agregat dan aspal yang digunakan dalam aspal tersebut. Dalam melakukan perencanaan campuran diperlukan data karakteristik dari bahan penyusun agar diperoleh hasil komposisi yang tepat Penggunaan bahan bangunaan ini haruslah proporsional dengan katalain adanya kesesuaian pelaksanaan dengan perencanaan. Hal ini gunannya untuk menghindari kesalah dalam proses pelaksanaan sehingga umur rencana jalan tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Untuk menghasilkan suatu campuran aspal panas yang bekualitas perlu diadakan Pemeriksaan terhadap bahan – bahan penyususn acampuran tersebut. Mengingat banyaknya hal yang memungkinkan dapat mempengaruhi kualitas dari campuran aspal panas maka pemilihan bahan dan cara pengujiaan tidaklah mudah untuk dikerjkan dalam hal ini kualitas dan faktor ekonomis dari bahan harus diperhatikan.
B. RUANG LINGKUP Adapun ruang lingkup pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut : Pegujian agregat : 1. Pemerikasaan analisa saringan CA 2. Pemerikasaan analisa saringan MA 3. Pemerikasaan analisa saringan FA 4. Pemerikasaan analisa saringan Filler 5. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat CA 6. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat MA 7. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat FA 8. Pemeriksaan flakines dan elongasion 9. Pemeriksaan agregat impact value 10. Pemeriksaan keausan agegat dengan mesin Lost Angeles 11. Pemeriksaan kesetaraan pasir 12. Pemeriksaan kadar lumpur Pengujian aspal antara lain : 1. Pemeriksaan berat jenis aspal 2. Pemeriksaan penetrasi aspal 3. Pemeriksaan titik leleh aspal 4. Pemeriksaan kehilanangan berat aspal 5. Pemeriksaan kelektan aspal pada agegat Perancangan campuran ; 1. Penggabungan campuran dengan cara diagonal 2. Pembuatan benda uji Marshall 3. Pengujian density benda uji Marshall 4. Pengujian stabilitas dan flow benda uji Marshall
Kualiti kontrol 1. Pengujian core driil 2. Pengujian kadar aspal dengan ekstraksi 3. Pengujian analisa saringan hasil ekstraksi
C. TUJUAN DAN MAMFAAT Adapun tujuan dan mamfaat dari pengujian diats adalah sebagai berikut : 1. Agar dapat menambah wawasan mahasiswa agar lebih memahami karakterisrik bahan campuran aspal panas. 2. Untuk mengetahui secara detail bagaimana karakteistik dari bahan capuran aspal panas terhadap penggunaanya dalam konstruksi jalan raya, baik mutu, kualitas, komposisi, dan campurannya. 3. Agar mahasiswa dapat menentukan apakan bahan campuran aspal panas tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sehingga mampu mengambil keputusan layak atau tidaknya bahan tersebut untuk digunakan dalam campuran aspal panas
BAB II LANDASAN TEORI I.
Aspal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Titik nyala dan titik bakar aspal Penetrasi aspal Daktilitas aspal Titik lembek aspal Berat jenis aspal keras dan ter Penurunan berat minyak dan aspal (Thick Film Test) Kelekatan aspal terhadap batuan Kadar air aspal Viskositas aspal
II. Agregat 1. Analisa saring agregat halus dan kasar 2. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar 3. Berat jenis dan penyerapan agregat halus 4. Kelekatan agregat terhadap aspal 5. Keausan agregat dengan mesin los angeles 6. Kadar air agregat 7. Soundness test 8. Impact test 9. Kepipihan dan kelonjongan 10. Sand equivalen test
III. Perkerasan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Marshall test Berat jenis campuran metode vakum Automatic asphalt content test Benklement beam test Kadar aspal dalam campuran (Ekstraksi) Core drilling Horisontal Core drilling Vertikal
B. Agegat Agregat / batuan didefenisiskna secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal )solid) . ATM (1974) mendefenisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar maupun berupa fragmen – fragmen (39) Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90 – 95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75 – 85 % agregat berdasrkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. 1. Klasifikasi Agregat a. Ditinjau dari asl kejadiannya agegat batuan dapat dibedakan atas batuan beku, batuan sediment dan batuan matamorf. Batuan Beku Batuan yang berasl dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock). Batuan beku luar dibentuk dari material yang kelua dari permukaan bumi di saat gunung merapi meletus. Akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginaan dan membeku. Umumnya berbutir halus seperti batu apug, andesit, baslt oksidian dll. Batuan beku dalam dibentuk dalam dibentuk dari magma yng tidak dapat keluar ke permukaan bumi. Magma mengalami pendinginan dan membeku secara perlahan- lahan, bereksur kasar dan dapat ditemui dipermukaan bumi karena proses erosi dan gerakan bumi. Batuan beku jenis ini antara lain granit, gabbro, diorite dll. Batuan Sedimen Sedimen dapat berasl dari campuran partikel maineral, sisa hewan dan tanaman. Pada umunya merupakan lapisan – lapisan pada kulit bumi, asil endapat di danau, laut dst. Berdasarkan cara pembentuknya batuan sedimen dapat dibedakan atas. Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, kongongmerat, batu pasir,
batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silika. Batuan sidimen yang dibentuk secara organis seperti batu gamping , batu bara dll Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips, flint. Batuan Metamorf Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubhan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan atas batuan metamorf yang masif seperti marmer, kwarsif dan batuan metamorf yang berfoliasi/ berlapis seperti batu sabak, filit dan sekis. b. Berdasarkan Proses Pengolahannya Agregat ynag dipergunkan pada perkerasan lentur dapat dibedakan atas agregat alam, agregat yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu, dan agregat buatan. Bahan campuran beraspal panas
4.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai.
Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka. Tebal minimum penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada ukuran maksimum agregat yang digunakan. Tebal padat campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang digunakan. Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di Indonesia antara lain : - AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal) - HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal) - HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir) Laston (AC) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukan atau lapisan aus (AC-wearing course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt Treated Base)). Lataston (HRS) juga dapat digunakan sebagai lapisan aus atau lapis pondasi. Latasir (HRSS) digunakan untuk lalu-lintas ringan ( < 500.000 ESA). Dalam pasal ini dijabarkan mengenai bahan campuran beraspal, yaitu aspal dan agregat. 4.2 Aspal Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous. Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan penggunaan khusus lainnya. 9 dari 197
4.2.1 Sumber aspal Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam. Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi. 4.2.1.1 Aspal hasil destilasi Minyak mentah disuling dengan cara destilasi, yaitu suatu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1 Ilustrasi proses penyulingan minyak (The Asphalt Institute,
4.2.1.1.1 Aspal keras Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses destilasi hampa pada temperatur sekitar 480 oC. Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disuling atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan. Ilustrasi skematik penyulingan minyak mentah dan produk-produk yang dihasilkannya seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.
Sifat Aspal Sifat Kimia, ditentukan berdasarkan kandungan asplaten dan kandungan malten (resin, arumated, saturated) Sifat Fisik, ditentukan berdasarkan: durabilitasnya (penetrasi, titik lembek, dan daktilitas), Adhesi/ kohesi, Kepekaan terhadap perubahan temperatur, dan Pengerasan/ Penuaan 1. Sifat-sifat kimia aspal - Aspalten - Malten (resin, aromated, saturated)
2. Sifat-sifat fisik aspal - Durabilitas (penetrasi, titik lembek, dan daktilitas) - Adesi dan kohesi - Kepekaan terhadap perubahan temperatur - Pengerasan dan penuaan