BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.(Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:356:2014) Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justeru merupakan kebaikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi Fada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya nyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.(Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:357:2014) Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial atau pun perseorangan (individual). (Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:357:2014) Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hanil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus menmastikan bahwa uterus berkontraksi 1
dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu. .(Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:357:2014) Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkem- bangi , Sebagian besar dari kematian ibu ( 88 % ) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III. .(Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:358:2014) Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, yang berdasařkan prevalensi di negara berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pascapersalinan. Penyebab perdarahan paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptura uteri, dan inversi uteri. Manajemen aktif kala III adalah upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan yang didiskusikan secara komprehensif oleh WHO. Beberapa jam pertama pascapersalinan menjadi masa kritis untulk diagnosis dan pengelolaan perdarahan abnormal. (Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:358:2014) Bila plasenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak lengkap pada jam pertama setelah persalinan, harus segera dilakukan plasenta manual untuk melahirkan plasenta. Tindakan hanya dianjurkan untuk tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan kondisi fasilitas kesehatan yang cukup memadai. Bila plasenta telah dilahirkan secara lengkap, tetapi masih terjadi perdarahan, segera berikan suntikan oksitosin. Dilanjutkan dengan masase fundus secara sirkular sampai terdapat kontraksi uterus yang adekuat. Keadaan ibu memerlukan pengawasan (tekanan darah, nadi, dan keadaan umum). (Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:358:2014) Komplikasi pascapersalinan lain yang sering dijumpai termasuk infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia. Banyak ibu mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. (Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:359:2014) Masalah psikologis pada masa pascapersalinan bukan merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah ini dapat dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan pelaksana pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan pascaper 2
salinan. Status nutrisional pada masa remaja, kehamilan, dan laktasi memiliki dampak langsung pada kesehatan maternal dan bayi selama masa nifas. Intake nutrisi pascapersalinan harus ditingkatkan untuk mengatasi kebutuhan energi selama menyusui. Tiga defisiensi vitamin dan mineral adalah kelainan yang terjadi sebagai akibat kekurangan iodin, kekurangan vitamin A serta anemia defisiensi Fe. Defisiensi yang terjadi terutama disebabkan intake yang kurang, gangguan penyerapan, atau penggunaan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan makan makanan yang sesuai, makanan difortifikasi, penggunaan obat suplemen selama kehamilan, menyusui dan pada masa bayi serta anak-anak. (Sarwono Prawieohardjo.Ilmu Kebidanan:360:2014) Berdasarkan latar belakang di atas,maka pada kesempatan ini penulis akan membahas kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu 2 Jam Nifas Normal Ny “L” Umur 27 tahun G2P2A0 di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019.”
1.2 Tujuan Studi Kasus 1.2.1 Tujuan umum Tujuan umum dari seminar kasus ini yaitu meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019.
1.2.2 Tujuan Khusus 1.
Mampu melaksanakan pengkajian data pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019.
2. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019. 3. Mampu mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019. 4. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019.
3
5. Mampu merencanakan asuhan yang efektif berdasarkan kebutuhan pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019. 6. Mampu melaksanakan asuhan secara efisien dan aman pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019. 7. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada Ibu Nifas Pada Ny.L G2P2A0 Postpartum 2 jam Fisiologis Di Puskesmas Putri Ayu Ruang Nifas Tahun 2019.
1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Memberikan pendidikan, pengalaman bagi mahasiswanya dalam melakukan asuhan kebidanan postpartum sehingga dapat menumbuhkan dan mencipatakan bidan terampil, profesional dan mandiri.
1.3.2 Bagi Lahan Praktek Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek.
1.3.3 Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan pada penanganan nifas normal
4