Bab-bab Ft Sedimen.docx

  • Uploaded by: ReyhanRosan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab-bab Ft Sedimen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,308
  • Pages: 32
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi

Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses proses yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri. Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi. Sedimentologi adalah bidang ilmu yang mempelajari batuan sedimen termasuk proses pembentukannya, dan semua yang berkaitan dengan batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya proses sedimentasi suatu batuan yang sudah ada yang diawali dengan pelapukan, erosi, transportasi, akumulasi di cekungan, kompaksi, sementasi dan litifikasi. Dalam proses sedimentasi banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut, salah satunya yaitu ukuran butir (grain size). Ukuran butir dapat menentukan jenis transportasi yang terjadi serta keadaan dan jenis lingkungan pengendapan suatu material sedimen. Maka dari itu dilakukanlah penelitian ini untuk menyelidiki ukuran butir material sedimen yang dijumpai di lapangan.

1.2

Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari fieldtrip kali ini yaitu ini sebagai berikut:

1. Mengetahui ukuran butir sedimen pada daerah penelitian 2. Mengetahui kondisi sedimen transport pada daerah penelitian 3. Mengetahui jenis lingkungan pengendapan berdasarkan transport sedimen dan juga ukuran butir. Adapun manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan laporan serupa dan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan. 1.3

Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah Fieldtrip ini dilaksanakan di Danau Sidenreng Desa Teteaji Kecamatan

Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian terletak ±141 km dari Kampus Teknik Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa. Fieldtrip ini dilaksanakan selama 2 hari lamanya, pada tanggal 19- 20 Oktober 2018. Perjalanan dimulai pada hari Jum’at, 19 Oktober 2018. Kegiatan lapangan dilaksanan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 dari pukul 08.00 WITA hingga pukul 13.00 WITA. Perjalanan pulang dilakukan pada Jum’at 20 Oktober 2018. Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda 2 maupun roda empat dengan lama perjalanan ±4,5 jam dari Kabupaten Gowa.

Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Daerah Penelitian

1.4

Peneliti Terdahulu Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian di daerah ini baik secara

detail maupun regional antara lain: 1. Sarasin (1901), melakukan penelitian geografi dan geologi di pulau Sulawesi. 2. Van Bemmelen (1949), melakukan penelitian geologi umum di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan. 3. Djuri dan Sujatmiko (1974), meneliti geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat lembar Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000 4. Rab Sukamto, (1975) mengadakan penelitian tentang perkembangan tektonik Sulawesi dan sekitarnya, yang merupakan sintesis yang berdasarkan tektonik lempeng. 5. Rab Sukamto (1982), membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat, provinsi Sulawesi Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Geologi Regional Daerah Penelitian termasuk dalam Geologi Regional Lembar Pangkajene

dan Watampone Bagian Barat. 2.1.1

Geomorfologi Regional Lokasi penelitian termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone

bagian Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah oleh lembar sungai Walanae. Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit dibagian utara. Puncak tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-rata 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan dibeberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya batugamping. Diantara topografi karst di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya. 2.1.2

Stratigrafi Regional Qac; Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur,

pasir dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.

Qac; Endapan Undak; kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda. Tmc; Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan ukuran antara 2 – 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen TengahMiosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar berangsur-angsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit. Tmcv; Anggota Batuan gunungapi; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan

andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D. Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir. Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter. Temt; Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan

lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan stock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit. Tmsv; Batuan Gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas (0,5 m – 1,0 m) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. 2.1.3

Struktur Geologi Regional Batuan tua yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan

tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman kapur akhir. Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat

serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal Eosen. Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal. Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan tewrjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng. Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Prakapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.

2.2

Pengertian Sedimentologi Sekitar 75% permukaan bumi ditutupi oleh batuan sedimen, sehingga

kebutuhan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh batuan tersebut. Banyak mineral atau batuan yang bersifat ekonomis berasosiasi dengan batuan sedimen. Selain itu batuan sedimen juga dapat menentukan paleogeografi, paleoklimatologi, dan paleoenvironment. Sedimentologi sangat berperan dalam hal tersebut karena sedimentologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari mengenai sedimen, mulai dari batuan sedimen, proses pembentukan sedimen serta segala sesuatu yang berkaitan dengan sedimen. 2.3

Sedimen Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi

(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang

ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. 2. 4

Analisa Ukuran Butir

2.4.1

Definisi Umum Analisis Ukuran Butir Analisis granulometri merupakan suatu analisis tentang ukuran butir

sedimen untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap prosesproses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta proses transportasi dan deposisinya. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat

berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva. Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus. Kepencengan (skewness) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butir berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif (Folk, 1974). Adapun partikel-partikel sedimen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok : 1.

Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.

2.

Material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan

material terlarut di air yang ditransportasikan dan diendapkan pada tempat akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan secara kimia. Terdapat 3 sumber dari material sedimen yang ditemukan pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar. Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami proses transportasi dan lithifikasi. Pada proses transportasi, dibawah kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah: a.

Kecepatan pengendapan

b.

Arus aliran fluida

c.

Gelombang Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen. Faktor yang

mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Pada butiran sedimen, ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika transportasi dan deposisi. 2.4.2 Klasifikasi ukuran butir A. Ukuran Butir Klasifikasi ukuran butir yang umum dipakai dalam pengelompokkan batuan sedimen klastik yaitu dengan menggunakan klasifikasi Wentworth (1922).

Gambar 2.1 Klasifikasi Wentworth (1922)

B. Sortasi Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di sekitar mean). Parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir.

Tabel 2.1 Klasifikasi Sortasi

Nilai Standard Deviasi

Klasifikasi

< 0,35

Very well sorted

0,35 – 0,50

Well sorted

0,50 – 0,71

Moderately well sorted

0,71 – 1,00

Moderately sorted

1,00 – 2,00

Poorly sorted

2,00 – 4,00

Very poorly sorted

> 4,00

Extremely poorly sorted

Gambar 2.2 Standar Deviation Material Sedimen

C. Skewness (Sk) Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif maka sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari jumlah butir yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.

Tabel 2.2. Klasifikasi Skweness

Nilai Skewness

Klasifikasi

+1.0 sd +0,3

Very fine skewness

+0,3 sd +0,1

Fine skewness

+0,1 sd -0,1

Near symmetrical

-0,1 sd -0,3

Coarse skewness

-0,3 sd -1,0

Very coarse skewness

D. Kurtosis Kurtosis dapat menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus yang diajukan oleh Folk (1968).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian Adapun metode penelitian terdiri dari metode lapangan dan metode

laboratorium. 3.1.1

Metode Lapangan Metode pengambilan data terdiri atas ukuran butir. Metode yang digunakan

untuk ukuran butir ialah dengan pengambilan sampel (sampling) yaitu dengan melakukan tes spit berukuran 1x1 m, yang kemudian di lakukan pengambilan datadata seperti pengukuran tebal lapisan, deskripsi partikel sedimen, sketsa dan pengambil sampel. 3.1.2

Metode Laboratorium Metode yang digunakan dalam laboratorium yaitu dilakukan preparasi sampel

berupa pengeringan sampai pengayakan dan pengukuran berat atau penimbangan. Di mana pengeringan dilakukan untuk memudahkan pengayakan, dan pengayakan untuk memisahkan ukuran butir yang sama dimana untuk mengetahui berat. Lagkah- langkah tersebut dilakukan sebagai data analisis ukuran butir. 3.1.3

Pengolahan Data Data ukuran butir yang telah didapatkan di laboratorium selanjutnya diolah

untuk menentukan mean, kemudian menggunakan kurva semilog dan perhitunganperhitungan lainnya. Dari hasil pengolahan data-data inilah kemudian dapat diketahui rata-rata ukuran butir dan persentase tiap stasiun. Dari semua data yang

diolah tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan ukuran butir, kaitannya dengan prosesnya sampai fasiesnya. 3.2

Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:

a.

Peralatan Kelompok

1. Palu geologi 2. Kompas geologi 3. Kamera 4. Roll meter b.

Peralatan Individu

1. Kantung sampel 2. Clipboard 3. Buku lapangan 4. Kertas A4 5. Spidol 6. Alat tulis 7. Pita meter 3.3

Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja pada dalam fieldtrip kali ini yaitu yang pertama

dilakukan analisis ukuran butir dengan teknik sampling yang digunakan ialah dengan menggunakan tespit ukuran 1x1 meter dengan mengambil sampel yang terdapat pada kedalaman dan di permukaannya serta menggambar ukuran butir

setiap lapisan dan analisis penyaringan dengan saringan sedimen bertingkat dengan diameter yang berbeda-beda (2 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm, 0,125 mm, 0,625 mm dan PAN).

METODE PENELITIAN

METODE LAPANGAN

METODE LABORATORIUM

ANALISIS DATA

PEMBUATAN LAPORAN Gambar 3.1. Diagram Alir Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Deskripsi Data Stasiun

4.1.1 Stasiun 1 Pada stasiun 1 terletak pada koordinat 030 59’ 23,11” LS dan 1190 50’ 27,23” BT dengan arah N 64˚ E dan slope 4˚ dijumpai jenis material sedimen dalam keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir (11/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik. Struktur berlapis. Dari deskripsi dapat diinterpretasikan jenis material sedimennya adalah pasir kasar. 4.1.2

Staiun 2 Pada stasiun 2 terletak pada koordinat 030 59’ 22,47” LS dan 1190 50’

28,68” BT dengan arah N 72˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir (11/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik. Struktur berlapis. Dari deskripsi dapat diinterpretasikan jenis material sedimennya adalah pasir kasar. 4.1.3

Staiun 3 Pada stasiun 3 terletak pada koordinat 030 59’ 21,11” LS dan 1190 50’

30,82” BT dengan arah N 55˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam

keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir kasar (1-1/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik. Struktur berlapis. 4.1.4

Staiun 4 Pada stasiun 4 terletak pada koordinat 030 59’ 20,73” LS dan 1190 50’

33,15” BT dengan arah N 62˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan komponen pasir dan akar tumbuhan dengan ukuran butir pasir sangat halus hingga pasir sedang (1/16-1/2 mm) sortasi baik, kemas tertutup, permeabilitas buruk, porositas baik. 4.1.5

Staiun 5 Pada stasiun 5 terletak pada koordinat 030 59’ 21,72” LS dan 1190 50’

34,55” BT dengan arah N 75˚ E dan slope 2˚ dijumpai jenis material sedimen dalam keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan komponen pasir dan akar tumbuhan dengan ukuran butir lanau hingga lempung (<1/256-1/6 mm) sortasi baik, kemas tertutup, permeabilitas buruk, porositas baik.

4.2

Analisis Deskripsi Grain Size

4.2.1 Stasiun 1 Tabel 4.1 Data Stasiun 1 UKURAN BERAT BERAT BUTIR (g) (%) (mm)

UKURAN NOMOR BUTIR MESH

(Φ)

10 18 35 60 120 230 PAN

-1 0 1 2 3 4 5 JUMLAH

2 1 0.5 0.25 0.125 0.625 0.002

13 11.79 17.99 11.99 83.7 54.34 7.19 200

6.5 5.895 8.995 5.995 41.85 27.17 3.595 100

BERAT LOLOS (%)

BERAT KUMULATIF

100 87.605 78.61 72.615 30.765 3.595 0

100 87.605 78.61 72.615 30.765 3.595 0

HISTOGRAM STASIUN 1 50 40 30 20 10 0 -2

-1

0

1

2

3

4

5

Gambar 4.1 Histogram Stasiun 1 Tabel 4.2 Analisis Semi Logaritma Stasiun 1 PERSENTIL TREND P5

0.065731965

P18

0.095636272

P25

0.11173859

P50

0.18245221

P75

0.349457882

P84

0.799610895

P95

1.596611537

6

Pada stasiun ini rata-rata ukuran butir daerah penelitian yaitu medium sand, keseragaman butir very well sorted, dengan menghalus arah kekanan dan meruncing. Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus tenang dan stabil atau tidak berubah-berubah. Lingkungan pengendapan material ini adalah danau. 4.2.2

NOMOR MESH 10 18 35 60 120 230 PAN

Staiun 2

UKURAN BUTIR

(Φ) -1 0 1 2 3 4 5

Tabel 4.3 Data Stasiun 2 UKURAN BERAT BERAT BUTIR (g) (%) (mm) 2 1 0.5 0.25 0.125 0.625 0.002

2.68 4.57 8.49 10.31 76.1 74.74 21.93 198.82

1.347953 2.298562 4.270194 5.185595 38.27583 37.59179 11.03008 100

BERAT LOLOS (%)

BERAT KUMULATIF

100 96.35348556 92.08329142 86.89769641 48.62186903 11.03007746 0

100 96.35348556 92.08329142 86.89769641 48.62186903 11.03007746 0

HISTOGRAM STASIUN 2 60 50 40 30 20 10 0 -2

-1

0

1

2

3

4

Gambar 4.2 Histogram Stasiun 2

5

6

Tabel 4.4 Analisis Semi Logaritma Stasiun 2 PERSENTIL TREND P5

0.029425011

P18

0.074088172

P25

0.085726351

P50

0.129500657

P75

0.211144875

P85

0.240536794

P95

0.841519435

Pada stasiun 2 rata-rata ukuran butirnya medium sand dengan keseragaman butir moderately well sorted dan menghalus kearah kanan dan meruncing. Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus tenang dan stabil atau tidak berubah-berubah. Lingkungan pengendapan material ini adalah danau. 4.2.3

Staiun 3

UKURAN NOMOR BUTIR MESH

(Φ)

10 18 35 60 120 230 PAN

-1 0 1 2 3 4 5 JUMLAH

Tabel 4.5 Data Stasiun 3 UKURAN BERAT BERAT BUTIR (g) (%) (mm) 2 1 0.5 0.25 0.125 0.625 0.002

1.92 5.03 10.38 85.06 64.39 25.16 8.06 200

0.96 2.515 5.19 42.53 32.195 12.58 4.03 100

BERAT LOLOS (%)

BERAT KUMULATIF

100 96.525 91.335 48.805 16.61 4.03 0

100 96.525 91.335 48.805 16.61 4.03 0

HISTOGRAM STASIUN 3 40 35 30 25 20 15 10 5 0 -2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Gambar 4.3 Histogram Stasiun 3 Tabel 4.6 Analisis Semi Logaritma Stasiun 3 PERSENTIL TREND P5

0.067319157

P18

0.130396801

P25

0.157574934

P50

0.257024453

P75

0.257024453

P85

0.46276158

P95

0.853082852

Pada stasiun 3 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing. Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus tenang dan stabil atau tidak berubah-berubah. Lingkungan pengendapan material ini adalah danau.

4.2.4

NOMOR MESH 10 18 35 60 120 230 PAN

Staiun 4

UKURAN BUTIR

(Φ)

Tabel 4.7 Data Stasiun 4 UKURAN BERAT BERAT BUTIR (g) (%) (mm)

-1 0 1 2 3 4 5 JUMLAH

2 1 0.5 0.25 0.125 0.625 0.002

21.1 11.99 28.76 22.8 67.2 42.3 5.85 200

10.55 5.995 14.38 11.4 33.6 21.15 2.925 100

BERAT LOLOS (%)

BERAT KUMULATIF

100 83.455 69.075 57.675 24.075 2.925 0

100 83.455 69.075 57.675 24.075 2.925 0

HISTOGRAM STASIUN 4 50 40 30 20 10 0 -2

-1

0

1

2

3

4

5

Gambar 4.4 Histogram Stasiun 4 Tabel 4.8 Analisis Semi Logaritma Stasiun 4 PERSENTIL TREND P5

0.068631797

P18

0.107047872

P25

0.12844122

P50

0.221447173

P75

0.706015299

P85

1.032940465

P95

1.697793895

6

Pada stasiun 4 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing. Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus tenang dan stabil atau tidak berubah-berubah. Lingkungan pengendapan material ini adalah danau. 4.2.5

Staiun 5

NOMOR MESH 10 18 35 60 120 230 PAN

UKURAN BUTIR

(Φ) -1 0 1 2 3 4 5 JUMLAH

Tabel 4.9 Data Stasiun 5 UKURAN BERAT BERAT BUTIR (g) (%) (mm) 2 1 0.5 0.25 0.125 0.625 0.002

11.5 9.3 20.46 24.82 100.41 27.64 5.87 200

5.75 4.65 10.23 12.41 50.205 13.82 2.935 100

BERAT LOLOS (%)

BERAT KUMULATIF

100 89.6 79.37 66.96 16.755 2.935 0

100 89.6 79.37 66.96 16.755 2.935 0

HISTOGRAM STASIUN 5 50 40 30 20 10 0 -2

0

2

4

Gambar 4.5 Histogram Stasiun 5

6

Tabel 4.10 Analisis Semi Logaritma Stasiun 5 PERSENTIL TREND P5

0.071838821

P18

0.128099791

P25

0.145528334

P50

0.20777313

P75

0.411966156

P85

0.72629521

P95

1.519230769

Pada stasiun 5 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing. Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus tenang dan stabil atau tidak berubah-berubah. Lingkungan pengendapan material ini adalah danau.

4.3

Analisis Deskripsi Grain Size

σ

Sk

K

Grain Size

Sortasi

Skewness

Kurtosis

1

Mean (%) 0.35925

0.1928

0.799

1.5668

Medium Sand

Very Well Sorted

Very fine skewed

Very leptokurtic

2

0.138

0.571

0.47

2.653

Fine Sand

Moderately well sorted

Very fine skewed

Very leptokurtic

3

0.2833

0.2021

2.933

3.2388

Medium Sand

Very well sorted

Very fine skewed

Extremely leptokurtic

4

0.45381

0.478

0.7828

1.15602

Medium Sand

Well sorted

Very fine skewed

Leptokurtic

5

0.35406

0.3688

0.7723

2.226389

Medium Sand

Well sorted

Very fine skewed

Very leptokurtic

Stasiun

Pada daerah penelitian stasiun 1 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini tenang dan stabil, pada stasiun 2 rata-rata ukuran butirnya medium sand dengan keseragaman butir moderately well sorted dan menghalus kearah kanan dan meruncing dapat di interpretasikan pada stasiun ini terjadi perubahan arus yang agak deras dan kurang stabil, pada stasiun 3 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini tenang dan stabil, pada stasiun 4 dan 5 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini tenang dan stabil. Berdasarkan dari analisis diatas maka dapat disimpulkan lingkungan pengendapan material sedimen daerah penelitian yaitu daerah danau dengan kondisi arus tenang dan stabis sehingga proses transportasi material sedimen berjalan dengan stabil.

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disipulkan bahwa:

1. Ukuran butir material sedimen pada daerah penelitian didominasi oleh pasir sedang. 2. Kondisi arus pada daerah ini tenang dan stabil (laminar) 3. Lingkungan pengendapan yaitu lingkungan pengendapan danau. 5.2

Saran Saran terhadap fieldtrip ini yaitu sebaiknya digunakan alat- alat yang lebih

memadai agar pengambilan data dapat dilakukan dengan lebih maksimal. Adapun saran untuk pengolahan data di laboratorium yaitu sebaiknya pengolahan data dilakukan dengan terjadwal dan mempunya target agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.

.

DAFTAR PUSTAKA

Folk, R. L., 1974. Petrology of Seimentary Rocks. Hemphill Publishing Company: Austin Texas Koesoemadinata, R.P. 1978. Prinsip-Prinsip Sedimentasi. Departemen Teknik Geologi: ITB Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press Rochmanto, Budi. 2007. Diktat Kuliah Sedimentologi. Makassar: Universitas Hasanuddin Rusman, Muhammad Khairil. 2016. Geologi Dasar (Basic of Geology). Kendari. Tidak diterbitkan Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova: Bandung. Sugeng dan Hendra. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sukamto, Rab. 1982. Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi

Related Documents

Ft
June 2020 34
Ft
August 2019 58
Ft Island Ft Island
May 2020 40
Ft Izpiti
May 2020 28
Lamarckismo Ft
December 2019 45
Form.palavras Ft
June 2020 16

More Documents from "Helena Maria"

Surat Izin Hayati.docx
December 2019 27
Pembuka.docx
December 2019 23
Sedimen Allika.docx
December 2019 25
Laporan.docx
December 2019 24
Bab-bab Ft Sedimen.docx
December 2019 52