Bab 1,2,3.docx

  • Uploaded by: Bella Aryani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1,2,3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,615
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Seiring berjalannya waktu yang terjadi pada tahap remaja, terdapat banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun emosional, maupun social (alwisol, 2006). Dari sisi usia, remaja seharusnya memiliki kecerdasan emosi dan kematangan social yang baik dibandingkan saat di usia kanak – kanak dalam hal pemecahan masalah. Selain itu, factor perkembangan dan perubahan yang berjalan saat ini, baik itu dalam segi social, politik maupun ekomoni, mempengaruhi perkembangan remaja, oleh sebab itu dibutuhkan pengendalian diri yang baik hingga cukup matang dalam menyikapi perubahan yang terjadi, baik di lingkungan terdekat maupun dilingkungan yang bersekala besar (Agustiani, 2006).(1) Dalam menjalankan perannya secara social, remaja seharusnya sudah mengetahui aturan dan norma yang berlaku di masyarakat. Sejalan dengan itu remaja pun seharusnya memiliki kecerdasan social yang lebih baik dalam berhubungan dengan teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Dengan begitu individu yang ingin berkembang akan berusaha untuk meregulasi dirinya semaksimal mungkin dalam mencapai tahap perembangan yang di inginkannya. Sementara individu yang kurang mampu dalam meregulasi diri, lebih sulit mencapai kesuksesan (Alfiana, 2013).(2) Namun, menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara peran ideal seorang remaja dan apa yang selama ini terjadi di kehidupan nyata. Banyak remaja yang melakukan – melakukan tindakan agresif yang merugikan orang lain.Perilaku agresif yang terjadi dikalangan remaja sudah bukan hal lagi yang baru di lingkup masyarakat.Saat inibanyak sekali terdengar mengenai kasus tindakan yang mengindikasikan perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja. Contohnya adalah tindakan kekerasan verbal, perilaku tawuran antarsekolah atau antar desa, perilaku bulliying, bahkan perilaku membunuh.(3) Perilaku agresif, menurut Baron dan Byrne (2014), Hanurawan (2010) dan Nashori (2008), adalah perilaku yang diniatkan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan adanya tindakan tersebut. Perilaku agresif yang dilakukkan oleh pelajar merupakan suatu saat masalah klasik yang berulang dan selama

ini tidak pernah ada jalan penyelesaian untuk menghentikan kasus – kasus kekerasan yang terjadi di kalangan remaja. Berita di media massa pun tidak pernah sepi dalam memberitakan kasus mengenai perilaku agresif yang melibatkan para pelajar.(4) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remaja laki – laki secara signifikan lebih banyak perilaku agresif dibandingkan remaja perempuan dalam hampir setiap kondisi.(5) Artikel tempo (2014) memuat fakta bahwa tindak kekerasan saat ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa.Remaja dan bahkan anak – anak saat ini sudah banyak dilaporkan telah melakukan tindak kekerasan.Artikel tersebut menunjukkan fakta dan data sekitar 2.879 anak telah melakukan tindakan kekerasan dan harus berhadapan dengan hukum. Mulai dari rentang usia 6 – 12 tahun sebanyak 268 anak (9%), serta anak berusia 13 – 18 tahun sebanyak 829 anak (91%). Mayoritas pelaku tindak kejahatan didominasi oleh anak laki – laki sebanyak 2.627 anak (91%) dan anak perempuan sebanyak 252 anak (9%).(6) Hasil penelitian diatas menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya regulasi diri dan kecenderungan untuk berperilaku agresif.Regulasi diri berkaitan dengan kesuksesan dengan hidup yang individu. Kemampuan regulasi yang baik menjadikan individu mampu mengendalikan perilakunya, sehingga dapat mencapai keberhasilan dengan lebih mudah dibandingkan individu yang mempunyai regulasi diri yang kurang.(7) Berdasarkan gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan regulasi diri mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku, khususnya dalam berperilaku agresif. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengajukan hiptesis ada hubungan negatif antara regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja.(8)

B.

Rumusan Masalah Adapun masalah pada penelitian ini adalah “Hubungan Perilaku Agresif Dengan Faktor Lingkungan Pada Suku Samin Di Sukolilo Pati?”

C.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan perilaku agresif dengan factor lingkungan pada Suku Samin di Wotan Sukolilo Pati 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik perilaku remaja yang agresif dengan factor lingkungan pada Suku Samin di Wotan Sukolilo Pati b. Mendeskripsikan pengaruh perilaku remaja yang agresif pada Suku Samin di Wotan Sukolilo Pati c. Menganalisis hubungan perilaku agresif dengan factor lingkungan pada Suku Samin di Wotan Sukolilo Pati

D.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian di bidang Keperawatan di Desa Wotan Sukolilo Pati. 2. Bagi Responden Sebagai bahan masukan kepada masyarakat khususnya pada anak remaja tentang hubungan perilaku remaja yang agresif dengan factor lingkungan pada Suku Samin di Wotan Sukolilo Pati. 3. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi dan masukan anak remaja dalam menghadapi perilaku remaja yang agresif dengan factor lingkungan di Wotan Sukolilo Pati 4. Bagi Institusi Pendidikan Meningkatkan pelayanan pada masyarakat khususnya Suku Samin di Desa Wotan Suklilo Pati

5.

Originalitas Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian lain yang berhubungan dengan Hubungan Perilaku Agresif Dengan Faktor Lingkungan Pada Suku Samin Di Sukolilo Patidapat dilihat pada table 1.1 Tabel 1.1 Originalitas Penelitian No

Penelitian Tahun

1

Ahmad Sunadi 2013

2

Indah Puji Lestari 2013

Judul Penelitian

Metode

Hasil Penelitian

Interaksi sosial Masyarakat samin di tengah modernisasi

Jenis Dapat diperoleh penelitian data sebagai ini adalah berikut : dari 8 deskripsi responden. Terdapat kuantitatif. 4 responden pengumpulan sedulur sikep, data dilakukan 1 sekretaris desa, dengan 1 dulur sikep menggunakan generasi muda dan kuesioner. 2 Non samin.

Variabel yang diteliti sebelumnya adalah Interaksi sosial masyarakat di tengah moderniasasi sedangkan variable saat ini adalah hubungan perilaku agresif dengan faktor lingkungan pada suku samin di sukolilo pati

Interaksi sosial komunitas

Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan : mengambil

Variabel yang diteliti sebelumnya adalah interaksi sosial komunitas sedangkan variabel saat

Dapat diperoleh data sebagai berikut : analisa data ditempuh dengan mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan

Pembeda

3

Ira Dwi Puspitasari dan Puji Lestari, M.Hum 2017

Faktor faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Masyarakat Samin dan Masyarakat Non Samin

populasi 127 data dan menarik orang. Dan kesimpulan. menggunakan observasi, wawancara dan sumber sekunder.

ini adalah Hubungan perilaku agresif dengan faktor lingkungan pada suku Samin di Sukolilo Pati.

Jenis Penelitian ini deskriptif kualitatif. pengumpulan data dilakukan dengan: wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Variabel yang diteliti sebelumnya adalah faktor – faktor yang mempengaruhi interakasi sosial, masyarakat Samin dan masyarakat Non Samin sedangkan variabel saat ini adalah hubungan perilaku agresif dengan faktor lingkungan pada suku samin di sukolilo pati

Dapat diperoleh data sebagai berikut : yaitu, data yang terkumpul berbentuk kata – kata, gambar dan bukan angka angka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Perilaku Agresif Remaja

1.

Remaja

a.

Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata latin adolescere, yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa”.Istilah adolescere juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh (Piaget, 121 dalam Hurlock, 1980:206) yakni secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah yang lenih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang dan berakhir saat mencapai usia secara matang. Menurut singgih D. Gunarsa (2003) menyatakan bahwa istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja antara lain : Puberteit, Adolescentia dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja.

b.

Perkembangan Remaja Menurut Hurlock ciri – ciri remaja sebagai berikut : 1) Mas remaja sebagai periode yang penting. 2) Masa remaja sebagai periode peralihan. 3) Masa remaja sebagai perubahan. 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah. 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. 7) Masa remaja sebagai remaja yang realistik. 8) Masa remaja sebagai masa ambang dewasa. Sedangkan menurut Mappiare mengemukakan ciri - ciri khas masa remaja yakni kestabilan keadaan perasaan dan emosi, sikap dan moral menonjol terutama menjelang akhir remaja awal, kecerdasan atau kemampuan berfikir remaja awal mulai sempurna pada saat akhir remaja awal, remaja awal sangat sulit di tentukan, pada masa ini remaja banyak menghadapi berbagai masalah dan masa remaja juga masa yang kritis.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai timbulnya beberapa perilaku agresif. Diantaranya menurut kartono membagi 4 teori mengenai perilaku agresif atau juvenile delinquency (kejahatan remaja), yaitu : 1. Teori Biologis Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada remaja dapat muncul karena factor – factor fisiologis dan dan struktur jasmaniah yang dibawa sejak lahir.Diantaranya melalui gen, sehingga bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku dan remaja tersebut menjadi delinkuen secara potensial.Dan dapat melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), atau bisa juga karena melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu, sehingga dapat menimbulkan tingkah laku delinkuen. 2. Teori Psikogenesis 3. Teori Sosiogenis 4. Teori Subkultur Delinkuensi

2. Faktor Lingkungan Mahmudah (2011:65) menyebutkan beberapa factor yang mempengaruhi agresifitas, diantaranya : a. Provokasi, b. Kondisi, c. Isyarat agresif, d. Kehadiran orang lain, e. Karakteristik individu, f. Deindividualisasi dan g. Obat – obat terlarang. Taganing dan Fortuna (2008) Perilaku agresif dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yakni : Frustasi, media kekerasan, factor lingkungan fisik, social modeling dan arousal yang bersifat umum.

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yang memungkinkan diperolehnya gambaran dan menjelaskan fenomena yang terjadi dalam situasi yang alami. Penelitian kuantitatif dilakukan dalam situasi alami diwarnai adanya interaksi langsung antara peneliti dengan responden agar memperoleh pemahaman menurut persepsi responden, bukan persepsi peneliti adalah penelitian dengan paradigma naturalistis (Sugiono, 2009). Selanjutnya Meleong (2010:27) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kuantitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat diskriptif, mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasilnya disepakati bersama antara peneliti dan subyek penelitian. Secara ontologis, penelitian kuantitatif memandang realita terbentuk dari hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan berdasarkan sistem makna individu. Oleh karena itu, fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas dengan konteksnya. Hal ini perlu dilakukan karena tingkah laku sebagai fakta tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang bebas nilai dan bebas konteks. Subyek penelitian kualitatif adalah tingkah laku manusia sebagai individu yang menjadi anggota masyarakat. Di sini ditekankankan perspektif pandangan sosiopsikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu dengan kepribadiannya dan pada interaksi antara pendapat internal dan eksternal tingkah laku seseorang terhadap latar belakang kehidupan sosialnya.Jadi, pada hakikatnya penelitian kuantitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk melakukan eksplorasi atas teori dari fakta di dunia nyata secara empiris.

Metode penelitian yang digunakan adalah case study (studi kasus). Studi kasus adalah metode penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus.Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus yang diteliti (Sukmadinata, 2005:64).Kasus dapat terdiri atas satu orang, kelas atau sekolah. Adapun tujuan penelitian ini ialah mengeksplorasi perilaku agresif siswa (remaja) secara mendalam baik dari bentuk perilaku agresif, pemicu perilaku agresif siswa maupun dari sudut latar belakang siswa, serta diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap keilmuan bimbingan dan konseling. Alasan lain penggunaan pendekatan kualitatif adalah keinginan peneliti untuk menghasilkan suatu hipotesis dan teori dasar di akhir pnelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Meleong (2006:56) bahwa salah satu modus dalam pendekatan kualitatif (alamiah) adalah diakhiri dengan hipotesis dan grounded theory. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi. Sesuai dengan namanya, penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Creswel menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Azwar, 2017). B. Unit Analisis Sesuai dengan permasalahan penelitian maka unit analisis sebagai subjek penelitian ini adalah siswa (remaja) yang memiliki perilaku agresif.Perilaku agresif siswa di sekolah sudah menjadi masalah yang universal (Neto, 2005) dan akhir-akhir ini cenderung semakin meningkat.Berita tentang terlibatnya para siswa dalam berbagai bentuk kerusuhan, tawuran, perkelahian, dan tindak kekerasan lainnya semakin sering terdengar.Perilaku agresif siswa di sekolah sangat beragam dan kompleks. Menurut Todd, Joana, dkk. (Nataliani, 2006), kekerasan dalam bentuk fisik maupun verbal di kalangan siswa telah menjadi sebuah masalah serius yang ada di berbagai negara di seluruh dunia. Perilaku agresif siswa telah menimbulkan dampak

negatif, baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi orang lain. Anak yang mengalami kekerasan akan mengalami masalah di kemudian hari baik dalam hal kesehatan maupun kesejahteraan hidupnya. Menurut Nasution (Sugiono, 2009), penelitian kuantitatif pada dasarnya tidak membutuhkan subyek penelitian yang banyak, yang penting dapat memberikan informasi, dan sumber informasai tidak hanya manusia tetapi peristiwa dan situasi yang diamati juga dapa dijadikan sumber informasi. Penelitian dilaksanakan di desa Wotan Sukolilo Pati tahun 2018. Alasan memilih desa Wotan Sukolilo Pati sebagai lokasi penelitian ialah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, seperti: a) lokasi penelitian yang mudah dijangkau, dekat dengan lokasi peneliti, sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, b) melalui Program Latihan Profesi yang telah dilaksanakan di desa wotan Sukolilo Pati sebelumnya, peneliti telah lebih mengenal struktur dan karakteristik sekolah lokasi penelitian, dan c) peneliti melihat adanya fenomena perilaku agresif siswa di Sukolilo, hal diketahui berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan Kepala Desa setempat, siswa sering kali berperilaku agresif, hal ini dikemukakan beliau bahwa remajadi desa wotan terbagi kedalam dua kubu (kelompok/geng), kedua kubu ini kerapkali bentrok dan berujung dengan perkelahian. Hal ini sesuai dengan apa juga yang di ungkapkan masyarakat bahwa remaja di daerah tersebut seringkali bentrok, ini terjadi secara turun temurun berdasar pemaparan beliau. Peneliti pun sempat menemukan bentuk curat-coret yang menunjukan permusuhan antara kedua kubu ini, berupa silih ejek dalam bentuk tulisan di beberapa lokasi seperti tempat umum missal ada acara dangdutan warga setempat atau beda daerah. Dalam memilih subjek, teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini dapat berupa orang yang paling mengetahui apa yang diharapkan. sesuai dengan apa yang dikemukakan Patton (Sugiono, 2009). C. Instrumen Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dimana menurut Moleong (2006:121) pada penelitian kuantitatif, peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya sehingga pengertian manusia sebagai instrumen penelitian sangan tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Sikap peneliti, tutur kata, keramahan, kesabaran, serta keseluruhan penampilan akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden / subyek penelitian yang diterima oleh peneliti. Hal ini selaras dengan apa yang diutarakan Nasution (Sugiono, 2009:60) bahwa dalam penelitian kuantitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian ini. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya. Dengan demikian, peneliti sangat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau kegagalan dalam upaya pengumpulan data.Peneliti sebagai instrumen harus berupaya menerapkan rambu-rambu, yaitu memahami latar belakang penelitian, mempersiapkan diri, meyakini hubungan di lapangan dan melibatkkan diri untuk mengumpulkan data. Dengan demikian dengan penelitian ini, peneliti berupaya semaksimal mungkin memahami, mendalami, mengeksplorasi, dan menerapkan rambu-rambu yang telah dikemukakan agar tujuan penelitian dapat tercapai secara optimal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel coping strategyini adalah angket atau kuesioner coping strategymilik Galih Permatasari (2015) yang merupakan hasil adaptasi dari Lazarus-Folkman Ways of Coping. Kuesioner ini kemudian diadaptasi kembali dan disesuaikan dengan subjek yang digunakan dalam penelitian ini.

Untuk mengisi instrumen ini peneliti akan meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item pernyataan yang diberikan dengan cara memilih atau menentukan salah

satu dari empat jawaban yang tersedia dia setiap item pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda checklist. D.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2018 di Desa Wotan Kec. Sukolilo Kab. Pati. E.Teknik Pengumpulan Data Sugiono, (2009:63) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) serta dokumentasi.Maka dari itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknikteknik untuk mendapatkan data yang valid dengan peneliti sebagai instrumen utama. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung seperti informasi dari orang lain atau melalui dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dengan demikian, hal yang sangat penting yang perlu dilakukan peneliti dalam pengumpulan data ialah membina hubungan baik (rapport) dengan subjek penelitian dan significant other.Pengumpulan data dilengkapi dengan menggunakan istrumen yang bersifat menghimpun, mengeksplorasi, dan menggambarkan fokus penelitian.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terangkum dalam uraian berikut.

1. Observasi Dalam penelitian ini observasi sangat diperlukan, terutama untuk mengetahui perubahan perilaku/sikap siswa yang berperilaku agresif. Dalam proses observasi, peneliti akan langsung mengamati perilaaku/sikap para siswa, di samping itu peneliti juga melibatkan masyarakat dan perangkat desa. Untuk melakukan observasi. Sutrisno Hadi, (Sugiono, 2008:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu kompleks, suatu proses tersusun dan pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.Instrumen penelitian

observaassi

ini

dianggap

perlu

oleh

peneliti,

dikarenakan

untuk

memperkaya/melengkapi data-data yang sudah didapatkan dari hasil wawancara dan studi dokumentasi dan menyebarkan kuesioner. Jenis observasi yang peneliti lakukan adalah observasi non sistematis, yakni tidak menggunakan pedoman baku, berisi sebuah daftar rinci untuk melakukan observasi. Observasi dilakukan secara spontan dengan cara mengamati tingkah laku remaja yang berperilaku agresif ketika mengikuti kegiatan belajar, ketika waktu istirahat dan bermain dengan teman-temannya. Demikian pula tingkah laku siswa yang berperilaku agresif ketika dirumah dan bagaimana perlakuan orang tuanya. 2. Angket Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 142). Angket digunakan sebagai metode pokok dalam memperoleh informasi tentang kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif. 3. Wawancara Dengan menggunakan teknik wawancara dalam penelitian ini data utama yang berupa pikiran, ucapan, perasaan dan pandangan remaja yang berperilaku agresif dapat diperoleh dengan mudah. Hal ini selaras dengan pendapat Nasution (Sugiono, 2009) menyatakan bahwa teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Itulah sebabnya, salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian dengan tetap berpegang pada arah, sasaran dan focus penelitian. Pelaksanaan wawancara dilakukan di lapangan (balai kelurahan), rumah dan tempat bermain (nongkrong) remaja. Peneliti

wawancara setelah ada kesepakatan dari remaja di daerah tersebut di desa wotan Sukolilo Pati. 4. Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang bersifat documenter yang ada di lapangan seperti : data yang terdapat di lokasi penelitian dengan beberapa remaja yang berperilaku agresif yang menjadi objek penelitian. Data dokumentasi berupa : foto, arsip – arsip, rapot hasil belajar, catatan warga atau masyarakat dan data – data yang lainnya.

E. Analisis dan Interpretasi Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Analisis data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan dalam menentukan fokus penelitian. Menurut Sugiyono, (2006:337) yang menyatakan bahwa analisis data kuantitatif dapat dilakukan melalui langkah – langkah: 1. Periode pengumpulan data

2. Reduksi data Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akanmemberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

3. Display data Penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, grafik, matrik, floechart, network dan sejenisnya. Dengan display data akan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut.

4. Verifikasi/kesimpulan

Kesimpulan awal dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara.Bila kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan dalam pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Setelah analisis data, selanjutnya melakukan interpretasi terhadap data.Interpretasi data yaitu upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yangsedang dilakukan (dalam Moleong, 2010:151). Adapun pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan seperti hasil penelitian sebelumnya terkait dengan perilaku agresif dan dengan refleksi personal peneliti (Rai Pamungkas, 2014).

F. Uji Reliabilitas Definisi reliabilitas menurut Sugiyono (2010:180) Reliabilitas adalah suatu angka indeks untuk menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil yang konsisten.Untuk melihat reabilitas masing – masing instrument yang digunakan, penulis mengemukakan koefisien cornbach’s alpha dengan menggunakan fasilitas SPSS versi 20. Suatu suatu instrument dikatakan reliabel jika nilai cornbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Jika kita sudah memperoleh angka reliabilitas, langka selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan table r product moment. Dari table diketahui bahwa dengan N = 30, harga r t (5%) = 0.635 dengan demikian instrument dikatakan reliabel jika diperoleh hasil ≥ 0.635 (Arikunto, 2010 : 223). Dari uji reliabilitas didapat hasil 0,960 pada variabel pertama dan pada varibel kedua 0,984 dengan demikian instrument dikatakan reliable.

G. Etika Penelitian Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Subyek akan diteliti dengan menekankan kepada permasalahan etik yang meliputi : 1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang terjadi selama dalam penggumpulan data. Jika responden bersedia mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak – hak responden. 2. Tanpa Nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas pasien, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yangdiisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"