Bab 1 Imam Muta (2).docx

  • Uploaded by: Indah Rosalian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Imam Muta (2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,512
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah untuk

mengangkut

oksigen

kesekitar

tubuh.

Anemia

merupakan indikator untuk gizi buruk dan kesehatan yang buruk (WHO, 2014). Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr% dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gr%. Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan (Proverawati Atikah, 2011). Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa 1

2

dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014). Anemia dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Di samping itu juga mengubah daya tahan tubuh

mudah

infeksi.

Prevalensi

anemia

yang

tinggi

dikalangan remaja jika tidak tertangani dengan baik akan menyebar hingga dewasa dan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi lahir prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah (Robertus, 2014) World Health Organization (WHO) (2016) dalam Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia. Secara global, prevalensi anemia pada anak usia sekolah menunjukkan angka yang tinggi yaitu 37%, sedangkan di Thailand 13,4% dan di India 85,5%. Prevalensi anemia di Asia mencapai 58,4%, angka ini lebih tinggi dari rata-rata di Afrika (49,8%).

3

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Prevelensi anemia secara nasional pada lansia meningkat secara signifikan sekitar 8-44% setelah usia 85 tahun dan insidennya pada pria yaitu 27-40% dan wanita 16-22% sebelum usia 55 tahun, tetapi setelah usia 55

tahun

anemia

lebih

sering

dijumpai

pada

pria

(Purwonginangsih ,2013). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018, diketahui kejadian anemia menempati urutan ke11 sebagai penyakit terbanyak di Rumah Sakit di Kalimantan Selatan dengan 2268 kasus dan Kasus tersebut meliputi pasien yang keluar hidup sebanyak 745 kasus pada laki-laki dan 1446 kasus pada perempuan. Sedangkan pasien keluar mati pada laki-laki sebanyak 57 kasus dan 86 kasus pada perempuan. (Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2018).

4

Data studi pendahuluan yang didapat oleh peneliti tentang kejadian anemia di RSUD dr Moch. Ansari Saleh Banjarmasin terus meningkat dari tahun 2016-2018. Pada tahun 2016 Kejadian anemia terjadi sebanyak 50 kasus, pada tahun 2017 sebanyak 126 kasus, dan pada tahun 2018 dari bulan Januari hingga Oktober mencapai 133 kasus. Pada ruangan Nilam terjadi peningkatan dari tahun 2016-2018 yang cukup besar. yaitu, pada tahun 2016 sebanyak 28 kasus, lalu pada tahun 2017 sebanyak 71 kasus, dan pada tahun 2018 dari bulan Januari hingga Oktober sebanyak 87 kasus. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kejadian anemia terjadi peningkatan setiap tahunnya, dari tahun 2016-2018) (Rekam Medis RS. Ansari Saleh Banjarmasin, 2018). Anemia dapat memberikan berbagai dampak negatif bagi penderitanya. Secara umum dampak anemia pada orang dewasa, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah gejalanya. Orang yang biasanya sangat aktif terutama pada orang dewasa karena memiliki tuntutan signifikan terhadap kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang lebih tinggi daripada orang yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia diperparah oleh berbagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu. (Sugeng J., 2018).

5

Dampak anemia pada remaja diantaranya anemia akibat kekurangan zat gizi besi berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta remaja. Anemia pada anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal dan menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sedangkan pada remaja penderita anemia, sebagai calon ibu yang akan melahirkan

generasi

penerus

bangsa,

anemia

akan

menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai kualitas hidup yang tidak optimal. (Supriasa, dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2014) pada remaja putri menyatakan bahwa asupan besi, asupan protein, asupan seng (Zn) dan asupan vitamin C sangat berpengaruh terhadap pembentukan kadar hemoglobin. Apabila asupan tersebut

di

dalam

tubuh

remaja

kurang

maka

bisa

menyebabkan anemia pada remaja. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein, asupan zat besi, asupan vitamin C dan asupan seng dari subyek penelitian sebagian besar memiliki asupan yang kurang akan menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Di samping itu juga mengubah daya tahan tubuh mudah infeksi.

6

Penelitian yang dilakukan oleh Susana Gómez Ramírez (2017) Anemia sering terjadi pada orang tua dan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan fisik, fungsional, dan kognitif, rawat inap dan kematian. Meskipun tidak diketahui apakah anemia merupakan faktor penyebab atau penanda subrogasi status kesehatan yang lebih buruk, perbaikannya dapat meningkatkan kapasitas fisik dan fungsional pasien. Deteksi, klasifikasi, dan pengobatan anemia harus menjadi prioritas untuk sistem kesehatan. Penyebab utama anemia pada lansia adalah defisiensi nutrisi dan penyakit kronis, dengan atau tanpa gagal ginjal, meskipun beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik membantu memperjelas etiologinya. Algoritma diagnostik berdasarkan data dari laboratorium memungkinkan klasifikasi anemia dengan orientasi terapeutik. Suplemen zat besi dan faktor pematangan, serta agen perangsang erythropoiesis, merupakan andalan pengobatan, bersama dengan yang dari penyakit yang mendasarinya, sedangkan transfusi sel darah merah harus disediakan untuk kasus yang parah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Judith C. Lin (2018) anemia pada individu melalui pendekatan yang harus sistematis dan sering awalnya kategoris, misalnya dengan

tingkat

relatif

produksi

sel

darah

merah,

7

pergantian atau dengan indeks karakteristik dan morfologi darah merah sel (sel darah merah). Selain itu, evaluasi anemia pada orang dewasa dan anak berbeda terutama dalam perubahan rentang normal untuk sel darah merah dan hemoglobin selama masa kanak-kanak serta prevalensi dan permulaan penyakit hematopoietik kongenital dan risiko dan penyebab

diakuisisi

anemia pada usia yang berbeda pada orang dewasa. Seperti demografi populasi terus berubah seiring waktu, evaluasi anemia juga bisa membutuhkan pertimbangan penyebab asal endemik. Berdasarkan temuan data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian dari tahun 2016 - 2018 sebesar 209 kasus yang mengalami anemia di RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dan adanya beberapa dampak yang dialami oleh pasien dengan anemia serta supaya kebutuhan dasar pasien dengan anemia ini dapat terpenuhi dengan baik secara komprehensif maka peneliti tertarik untuk melakukan “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

8

Bagaimana

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengkajian pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin b. Menganalisa data pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin c. Merumuskan masalah Keperawatan pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin d. Menentukan intervensi pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin e. Melaksanakan

implementasi

Keperawatan

pada

Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

9

f. Melakukan evaluasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan mahasiswa khususnya tentang pemahaman mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Anemia di Ruang Nilam RSUD dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam

melakukan

keperawatan

pada

laporan

studi

Pasien

dengan

kasus kasus

tentang anemia,

asuhan serta

memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Bagi Pasien dan Keluarga

10

Manfaat laporan studi kasus ini bagi pasien yaitu dapat memberikan informasi tentang anemia dan pasien mendapat pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif.

c. Bagi Rumah Sakit Umum atau Puskesmas Hasil laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak RSUD dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara komprehensif. d. Bagi Institusi Pendidikan Hasil laporan studi kasus ini diharapkan akan berguna sebagai acuan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kasus anemia dan sebagai bahan referensi koleksi perpustakaan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan.

e. Bagi Ilmu Keperawatan Diharapkan dari hasil laporan studi kasus ini dapat menjadi bahan informasi untuk mengembangkan standar asuhan keperawatan pada pasien anemia.

Related Documents

Muta Discussed
July 2020 1
Imam
May 2020 43
Imam
April 2020 52
Imam
June 2020 32

More Documents from ""