BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan konstruksi mengalami peningkatan sangat pesat seperti salah
satu contohnya yaitu pembangunan jembatan. Menurut Dr. Ir. Bambang Supriyadi, “jembatan bukan hanya konstruksi yang berfungsi sebagai penghubung
suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalang suatu rintangan, namun jembatan merupakan sistem transportasi”. Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks, dengan material yang sederhana sampai material yang modern. Jenis jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus tepat memilih jenis jembatan sesuai dengan tenmpat tertentu. Salah satu struktur utama dari jembatan pada umumnya yaitu PierHead, PierHead merupakan dudukan Upper Sctructure seperti (Gelagar, slab, parapet dsb.) yang berfungsi untuk menyalurkan beban ke Pier hingga Pile Cap. Banyak sekali tipe Pier Head saat ini seperti, biasanya tipe Pier Head mengikut tipe jembatan itu sendiri. Banyak macam tipe dan bentuk pierhead yang ada saat ini, salah satunya adalah tipe dengan gabungan dari 2 metode pekerjaan, yaitu gabungan dari metode cast in situ dan metode precast. Gabungan dari 2 metode tersebut yang nantinya akan menjadi sebuah pierhead yang utuh, yang salah satu komponen nya adalah Balok UShell. U-Shell merupakan salah satu komponen Pier Head yang berbentuk beam/balok precast, dimana proses pembuatannya terpisah dari lokasi pirhead tersebut. Nanti nya balok U-Shell tersebut akan di mobilisasi dari pabrik menuju lokasi lapangan, dan masuk ke proses berikutnya yaitu proses erection. Salah satu tujuan dari penggunaan U-Shell pada proses pekerjaan pierhead ini yaitu dalam rangka menggunakan inovasi inovasi baru guna mendukung dan mempercepat proses pekerjaan. Maka dari itu semua elemen yang berkaitan pada bidangnya berlomba-lomba untuk menemukan inovasi baru yang dapat memberi manfaat besar bagi konstruksi di Indonesia, meskipun penerapan pada konstruksi di Indonesia masih minim. Manfaat utama yang diharapkan dari setiap inovasi yaitu efisiensi dan efektifitas serta keselamatan pelaksanaan. Untuk mendapatkan manfaat tersebut hal yang paling dititikberatkan biasanya pada pengaplikasian dilapangan atau biasa yang kita sebut Metode Kerja. 1
Gambar 1.1 Pier Head
1.2.
Masalah Penelitian
1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut : 1.
Efektifitas dan Efisiensi metode Pier Head jenis U-Shell pada segi waktu.
2.
Prosedur instalasi U-Shell.
1.2.2. Perumusan Masalah Masalah yang dijadikan bahan penelitian sebagai berikut : a.
Seberapa besar dampak metode Pier Head U-Shell dari segi waktu proyek LRT Kelapa Gading-Velodrome.
b.
1.3.
Bagaimana pengaplikasian U-Shell dilapangan sesuai Method Statement.
Batasan Masalah Agar dalam pembahasan lebih terfokus dan hasil yang diperoleh lebih akurat, maka
penulis membatasi tinjauan yang dilakukan pada : a. Penerapan metode sesuai Methode Statement yang telah dibuat dari Proyek LRT Kelapa Gading-Velodrome. b. Gambar dan desain dari Proyek LRT Kelapa Gading-Velodrome. c. U-Shell pada stasiun Mall Kelapa Gading. d. Pengaplikasian dan prosedur U-Shell di Lapangan. e. Perhitungan jadual dan percepatan dengan pengaplikasian pierhead U-Shell.
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui dampak yang diberikan dari metode U-Shell pada segi waktu. b. Mengetahui perbandingan prosedur pada Methode Statement dan pengaplikasian di lapangan.
1.5.
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat, diantaranya adalah : 1. Sebagai salah satu sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan khususnya Pier Head jenis U-Shell. 2. Dapat lebih meningkatkan perkembangan kualitas pembangunan di Indonesia. 3. Referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan masalah metode pelaksanaan Pier Head Jenis U-Shell
1.6.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proyek akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang permasalahan yang diajukan dan merupakan gambaran umum dari isi proyek akhir, uraian permasalahan secara umum, batasan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan proyek akhir. BAB II KAJIAN PUSTAKA Menguraikan dasar teori permasalahan dan dilengkapi sumber yang dipakai. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi prosedur penelitian yang berhubungan dengan proyek akhir. Dilaksanakan di laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta. BAB IV DATA Berisi data –data yang didapat dari pengujian di laboratorium. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi mengenai analisis dan pembahasan data yang diperoleh dari pengujian di laboratorium. BAB VI PENUTUP Berisi kesimpulan atas penilitian yang dilakukan dan saran yang berguna untuk penelitian yang akan datang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Berisi sumber pustaka yang tercantumkan nama penulis, judul penulis, penerbit, identitas penerbit dan tahun terbit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kereta
api
ringan dikenal
juga
sebagai LRT sebagai
singkatan Light
Rail
Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan
khusus,
disebut
diberbagai negara di Eropa dan
juga tram. telah
Kereta
mengalami
api
ringan
modernisasi,
banyak antara
digunakan lain
dengan
otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm) yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun penumpang. Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang sebagian dioperasikan
pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di
dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10 menit berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau terpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk sebagian lintasan saja. Light Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S. Urban Mass Transportation Administration
(UMTA, pendahulu Federal Transit Administration) untuk menggambarkan
transformasi streetcar baru yang ada di Eropa dan Amerika Serikat. Transportasi Research Board (Transportation systems Center) menetapkan "light rail" pada tahun 1977 sebagai "moda transportasi perkotaan yang memanfaatkan sebagian besar jalur yang disediakan tapi tidak selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik mendorong kendaraan di atas rel beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT menyediakan berbagai kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya menengah."
2.1. Jembatan 2.1.1. Pengertian jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Jembatan – jembatan tetap. 2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan. Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api dan lalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984). Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007). Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai gaya – gaya 9 tekan dan tarik, melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul). Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder. 2.2 Jenis – jenis Jembatan Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir. Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Agus Iqbal Manu, 1995:9): Jembatan jalan raya (highway bridge). Jembatan jalan kereta api (railway bridge). Jembatan jalan air (waterway bridge)
Jembatan jalan pipa (pipeway bridge) Jembatan militer (military bridge) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge). Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain: Jembatan kayu (log bridge). Jembatan yang terdiri dari bahan kayu dengan bentang yang relatif pendek. Jembatan beton (concrete bridge). Jembatan beton merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge). Jembatan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik untuk jembatan bentang panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada struktur jembatan sejak tahun 1950-an. Jembatan baja (steel bridge). Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel. Jembatan komposit (compossite bridge). Jembatan yang memilki pelat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja sama mendukung beban sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama menahan tarik sedangkan plat beton menahan momen lendutan. Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Bambang Supriyadi, 2007:18), antara lain: Jembatan plat (slab bridge). Jembatan dengan bentuk yang paling ekonomis untuk menahan lentur dan gaya geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat yang relatif rendah setiap unit panjangnya. Jembatan plat berongga (voided slab bridge).
Jembatan dengan meminimalkan jumlah gelagar dan bagian-bagian fabrikasi, sehingga dapat mengurangi nilai konstruksinya. Jarak antar gelagar dibuat lebar dan pengaku lateral diabaikan. Jembatan gelagar (girder bridge). Jembatan yang memiliki gelagar utama dihubungkan secara melintang dengan balok lantai membentuk pola grid dan akan menyalurkan beban bersamasama. Jembatan tipe ini dibagi menjadi 2 macam yakni, I-girder dan box girder. Jembatan rangka (truss bridge). Jembatan yang terdiri dari elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik. Jembatan pelengkung (arch bridge). Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial. Jembatan gantung (suspension bridge). Jembatan dimana gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang. Jembatan kabel (cable stayed bridge). Jembatan dimana gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang. Jembatan cantilever (cantilever bridge). Jembatan menerus yang dibuat dengan penempatan sendi di antara pendukung
BAB III METODOLOGI Metodologi adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi ini dibuat untuk memberikan dasar, batasan serta alur bagaimana kita melakukan penelitian ini. Hal tersebut akan mempermudah untuk melakukan penelitian agar penelitian tersebut sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Pada pengerjaan Tugas Metodologi Penelitian ini yang merupakan suatu penelitian tentang hasil penelitian langsung atau observasi yang disertai dengan data pendukung, dibutuhkan juga suatu metodelogi dalam membuat Tugas Metodologi Penelitian ini. Pada bab ini berisi Lokasi, Alat, Bahan, Rancangan, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analis Data, dan Tahapan. 3.1
Lokasi Penelitian Penenelitian ini berlokasi pada Proyek LRT Koridor 1 Kelapa Gading –
Velodrome, DKI Jakarta. Adapun objek yang menjadi penelitian ini adalah pelaksanaan pekerjaan Pierhead U-Shell pada Stasiun Kelapa Gading Mall. Lokasi tersebut berlokasi di Jalan Boulevard Raya, RT.11/RW.18, Kelapa Gading Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14240, Indonesia.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Stasiun Kelapa Gading Mall Sumber: Google Maps
Lokasi Pierhead U-Shell adalah dari P124 hingga P129 di pada Stasiun Kelapa Gading Mall pada section 5, seperti yang diilustrasikan pada gambar di bawah.
Gambar 3.2 Lokasi Pierhead U-Shell dari P124 - P129 Sumber: Shop Drawing
3.2
Alat penelitian Untuk mendukung penelitian maka dibutuhkan alat sebagai media pencari data.
Dalam penelitian ini dibutuhkan data kuantitatif yang didapat dari lokasi proyek lapangan. Adapun alat yang digunakan yaitu: 1. Media Informasi Sebagai media informasi global yang menyajikan referensi dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini, media informasi berupa buku dari perpustakaan dan browsing yang dapat membantu dalam penulisan Bab II (Dasar Teori) dan Bab V (Pembahasan). 2. Kamera Sebagai media yang berguna untuk mengambil dokumentasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa foto dan video pelaksanaan pekerjaan di proyek.
3.3
Bahan Penilitian Dalam penelitian ini dibutuhkan bahan berupa data awal dan data teknis. Data
teknis berupa data primer dan data sekunder yang akan digunakan dalam proses analisis. Adapun bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Data Awal Data awal ini adalah berupa lokasi dan gambaran umum proyek. 2. Data Teknis Data teknis ini terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitan atau yang bersangkutan yang memerlukannya menurut Abror (2013 dalam Hasan, 2002:82). Data primer ini adalah berupa dokumentasi serta hasil percakapan atau wawancara. Data sekunder adalah data yang dikutip dari sumber lain, yang kemungkinan sudah merupakan data dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Data sekunder ini adalah berupa data litelatur, data schedule pekerjaan, data Request for Inspection, data Metode Pekerjaan, data SDM, dan shop drawing.
3.4
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat dengan diagram alir sebagai berikut: Mulai
Indentifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan Data Teknis
Menganalisis Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai Gambar 3.3 Diagram Alir Rancangan Penelitian
3.5
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah metode pencatatan peristiwa-peristiwa atau
hal- hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian menurut Maulana (dalam Hasan, 2002:83). Dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Awal Data awal ini didapatkan langsung dari Proyek LRT Koridor 1 Kelapa Gading – Velodrome, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Data Teknis a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian, dengan metode sebagai berikut: 1) Metode observasi Metode observasi yaitu merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan. Observasi penelitian yang penulis lakukan ialah melakukan pengamatan terhadap subjek pekerjaan yang penulis ambil dalam Tugas Metodologi Penelitian. Selama pengamatan dilakukan penulis juga mengambil dokumentasi yang bertujuan untuk melengkapi perolehan data dalam bentuk foto mengenai proses pekerjaan pada subjek yang penulis ambil. 2) Metode wawancara Metode wawancara dilakukan dengan dosen mata kuliah Metodologi Penelitian, serta pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. b. Data Sekunder Metode pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan tugas Metedologi Penelitian ini baik dari instansi terkait maupun data yang terdapat di media lainnya yang masih berhubungan dengan permasalahan yang diteliti pada tugas Metedologi Penelitian ini serta memperoleh informasi untuk pendalaman materi. Cara yang digunakan untuk pengumpulan data ini adalah : 1) Studi perpustakaan/ literatur. 2) Studi industri yang dilakukan di Proyek LRT Koridor 1 Kelapa Gading – Velodrome, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3.6
Metode Analisis Data Analisis data adalah aktivitas yang bertujuan untuk menggali berbagai
informasi dari data yang relevan dengan tujuan penelitian, meliputi pembandingan dan pengujian antara ciri serta indentifikasi pola keterkaitan antar data. Dalam Tugas ini dilakukan beberapa analisis sampai diperoleh kesimpulan yang akan menjawab dari permasalahan dan tujuan. Adapun kegiatan analisis yang akan dilakukan sebagai berikut: 1. Gambaran Metode Kerja Pada tahapan ini data yang diperoleh sebelumnya akan diolah sesuai dengan keterkaitannya pada setiap kegiatan yang ada pada setiap pelaksanaan pekerjaan Delivery and Erection Box Girder. Data yang saling memiliki keterkaitan ini akan dirangkai menjadi suatu alur kerja yang merupakan gambaran dasar dari metode kerja yang dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan Delivery and Erection Box Girder. Gambaran metode kerja ini akan menjadi dasar untuk melakukan analisis- analisis yang akan dilakukan pada tahapan selanjutnya dan memberikan inputan berupa sumber daya (alat dan pekerja) yang akan digunakan untuk pekerjaan Delivery and Erection Box Girder. Gambaran mengenai metode kerja yang akan dibahas pada bab V yaitu mengenai pelaksanaan Delivery and Erection Box Girder a.
Pemasangan Gantry Crane
b.
Install Connection Beam, install secondary beam
c.
Launching Crane, pengangkatan box girder
d.
Mengatur elevasi box girder
e.
Post Tensioning (stressing)
2. Perencanaan Trafic Management Selama pekerjaan Box Girder Erection, arus lalu lintasharus diatur sedemiikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan diarea tersebut. Oleh karena itu bantyuan dari berbagai pihak seperti safety, flagman perlu dikoordinasikan secara serius, sehingga tidak menimbulkan kemacetan yang parah serta cara mengantisipasinya. Salah satu rekayasa transortasi yang digunakan adalah countra flow. 3. Manajemen Resiko
Setelah melakukan analisa mengenai metode pekerjaan erection box girder, dan managemen traffic di proyek ini, maka faktor resiko menjadi hal yang harus dipertimbangkan. Mengingat pekerjaan box girder dilakukan diketinggian dan menggunakan alat berat. 4. Penjadwalan Hasil output dari perhitungan berupa durasi pekerjaan yang selanjutnya akan digunakan sebagai inputan untuk tahapan selanjutnya. Tahapan yang akan menggunakan output dari metode kerja, produktivitas alat, kebutuhan bahan, dan analisis kebutuhan pekerja adalah penjadwalan. Penjadwalan dalam pelaksanaan pekerjaan pekerjaan Delivery and Erection Box Girder ini akan dibuat dalam bar chart. 3.7
Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan Gambar 3.3 adalah
sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah. 2. Mencari penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan berupa skripsi, buku, jurnal dan lain-lain. 3. Melakukan pengumpulan data awal. 4. Melakukan pengumpulan data teknis dengan metode observasi, pengukuran, dan wawancara yang berkaitan. 5. Melakukan analisis dari data-data yang diperoleh. 6. Membuat kesimpulan dan saran dari hasil analisis. 3.8
Luaran Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk memenuhi mata
kuliah Metodologi Penelitian.