Bab 1 290709 Updt Kotak

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 290709 Updt Kotak as PDF for free.

More details

  • Words: 4,609
  • Pages: 32
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini di Indonesia banyak bermunculan organisasi baru dengan berbagai bentuk jenis usahanya. Kompetensi yang semakin ketat di antara organisasi laba maupun nir laba yang ada sekarang ini, telah mendorong masing-masing organisasi untuk terus meningkatkan hasil hingga maksimal. Salah satu jenis organisasi yang tumbuh subur dewasa ini adalah yang bergerak dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Setiap organisasi dalam bidang ini menawarkan berbagai macam model, teori, dan landasan sebagai solusi pengembangan sumber daya manusia yang tepat, salah satunya berbasiskan spiritual seperti ESQ Leadership Center. Disamping itu, organisasi ini sendiri tidak mungkin mengoperasikan kegiatannya tanpa adanya manusia, karena faktor human capital memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi yaitu membantu orang untuk dapat membantu dirinya sendiri dengan nilai-nilai spritual. Konosuke Matsushita dalam buku Rahasia Sukses ESQ Power (Ary Ginanjar ,2005) mengatakan bahwa ” asset make possibility, people make it happen. First we make people, and then we make product “. Lalu yang dimaksud disini adalah human capital yang bagaimana?

2

1. Berbudaya 2. Manusia yang nir-budaya mengandalkan kepada naluri dan hukum rimba 3. Manusia yang nir-budaya tidak mampu untuk berorganisasi 4. Sumber daya manusia yang berbudaya adalah yang mempunyai nilai-nilai positif yang dapat dikontribusikan kepada organisasi di mana ia berada Hanya organisasi yang berbudaya akan menjadi organisasi yang mempunyai keunggulan, baik dalam berprestasi dan dalam mentransformasi diri. Asumsinya sederhana, bahwa sebuah kelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan akan mempunyai nilai yang dimiliki dan dilaksanakan bersama (shared value). Dengan nilai bersama tersebut, permasalahan yang muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan lingkungan, bahkan yang paling drastis sekalipun dapat diatasi secara efektif . Definisi Budaya Organisasi menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000) : Budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Setiap anggota organisasi mempunyai watak dan perilaku yang berbeda di sebabkan karena beberapa hal, misalnya latar belakang pendidikan, keterampilan,

3

watak dasar maupun faktor lain. Keberagaman perilaku tersebut akan mempengaruhi jalannya kegiatan organisasi, yang bukan saja berdampak pada hasil yang akan dicapai, tetapi juga bagi masyarakat yang menikmati hasil produksi tersebut. Pada dasarnya kinerja karyawan ESQ Leadership Center ini sudah baik, terlihat dari pelayanan kepada para peserta training (yang dalam hal ini merupakan customer mereka) dilayani secara baik, kegiatan training berjalan dengan lancar, terorganisirnya kegiatan Alumnae Day yang ditujukan khusus untuk alumni agar dapat mengikuti serangkaian acara menarik bersama seluruh keluarganya secara free, serta layanan after training service dimana alumni disediakan balkon mewah untuk dapat mengikuti training yang dipandu Dr. Ary Ginanjar langsung di Menara 165 secara gratis seumur hidup. Disamping itu juga peserta yang menghadiri training ESQ semakin hari semakin meningkat bukan hanya untuk wilayah Jakarta tapi sudah menyebar hingga seluruh Indonesia bahkan Amerika, Belanda, Australia, Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, Jepang dan Dubai. Tidak ketinggalan ESQ sudah mempresentasikan materinya hingga ke universitas Oxford di Inggris. Namun demikian, melihat perkembangan organisasi yang bergerak di bidang training yang ada di Jakarta cukup banyak, untuk menjaga klien agar jangan sampai lari pada organisasi training lain, maka perlu meningkatkan kinerja yang selama ini sudah baik. Mengingat kebanyakan sifat manusia adalah pelupa sehingga organisasi perlu untuk terus mendorong, memotivasi, mengingatkan anggota mengenai visi, misi, dan nilai yang dipegang teguh oleh organisasi agar tidak lupa poin-poin yang dianut. Menurut Gibson, Ivancevich, Donelly (1990) konsep yang menguraikan tentang

4

kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri organisasi yang memulai dan mengarahkan perilaku disebut dengan motivasi. Dengan demikian perlu diupayakan perbaikan kinerja karyawan secara berkesinambungan dan melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya memotivasi serta termasuk dalam upaya memantapkan budaya organisasi maka sebagai langkah nyata pelaksanaannya salah satunya ialah melalui penerapan kegiatan morning briefing di ESQ Leadership Center. Morning briefing is a learning program conducted in the morning time before working hours in such a short time that has purposes is to remind the employees about certain knowledge or skills concerning their job (Morning briefing adalah program belajar yang dilakukan sebelum waktu bekerja dalam waktu yang singkat dan bertujuan untuk mengingatkan karyawan mengenai pengetahuan atau ketrampilan menyangkut pekerjaan mereka 1). Pimpinan ESQ Leadership Center yaitu Dr. Ary Ginanjar Agustian terinspirasi oleh perusahaan Jepang yaitu PT.Matsushita Kotobuki Elektronik di mana para instruktur mewajibkan para karyawan eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat “ saya juara “ seratus kali dalam sehari. Dan ini dimaksudkan untuk menjaga energi agar tidak hilang. Maka, ESQ Leadership Center memiliki 7 (tujuh) nilai dasar yang senantiasa di junjung tinggi oleh semua karyawan ESQ dan dibacakan berulangulang. Morning Briefing yang diselenggarakan di ESQ Leadership Center dimulai pukul 08.00 WIB dan berlangsung sekitar kurang lebih 60 menit. . Kegiatan ini wajib 1

www.damandirionline.com

5

diikuti seluruh anggota organisasi dan akan dikenakan sanksi bagi yang tidak hadir atau bahkan terlambat datang. Berikut urutan kegiatan Morning Briefing yang didalamnya juga disertai gerakan non verbal mengikuti statement-statement yang ditentukan. Dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual oleh Ary Ginanjar Agustian , Stephen R. Covey penah mengatakan tentang fungsi kebiasan dan mengulang-ulang suatu perbuatan :“ Taburlah gagasan , petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan , petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. William James, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa apa saja yang anda lakukan 45 kali berturut-turut, maka akan menjadi kebiasaan. Menurut Doug Hooper Angka 45 tersebut sangatlah logis. Begitu juga para guru dari Timur telah menjelaskan kebiasaan dengan cara sbb : Kesinambungan suatu pemikiran atau tindakan dalam suatu jangka waktu akan menyebabkan terbentunya sebuah alur, atau saluran di dalam otak. Orang mengatakan bahwa otak itu mirip tanah liat, tempat suatu alur mudah terbentuk. Begitu hal itu terjadi, pemikiran seseorang secara alami akan terus mengalir melalui arah tersebut, sebab hal itu merupakan garis dengan perlawanan yang paling kecil. Tindakannya dilakukan mengikuti bawah sadar atau otomatis. Setelah keluar dari “ alur “ atau “ saluran “ lama , maka pikiran secara alami akan mengalir melaului saluran yang baru, sementara saluran yang lama berangsung- angsur hilang.

6

Termasuk didalamnya adalah repetitive magic power yang dipercaya dapat terus secara otomatis memotivasi karyawan karena energi yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut diharapkan melahirkan komitment spritual yang mengalir hingga ke jalan darah masing-masing karyawan . Berdasarkan latar belakang diatas maka melalui kesempatan ini penulis ingin meneliti dengan Judul : “Hubungan antara Kegiatan Morning Briefing sebagai Budaya Organisasi dengan Motivasi Kerja Karyawan ESQ Leadership Center” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas makan rumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan antara kegiatan Morning Briefing dengan motivasi kerja karyawan ESQ Leadership Center?” 1. 3 Identifikasi Masalah Maka berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah menjadi sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara komunikator kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center? 2. Apakah ada hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center?

7

3. Apakah ada hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui hubungan antara komunikator kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center 2. untuk mengetahui hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center 3. untuk mengetahui hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan kerja karyawan ESQ Leadership Center 1.5 Kegunaan penelitian 1.5.1 Kegunaan teoritis: Dapat memberi kontribusi, menambah wawasan tentang teori dan kajian ilmu komunikasi khususnya Manajemen Komunikasi serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya terutama pada bidang kajian budaya organisasi dan motivasi kerja 1.5.2 Kegunaan praktis:

8

Bagi pihak organisasi penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam menerapkan kebijakan sumber daya manusia serta yang menyangkut kegiatan organisasi ESQ Leadership Center. Penelitian ini diharapkan membantu memahami sejauh mana kegiatan yang diterapkan pada organisasi dapat mememotivasi anggotanya sehingga menghasilkan hasil kerja yang lebih produktif.

9

1. 6 Kerangka Pemikiran

Motivation-Hygiene Theory Dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi kerja yaitu faktor intrinsik (daya dorong yang timbul dari dalam diri seseorang), dan faktor ekstrinsik (daya dorong yang datang dari luar diri seseorang terutama dari organisasi dimana ia bekerja) Frederick Herzberg, 1966

Apakah ada hubungan antara kegiatan Morning Briefing dengan motivasi kerja karyawan ?

Ekstrinsik

Motivasi Kerja

Variabel X Kegiatan Morning Briefing

Variabel Y Motivasi kerja karyawan

X1 : Komunikator kegiatan Morning Briefing Indikator • Kredibilitas komunikator • Daya tarik komunikator • Kekuasaan komunikator X2 : Isi pesan kegiatan Morning Briefing Indikator • Struktur pesan • Gaya pesan • Daya tarik pesan X3 : Intensitas kegiatan Morning Briefing Indikator • Frekuensi kegiatan • Durasi kegiatan

Y1 : Prestasi kerja Indikator : Karyawan mencapai keberhasilan dalam bekerja Y2 : Pengakuan kerja Indikator : Karyawan ingin dihargai Y3 : Tanggung jawab kerja Indikator : • Karyawan melaksanakan tugas sekali fungsi • Karyawan mampu menyelesaikan tugas sebaik-baiknya Y4 : Kemajuan kerja Indikator : • Karyawan mengembangkan potensi diri • Karyawan ingin meningkatkan kemampuan kerja

(Herzberg dalam Robbins. Saydam dalam Samsudin, 2003)

10

1.6.1

Kerangka Teoritis: Organisasi punya kepribadian

seperti halnya individu. Kita menyebut

kepribadian tersebut sebagai budaya organisasi. budaya organisasi adalah sistem pengertian yang diterima secara bersama. Dalam setiap organisasi terdapat pola mengenai kepercayaan, ritual, mitos serta aspek yang berkembang cukup lama. Kasus itu pada gilirannya menciptakan pemahaman yang sama di antara para anggota mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana anggotanya harus berprilaku. Jika budaya itu memang ada, dan kita menyatakan bahwa memang demikian adanya, maka budaya harus mempunyai dimensi mencolok yang dapat didefinisikan dan diukur. Jika organisasi tidak mempunyai budaya yang dominan dan hanya terdiri dari banyak sub budaya maka pengaruh dari budaya terhadap keefektifan organisasi akan jauh lebih tidak jelas. Kenapa? Karena tidak akan terdapat konsistensi di dalam persepsi atau perilaku. Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat , diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui kejajaran tingkat kepentingannya , dan merasa sangat terikat kepadanya maka makin kuat kebudayaan tersebut. Organisasi agama kebatinanan dan perusahaan jepang merupakan contoh organisasi yang mempunyai budaya yang kuat. Apakah pengaruh dari suatu budaya yang kuat terhadap keefektifan organisasi? jawabaannya adalah: keefektifan mensyaratkan bahwa budaya , strategi, lingkungan dan teknologi sebuah organisasi

11

bersatu makin kuat suatu organisasi makin penting bahwa budaya ternyata cocok dengan variabel tersebut. Budaya dapat menjadi sarana kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai subsitusi bagi formalisasi. Definisi Budaya Organisasi menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000) : Budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggotanya, yang kemudian memotivasi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi. Motivation-Hygiene

Theory

dari

Frederick

Herzberg

(1966):

ia

mengembangkan teori khusus dapat diterapkan ke dalam motivasi kerja. Ia berkesimpulan bahwa ada dua faktor yang dapat menentukan motivasi seseorang, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Thoha, 2003 : 230). Asumsi dasar dari teori ini bahwa ada 2 faktor yang mendorong karyawan termotivasi kerja yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri seseorang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari oragnisasi tempatnya bekerja. Namun, keduanya dapat diteliti secara terpisah karena faktor intrinsik berasal dari dalam masing2 individu, sedangkan faktor ekstrinsik merupakan tindakan preventif dan memperhitungkan lingkungan yang berhubungan dengan kerja .

12

Jadi dengan dorongan faktor intrinsik maka karyawan akan menyenangi pekerjaannya yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi, dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Sedangkan, dengan dorongan faktor ekstrinsik karywan cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi. Adapun yang termasuk ke dalam faktor ekstrinsik antara lain dapat berupa upah yang baik , kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan, program pelatihan kerja, program pengarahan kerja, hubungan yang baik dengan sesama pekerja, pengawasan kerja yang baik, dan sebagainya (Herzberg dalam Robbins, 2003 :212). Dalam penelitian ini digunakan faktor ekstrinsik sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, yaitu melalui kegiatan Morning Briefing yang termasuk ke dalam hubungan baik sesama pekerja dan kebijaksanaan perusahaan. Herzberg mengemukakan bahwa motivasi kerja dapat diukur dengan prestasi (achievement), pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), dan kemajuan (advancement) (Robbins, 2003 :212). Faktor di atas diharapkan dapat berpengaruh di dalam peningkatan motivasi kerja karyawan ESQ Leadership Center, karena apabila karyawan merasa hubungan yang mereka jalin dengan pihak perusahaan itu menguntungkan mereka maka mereka akan bersikap positif yang akhirnya menimbulkan penampilan kerja yang baik.

13

1.6.2

Kerangka Konseptual

1.6.2.1 Kegiatan Morning Briefing Morning briefing is a learning program conducted in the morning time before working hours in such a short time that has purposes is to remind the employees about certain knowledge or skills concerning their job 2 ( Morning briefing adalah program belajar yang dilakukan sebelum waktu bekerja dalam waktu yang singkat dan bertujuan untuk mengingatkan karyawan mengenai pengetahuan atau ketrampilan menyangkut pekerjaan mereka ). Maka untuk variabel Morning Briefing terbagi dalam 3 sub variabel yakni: 1. Komunikator 2. Pesan kegiatan Morning Briefing 3. Intensitas kegiatan 1. Komunikator

:

adalah

pihak

yang

bertugas

menyampaikan,

mensosialisasikan dan juga membangun motivasi pada diri komunikan terhadap pesan atau kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan.

Dalam

penelitian

ini

organisasi

bertindak

sebagai

komunikatornya. Karakteristik komunikator agar dapat diterima oleh komunikan : 1. Kredibilitas (Effendy, 2000 : 44) : Kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikaan. Terdiri dari 2 faktor yaitu 2

Avalaible @ www.damandirionline.com

14

keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. Keahlian diukur dengan: •

Cerdas. Dapat menerima rangsangan dengan cerdas dan mempunyai inisiatif



Mampu. Dapat menjalankan atau melaksanakan sesuatu dengan baik dan sesuai dengan batas waktu.



Ahli atau banyak tahu. Mempunyai wawasan luas.



Berpengalaman.



Terlatih (Rahkmat, 2001 : 260)

2. Keterpercayaan (Tan, 1981 : 165) adalah tingkat dimana sumber dirasakan termotivasi untuk mengkomunikasikan pendapatnya tanpa prasangka-prasangka. Sementara Rakhmat berpendapat keterpercayaan adalah kesan komunikasi tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Diukur dengan: •

Jujur . Tidak memanipulasi data dan fakta dalam menyampaikan atau berbuat sesuatu.



Tulus. Tidak mengharapkan balas jasa dari perbuatannya.



Adil. Tidak membedakan sesuatu dan menganggap semuanya adalah sama atau setara.

15



Sopan. Ketika berbuat atau menyampaikan sesuatu tidak menyakiti perasaan orang sekitarnya.



Etis. Perbuatan yang dilakukan tidak melanggar normanorma yang berlaku. (Rakhmat, 2001: 260)

3. Daya tarik adalah keadaan yang menunjukkan komunikan melihat komunikator sebagai seseorang yang menyenangkan dalam bentuk peranan yang memuaskan. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator mempunyai sifat-sifat yang menarik, maka akan mendorong keterlibatan keduanya dalam hubungan komunikasi yang menyenangkan. Dengan demikian efektivitas komunikasi yang dilaksanakan oleh pemimpin kegiatan Morning Briefing sebagai komunikator, akan dipengaruhi oleh kesan anggota organisasi terhadap daya tarik komunikator tersebut. Diukur dengan : •

Daya tarik fisik . Yaitu dengan berpenampilan rapi dan bersih,. Daya tarik fisik untuk sebagian besar orang merupakan hal yang objektif.



Kesamaan . Yaitu besarnya persamaan yang didapat dari frame of reference dan frame of experience



Kemampuan.

Dapat

ditandai

dari

pengetahuan. (Rakhmat, 2001 : 261)

pengalaman

dan

16

2. Isi pesan Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber. Pesan memiliki 3 unsur: •

Struktur pesan, ditujukan dengan pola penyampaian pesan secara tersirat ataupun tersurat, pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi).



Gaya pesan, menunjukkan adanya variasi linguistik dalam penyampaian

pesan

(perulangan,

kemudah

dimengertian,

perbendaharaan kata). •

Daya tarik pesan atau appeals pesan, mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung dalam pesan baik secara rasional maupun emosional

(Rakhmat, 2000:63). 3. Intensitas kegiatan Intensitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan. Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi.

17



Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan Morning Briefing



Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan Morning Briefing dari awal hingga akhir

1.6.2.2 Motivasi Kerja Motivasi kerja adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya, serta mengarahkan perilaku pada pelaksanaan tugas-tugas dalam lingkup kerjanya (Husein, 2002: 239). Herzberg mengemukakan bahwa motivasi kerja dapat diukur dengan prestasi (achivement), pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), dan kemajuan (advancement) dalam bekerja (dalam Robbins, 2003 :212). Seseorang yang termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi di mana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep tentang motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja kerja karyawan. Pemenuhan kebutuhan akan pengakuan (recognition) dalam bekerja merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi. Pengakuan merupakan faktor motivasi yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan atau fisik dimana orang tersebut bekerja, yang masuk dalam kompensasi nonfinansial,

18

kebutuhan akan harga diri atau pengakuan lebih bersifat individual atau mencirikan pribadi, ingin dirinya dihargai, atau diakui sesuai dengan kapasitasnya. Tanggung jawab (responsibility)

adalah kewajiban seseorang untuk

melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan baik sesuai dengan pengarahan yang diterima. Setiap orang yang bekerja pada suatu perusahaan atau organisasi ingin dipercaya memegang tanggung jawab yang lebih besar dari pada apa yang telah diperolehnya. Kemajuan kerja (advancement) merupakan pengembangan potensi diri seseorang karyawan dalam melakukan pekerjaan. Setiap karyawan tentunya menghendaki adanya kemajuan atau perubahan dalam pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang berbeda dan bervariasi, tetapi juga posisi yang lebih baik.

1.6.3 Kerangka Operasional 1. Kegiatan Morning Briefing 2. Motivasi Kerja

Variabel x : Kegiatan Morning Briefing Sub variabel x1 : Komunikator Indikator : 1. Kredibilitas komunikator 2. Daya tarik komunikator

19

3. Kekuasaan komunikator Sub variabel x2 : Pesan kegiatan Morning Briefing Indikator : 1. Struktur pesan Morning Briefing 2. Gaya pesan Morning Briefing 3. Appeals pesan Sub variabel x3 : Intensitas kegiatan Indikator : 1. Frekuensi mengikuti kegiatan 2. Durasi mengikuti kegiatan

Variabel y : Motivasi Kerja Sub variabel: y1 : Prestasi Indikator: 1. Pencapaian keberhasilan dalam bekerja Sub variabel y2: Pengakuan Indikator: 1. Keinginan untuk dihargai Sub variabel y3: Tanggung jawab Indikator: 1. Melaksanakan tugas sesuai fungsinya 2. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik

20

Sub variabel y4: Kemajuan Indikator : 1. Pengembangan potensi diri 2. Keinginan meningkatkan kemampuan kerja

1.7 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara komunikator kegiatan Morning briefing dengan prestasi kerja karyawan. 2. Ada hubungan antara komunikator kegiatan Morning Briefing dengan pengakuan kerja karyawan. 3. Ada hubungan antara komunikator kegiatan Morning Briefing, dengan tanggung jawab kerja karyawan. 4. Ada hubungan antara komunikator kegiatan Morning Briefing, dengan kemajuan karyawan. 5. Ada hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan prestasi kerja karyawan. 6. Ada hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan pengakuan kerja karyawan. 7. Ada hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan tanggung jawab kerja karyawan. 8. Ada hubungan antara isi pesan kegiatan Morning Briefing dengan tinggi kemajuan kerja karyawan.

21

9. Ada hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan prestasi kerja karyawan. 10. Ada hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan pengakuan kerja karyawan. 11. Ada hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan tanggung jawab kerja karyawan. 12. Ada hubungan antara intensitas kegiatan Morning Briefing dengan kemajuan kerja karyawan.

1.8 Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif serta menggunakan metode korelasional yang

berusaha mencari hubungan positif antara kegiatan Morning

Briefing sebagai budaya organisasi dengan motivasi kerja karyawan.

1.8.1

Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif,

karena penulis ingin meneliti apakah ada hubungan antara kegiatan Morning Briefing dengan motivasi kerja karyawan. Metode ini dapat membuktikan secara langsung hubungan antara variabel x dengan variabel y, karena langsung menjelaskan hubungan antara variabel, menanyakan kepada responden dengan cara menyebar angket lalu mengujinya dengan variabel. Jika keduanya ada hubungan, maka variabel

22

x berkorelasi positif dengan variabel y, namun sebaliknya jika variabel Y berkorelasi negatif maka tidak ada hubungan.

Teknik Pengumpulan Data Angket Angket adalah pengumpulan data primer melalui daftar pertanyaan yang telah disusun berdasarkan operasionalisasi variabel kepada responden yang telah dipilih, yaitu karyawan ESQ Leadership Center. Angket yang disebar menggunakan pertanyaan tertutup, dengan alternatif jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Wawancara Yaitu mencari informasi dan keterangan dengan cara tatap muka dan melakukan tanya jawab dengan responden seputar masalah yang berhubungan dengan penelitian. Studi Kepustakaan Dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui teori-teori komunikasi yang digunakan dan relevan, serta untuk memperoleh referensi ilmiah yang berkaitan dengan penelitian maupun data yang berhubungan dengan penelitian.

I. 9 Uji Validitas dan Reabilitas 1.9.1 Validitas

23

Validitas merupakan kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur (Rakhmat, 1996 : 19). Teknik penyusunan yang akan digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk yaitu mencari kerangka-kerangka konsep sehingga peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep-konsep yang dipilih. Untuk mencapai validitas tersebut, peneliti menyusun angket berdasarkan permasalahan yang diteliti dengan memperlihatkan instrumen atau alat ukur secara logis berisi sampel yang mencerminkan konsep yang akan diukur serta merujuk pada kepustakaan yang ada. Selain itu pembuatan daftar pertanyaan dan angket disesuaikan dengan kondisi responden. Validitas konstruk (construk validity) yaitu bagaimana alat ukur yang dikembangkan mampu mengemukakan seluruh aspek yang membangun kerangka dari konsep-konsep yang diteliti. Cara-cara yang dilakukan adalah sebagai berikut: i.

Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

ii.

Melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden.

iii.

Mempersiapkan tabulasi jawaban.

iv.

Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Rank Spearman.

Rumus tersebut adalah :

24

Dimana : R (X) : Rangking skor butir pernyataan R (Y) : Rangking dari total jumlah skor keseluruhan butri pernyataan n

: Jumlah sampel untuk uji validitas Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel

peneltian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atau sama dengan 0,30 (Robert M. Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993 : 141).

Dasar pengambilan keputusan : •

v.

Jika r positif, serta r

0,30 maka item pertanyaan tersebut valid.

Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Rank Spearman.

Rumus tersebut adalah :

Dimana : R (X) : Rangking skor butir pernyataan R (Y) : Rangking dari total jumlah skor keseluruhan butri pernyataan n

: Jumlah sampel untuk uji validitas

25

Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atau sama dengan 0,30 (Robert M. Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993 : 141). Dasar pengambilan keputusan : •

Jika rs positif, serta r 0,30 maka item pertanyaan tersebut valid.



Jika rs negatif, serta r 0,30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

1.9. 2 Relialibilitas Untuk mengetahui ketepatan alat ukur yang digunakan adalah teknik belah dua (split half procedure) dari Spearman Brown, yakni alat ukur yang terdiri dari berbagai pertanyaan dibagi-bagi ke dalam butir bernomor ganjil dan genap, sehingga sedapat mungkin belahan berisi item dalam jumlah yang sama banyaknya memiliki taraf kesukaran yang seimbang dan isi yang sebanding. Masing-masing jawaban soal nomor ganjil (X) maupun nomor genap (Y) dijumlahkan kemudian hasilnya dikorelasikan dengan rumus Spearman yang telah dituliskan di atas. Hasil akhirnya menghasilkan korelasi antara belahan pertama dan kedua (rb). Berdasarkan rb tersebut kemudian dilakukan perhitungan terhadap besarnya indeks reliabilitas secara keseluruhan instrumen penelitian dengan menggunakan rumus Spearman Brown :

(Sugiono,

2002 : 122)

26

Dimana : ri : Reliabilitas internal seluruh instrumen. rb : Korelasi product momen antara belah pertama dan kedua. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari sama dengan 0,70 (Robert M. Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993 : 141). Dasar pengambilan keputusan :

1. 10



Jika ri positif, serta r

0,70 maka variabel tersebut reliabel.



Jika ri negatif, serta r

0,70 maka variabel tersebut tidak reliabel.

Teknik Analisis Data Analisis

adalah

pengelompokkan,

membuat

suatu

urutan,

memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca, serta menerangkan sesuatu atau memberikan deskripsi terhadap sesuatu (Nazir, 1987 : 71). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diakumulasikan dan disusun secara sistematis untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan 2 teknik yaitu : 1. Analisa Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan data yang terkumpul untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2002 : 112). Teknik ini memaparkan jawaban responden dalam bentuk tabel frekuensi

27

dan presentase. Tabel-tabel tersebut selanjutnya disertai interpretasi penulis mengetahui makna dari data-data penelitian tersebut. Perhitungan presentase dalam tabel frekuensi dihitung berdasarkan rumus : P Dimana : P : Presentase frekuensi f : Frekuensi kelas n : Jumlah sampel (Supranto, 2000 : 63) 2. Analisis Statistik Inferensial Teknik analisis inferensial bertujuan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiono, 2002 : 113). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang akan diuji masing-masing berskala ordinal, maka koefisien korelasi yang digunakan dihitung berdasarkan rumus Rank Spearman (Spearman Rank Order Correlation), teknik korelasi tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara variable X dan variable Y. Rumus : rs Dimana : rs : Koefisien korelasi Spearman Rank. di : Selisih angka yang dibuat untuk kelompok X dan Y.

28

n : Banyaknya sampel (Siegel, 1997 : 253) Langkah-langkah penggunaan koefisien korelasi Spearman Rank Order (Siegel, 1997 : 250-257) adalah sebagai berikut : 1. Skor data dari variabel X dan Y diberi rangking mulai dari nomor 1 sampai N. 2. Menghitung selisih rangking pasangan (di) dengan rangking X dan rangking Y. 3. Kemudian memperoleh

selisih

rangking

pasangan

dikuadratkan

untuk

dijumlah sampai N kasus guna mendapatkan

.

4. Kadang-kadang dalam penelitian terjadi dua subjek atau lebih mendapat skor yang sama pada variabel yang sama, maka sebelumnya menghitung

dilakukan perhitungan faktor koreksi,

yaitu :

Dimana : T : Faktor koreksi jumlah rangking berkerangka sama. t : Banyaknya data yang berkerangka sama pada rangking tertentu.

29

5. Jika proporsi angka sama dalam observasi-observasi X dan Y dan jumlahnya

besar,

maka

digunakan

rumus

berikut

untuk

menghitung rs Dengan :

Dimana : : Selisih rangking X dan Y untuk setiap jumlah n n

: Jumlah sampel : Jumlah koreksi X : Jumlah koreksi Y

6. Jika n

10, signifikansi suatu harga observasi

ditetapkan

dengan menghitung t yang berkaitan dengan harga tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

30

Dimana derajat kebebasan sama dengan n-2, untuk penelitian ini tingkat signifikansi

ditetapkan sebesar 0,05 pada tabel dua sisi

(two tailed). 1.11 Populasi dan sampel 1.11.1

Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 80). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 500 orang karyawan ESQ Leadership Center . Penentuan besarnya sampel minimal untuk peserta kegiatan Morning Briefing akan diambil menggunakan Yamane.

1.11.2

Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang

dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono 2000:152).

Pada

penelitian ini, teknik sampling yang dipergunakan adalah sampling random strata. Sampling random strata adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil anggota sampel dari populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan strata secara proporsional (Sugiyono 2008 : 82). Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak homogen (heterogen). Stratified

31

proportional random sampling : menggambarkan sifat populasi yang heterogen dan harus dibagi ke dalam strata yang seragam atau homogon, kemudian dari setiap strata diambil sample dengan cara acak. 1. 12 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada karyawan ESQ Leadership Center Jakarta. Penelitian ini dimulai pada akhir bulan April sampai dengan Agustus 2009 atau sampai dengan penelitian ini selesai dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. 2002 Ary Ginanjar Agustian .Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spriritual. Hlm 104, 267, 363, 401 Skripsi. Novita Bakrie.KX00327. Iklim Komunikasi pada panti asuhan di Sadakeling Bandung,

32

Skripsi. Dewi Fauziyah. Hubungan Budaya Organisasi dengan Motivasi Kerja pengurus pesantren. Skripsi. Ervina Herdwiastuty. KX0040561. Hubungan antara kegiatan Employee Gathering “Priok Power Grathering”dengan motivasi kerja karyawan.

Related Documents

Kotak 1 - Copy.docx
December 2019 13
Kotak Jawi[1]
June 2020 0
Kotak Saran.xlsx
May 2020 43
Kotak Prak.krim.docx
November 2019 45