UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI 2014
TESIS
PONTISOMAYA PARAMI NPM 1206301980
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK FEBRUARI 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN 2014
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister
PONTISOMAYA PARAMI NPM : 1206301980
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK FEBRUARI 2014
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NAMA
: PONTISOMAYA PARAMI
NPM
: 1206301980
TANDA TANGAN :
TANGGAL
: 24 Maret 2014
ii
SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, saya :
Nama
: Pontisomaya Parami
NPM
: 1206301980
Program studi
:Kajian Administrasi RumahSakit
Departemen
:Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK)
Fakultas
:Kesehatan Masyarakat
TahunAkademik
: 2012/2013 - 2013/2014
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul
STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN 2014
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan kegiatan plagiat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Depok, 24 Maret 2014
( Pontisomaya Parami)
iii
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh Nama
:
Pontisomaya Parami
Program Studi
:
Pasca Sarjana Program Magister Kajian Administrasi RumahSakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Judul
:
StudiCost Effectiveness Analysis (CEA) PenggunaanTeknikAnestesi Regional Blok Subarachnoid PadaTindakan Mini Laparatomi Di RSUP Sanglah Bali 2014
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Rumah Sakit pada program studi KajianAdministrasi RumahSakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing :
Dr. dr. Sandi Iljanto, MPH
(………………….)
Penguji
:
Dr. drg. MardiatiNadjib, MSc
(………………….)
Penguji
:
Dr. Budi Hartono, SE MARS
(………………….)
Penguji
:
Kurnia Sari, SKM. MSE
(………………….)
Penguji
:
dr. Ni WayanMilawati, MARS
(………………….)
Ditetapkan di Depok Tanggal 24 Maret 2014
iv
KATA PENGANTAR Om Swastiastu Ungkapan syukur kehadapan Ida Shang HyangWidhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya, maka tesis ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya, sebagai syarat dalam memperoleh Gelar Magister Administrasi RumahSakit, Program Kajian Administrasi RumahSakit, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih disampaikan dengan penuh rasa hormat kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, masukan dan nasehat dalam proses pendidikan dan penyusunan tesis ini. Kepada Dr. dr. Sandi Iljanto, MPH, sebagai pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan tesis ini. Kepada Dr. drg. Mardiati Nadjib, MSc sebagai pengajar dan penguji, yang telah sejak awal memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini. Kepada Profesor Doktor Made Wiryana, dokter SpAn. KIC.KAO dan dokter I Ketut Sinardja, SpAn.KIC atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti pendidikan Magister Administrasi Rumah Sakit ini. Serta seluruh rekan-rekan spesialis Anestesi di lingkungan RSUP Sanglah Denpasar atas dukungannya selama mengikuti proses pendidikan ini. Kepada Direktur RSUP Sanglah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, menggunakan data catatan medis dalam pelaksanaan penelitian ini.dr Happy yang telah membantu dalam mengumpulkan data, serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu demi satu. Sembahbakti, rasa hormat dan cinta yang sedalam dalamnya kepada kedua orang tua. Mama & papa tercinta, almarhumah dokter Ni Luh Gede Srinadi M.Repro dan Drs I Ketut Winaya yang dengan penuh cinta kasih telah melahirkan, membesarkan dengan nilai-nilai dasar kehidupan yang baik.Kedua adik tercinta, Nyoman Angling Topan dan Maharainayati, yang selalu memberikan dukungan dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini. Suami tercinta, IB Yoga Puspanta, SE serta putrid tercinta IA Landia Parami Puspanta yang merelakan hilangnya sedikit kebersamaan kita, agar dapat menyelesaikan studi ini. Serta kepada ayah &ibu mertua, IB Sukanta dan IA Puspawati yang selalu memberikan dukungan selama proses pendidikan ini berlangsung. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Akhir kata, penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Om SantiSantiSanti Om
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS _________________________________________________________________ Sebagai civitas Akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Pontisomaya Parami
NPM
: 1206301980
Program studi
:Kajian Administrasi RumahSakit
Departemen
:Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK)
Fakultas
:Kesehatan Masyarakat
JenisKarya
:Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia HakBebas Royalty Non Eksklusif (NonExclusive-Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN 2014 Beserta perangkat yang ada (biladiperlukan).Dengan hak bebas royalty non eksklusif, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih mediakan/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Depok PadaTanggal24 Maret 2014 Yang Menyatakan
Pontisomaya Parami
vi
ABSTRAK Nama
:
Pontisomaya Parami
Program Studi
:
Pasca Sarjana Program Magister Kajian Administrasi RumahSakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Judul
:
Studi Cost Effectiveness Analysis (CEA) PenggunaanTeknikAnestesi Regional Blok Subarachnoid Pada Tindakan Mini Laparatomi Di RSUP Sanglah Bali 2014
Teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah yang paling banyak dilakukan setelah teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) di RSUP Sanglah. Teknik anesthesia regional blok subarachnoid dapat menggantikan teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini laparatomi (appendisectomy dan laparatomi kehamil anektopik). Belum pernah dilakukan studi tentang cost effectiveness analysis (CEA )pada teknik anesthesia regional blok subarachnoid di RSUP Sanglah. Cost diambil dari catatan medis penggunaan obat di ruang operasi dan ruang pemulihan. Outcome (efektifitas) dilihat dari kejadian efek samping pascaoperasi (nyeriakutpascaoperasi, mual muntah pasca operasi / PONV dan menggigil(shivering).Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective dari pada teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamil anektopik) di RSUP Sanglah Bali.
Kata Kunci :Cost Effectiveness Analysis, Regional Anesthesia Blok Subarachnoid, Teknik Anesthesia
vii
ABSTRACT Name
:
Pontisomaya Parami
Study Programme
:
Post Graduate Programme Hospitality And Administration Programme. Faculty of Public Health, University Of Indonesia
Title
:
Cost Effectiveness Analysis Study Regional Block Subarachnoid on Mini laparatomy at RSUP Sanglah Bali 2014
Regional anesthesia blok subarachnoid is the most common anesthesia technique after general anesthesia endotracheal tube at RSUP Sanglah. Regional anesthesia blok subarachnoid can replaced the general anesthesia endotracheal tube for minilaparatomy (appendisectomy& laparotomy ectopic pregnancy) patient. None of report on cost effectiveness analysis for regional anesthesia blok subarachnoid at RSUP Sanglah. Cost were calculated from anesthesia record paper at the operating room and recovery room. Outcome were taken from side effect after operation (acute pain, post operative nausea vomiting and shivering). The result, anesthesia regional blok subarachnoid were more cost effective than general anesthesia endotracheal tube for mini laparotomy (appendisectomy and laparotomy ectopic pregnancy) at RSUP Sanglah Bali.
KeyWords :Cost Effectiveness Analysis, Subarachnoid, Anesthesia Technique
viii
Regional
Anesthesia
Block
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………… HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………. SURAT PERNYATAAN ………………………………………… HALAMAN PENGESAHAN ………………………………… KATA PENGANTAR ………………………………………… HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……... ABSTRAK ………………………………………………………… ABSTRACT ………………………………………………………… DAFTAR ISI………………………………………………………….. DAFTARTABEL ……………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………
i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii
1
PENDAHULUAN………………………………………………. 1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………….. 1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………. 1.3.1 Tujuan umum…………………………………….. 1.3.2 Tujuan khusus …………………………………… 1.5 Manfaat Penelitian………………………………………… 1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………
1 1 5 5 6 6 6 6 7
2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 8 2.1 Teknik Anesthesia…………………………… …… 8 2.1.1 Teknik Anesthesia Regional Blok Subarachnoid Dan Teknik Anesthesia Umum ……………………. 8 2.2 Klasifikasi Pasien Preoperasi…………………………….. 10 2.3 Pengertian Biaya .………………………………………… 11 2.4 Klasifikasi Biaya…………………………………………. 12 2.5 Farmako ekonomi..………………………………………… 15 2.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA) ………………………. 16 2.7 Cost Effectiveness Plane …………………………………. 17 2.8 Farmako ekonomi dalam Anesthesia ……………………… 18 2.9 Cost Containment dalam Managed Care …………………. 19
3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT …………………….. 3.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar …….. 3.2 VisidanMisi RSUPSanglah …………………………….. 3.3 Manajemen dan Struktur Organisasi RSUP Sanglah ……. 3.4 Sarana danPrasarana ……………………………………. 3.5 Gambaran umum tindakan anesthesia di RSUP Sanglah ……
ix
21 21 21 22 28 33
4
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL……………………………………… 4.1 Kerangka konsep ………………………………………….. 4.2 HipotesisNol ……………………………………………….. 4.3 Definisi Operasional Varibel Penelitian ……………………. 4.4 Alur Penelitian. ………………………………………………
37 37 39 39 41
5
METODEPENELITIAN ………..……………………………… 5.1 Desain Penelitian …………………………………………… 5.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 5.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. …………………… 5.3.1 Populasi Penelitian ……………………………… 5.3.2 Kriteria Eksklusi ………………………………. 5.3.3 Sampel Penelitian ………………………………. 5.4 Pengumpulan Data ………………………………………….. 5.5 Teknik Pengolahan Data…………..……………………… 5.5.1 Biaya ………………………………………….. 5.5.2 Efektifitas ……………………………………… 5.6 Analisis Data ……………………………………………… 5.7 Penyajian Data ……………………………………………..
42 42 42 42 42 42 42 43 43 43 44 44 44
6
HASIL PENELITIAN …………………………………………… 6.1 Analisis Data SekunderdanDemografi ……………………. 6.1.1 Pemilihan Sampel …………………………….. 6.1.2 Data Demografi ……………………………….. 6.2. Data tentangBiaya…………………….………………….. 6.3. Data tentang Efektifitas ……………………………………. 6.4 Penyajian Data tentangcost-effectiveness …………………
46 46 46 46 47 49 50
7
PEMBAHASAN …………………………………………………… 7.1 Biayadan Efektifitas ………………………………………… 7.2 Konsekuensi Biaya …………………………………………. 7.3 Perspektif Hasil Studi Cost Effectiveness analysis …………. 7.4 Kelemahan Penelitian ………………………………………..
51 51 55 56 57
8
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 8.1. Kesimpulan ………………………………………………….. 8.2. Saran …………………………………………………………
58 58 59
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… LAMPIRAN1 …………………………………………………………. LAMPIRAN2 …………………………………………………………. LAMPIRAN3 …………………………………………………………. LAMPIRAN4 …………………………………………………………. LAMPIRAN 5 …………………………………………………………. LAMPIRAN6 ………………………………………………………….
x
60 66 68 69 70 71 81
DAFTAR TABEL
Tabel1 Kontra indikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002) ……… 9 Tabel 2 Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember2012…
33
Tabel 3 Teknik Anesthesia di RSUP SanglahJuli – Desember 2012 …………
33
Tabel 4 Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember 2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA
…
35
..…
36
Tabel 5 Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember 2013 berdasarkan cara pembayaran Tabel 6 Menyajikan hasil biaya dan efektifitas
…………………………
45
………………………………….
46
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) …………………………
47
Tabel 7 Karakteristik kelompok penelitian Tabel 8
Tabel 9 Biaya untuk mengatasi efek samping pascaoperasi ………………….
48
Tabel 10 Total biaya anesthesia …………………………………………
48
Tabel 11 Kejadian efek samping di ruang pemulihan …………………………
49
Tabel 12 Data tentang cost effectiveness………………………………………..
xi
50
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005)
…………
14
Gambar 2 Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants……
17
Gambar 3 CEA Plane
…………
18
…………
19
…………
28
…………
38
…………
52
…………
53
………...
55
Gambar 4 Cost-Matrix dalamr umahsakit Gambar 5 Struktur organisasi RSUP Sanglah Gambar 6 Kerangka konsep penelitian Gambar 7 Cost effectiveness grid(Rascati, 2009) Gambar 8 Quadarants in CEA Plane Gambar 9 Decision treedarihasilpenelitian
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR PENGUMPULAN DATA
…………………
66
LAMPIRAN 2 DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA
…………………
68
LAMPIRAN 3 FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA AGEN ANESTHESI INHALASI
…………
69
LAMPIRAN 4 PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI VISUAL ANALOG SCORE
…………
70
…………………
71
…………………
81
LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS STATISTIK LAMPIRAN 6 HASIL TABULASI DATA DASAR
xiii
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Secara umum di bidang kesehatan, biaya merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Pelaku di bidang kesehatan dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya serendah mungkin (cost containment) (Watcha, 1997). Konsep yang menyatakan bahwa biaya yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan sangat besar, bukanlah merupakan hal yang baru. Diseluruh dunia, pemerintahnya selalu berusaha untuk mengendalikan biaya yang dihabiskan oleh pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan biaya rumah sakit, biaya penggunaan obat-obatan serta pembayaran staf medis dan paramedis perlu dievaluasi dengan seksama (Bevan, 2002). Karena pembiayaan kesehatan secara langsung oleh pasien (out of pocket)dianggap lebih mahal,maka berkembanglah sistem pembayaran kesehatan yang lebih baru, antara lain dengan diagnosis-related group (DRG), managed care program dan sistem pembayaran kapitasi dalam pelayanan kesehatan. Pada managed care system terdapat integrasi dalam keuangan dan pelayanan kesehatan, sedangkan pada sistem kapitasi pembayaran diberikan dalam jumlah yang tetap untuk semua pelayanan kesehatan (Watcha, 1997). Managed cared system secara tradisional didefinisikan sebagai sebuah rancangan sistem kesehatan yang terinterasi antara keuangan dan pelayanan kesehatan. Pembayar biasanya memiliki kontrak dengan provider tertentu untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan perjanjian dengan pembiayaan perkapita atau per service. Pada praktek pelaksanaannya, managed care system memiliki berbagai bentuk rancangan, beberapa dengan menggunakan sistem kontrak fee for service, beberapa dengan menggunakan sistem kapitasi dan “gatekeepers” (dokter primer, yang mengawali kontak dan mereferal pasien). Perkembangan managed cared system saat ini merupakan respon dari kepentingan pembayar untuk mengontrol biaya. Tetapi prinsip dibelakangnya adalah agar dapat memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi dan cost effective terhadap sebuah populasi (Sekri, 2000). Universitas Indonesia
2
Indonesia telah memasuki era pelayanan kesehatan dengan managed care system melalui BPJS kesehatan (Ekahospital, Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan dalam Managed Care).Menurut PT Askes dalam persiapan BPJS,managed care system adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan diselenggarakan secara tersinkronisasi dalam kerangka kendali mutu dan biaya, sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dengan biaya yang efisien. Pelaksanaan BPJS menggunakan konsep “gatekeeper”, quality assurance, dengan sistem rujukan yang komprehensif (PT. Askes Persiapan BPJS). Di dalam sebuah rumah sakit, evaluasi pembiayaan ini juga meliputi biaya di ruang operasi, karena merupakan komponen yang menggunakan obat-obatan dan komponen dari sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang dahulu melihat kamar operasi sebagai “profit centers” sekarang melihat mereka sebagai “cost centers” dan berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya perioperative (Sitzman, 2000). Hal ini menyebabkan pemberi layanan anesthesia harus familiar dengan prinsip dasar ekonomi medis dan ikut berperan serta secara aktif dalam mengendalikan biaya dari segi obat, alat, personel untuk tindakan anesthesia. Pemberi layanan anesthesia memiliki banyak kesempatan untuk mengurangi biaya ini, tentu saja dengan tujuan tetap menjaga keseimbangan antara keuntungan, keamanan dan biaya, bukan sekedar untuk menghemat uang (Sitzman, 2000). Fred Orkin pada sebuah jurnal di tahun 1993, mendeskripsikan hal ini sebagai suatu usaha untuk memberikan outcome terbaik bagi pasien, dengan biaya yang reasonable (Johnstone, 1999). Meskipun data di Indonesia belum dapat diperoleh, tetapi pengeluaran yang dikontrol oleh pemberi layanan anesthesia mencakup 3-5 % dari seluruh pelayanan kesehatan di Amerika Serikat (Johnstone, 1993). Sedangkan apabila dilihat dari seluruh biaya rumah sakit, anesthesia memberikan kontribusi sebanyak 6% dengan hampir separuhnya merupakan biaya langsung atau variabel. Sehingga hampir sebanyak 3% dari seluruh biaya rumah sakit merupakan subyek dari keputusan ahli anestesi dan merupakan hal yang potensial untuk dihemat.Selama 4 tahun proyek peningkatan kualitas di ruang operasi University of Michigan Medical Center mampu mencapai penghematan hingga 2,2% dari total biaya rumah sakit (Orkin, 1995). Farmakoekonomi adalah deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan analisa biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan pada suatu sistem pelayanan kesehatan. Terdiri dari tiga area analisis yaitu membandingkan berbagai Universitas Indonesia
3
modalitas terapi, membandingkan efektifitas biaya dari berbagai modalitas terapi, memberikan metoda dan prosedur untuk meningkatkan efektifitas biaya (Bevan 2002).
Secara
spesifik,
tools
yang
dapat
digunakan
untuk
analisa
farmakoekonomiadalah : cost benefits analysis, cost effectiveness analysis, cost of illness analysis, cost minimization analysis, cost utility analysis (Muenning, 2008). Cost effectiveness analysis dapat digunakan untuk melakukan penilaian obyektif tentang biaya dari pelayanan anesthesia, meliputi obat-obatan, peralatan, staf. Menurut WHO cost effectiveness analysis mampu memberikan informasi pada pembuat keputusan, untuk menentukan pilihan tindakan pada pelayanan kesehatan tertentu. Selain itu juga mampu memberikan informasi umum tentang biaya dan keuntungan dari teknik kesehatan tertentu (Rascati, 2009). Cost effectiveness analysis adalah evaluasi ekonomi yang menilai efektifitas dari sejumlah cost (input) dan outcome kesehatan spesifik (output) yang dihasilkan. Cost dinilai dalam ukuran moneter sedangkan outcome dinilai dalam ukuran outcome kesehatan yang umum digunakan (Elliot, 2005). Bagi sebagian besar pasien, pembedahan merupakan hal yang tidak menyenangkan. Pembedahan menyebabkan keterbatasan dalam produktifitas, memerlukan bantuan dari keluarga, menyebabkan keterbatasan dalam lingkungan serta menghambat aktifitas kehidupan normal mereka. Tindakan anesthesia memiliki hubungan yang sangat erat dengan tindakan pembedahan. Selama 50 tahun terakhir, perkembangan dalam obat-obatan dan teknik anesthesia mampu memperbaiki keselamatan dalam pembedahan, menurunkan kejadian efek samping pasca operasi dan menyebabkan pasien pulang lebih cepat dari rumah sakit. Meskipun demikian, obat dan teknik anesthesia yang ada saat ini masih jauh dari sempurna. Masih diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk memperbaiki proses anesthesia dan kenyamanan pasien (Bevan, 2002). Selain mempertimbangkan masalah selama pembedahan, tambahan outcome pasca pembedahan dan anesthesia juga merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat nyeri, mual muntah pasca operasi (post operative nausea and vomiting / PONV)(Meyer, 2010) Biaya medis untuk sebuah tindakan anesthesia tidak hanya terdiri dari biaya untuk obat-obatannya saja. Harus dipikirkan juga biaya sekunder akibat efek samping obat dan biaya untuk staf kamar operasi. Komponen biaya ini dapat dijabarkan sebagai berikut (Golembiewski, 2010) : Universitas Indonesia
•
4
Biaya medis langsung terdiri atas : obat-obatan, alat-alat, waktu yang dihabiskan oleh staf, peralatan, biaya bahan habis pakai.
•
Biaya medis tidak langsung meliputi : biaya akibat efek samping pasca pembedahan dan anesthesia antara lain meliputi nyeri pasca operasi, mual muntah pasca operasi, menggigil.
•
Biaya intangible : meliputi biaya yang ditimbulkan akibat sakit dan penderitaan pasien.
Sedangkan menurut Elliot, 2005, biaya langsung dibedakan dahulu menjadi biaya langsung medis dan biaya langsung non medis. Kemudian biaya langsung medis dibedakan menjadi biaya tetap (untuk bahan dan alat habis pakai), biaya semitetap (untuk tindakan anesthesia) dan biaya variabel (untuk mengatasi efek samping). Tindakan anesthesia secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu teknik anesthesia umum dan teknik anesthesia regional. Masing-masing dari 2 kelompok besar ini memiliki penjabaran lebih lanjut didalamnya. Secara umum, teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid merupakan dua teknik yang paling umum dikerjakan. Pilihan teknik anesthesia tergantung kepada jenis pembedahan dan kondisi pasien. Salah satu tindakan pembedahan yang dapat dikerjakan dengan anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea atau dengan anesthesia regional blok subarachnoid adalah mini laparotomi (Sitzman, 2000). Dengan adanya pilihan teknik anesthesia ini, berkembanglah berbagai penelitian yang melakukan evaluasi dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang diteliti adalah biaya. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa anesthesia spinal menyebabkan pemulihan yang lebih lambat, sehingga meningkatkan biaya (Mulroy, 2000 dan Pavlin, 1998). Tetapi sebuah studi yang lebih baru menunjukkan bahwa anesthesia spinal dan anesthesia umum tidak menyebabkan pemulihan yang berbeda pada pasien yang menjalani pembedahan laparaskopi (Stewart, 2001 dan Lennox, 2001). Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, selama bulan Juli – Desember 2012, teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah dua teknik anesthesia yang paling sering digunakan. Dari seluruh pasien yang menjalani tindakan anesthesia, sebanyak 44,2% dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA
Universitas Indonesia
5
PET) dan 29,7% dengan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Tindakan mini laparatomi merupakan salah satu tindakan pembedahan yang dapat dikerjakan dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) atau teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA). Hingga saat ini di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah belum pernah diteliti apakah ada perbedaan efektifitas pembiayaan pada teknik anestesi umum inhalasi pipa endotrakea dan teknik anestesi regional blok subarachnoid dengan menggunakan pendekatan farmakoekonomi cost effectiveness analysis.
1.2
RUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah
yang ditemukan pada tindakan anesthesia pasien dengan pembedahan mini laparatomi di RSUP Sanglah adalah teknik anesthesia mana yang lebih cost effective, apakah teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GAPET) atau teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA), apabila dilihat dari perspektif penderita dan rumah sakit.
1.3
PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimanakah perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparotomi di RS Sanglah? 2. Bagaimananakah perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah. 3. Bagaimanakah perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah. 4. Bagaimanakah perbedaan waktu untuk mengatasi efek samping antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
Universitas Indonesia
6 1.4
TUJUAN PENELITIAN 1.4.1
Tujuan Umum
:
Mengetahui gambaran umum efektifitas biaya antara teknik anesthesiaumum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RABSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah. 1.4.2
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui perbedaan efektifitas antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid ( RABSA) pada pasien mini laparotomi di RS Sanglah. 2. Mengetahui perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah. 3. Mengetahui perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping tindakan anesthesia antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah. 4. Mengetahui perbedaan waktu untuk mengatasi efek samping tindakan anesthesia antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
1.5
MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi rumah sakit, dapat memberikan informasi umum tentang biaya tindakan anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan biaya tindakan anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparotomi di RSUP Sanglah. 2. Bagi pembayar biaya kesehatan (pasien, pihak asuransi atau pembiayaan ksehatan lainnya) dapat diberikan informasi tentang pilihan teknik anesthesia mana yang biayanya lebih efektif pada tindakan mini laparotomi di RSUP Sanglah. 3. Dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan nasional, melalui badan pelaksana jaminan sosial, dapat dipilih teknik anesthesia yang lebih cost-
Universitas Indonesia
7
effective sesuai dengan sistem pembiayaan managed care untuk tindakan mini laparotomi di RSUP Sanglah. 4. Bagi peneliti, sebagai penerapan langsung ilmu ekonomi kesehatan yang diperoleh pada program studi KARS FKM UI.
1.6
RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian dilakukan pada pasien ASA 1 dan 2 yang telah menjalani
pembedahan mini laparatomi di kamar operasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari catatan medis dan catatan biaya pemakaian obat yang digunakan pada sampel penelitian.
Universitas Indonesia
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teknik Anesthesia Teknik anesthesia secara umum dibedakan menjadi teknik anesthesia umum
dan teknik anesthesia regional. Pemilihan teknik anesthesia ini tergantung pada tipe pembedahan, faktor resiko dari pasien dan pilihan dari pasien itu sendiri. Secara umum bagi pasien, pilihannya dapat berupa anesthesia umum, anesthesia regional atau kombinasi dari kedua teknik tersebut. Teknik anesthesia regional dapat dibagi menjadi teknik anesthesia regional blok saraf perifer, teknik anesthesia regional blok pleksus, teknik anesthesia regional blok intravena dan teknik anesthesia regional blok neuraxial (Avidan, 2003). Neuraxial anestesia merupakan salah satu teknik anesthesia regional. Teknik neuraxial anesthesia dapat berupa teknik epidural anesthesia atau teknik spinal anesthesia. Teknik epidural anesthesia dilakukan dengan memasukkan obat anestesi lokal ke dalam jaringan lemak yang mengelilingi serabut saraf yang berada didalam tulang belakang. Sedangkan teknik spinal anesthesia dilakukan dengan memasukkan obat anestesi local ke dalam cairan serebrospinal yang berada di dalam ruangan subarachnoid (intrathecal space) (Drasner, 2007 ; Duke, 2013). Karena lebih mudah dalam teknik pelaksanaannya dan kebutuhan obat anestesi lokal yang lebih sedikit (sehingga mengurangi kejadian toksisitas obat anestesi lokal) maka teknik anesthesia regional blok subrachnoid menjadi bentuk neuraxial anesthesia yang lebih dominan, apabila dibandingkan dengan teknik anesthesia regional blok epidural sejak abad ke 20 (Duke, 2013).
2.1.1
Teknik Anestesia Regional Blok Subarachnoid dan Teknik Anestesia Umum Teknik anesthesia umum dilakukan dengan menghilangkan kesadaran pasien,
saat
menyediakan
kondisi
lapangan
operasi
yang
adekuat
dengan
tetap
mempertahankan fungsi fisiologis yang esensial. Untuk mencapai hal ini, ahli anestesi akan melakukan strategi yang sesuai dengan kondisi kesehatan fisik pasien preoperasi. Induksi pada anestesi umum biasanya dilakukan dengan obat anestesi intravena (meskipun kadangkala dapat digunakan dengan agen anestesi inhalasi). Pemeliharaan anestesi selama tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan Universitas Indonesia
9
memberikan obat anestesi intravena atau agen anestesi inhalasi. Selama tindakan anesthesia umum, patensi jalan nafas penderita harus dijaga, dapat menggunakan sungkup muka, sungkup laring, atau dengan pemasangan pipa endotrakea (Avidan, 2003). Teknik anestesi regional blok subarachnoid dapat menjadi alternative pilihan yang aman dan efektif bagi tindakan anesthesia umum pada tindakan pembedahan yang sesuai dengan indikasinya. Indikasi untuk tindakan regional anesthesia blok subarachnoid antara lain : untuk pembedahan dengan lokasi pada ekstremitas bawah, perineum atau abdomen bagian bawah (Drasner, 2007; Duke, 2013). Kontraindikasi absolut untuk tindakan spinal anesthesia antara lain : pasien menolak untuk pilihan teknik anesthesia ini, pasien tidak kooperatif, infeksi pada lokasi injeksi, gangguan pembekuan darah, memiliki gangguan berupa obstruksi outflow ventrikel kiri, hipovolemia dan peningkatan tekanan intracranial (Allen, 2002) . Tindakan anesthesia regional blok subarahnoid juga sebaiknya dikerjakan dengan penuh pertimbangan pada pasien multiple sclerosis, bakterimia dan nyeri tulang belakang menahun (Duke, 2013)
Tabel1 Kontraindikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002) Absolute : Pasien menolak Infeksi pada lokasi injeksi Gangguan pembekuan darah Hipovolemia berat Peningkatan tekanan intracranial Severe aortic stenosis Severe mitral stenosis Relative : Sepsis Pasien tidak kooperatif Dengan deficit neurologis Stenosis valvilar heart lesions
Universitas Indonesia
10
Deformitas tulang belakang yang berat Kontroversi : Riwayat pembedahan di lokasi injeksi Tidak mampu berkomunikasi dengan pasien
Pembedahan yang kompleks (durasi lama, perdarahan banyak, manuver pada respirasi)
Persiapan sebelum melakukan tindakan anesthesia regional blok subarachnoid sama seperti persiapan untuk tindakan anesthesia umum. Dimulai dengan pemasangan cairan infus pada akses intravena, kemudian persiapan obat dan alat anesthesia, suplemen oksigen dengan nasal kanula serta persiapan monitor di dalam kamar operasi. Pasien dapat diposisikan lateral decubitus, duduk atau prone (kurang umum). Selanjutnya dilakukan identifikasi dan pemilihan interspace tulang belang yang akan diinjeksi. Umumnya dilakukan tidak dicephalad dari interspace lumbal 3-4. Tindakan anesthesia regional blok subarachnoid dilakukan dengan teknik steril, menggunakan topi, masker dan sarung tangan steril serta alat yang diperlukan telah dipersiapkan steril sebelumnya. Pada lokasi injeksi, kulit dipersiapkan dengan teknik antiseptik. Setelah lokasi injeksi dipersiapkan, obat analgetik lokal disuntikkan untuk mengurangi rasa nyeri di kulit dan jaringan subkutan pada lokasi pilihan. Selanjutnya dengan menggunakan jarum spinal (umumnya digunakan 27 gauge) dilakukan injeksi sampai di ruang subarachnoid (ditandai dengan keluarnya cairan serebrospinal). Selanjutnya sejumlah abat analgetik lokal (sediaan khusus untuk spinal) diinjeksikan kedalam ruang subarachnoid ini (Drasner, 2007).
2.2
Klasifikasi Pasien Preoperasi Status fisik pasien preoperasi sesuai dengan kriteria American Society of
Anaesthesiologists (ASA), dibedakan menjadi seperti dibawah ini (Vacanti, 1970) (Aronson, 2003) : I
pasien yang sehat
II
pasien dengan penyakit sistemik ringan
III
pasien dengan penyakit sistemik berat, tanpa keterbatasan.
Universitas Indonesia
IV
11
pasien dengan penyakit berat & keterbatasan, yang secara konstan mengancam kehidupannya
V
pasien yang tidak dapat bertahan hidup dalam 24 jam dengan atau tanpa pembedahan
Kriteria skor dari ASA banyak dipergunakan sebagai alat untuk membuat keputusan,
evaluasi
performa
saat
melakukan
audit,
alokasi
sumberdaya,
reimbursement dalam pelayanan anesthesia, dan sangat sering disitasi dalam penelitian klinis. Selain itu, kriteria skoring dari ASA ini secara statistik dapat menunjukkan angka mortalitas perioperatif sebanyak 0 – 0.3% (ASA I), 0.3 – 1.4% (ASA II), 1.8 – 4.5% (ASA III), 1.8 – 4.5% (ASA IV), 9.4 – 57.8% (ASA V) (Daabiss, 2011). Kriteria skor dari ASA mampu memprediksi penggunaan sumber daya pasca operasi dan angka kematian pada beberapa pembedahan (Daabiss, 2011). Selain itu, menurut Wolters (1996), terdapat hubungan yang erat antara klasifikasi skor ASA dan variabel perioperatif (kehilangan darah perioperatif, durasi ventilasi dan perawatan di ruang intensif), komplikasi pasca operasi dan angka kematian. Karena terdapat perbedaan dalam alokasi sumber daya, perbedaan dalam angka mortalitas dan variabel perioperatif bagi pasien ASA III keatas, pemilihan sampel penelitian biasanya dibatasi pada pasien ASA I dan II. Selain itu studi menunjukkan bahwa sebagian besar pasien preoperasi adalah termasuk dalam ASA II atau III (>75%) (Wolters, 1996).
2.3
Pengertian Biaya Biaya adalah sejumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
suatu produk atau layanan, sehingga sumber daya ini tidak dapat digunakan lagi untuk menghasilkan produk atau layanan yang lainnya. Berdasarkan teori ekonomi, biaya yang “sebenarnya” adalah “opportunity cost”. Selanjutnya, “Opportunity cost” adalah sejumlah nilai yang hilang yang mampu dihasilkan apabila sumber daya itu digunakan untuk produksi atau menghasilkan sebuah layanan yang terbaik. Ini terjadi karena sumber daya itu tidak mampu digunakan untuk menghasilkan produk atau layanan terbaik (Rascati,2009). Sedangkan menurut McCrone (1998) biaya adalah sesuatu yang terjadi saat adanya produksi yang memerlukan sumber daya, dimana sumber daya ini sebenarnya Universitas Indonesia
12
dapat digunakan untuk produksi lainnya. “Opportunity cost” dinyatakan sebagai besarnya nilai yang hilang akibat sumber daya digunakan untuk sebuah produksi sehingga tidak bisa digunakan untuk produksi barang atau layanan lainnya. Menurut Elliot (2005)“opportunity cost” adalah kegunaan yang dapat dihasilkan dari penggunaan terbaik sebuah sumber daya. Menurut Hansen & Mowen (2000), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi. Definisi diatas memberikan pemahaman bahwa biaya merupakan sejumlah nilai yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa, dimana pengorbanan tersebut diukur dengan berkurangnya harta atau bertambahnya kewajiban pada saat perolehan.
2.4
Klasifikasi Biaya Biaya adalah sejumlah pengorbanan sebagai harga yang harus dibayar untuk
mengganti penggunaan sumberdaya yang tidak dapat digunakan kembali (Watcha, 1997). Menurut Elliot (2005) dalam buku Essensial of Economic Evaluation in Healthcare, dalam ruang lingkup ekonomi terdapat berbagai macam klasifikasi biaya. seperti dibawah ini: •
Biaya langsung Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan intervensi kesehatan. Dibedakan menjadi biaya medis langsung dan biaya non medis langsung. Biaya medis langsung dibedakan menjadi biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya semitetap. Biaya tetap Adalah biaya yang tetap dihabiskan pada saat adanya pelayanan kesehatan ataupun tidak ada pelayanan kesehatan. Biaya ini termasuk biaya pembangunan gedung, biaya untuk pencahayaan (lampu), biaya kebersihan dan biaya AC. Biaya variabel Biaya ini terjadi akibat suatu pelayanan kesehatan. Biaya ini termasuk pemeriksaan pemunjang, obat-obatan, produk darah dan bahan sekali pakai.
Universitas Indonesia
13 Biaya semitetap Biaya ini cenderung meningkat dengan adanya peningkatan aktifitas. Misalnya adalah biaya staf yang meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah pasien yang sangat banyak. •
Biaya tidak langsung Dalam buku ini menurut Hodgeson (1994) menyatakan bahwa biaya tidak langsung adalah biaya yang diperlukan oleh lingkungan sosial akibat kehilangan produktifitas akibat suatu kejadian sakit. Antara lain biaya mengganti waktu yang diperlukan untuk pergi ke rumah sakit, biaya untuk menyuruh orang menjaga rumah, biaya yang diperlukan oleh keluarga akibat sisakit tidak bisa bekerja, dan lainnya. Biaya ini sulit untuk dinilai sehingga seringkali tidak diperhitungkan dalam studi ekonomi.
•
Biaya intangible Biaya ini sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk diukur, tetapi tetap terjadi sehingga harus kita identifikasi. Misalnya rasa cemas, nyeri dan penderitaan akibat kesakitan.
Universitas Indonesia
14 Gambar 1 Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005)
TOTAL COST
DIRECT COST
DIRECT MEDICALCOST
FIXED COST
INDIRECT COST
INTANGIBLE COST
DIRECT NON-MEDICAL COST
SEMIFIXED COST
VARIABEL COST
Ada dua cara dalam mengumpulkan data tentang biaya, yaitu “top down” atau “bottom up”, hal ini juga disebut dengan microcosting. “Top down” mempelajari total budget untuk memperoleh biaya rata-rata per pasien. Metode ini paling cepat tetapi mengasumsikan bahwa setip pasien memiliki diagnosis yang sama, tingkat keparahan dan terapi yang sama. Biaya yang didapatkan dari metode ini tidak sensitif apabila ada perubahan dalam terapi. “Bottom up” studi mengukur sumber daya yang digunakan oleh masing-masing pasien sehingga mampu menunjukkan adanya perbedaan terapi pada masing-masing pasien. Metode ini lebih baik untuk menunjukkan biaya, tetapi mungkin lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengerjakannya. “Bottom up” cost dapat menunjukkan sumber daya yang digunakan melalui studi observasional, selanjutnya dapat menentukan cost dan dapat Universitas Indonesia
15
digunakan untuk evaluasi ekonomi. Sumber daya ini diukur dalam unit fungsional misalnya waktu yang dihabiskan oleh staf atau jumlah obat yang diberikan. (Elliot, 2005) Selanjutnya adalah hal penting untuk membedakan antara biaya riil dan harga yang digunakan pada sebuah intervensi.
Harga riil menunjukkan konsumsi
sumberdaya yang dihabiskan oleh sebuah intervensi, sehingga ini sesuai dengan perkiraan “opportunity cost”. (Elliot, 2005). Sedangkan menurut Feldstein (1981) dalam buku oleh Elliot (2005),
harga yang digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan seringkali merupakan subsidi akibat kehilangan profit dari servis yang lainnya, pada saat bersamaan merupakan surplus dari sebuah servis untuk pertumbuhan finansial yang baru.
2.5
Farmakoekonomi Farmakoekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi kesehatan. Awalnya
digunakan pada literatur ilmu ekonomi di tahun 1960 (Gattani, 2009). Farmakoekonomi adalah deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan analisa biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan pada suatu sistem pelayanan kesehatan (Gattani, 2009) (Bevan, 2002). Farmakoekonomi terdiri dari tiga area analysis yaitu membandingkan berbagai modalitas terapi, membandingkan efektifitas biaya dari berbagai modalitas terapi, memberikan metoda dan prosedur untuk meningkatkan efektifitas biaya. Secara spesifik, tools yang dapat digunakan untuk analisa farmakoekonomi adalah : cost benefits analysis (CBA), cost effectiveness analysis (CEA), cost of illness analysis, cost minimization analysis (CMA), cost utility analysis (CUA) (Bevan, 2002) Cost minimization adalah membandingkan biaya dari berbagai alternatif terapi tanpa mempertimbangkan outcome yang berhubungan dengan efek samping yang terjadi (dalam anesthesia misalnya efek samping muntah, sadar yang terlambat dan sebagainya) (Watcha, 1997). Hasil sintesisnya adalah berupa kesimpulan, berapakah tambahan biaya untuk terapi A dibandingkan dengan B? (Gattani, 2009). Cost benefit analysis adalah mengukur keuntungan (benefit) dari sebuah intervensi (dalam ukuran moneter) (Watcha, 1997). Cost effectiveness analysis menunjukkan biaya dari sebuah intervensi dalam unit keberhasilan atau efektifitas. Analisis ini lebih sering digunakan dalam bidang kesehatan karena kesulitan untuk menerjemahkan outcome ke dalam nilai moneter Universitas Indonesia
16
(Watcha, 1997). CEA tidak memungkinkan untuk digunakan pada dua alternative berbeda dengan outcome yang tidak sama (Gattani, 2009).
Cost utility analysis hampir sama dengan cost effectiveness analysis, tetapi ukuran outcome ditunjukkan dalam quality of adjusted life years (QALY) (Watcha, 1997). Komponen dari evaluasi ekonomi kesehatan adalah input (biaya) dan output (keuntungan atau outcome) dari sebuah intervensi kesehatan. Oleh karena itu evaluasi ekonomi memerlukan identifikasi sistematis dari biaya dan output (dapat berupa efektifitas, utility atau nilai moneter). (Elliot, 2005)
2.6
Cost Effectiveness Analysis (CEA) Cost effectiveness analysis adalah penilaian obyektif tentang biaya dari
pelayanan anesthesia, meliputi obat-obatan, peralatan, staf. Menurut WHO cost effectiveness analysis mampu memberikan informasi pada pembuat keputusan, untuk menentukan pilihan tindakan pada pelayanan kesehatan tertentu. Selain itu juga mampu memberikan informasi umum tentang biaya dan keuntungan dari teknik kesehatan tertentu (Sitzman, 2000) (Sorkin,1984) Cost effectiveness analysis (CEA) mengukur biaya dalam moneter dan outcome dalam unit kesehatan natural yang dapat menunjukkan perbaikan status kesehatan. Outcome ini biasanya ditunjukkan dalam ukuran angka harapan hidup atau angka kesakitan yang dapat dihindari untuk terjadi. (Rascati, 2009)(Arnorld,2010) Secara umum tujuan dari cost effectiveness analysis (CEA) adalah untuk memberikan sebuah hasil pengukuran, yaitu Incremental Cost Efffectiveness Ratio (ICER) yang dapat menunjukkan jumlah keuntungan yang mampu dihasilkan oleh suatu tindakan medis tertentu, dibandingkan dengan tindakan lainnya. Dalam konsep farmakoekonomi,
perbedaan biaya (pembilang) dinilai dalam ukuran moneter,
sedangkan outcome (penyebut) bukan dalam ukuran moneter (Arnold, 2010).
ICER =
COST option2 – Cost option 1 --------------------------------------------------------------EFFECTIVENESSoption2 – EFFECTIVENESSoption1
Universitas Indonesia
Gambar 2
17
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants
2.7
Cost Effectiveness Plane Analisis farmakoekonomi bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar
outcome kesehatan yang dapat diperoleh untuk sejumlah finansial yang dihabiskan. Keterbatasan sumber daya seringkali menyebabkab kita harus menentukan diantara berbagai pilihan medis yang ada. Cost-effectiveness plane menggambarkan posisi pilihan tindakan medis dari aspek biaya dan efektifitas. Gambaran ini akan membantu kita untuk menentukan pilihan tindakan medis yang dipilih dipertimbangkan dari kedua aspek ini. Cost-effectiveness plane biasanya digambarkan dalam axis y dan x. Pada axis y adalah perbedaan biaya (atau incremental cost) diantara dua pilihan pada axis x.
Universitas Indonesia
18
Gambar 3 CEA Plane
2.8
Farmakoekonomi Dalam Anesthesia Di dalam sebuah rumah sakit, evaluasi pembiayaan ini juga meliputi tindakan
anesthesi, karena merupakan komponen yang menggunakan obat-obatan dan komponen dari sebuah rumah sakit. Hal yang umum terjadi adalah diminta untuk melakukan tindakan dengan biaya minimal tetapi tetap disertai dengan kualitas dan pertimbangan patient safety. Analisis ekonomi untuk tindakan anesthesia terdiri atas input (biaya) dan outcome (efektifitas). Biaya tidak hanya terdiri dari biaya untuk obat-obatannya saja. Harus dipikirkan juga biaya sekunder akibat efek samping obat dan biaya untuk staf kamar operasi (Phillips, 2009; Alagia, 2010). Biaya langsung terdiri atas biaya tetap, biaya semitetap dan biaya variable. Biaya tetap dianggap sama pada kedua kelompok. Biaya langsung yang diukur untuk
Universitas Indonesia
19
tindakan anesthesia adalah obat dan alat yang digunakan selama tindakan anesthesia dan yang digunakan untuk mengatasi efek samping anesthesia (Golembiewski, 2010). Efektifitas (outcome) dinilai berupa proporsi kejadian efek samping yang dapat dihindari serta lama berada di ruang pemulihan. Efek samping yang dinilai adalah nyeri akut pasca operasi, PONV (Post Operatif Nausea Vomitting) dan shivering (menggigil) (Meyer, 2010). Gambar dibawah ini dapat menunjukkan latar belakang pekerjaan beserta “cost-center” dan pembiayaan pada level pasien. Gambaran ini juga menunjukkan posisi anesthesia dalam pembiayaan rumah sakit (Vogl, 2012).
Gambar 4 Cost-Matrix dalam rumah sakit
2.9
Cost Containment dalam Managed Care Secara teknis, pelayanan kesehatan merupakan produk jasa yang harus
diberikan sesuai dengan standar teknologi kedokteran. Semakin berkembangnya Universitas Indonesia
20
teknologi kedokteran di dunia saat ini, berdampak terhadap melonjaknya pembiayaan. Keadaan ini merupakan konsekuensi logis yang sekaligus merupakan tekanan berat bagi manajemen rumah sakit dan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan individu di rumah sakit (IMRS PERSI, 2011). Pembiayaan kesehatan yang terus meningkat, menyebabkan asuransi kesehatan menjadi hal yang dibutuhkan. Dalam asuransi kesehatan, sistem managed care menjadi salah satu alternatif.Managed care merupakan suatu sistem yang terintegrasi dalam pembiayaan dan layanan kesehatan dengan menggunakan salah satu atau lebih elemen berikut : seleksi unit layanan harus memenuhi standar, pelaksanaan program dalam rangka perbaikan mutu, menekankan agar peserta tetap sehat sehingga utilisasi berkurang, insentif bagi para peserta untuk menggunakan unit layanan yang telah ditentukan (Hosizah, 2011). Faktor utama dalam managed care yang harus dilakukan adalah : mengelola pembiayaan dan pemberian jasa kesehatan, penggunaan teknik kendali biaya (cost containment), membagi resiko keuangan antara provider dan asuransi, mengatur dan mengelola utilisasi dari layanan kesehatan (Hosizah, 2011). Indonesia telah memasuki era pelayanan kesehatan dengan managed care system melalui BPJS kesehatan (Ekahospital, Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan dalam Managed Care). Menurut PT Askes dalam persiapan BPJS, managed care system adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan diselenggarakan secara tersinkronisasi dalam kerangka kendali mutu dan biaya, sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dengan biaya yang efisien (PT. Askes Persiapan BPJS). Cost containmentyang memiliki arti sebagai usaha penekanan atau pengendalian pembiayaan terhadap berbagai aspek dalam rumah sakit, mulai dari kepegawaian, infrastruktur, peralatan, obat-obatan, bahan habis pakai dan lain sebagainya, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam sistem managed care (Sinuraya, 2012).
Universitas Indonesia
21
BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
3.1
Profil Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959,
saat itu RSUP Sanglah memiliki kapasitas 150 tempat tidur. Bekerjasama dengan FK Unud sebagai RS Pendidikan pada tahun 1962. Pada tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk Bali, NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978). Selanjutnya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali perubahan status, pada tahun
1993
menjadi
rumah
sakit
swadana
(SK
Menkes
No.
1133/Menkes/SK/VI/1994). Pada tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tgl 11 Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005.
3.2.
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah 3.2.1
Visi
”Menjadi RS Indonesia Kelas Dunia untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mendiri dan Berkeadilan” 3.2.2
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat 2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang profesional dan nasionalis. 3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan 3.2.3
Sasaran
1. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
Universitas Indonesia
22
2. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesialis disemua SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya. 3. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas, terdokumentasi dan dipublikasikan ke seluruh dunia. 3.2.4
Falsafah
Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Bidang Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian. 3.2.5
Tujuan
Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna, dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkelas dunia agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 3.2.6
Kebijakan Mutu
Pelayanan yang holistik dan paripurna dengan mengutamakan kepuasan pelanggan, aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 3.2.7
Motto
Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami
3.3
Manajemen dan Struktur Organisasi RSUP Sanglah Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 167 /Menkes/
Per /XII 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat, maka RSUP Sanglah Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama.
3.3.1
Manajemen RSUP Sanglah
Direktur Utama : Dr. Anak Ayu Sri Saraswati, M.kes Direktur Medik & Keperawatan : Dr.AA Ngurah Jaya Kusuma, SpOG(K), MARS Direktur SDM dan Pendidikan: Drg.Triputro Nugroho, M.Kes Direktur Keuangan : Ni Nyoman Rupini, SH, MARS Direktur Umum dan Operasional : Dr. I Gusti Lanang Suartana, MM
Universitas Indonesia
3.3.2 •
Struktur Organisasi RSUP Sanglah Denpasar :
23
Sebagai rumah sakit pendidikan kelas A, RSUP Sanglah Denpasar dipimpin oleh direktur utama yang dibantu oleh direktur keuangan, direktur pelayanan, direktur sumber daya manusia dan direktur umum operasional. Pejabat dibawah direktur terdiri dari kepala bidang, kepala bagian, kepala seksi dan kepala sub bagian.
•
Dewan pengawas adalah dewan yang mewakili pemilik, yang terdiri dari ketua dan anggota, yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan rumah sakit yang dilakukan oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengelolaan rumah sakit.
•
Satuan pemeriksa intern (SPI) adalah unit kerja yang berkedudukan dibawah pimpinan rumah sakit yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
•
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya berasal dari ketua-ketua staf medik fungsional (SMF) atau yang mewakili secara tetap, yang berada dan bertanggung jawab kepada direktur utama.
•
Komite keperawatan adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi keperawatan dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan rumah sakit.
•
Komite etik dan hukum adalah wadah non-struktural yang bertugas memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun dan merumuskan medikoetikolegal dan etika pelayanan rumah sakit, penyelesaian
masalah
etika
rumah
sakit,
pemeliharaan
etika
penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan “hospital bylaws” dan “medical staf bylaws”, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di Rumah Sakit Umum pusat Sanglah Denpasar. •
Staf Medik Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter dan / dokter spesialis serta dokter gigi dan / dokter gigi spesialis yang melakukan pelayanan dan telah disetujui serta diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan profesi masing-masing di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Universitas Indonesia
24
3.3.2.1 Direktorat Medik dan Keperawatan
Dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama yang terdiri dari : a.
b.
c.
d.
Bidang Pelayanan Medik : •
Seksi Pelayanan Medik Rawat Jalan
•
Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap
•
Seksi Pelayanan Medik Rawat Khusus
Bidang Pelayanan Keperawatan : •
Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan
•
Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap
•
Seksi Keperawatan Rawat Khusus
Bidang Pelayanan Penunjang : •
Seksi Pelayanan Penunjang Medik
•
Seksi Pelayanan Peninjang Non Medik
Unit-unit Non Struktural : •
Instalasi Rawat Jalan
•
Instalasi Rawat Darurat
•
Instalasi Rawat Inap A
•
Instalasi Rawat Inap B
•
Instalasi Rawat Inap C
•
Instalasi Rawat Inap D
•
Instalasi Rawat Inap Intensif
•
Instalasi Bedah Sentral
•
Instalasi Rehabilitasi Medik
•
Instalasi Laboratorium Klinik
•
Instalasi Radiologi
•
Instalasi Farmasi
•
Instalasi Paviliun Amerta (Wing Internasional)
•
Instalasi Geriatri
•
Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
•
Instalasi Gizi
•
Instalasi Patologi Anatomi
Universitas Indonesia
25 `
3.3.2.2 Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama terdiri dari : a.
b.
Bagian Sumber Daya Manusia •
Sub Bagian Administrasi Kepegawaian
•
Sub Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bagian Pendidikan dan Peneitian •
Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Medik
•
Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Keperawatan dan Non Medik
c.
Unit-unit Non Struktural •
Instalasi Sterilisasi Sentral
•
Instalasi Binatu
3.3.2.3 Direktorat keuangan Dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama terdiri dari : a.
b.
c.
Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran : •
Sub Bagian Penyusunan Anggaran
•
Sub Bagian Evaluasi Anggaran
Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana : •
Sub Bagian Perbendaharaan
•
Sub Bagian Mobilisasi Dana
Bagian Akuntasi dan Verifikasi •
Sub Bagian Akuntansi Keuangan
•
Sub Bagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi
3.3.2.4 Direktorat Umum dan Operasional Dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama terdiri dari : a.
b.
Bagian Umum : •
Sub Bagian Tata Usaha
•
Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga
Bagian perencanaan dan Evaluasi :
Universitas Indonesia
c.
d.
•
Sub Bagian Perencanaan
•
Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan
26
Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat : •
Sub Bagian Hukum
•
Sub Bagian Hubungan Masyarakat
•
Sub Bagian Pemasaran dan Pelayanan Langganan
Unit – unit Non Struktural : •
Instalasi Kedokteran Forensik
•
Instalasi Rekam Medik
•
Instalasi Pengamanan dan Penertiban Lingkungan
•
Instalasi Pemeliharaan Prasarana, Gedung & Sanitasi
•
Instalasi Sarana Medik, Non Medik, & Perbengkelan
•
Instalasi EDP
3.3.2.5 Unit-unit Non Struktural terdiri dari : •
Dewan Pengawas
•
Komite Medik
•
Komite Etik dan Hukum
•
Komite Keperawatan
•
Satuan Pemeriksa Intern
3.3.2.6 Staf Medik Fungsional SMF ( Staf Medis Fungsional ) •
Bedah Umum
•
Orthopedi dan Traumatologi
•
Bedah Saraf
•
Urologi
•
Rehabilitasi Medis
•
Patologi Klinik
•
Gigi dan Mulut
•
Obstetri dan Gynecologi
•
Kulit dan Kelamin
•
Patologi Anatomi
•
Penyakit Dalam
•
Anak
•
Mata
Universitas Indonesia
•
Forensik
•
Psikiatri
•
Radiologi
•
Kardiovaskuler
•
Neurologi
•
Anestesi
•
THT-KL
•
Mikrobiologi
•
Dokter Umum
27
3.3.2.7 Instalasi di RSUP Sanglah •
Instalasi Rawat Jalan
•
Instalasi Rawat Darurat
•
Instalasi Rawat Inap A
•
Instalasi Rawat Inap B
•
Instalasi Rawat Inap C
•
Instalasi Rawat Inap D
•
Instalasi Rawat Inap Intensif
•
Instalasi Bedah Sentral
•
Instalasi Sterilisasi Sentral
•
Instalasi Kedokteran Forensik
•
IPS Prasarana Gedung & Sanitasi
•
IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan
•
Instalasi Farmasi
•
Instalasi Geriatri
•
Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
•
Instalasi Rehabilitasi Medis
•
Instalasi Radiologi
•
InstalasiPatologi Klinik
•
Instalasi Patologi Anatomi
•
Instalasi Mikrobiologi
•
Instalasi Paviliun Amertha
•
Instalasi Gizi
•
Instalasi Binatu
•
Instalasi Rekam Medik Universitas Indonesia
•
Instalasi Pengamanan & Ketertiban Lingkungan
•
Instalasi EDP
•
Instalasi Hemodialisa.
28
Gambar 5 Struktur organisasi RSUP Sanglah
3.4
Sarana dan Prasarana
3.4.1
Sarana dan Prasarana Dasar •
Luas area (13,5 Ha), terdiri dari : gedung pelayanan medis (44,83%), gedung penunjang dan pendidikan (29,67%), gedung administrasi (4,45%), taman/halaman/jalan/tempat parkir (21,04%), tempat ibadah (0,01%)
•
Kapasitas listrik sebanyak 2.550 KVA berasal dari jaringan PLN serta 2000 KVA dari 3 unit genzet.
Universitas Indonesia
•
29
Sarana komunikasi terdiri atas : telepon (PABX system) dan nurse call, radio panggil dengan repeater khusus, paging system seta SIM-RS (billing system).
•
Sumber air bersih berasal dari PAM (4 titik dengan kapasitas 28,8 liter/detik), Sumur bor (3 buah dengan kapasitas 13,3 liter/detik) serta reservoar (2 buah dengan daya tampung 120m3)
•
Sarana pengelolaan limbah RS berupa incenerator (1 unit dengan 2 burner), IPAL (3 buah), Produsen kompos (1 buah).
•
Sarana pencegaha kebakaran berupa alarm, alat pemadam api ringan (240 buah), serta hydrant kebakaran (40 unit).
3.4.2
Sarana / Fasilitas Medis •
CT Scan single dan multislice
•
USG Color Doppler 3-4 dimensi dan endoskopi
•
ESWL – Echocardiografi
•
ECG – treadmill
•
EEG – Laparaskopi
•
Angiografi – TUR
•
Bone Marrow Densitometer – EMG
•
Cath lab
•
Alat rehab medis
•
Alat hemodialisa
•
Endoskopi
•
Dental kit
•
Kolposkopi
•
Laparaskopi
•
Alat lab
•
Alat bayi tabung
•
Alat ICU (ventilator, ECG monitor, syringe pump, dll)
•
Radioterapi (Cobalt 60, brachiterapi) – holter
•
Intervensi radiologi C Arm 10
•
Argon Laser biometri B scan
•
General X ray
•
Hyperbaric Chamber
Universitas Indonesia
3.4.3
30
Sarana Fasilitas Non Medis •
Peralatan gizi
•
Peralatan sterilisasi
•
Peralatan laundry
•
Incenerator
•
Morgue post mortem table
•
ambulance
•
Mobil Jenazah
•
Mobil operasional
•
Motor operasional
3.4.4 Jumlah Tempat Tidur No
Nama ruangan
Jumlah TT
1 2
Paviliun Amerta IRNA A Mahottama Sanjiwani Wijaya Kusuma Flamboyan IRNA B Bakung Barat Bakung Timur Cempaka Timur Cempaka Barat Anggrek Jempiring Pudak IRNA C Angsoka I Angsoka II Angsoka III Gadung Kamboja IRNA D Lely Mawar
28
3
4
5
Jumlah paramedis 41
Jumlah tenaga perawat jaga 7
Ratio perawat jaga dengan TT 1 : 3,6
25 16 16 28
33 19 18 19
7 5 4 4
1: 3,6 1: 3 1 : 4,5 1:7
28 29 20 40 16 40 20
23 16 14 23 18 21 17
5 3-4 3 5 4 5 3
1 : 5,6 1 : 6,7 1:6 1 : 7,5 1 : 3,2 1:8 1 : 5,5
45 39 45 18 24
24 24 23 12 12
5 5 5 3 3
1 : 9,6 1 : 8,4 1 : 9,6 1 : 6,7 1:9
28 32
17 18
4 4
1:7 1:8
Universitas Indonesia
6
7
3.4.5
Nusa Indah Naga Sari IRIT (intensif terpadu) Luka Bakar ICU ICCU Instalasi Geriatri Gandasturi Total
31
23 10
20 11
4 4
1 : 5,8 1 : 3,8
15 10 7
21 24 17
4 5 3
1:4 1:2 1 : 1,8
11 704
12
3
1 : 4,1
Sumber Daya Manusia Data Status Ketenagaan pada Bulan Desember 2012 : Status Tenaga BLU
No Jenis Tenaga
BLU PNS I Medis 204 1 Dokter Spesialis 141 2 Dokter Umum 53 3 Dokter Gigi 10 4 Dokter Bsb 0 5 Dokter Residen 0 Ii Tenaga Keperawatan 741 Iii Tenaga Non Keperawatan 217 1 Farmasi/ Apoteker 39 2 Pisikologi 3 3 Kesehatan Masyarakat 9 4 Analis 37 5 Gizi 40 6 Radiologi 24 7 Sanitarian 8 8 Fisioterapi 6 9 Tenaga Lain 31 Iv Tenaga Non Medis 604 1 Manajemen 41 2 Staf Administrasi 321 3 Keamanan 28 4 Pekarya 214 Jumlah 1766
BLU Non PNS 1 1 0 0 0 0 294 104 37 1 5 7 22 6 4 1 21 376 0 231 26 119 775
PNS Pengabdi PTT Diknas Akademik 16 10 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
8 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
11 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
Res. Tgs Total Belajar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Universitas Indonesia
50 270 53 16 11 0 1035 321 6 4 4 44 62 0 22 7 52 80 1 52 54 33 686
32
3.4.6
HASIL KEGIATAN TAHUN 2012 Distribusi pasien berdasarkan jenis pelayanan dan tahun anggaran Tahun anggaran
No Jenis pelayanan 1
2 3
4
5
6
7
8
Rawat Jalan Jumlah Kunjungan 1. Poliklinik 2. WA 3. IRD Rawat Inap ( BOR ) Kegiatan Operasi Jumlah Operasi 1. IBS 2. IRD 3. WA Pelayanan Radiologi Jumlah Kunjungan Radiologi 1. Inst Radiologi 2. IRD 3. WA Pelayanan Laboratorium 1. Jumlah Tindakan 2. Jumlah Pasien Pelayanan Hemodialisa 1. Jumlah Tindakan 2. Jumlah Pasien Pelayanan Jamkesmas 1. Pasien a. Rawat Inap b. Rawat Jalan 2. Kunjungan a. Rawat Inap b. Rawat Jalan Kunjungan JKBM 1) Rawat Jalan 2) Rawat Inap
Jan s/d Des 2011
Jan s/d Des 2012
Selisih (%)
194.886 49.420 65.820 81,34
191.029 50.009 59.734 82,38
1,97 1,19 9,24 1,27
11.427 5.883 3.513 2.031
10.871 5.739 3.303 1.829
4,86 2,44 5,97 9,94
63.961 16.264 38.483 9.214
61.863 17.988 33.695 10.180
3,28 10,60 12,44 10,48
942.633 215.969
973.684 212.888
3,29 1,42
21.053 3.556
26.056 4.083
23,76 14,82
7.434 9.454
10.610 9.841
42,72 4,09
8.057 29.088
11.248 29.599
39,60 1,75
21.605 6.129
20.969 10.199
2,94 66,40
Universitas Indonesia
3.5
33
GAMBARAN UMUM TINDAKAN ANESTHESIA DI RSUP SANGLAH
Selama bulan Juli - Desember tahun 2012, dari tiga area kamar operasi di lingkungan RSUP Sanglah Denpasar dilakukan sebanyak 532 tindakan bedah mini laparatomi. Tindakan bedah mini laparatomi ini meliputi tindakan apendisectomy, herniotomy, laparatomi kehamilan ektopik terganggu (KET), tubektomy (MOW).
Tabel 2 Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember 2012
Kamar operasi
Kamar operasi
Kamar operasi
TOTAL
IRD
IBS
WING
Appendisectomie
138
12
37
187
Herniotomy
21
21
54
96
Laparatomi KET
54
51
-
105
Tubektomy
-
144
-
144
JUMLAH
213
228
91
532
Tabel 3 Teknik Anesthesia di RSUP Sanglah Juli – Desember 2012 Kamar operasi IRD Kategori Jumlah L 513 P 558 DEWASA ANAK
981 90
GA-OTT GA-FM GA-LMA RA-BSA RA-Epid RA-CSE OTT-Epid GA-IV TOTAL
591 6 18 447 3 0 0 6 1071
Universitas Indonesia
34
Kategori L P
Kamar Operasi WING OBGYN BEDAH ORTO 0 97 174 564 100 78
TOTAL 271 742
DEWASA ANAK
564 0
176 21
225 27
965 48
GA-OTT GA-FM GA-LMA RA-BSA RA-Epid RA-CSE OTT-Epid GA-IV
66 0 0 489 0 6 3 0
62 9 16 105 0 2 1 0
63 0 66 87 6 18 3 9
191 9 82 681 6 26 7 9
TOTAL
1013
Kamar Operasi IBS Kategori Jumlah L 2366 P 2148 DEWASA ANAK
3696 848
GA-OTT GA-FM GA-LMA RA-BSA RA-Epid RA-CSE OTT-Epid GA-IV
2135 278 554 835 175 122 161 71
TOTAL
4514
Tabel diatas menunjukkan penggunaan teknik anesthesia pada pasien di kamar operasi IBS, IRD dan Wing RSUP Sanglah selama bulan Juli – Desember 2012.
Universitas Indonesia
35
Penggunaan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA-PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA-BSA) merupakan 2 jenis tindakan anesthesia yang paling sering digunakan. Teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) sebanyak 44,2% dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) sebanyak 29,7%, dari seluruh pasien yang menjalani tindakan anesthesia di RSUP sanglah pada bulan Juli – Desember 2012. Dibawah ini adalah data pasien yang menjalani operasi selama bulan Juli sampai Desember 2013 di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan ruang operasi Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Data menunjukkan pasien berdasarkan klasifikasi ASA dan cara pembayaran.
Tabel 4 Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember 2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA
REKAPITULASI KAMAR OPERASI IRD JULI – DESEMBER 2013 SEPTEMBE NOVEMBE ASA JULI AGUSTUS R OKTOBER R
DESEMBER
TOTAL
I
49
13
70
40
21
20
213
II
35
57
92
143
150
131
608
III
59
26
46
47
27
49
254
IV
0
0
0
0
0
0
0
V
0
0
0
0
0
0
0
143
96
208
230
198
200
1075
TOTAL
REKAPITULASI KAMAR OPERASI IBS JULI – DESEMBER 2013 SEPTEMBE NOVEMBE ASA JULI AGUSTUS R OKTOBER R
DESEMBER
TOTAL
I
108
65
49
67
55
75
419
II
348
318
230
245
235
260
1636
III
68
88
157
142
150
132
737
IV
0
0
0
0
0
0
0
V
0
0
0
0
0
0
0
524
471
436
454
440
467
2792
TOTAL
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar pasien adalah ASA I dan II yaitu sebanyak 74,3% sedangkan sisanya sebanyak 25,7 % adalah pasien dengan status fisik asa III
Universitas Indonesia
36
Tabel 5 Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember 2013 berdasarkan cara pembayaran REKAPITULASI CARA PEMBAYARAN KAMAR OPERASI IBS JULI – DESEMBER 2013 AGUSTU SEPTEMB OKTOBE NOVEMB DESEMBE TOTA JULI S ER R ER R L ASKES UMUM
117
74
90
75
77
82
515
90
81
83
92
130
102
578
194
201
130
195
186
175
1081
86
74
57
77
65
64
423
14
15
11
9
21
11
81
12
19
4
10
12
21
78
IKS
6
2
1
2
8
9
28
APBD
0
0
1
2
2
0
5
JKBM JAMKESM AS JAMSOST EK JAMPERS AL
TIMOR
0
0
0
3
0
0
3
TOTAL
519
466
377
465
501
464
2792
REKAPITULASI CARA PEMBAYARAN KAMAR OPERASI IRD JULI – DESEMBER 2013 AGUSTU SEPTEMB OKTOBE NOVEMB DESEMBE TOTA JULI S ER R ER R L ASKES 16 2 16 8 19 12 73 UMUM 7 16 43 54 36 53 209 JKBM 43 57 63 65 59 62 349 JAMKESM AS 0 0 14 22 24 15 75 JAMSOST EK 0 0 3 4 8 4 19 JAMPERS AL 52 26 58 84 65 55 340 IKS 0 0 2 2 4 2 10 TOTAL 118 101 199 239 215 203 1075
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar cara pembayaran pasien di kamar operasi IBS dan IRD adalah dengan menggunakan cara bayar JKBM sebanyak 37%, umum sebanyak 20.4% , askes 15.2%, Jamkesmas 12.9%, Jampersal 10.8%, Jamsostek 2.6% dan lain-lain (IKS,APBD,Timor) 1.2%.
Universitas Indonesia
37
BAB 4
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.1
Kerangka Konsep Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan cost effectiveness analysis
pada pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi dengan menggunakan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA). Total biaya dalam klasifikasi biaya menurut Elliot, 2005 dibagi menjadi biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya intangible. Dengan pertimbangan kesulitan teknis, biaya tidak langsung dan biaya intangible tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Biaya langsung dibagi menjadi biaya langsung medis dan biaya langsung non medis. Selanjutnya biaya langsung medis dibagi menjadi : biaya tetap, biaya semitetap dan biaya variabel. Dalam penelitian ini, biaya langsung non medis dan biaya tetap dianggap sama. Sehingga perhitungan total biaya diperoleh dari perhitungan biaya semitetap dan biaya variabel. Biaya semitetap dan biaya variabel dihitung dengan menggunakan data pada catatan medis anesthesia dan lampiran daftar harga obat. Biaya semitetap meliputi biaya untuk obat dan alat anesthesia. Biaya variabel meliputi biaya obat dan alat untuk mengatasi efek samping anesthesia di kamar operasi. Efektifitas tindakan anesthesia dilihat dari kejadian efek samping pasca operasi di ruang pemulihan yaitu nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (post operative nausea & vomiting / PONV), shivering (menggigil), durasi di ruang pemulihan serta biaya yang diperlukan untuk tindakan anesthesia tersebut.
Universitas Indonesia
38 Gambar 6 Kerangka konsep penelitian :
TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUB ARACHNOID (RA BSA)
TEKNIK ANESTESIA UMUM INHALASI PIPA ENDOTRAKEA (GA PET)
TOTAL COST (BIAYA LANGSUNG MEDIS ) 1. BIAYA VARIABEL 2. BIAYA SEMITETAP
EFEKTIFITAS 1. EFEK SAMPING NYERI 2. EFEK SAMPING PONV 3. EFEK SAMPING SHIVERING 4. DURASI DI RUANG PULIH 5. BIAYA PER MENIT DI RUANG PULIH
CER = TOTAL COST EFEKTIFITAS
TOTAL COST (BIAYA LANGSUNG MEDIS ) 1. BIAYA VARIABEL 2. BIAYA SEMITETAP
CEA
EFEKTIFITAS 1. EFEK SAMPING NYERI 2. EFEK SAMPING PONV 3. EFEK SAMPING SHIVERING 4. DURASI DI RUANG PULIH 5. BIAYA PER MENIT DI RUANG PULIH
CER = TOTAL COST EFEKTIFITAS
Universitas Indonesia
39
4.2
Hipotesis Nol •
Tidak ada perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
•
Tidak ada perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anestesi regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
•
Tidak ada perbedaan biaya untuk mengatasi efek sampingantara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
•
Tidak ada perbedaan waktu untuk mengatasi efek sampingantara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah
4.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
VARIABEL
Biaya
Tindakan
Anesthesia [A]
DEFINISI
ALAT
CARA
SKALA
HASIL
OPERASIONAL
UKUR
UKUR
UKUR
UKUR
Kuisioner
Isi
Numerik
---------
Biaya dari alat
dan
obat
yang
Kuisioner
digunakan untuk tindakan anesthesia
Rupiah
di kamar operasi. Diperoleh dari dokumentasi
catatan
medis
(penggunaan alat dan obat) pasien selama tindakan anesthesia di dalam kamar operasi. Harga obat dan alat yang digunakan kemudian dihitung berdasarkan daftar harga di apotik, seperti tertera pada lampiran 2
Durasi Tindakan
Durasi anesthesia dilihat pada catatan
Anesthesia [B]
medis
tindakan
anesthesia.
Kuisioner
Isi Kuisioner
Numerik
--------Menit
Dimulaidari saat pasien diinduksi
Universitas Indonesia
40
sampai anesthesia selesai dan pasien dipindahkan ke ruang pulih. Biaya
tindakan
Diperoleh dari perhitungan biaya
anesthesia (X)
anesthesia (A) dibagi durasi tindakan
[X = A/B]
anesthesia (B).
Kuisioner
Isi kuisioner
Numerik
--------rupiah
per
menit
Efek
Samping
Efek
samping
pasca
tindakan
Pasca
Tindakan
anesthesia dinilai di ruang pemulihan.
Kuisioner
Isi Kuisioner
Dijelaskan
Dijelaskan
dibawah
dibawah
nominal
Tidak
kategorik
(Ringan ) /
Meliputi :
Anesthesia
Nyeri
akut
(sedang-berat)
pasca
operasi, PONV dan Shivering (menggigil).
Nyeri
Akut
Keluhan nyeri dari pasien diukur
Kuisioner
Isi Kuisioner
(sedang-berat)
dengan Visual Analogue Score (VAS)
Pasca Operasi
dikerjakan di ruang pemulihan. Kartu
Ya (Sedang
VAS disediakan pada lampiran 3.
Berat )
Nyeri sedang-berat dikategorikan efek samping
pasca
operasi
karena
memerlukan tambahan obat analgetik. Keluhan nyeri diambil dari catatan medis di ruang pemulihan.
PONV
(Pasca
Keluhan mual muntah (PONV) dari
Operasi Naussea
pasien
saat
berada
di
& Vomitting)
pemulihan. Keluhan mual muntah
Kuisioner
Isi Kuisioner
ruang
Nominal
Ya /
kategorik
Tidak
Nominal
Ya / tidak
(PONV) diambil dari catatan medis di ruang pemulihan. Menggigil
Pasien menggigil saat berada di ruang
(shivering)
pemulihan.
Keluhan
Kuisioner
Isi kuisioner
menggigil
kategorik
(shivering) diambil dari catatan medis di ruang pemulihan Biaya mengatasi samping
untuk
Biaya yang diperlukan untuk obat dan
efek
alat dalam mengatasi efek samping
pasca
pasca anesthesia di ruang pemulihan
anesthesia [C]
(nyeri
sedang
berat,
menggigil). Obat digunakan
diambil
Kuisioner
Isi kuisioner
Numerik Rupiah
PONV,
dan alat
yang
datanya
dari
catatan medis di ruang pemulihan. Biaya dihitung berdasarkan lampiran 2, daftar harga obat dan alat di apotik. Durasi di ruang
Lama
pemulihan [D]
pemulihan. Dimulai sejak pasien tiba
pasien
berada
di
ruang
Kuisioner
Isi kuisioner
Numerik
---------Menit
Universitas Indonesia
41
di ruang pemulihan sampai diijinkan pindah ke ruangan rawat biasa. Biaya
untuk
Diperoleh dari perhitungan biaya
efek
untuk mengatasi efek samping pasca
mengatasi
Kuisioner
Isi kuisioner
Numerik
------------
samping (Y)
anesthesia (C) dibagi durasi di ruang
Rupiah per
[Y = C/D]
pemulihan (D).
menit
Total Biaya
Adalah jumlah dari biaya tindakan
Anesthesia
anesthesia
(X + Y)
mengatasi
(X)
dan
efek
biaya
untuk
samping
pasca
anesthesia(Y).
4.4
Kuisioner
Isi Kuisioner
Numerik
-------Rupiah per menit
ALUR PENELITIAN 35sampel pasien ASA 1 dan 2 yang telah menjalani pembedahan mini
laparatomi selama bulan Oktober – Desember 2013 (35 dengan anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea [GA PET] dan 30 dengan anestesia regional blok subarachnoid [RA BSA])yang memenuhi kriteria diambil data sekundernya dari catatan anestesi selama tindakan anesthesia di ruang operasi dan selama berada di ruang pemulihan. Dari catatan medis di ruang operasi, didapatkan data penggunaan obat dan alat serta durasi selama tindakan anesthesia. Dari catatan medis di ruang pemulihan didapatkan data tentang efek samping pasca operasi dan tatalaksananya serta durasi berada di ruang pemulihan. Berdasarkan penggunaan alat dan obat diatas, dihitung biayanya dengan menggunakan daftar harga obat dan alat di apotik RSUP Sanglah Denpasar, yang dicantumkan dalam lampiran 2.
Universitas Indonesia
42
BAB 5
METODE PENELITIAN
5.1
Desain Penelitian Merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik, dengan
meneliti data sekunder (catatan biaya & catatan medis) pada satu saat tertentu (crossectional).
5.2
Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar Bali
selama bulan Januari tahun 2014.
5.3
Populasi Dan Sampel Penelitian
5.3.1
Populasi penelitian Populasi adalah seluruh pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi
di kamar operasi RSUP Sanglah Denpasar. Populasi yang sesuai adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 5.3.2
Kriteria Eksklusi •
Pasien dengan riwayat penyalahgunaan obat
•
Pasien dengan riwayat alergi obat analgetik lokal
•
Pasien gangguan mental
•
Pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2)
•
Pasien dengan gangguan pembekuan darah
•
Usia < 12 tahun
•
Pasien dengan riwayat menggunakan obat anti koagulan
•
Pasien dengan pencatatan medis anesthesia di kamar operasi dan ruang pemulihan yang tidak lengkap.
5.3.3
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah pasien ASA 1 dan 2 yang menjalani pembedahan
mini laparatomi dengan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) & teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar selama bulan Oktober – Desember 2013.
Universitas Indonesia
43
Song, 2000 menyarankan agar mengumpulkan minimal 25 penderita pada tiap kelompok untuk mendapatkan 30% penurunan biaya dengan power penelitian sebesar 90% pada level significant 0.05.
5.4
Pengumpulan Data Pengumpulan data diambil dari data sekunder. Data tentang biaya, diambil
dari catatan biaya penggunaan obat dan alat anesthesia selama di kamar operasi dan ruang pemulihan. Daftar harga obat dan alat anesthesia ditampilkan pada lampiran. Data tentang efek samping anesthesia dan durasi di ruang pemulihan diambil dari catatan medis selama di ruang pemulihan. Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh ijin dari Ketua Litbang dan Direktur Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Data sekunder yang diperoleh dari rekam medis anestesi dan catatan penggunaan obat di dalam ruang operasi dan ruang pemulihan kemudian didokumentasikan kedalam kuisioner. Catatan medis dari pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi (aooendicitis acute dan kehamilan ektopik) selama bulan Oktober – Desember 2013, dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid, dikumpulkan dari rekam medis, sehingga memperoleh masing-masing 35 sampel yang datanya lengkap untuk tiap kelompok penelitian.
5.5
Teknik Pengolahan Data
5.5.1
Biaya Data tentang biaya tindakan anesthesia dan durasi anesthesia yang telah
dicatat dalam kuisioner kemudian dilakukan tabulasi. Data tentang biaya untuk mengatasi komplikasi anesthesia dan durasi di ruang pemulihan diambil dari catatan medis di ruang pemulihan. Diperoleh data tentang biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) dan biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit). Total biaya anesthesia adalah penjumlahan dari biaya tindakan anesthesia dan biaya untuk mengatasi efek samping.
Universitas Indonesia
5.5.2
44
Efektifitas
Data tentang efektifitas anesthesia yang diperoleh dari catatan anesthesia di ruang pemulihan kemudian ditabulasi. Diperoleh data tentang kejadian efek samping nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (PONV) dan menggigil pasca operasi (shivering).
5.6
Analisis Data Data yang telah didokumentasikan dalam kuisioner kemudian dianalisis. Data
ini dimasukkan kedalam program Microsoft excel. Data variable numerik (biaya, biaya per menit, durasi di ruang pemulihan) dianalisis statistik dengan menggunakan uji t bila sebarannya normal, apabila sebarannya tidak normal digunakan uji Mann Whitney. Sedangkan data tentang efek samping di ruang pemulihan (kejadian nyeri, PONV, menggigil) yang merupakan variable katagorikal dianalisis dengan menggunakan uji chi square atau uji fisher (bila syarat uji chi square tidak terpenuhi). Data tentang cost effectiveness ditampilkan dengan menggunakan table costconsequence analysis (CCA) kemudian dihitung average cost-effectiveness ratio, incremental cost-effectiveness ratio. Incremental cost effectiveness ratio (ICER) dihitung berdasarkan perbedaan biaya, dibagi dengan perbedaan komplikasi yang dapat dicegah. Kemudian dibuat CEA plane, untuk kemudian disimpulkan posisinya.
5.7
Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk table, cost effectiveness analysis grid dan cost effectiveness analysis plane.
GA PET
RA BSA
Biaya Tindakan Anesthesia [X] (rupiah per menit) Biaya untuk mengatasi efek samping pasca anesthesia [Y] (rupiah per menit) Total Biaya Anesthesia [X + Y] (rupiah per menit)
Universitas Indonesia
GAPET
RABSA
GAPET
RABSA
GAPET
RABSA
45
Nyeri + Nyeri -
PONV + PONV-
Shivering + Shivering -
Tabel 6 Menyajikan hasil biaya dan efektifitas
GAPET
RABSA
Total biaya anesthesia / % No
Total biaya anesthesia / % No
PONV
PONV
Total biaya anesthesia / % No
Total biaya anesthesia / % No
Shivering
Shivering
Total biaya anesthesia / % No Pain
Total biaya anesthesia / % No Pain
1. Cost consequences analysis (CCA) Biaya anesthesia [X] (rupiah/menit) Biaya
untuk
mengatasi
efek
samping [Y] (rupiah per menit) Total biaya anesthesia [X + Y] 9rupiah per menit) % No PONV % No Shivering % No Pain 2. Average cost-effectiveness ratios
3. Incremental cost-effectiveness ratios Bandingkan dominasi (dari hasil diatas) Hitung perbedaan biaya dibagi dengan perbedaan outcome
(No PONV, No Shivering, No Pain)
Universitas Indonesia
46
BAB 6
HASIL PENELITIAN
6.1
Analisis Data Sekunder Dan Demografi
6.1.1
Pemilihan Sampel Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari 2014. Diperoleh 70 sampel yang
diambil dari catatan medis pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian selama bulan Oktober – Desember 2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Sebanyak 70 sampel ini adalah catatan medis yang memuat data yang diperlukan, dari pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi (appendicitis acute dan kehamilan ektopik). Terdiri atas 2 kelompok. Kelompok I sebanyak 35 pasien dengan tindakan anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) dan kelompok II terdiri atas 35 pasien dengan tindakan anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA). 6.1.2
Data Demografi Data tentang karakteristik umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin,
status fisik ASA dan diagnosis ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 7 Karakteristik kelompok penelitian
Umur (tahun) Berat badan (kilogram) Tinggi badan (centimeter)
Jenis kelamin ASA Diagnosis
L P 1 2 App KE
GA PET Mean (SD) 26,49 (10,626) 57,00 (12,485) 157,09 (10,576)
RA BSA Mean (SD) 30,00 (11,371) 54,89 (9,625) 159,83(8,176)
GA PET 13 22 13 22 17 18
RA BSA 9 26 18 17 19 16
P 0.219 0.478 0.193 P 0.303 0.229 0.632
Tampak dari tabel diatas, bahwa distribusi karakteristik adalah normal (semua p>0.05)
Universitas Indonesia
6.2
47
Data Tentang Biaya
Dari catatan medis penggunaan obat dan alat selama tindakan anesthesia di kamar operasi, kemudian dihitung biayanya berdasarkan daftar harga di apotik yang dicantumkan pada lampiran 2. Data tentang biaya ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) didapatkan dari data penggunaan obat dan alat di dalam kamar operasi dibagi dengan durasi anesthesia. Tabel 8 menunjukkan perbedaan biaya untuk tindakan anesthesia antara kelompok GA PET dengan kelompok RA BSA adalah sangat bermakna (p=0.001).
Tabel 8 Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit)
GA PET Mean (SD)
RA BSA Mean (SD)
p
Biaya anesthesia (rupiah)
691.000 (197.603)
176.000 (22.065)
0.001
Durasi anesthesia (menit)
145 (75)
82 (28)
0.001
5.587 (2136)
2.389 (844)
0.001
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit)
Data tentang biaya untuk menangani efek samping ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit) didapatkan dari data penggunaan obat dan alat untuk mengatasi efek samping dibagi dengan durasi di ruang pemulihan. Tabel 9 menunjukkan perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping pasca anesthesia pada kelompok GA OTT dan RA BSA adalah tidak bermakna (p=0.729)
Universitas Indonesia
48
Tabel 9 Biaya untuk mengatasi efek samping pasca operasi GA PET Mean (SD)
RA BSA Mean (SD)
p
Biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah)
56.900 (29.830)
67.800 (26.719)
0.113
Durasi di ruang pemulihan (menit)
86.66 (47.54)
98.71 (42.96)
0.189
Biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit)
828 (567)
877 (663)
0.729
Data tentang total biaya anesthesia ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Total biaya anesthesia adalah jumlah dari biaya tindakan anesthesia dan biaya untuk mengatasi efek samping pasca operasi.
Tabel 10 Total biaya anesthesia
Biaya anesthesia [X]
GAPET
RABSA
5.587
2.389
828
877
Rp 6.415 per menit
Rp 3.266 per menit
(rupiah/menit) Baya atasi efek samping [Y] (rupiah/menit) Total biaya anesthesia [X + Y] (rupiah per menit)
Universitas Indonesia
6.3
49
Data Tentang Efektifitas
Data dibawah ini menunjukkan kejadian efek samping pasca operasi, meliputi kejadian nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (PONV), dan menggigil (shivering) pasca operasi.
Tabel 11 Kejadian efek samping di ruang pemulihan
+ Nyeri _ Mual Muntah Pasca operasi (PONV)
+ _ +
Menggigil _
GA PET
RA BSA
15 (21,42) 20 (28,6) 7 (10) 28 (40%) 5 (7,1%) 30 (42,8)
8 (11,4) 27 (38,6) 11 (15,71) 24 (34,3%) 17 (24,2%) 18 (25,7%)
p
0.075
0.274
0.002
Dari data diatas, dapat ditunjukkan bahwa hanya efek samping menggigil pasca operasi yang menunjukkan perbedaan bermakna (p=0.002) yaitu sebesar 24,2% pada kelompok RABSA dan 7,1% pada kelompok GA PET.
Universitas Indonesia
6.4
50
Penyajian data tentang cost-efffectiveness
Tabel 12 Data tentang cost effectiveness GAPET
RABSA
5.587
2.389
828
877
Rp 6.415 per menit
Rp 3.266 per menit
% tidak PONV
80%
68.6%
% tidak menggigil
85.7%
51.4%
% tidak nyeri
57.1%
77.1%
6.415
3.266
Total biaya di kamar operasi &
Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak PONV
ruang pemulihan / % tidak PONV
(6.415 / 0.8) =
(3.266 / 0.686) =
Rp 8.018 per kejadian tidak PONV
Rp 4.761 per kejadian tidak PONV
Total biaya di kamar operasi &
Total biaya di kamar operasi &
ruang
ruang
1. Cost consequences analysis (CCA) Biaya anesthesia [X] (rupiah/menit) Baya atasi efek samping [Y] (rupiah/menit) Total biaya anesthesia [X + Y] (rupiah per menit)
2. Average cost-effectiveness ratios Total biaya di kamar operasi dan ruang pemulihan (rupiah per menit)
pemulihan
/
%
tidak
pemulihan
menggigil
menggigil
(6.415 / 0.857) =
(3.266 / 0.514) =
Rp 7.485 per
kejadian tidak
Rp
6.354
per
/
%
tidak
kejadian
tidak
menggigil
menggigil
Total biaya di kamar operasi &
Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak nyeri
ruang pemulihan / % tidak nyeri
(6.415 / 0.571) =
(3.266 / 0.771) =
Rp 11.235 per kejadian tidak nyeri
Rp 4.236 per kejadian tidak nyeri
3. Incremental cost-effectiveness ratios (ICER) Teknik anestesi RA BSA dominan daripada GA PET pada efektifitas nyeri pasca operasi (lebih kecil biayanya, lebih banyak kejadian tanpa nyeri pasca operasi). Teknik anestesi RA BSA lebih kecil biayanya, tetapi kejadian tanpa efek samping PONV dan menggigil lebih rendah, sehingga harus dihitung ICER.
GA PET dibandingkan dengan RA BSA (6.415 – 3.266) / (0,8-0,686) = Rp 27.623 per ekstra tanpa efek samping PONV GA PET dibandingkan RABSA (6.415 – 3.266) / (0.857 – 0.514) = Rp 9.181 per ekstra tanpa efek samping menggigil.
Universitas Indonesia
51
BAB 7 PEMBAHASAN 7.1
Biaya Dan Efektifitas Cost consequence analysis (CCA) adalah istilah yang ditujukan untuk
menyajikan data dari masing-masing alternatif teknik (teknik anesthesia), dengan menunjukkan cost dan outcome (efektifitas) tanpa menampilkan rasio. (Rascati, 2009) Selain menggunakan cost consequence analysis, metode lain yang dapat digunakan untuk menunjukkan hasil cost effectiveness analysis adalah dengan melakukan perhitungan average cost effectiveness ratio (ACER) untuk masing-masing teknik anesthesia. Cost effectiveness ratio adalah rasio dari sumber daya yang digunakan untuk tiap unit keuntungan yang diperoleh. Implikasi dari perhitungan ini adalah untuk memutuskan apakah kita akan melakukan sesuatu atau tidak (dari sebuah alternatif tindakan), setelah melihat besarnya sumber daya yang digunakan. (Rascati, 2009) Berdasarkan hasil perhitungan pada CCA, diperoleh bahwa total biaya anesthesia untuk teknik GA PET adalah 6.415 rupiah per menit, sedangkan pada teknik anesthesia RA BSA adalah 3.266 rupiah per menit. Hasil perhitungan statisik menunjukkan bahwa biaya untuk tindakan anesthesia lebih murah untuk teknik anesthesia RABSA dan hasil ini sangat bermakna (p=0.001), meskipun perhitungan statistik untuk biaya mengatasi efek samping tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok (828 dan 877 rupiah per menit untuk kelompok GA PET dan RA BSA). Selanjutnya dengan perhitungan average cost effectiveness analysis diperoleh hasil untuk teknik GA PET sebagai berikut : tambahan Rp 8.018 per kejadian bebas PONV, tambahan Rp 7.485 per kejadian bebas menggigil dan tambahan Rp 11.235 per kejadian bebas nyeri. Hasil perhitungan average cost effectiveness analysis menunjukkan pada teknik RABSA diperlukan tambahan Rp 4.761 per kejadian tidak PONV, tambahan Rp 6.354 per kejadian tidak menggigil serta tambahan Rp 4.236 per kejadian tidak nyeri. Di RSUP Sanglah, selama bulan Juli – Desember 2012 terdapat 292 kasus mini laparatomi (appendisectomie dan kehamilan ektopik). Berdasarkan data selama 6 bulan tersebut, diperoleh asumsi terdapat 584 kasus mini laparatomi (appendisectomie dan kehamilan ektopik) dalam waktu 1 tahun.
Universitas Indonesia
52
Dengan besar proporsi kejadian efek samping menggigil sebanyak 24,2% pada kelompok RA BSA dari seluruh sampel penelitian, apabila dalam satu tahun diasumsikan terdapat sebanyak 584 pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) maka biaya yang diperlukan untuk mengatasi efek samping mengigil pada teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah sebesar Rp 896.726 (diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Rp 6.345 x 24,2% x 584 kasus ). Selanjutnya, sebuah cost effectiveness grid atau CEA plane dapat digunakan untuk menggambarkan definisi “cost-effectiveness”. (Rascati, 2009)
Gambar 7 Cost effectiveness grid (Rascati, 2009)
Cost effectiveness
Lower cost
Same cost
Higher cost
Lower effectiveness
A
B
C
Same effectiveness
D
E
F
Higher effectiveness
G
H
I
Apabila menggunakan cost effectiveness grid , dari data CCA dapat kita lihat bahwa teknik anestesi regional blok subarachnoid (RABSA) berada pada kolom G, sehingga dianggap lebih cost-effective untuk outcome nyeri (dominan dibandingkan dengan GAPET). Sedangkan untuk outcome PONV dan menggigil, teknik RABSA berada di kolom A, sehingga harus dilakukan perhitungan ICER untuk mengetahui tambahan biaya yang diperlukan untuk setiap kejadian bebas efek samping PONV dan menggigil. Apabila menggunakan CEA plane, teknik anesthesia RABSA berada pada quadrant II (dominan) untuk efek samping nyeri pasca operasi dan berada pada quadrant III (trade off) untuk efek samping PONV dan menggigil.
Universitas Indonesia
53 Gambar 8 Quadrants in CEA Plane
Karena teknik anesthesia RA BSA berada pada quadrant III maka diperlukan perhitungan incremental cost effectiveness ratio (ICER) untuk membandingkan biaya dan efek samping antar kedua kelompok. Pada kelompok RA BSA perhitungan ICER membantu menentukan apakah biaya yang lebih murah ini sesuai dengan kejadian efek samping yang terjadi?
Universitas Indonesia
54
Berdasarkan perhitungan ICER, apabila kita menggunakan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GAPET) untuk memperoleh kejadian tanpa efek samping PONV diperlukan tambahan biaya sebesar Rp 27.623 dan tambahan biaya Rp 9.181 untuk kejadian tanpa efek samping menggigil.
Data efektifitas biaya dapat dirangkum sebagai berikut : •
Dari data statistik, hanya satu dari tiga efek samping pasca operasi yang menunjukkan perbedaan bermakna, yaitu kejadian efek samping menggigil yang lebih besar secara signifikan (p=0.002) pada kelompok RABSA dibandingkan dengan kelompok GAPET. Dua kejadian efek samping lainnya, mual muntah pasca operasi (PONV) dan nyeri tidak menunjukkan perbedaan statistik yang bermakna. Apabila dilakukan perhitungan ICER didapatkan tambahan biaya sebesar Rp 9.181 per ekstra tanpa kejadian menggigil apabila menggunakan teknik anestesi GA PET.
•
Dengan besar proporsi kejadian efek samping menggigil sebanyak 24,2% pada kelompok RA BSA dari seluruh sampel penelitian, perhitungan ACER memerlukan tambahan biaya Rp 6.345 per kejadian tidak menggigil, maka biaya yang diperlukan untuk mengatasi efek samping mengigil pada teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) dalam satu tahun adalah sebesar Rp 896.726 (Rp 6.354 x 24,2% x 584 kasus).
•
Dua kejadian efek samping lainnya, yaitu mual muntah pasca operasi (PONV) dan nyeri pasca operasi tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik, dengan p=0.274 dan p=0.075. Apabila dilakukan perhitungan ICER memerlukan tambahan Rp 27.623 per kejadian bebas PONV dengan teknik GA PET. Sedangkan untuk kejadian efek samping nyeri pada CEA plane dan grid menunjukkan bahwa teknik RA BSA lebih dominan daripada GA PET, sehingga tidak dilakukan perhitungan ICER.
•
Data biaya menunjukkan bahwa biaya tindakan anesthesia dengan teknik RABSA lebih murah secara signifikan daripada GA PET (p=0.001).
•
Data tentang durasi pasien berada di ruang pemulihan antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.189)
•
Dengan asumsi terdapat 584 pasien mini laparatomi dalam satu tahun. Apabila menggunakan teknik GA PET diperlukan total biaya Rp 473.107.160 dalam
Universitas Indonesia
55
satu tahun (diperoleh dari perhitungan Rp 5.587 x 145 menit x 584 kasus). Apabila menggunakan teknik RA BSA, dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping menggigil yang signifikan secara statistik, diperlukan total biaya Rp 114.404.432 (diperoleh dari perhitungan biaya Rp 2.389 x 82 menit x 584 kasus ditambah Rp 841.448 untuk mengatasi efek samping menggigil).
Maka berdasarkan hal diatas teknik anestesi RA BSA lebih cost effective daripada teknik GA PET pada tindakan mini laparatomi appendicitis akut dan kehamilan ektopik.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuat decision tree, yang ditampilkan pada gambar dibawah ini. Gambar 9 Decision tree dari hasil penelitian
7.2
Konsekuensi Biaya Apabila tindakan pembedahan mini laparatomi (appendisectomi dan
laparatomi kehamilan ektopik) akan dikerjakan dengan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping menggigil yang secara statistik jumlahnya signifikan lebih banyak pada kelompok ini,
Universitas Indonesia
56
diperlukan biaya Rp 114.404.432. Biaya ini masih lebih kecil daripada menggunakan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu sebesar Rp 473.107.160 dengan penghematan sebesar Rp 358.702.728 dalam waktu satu tahun. Perhitungan diatas menunjukkan bahwa teknik RA BSA lebih cost effective, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk sebuah kebijakan. RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek, Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional, yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care maka isu cost containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran dengan sebaikbaiknya. Strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik (kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). (PT Askes Persiapan BPJS Kesehatan) Kendali mutu dan kendali biaya ini harus dilakukan oleh setiap level dalam sebuah rumah sakit. Di tingkat manajemen kendali mutu dan kendali biaya serta bagi ahli anesthesiologi, berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat dianjurkan agar pada pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) tanpa kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) dipilih teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
7.3
Perspektif Hasil Studi Cost Effectiveness Analysis Bagi pasien, hasil studi CEA penggunaan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid pada tindakan mini laparatomi di RSUP Sanglah Bali ini menunjukkan bahwa hanya satu dari tiga efek samping pasca operasi yang menunjukkan perbedaan bermakna, yaitu kejadian efek samping menggigil yang lebih besar secara signifikan (p=0.002). Biaya untuk mengatasi kejadian efek samping ini (saat pasien berada di ruang pemulihan), dari perhitungan ACER adalah sebesar Rp 6.345 per kejadian tidak menggigil. Dengan biaya tindakan anesthesia yang lebih murah secara signifikan daripada GA PET (p=0.001) dan durasi pasien berada di ruang pemulihan antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.189), maka bagi pasien teknik RABSA lebih cost effective, hal ini dapat disampaikan saat melakukan inform consent untuk pemilihan teknik anesthesia. Bagi rumah sakit, dengan perhitungan jumlah kasus selama satu tahun, penggunaan teknik RABSA pada kasus mini laparatomi (appendicitis akut dan Universitas Indonesia
57
kehamilan ektopik) dapat dilakukan penghematan sebesar Rp 358.702.728 dalam waktu satu tahun
7.4
Kelemahan Penelitian Komponen biaya langsung medis terdiri atas biaya tetap (bahan dan alat habis
pakai), biaya semitetap (biaya untuk tindakan anesthesia) dan biaya variabel (biaya untuk mengatasi efek samping pasca pembedahan). Dalam penelitian ini, biaya tetap (bahan dan alat habis pakai) pada kedua kelompok dianggap sama, sesuai dengan besarnya tarif tindakan di kamar operasi yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Hal ini menyebabkan total biaya (biaya langsung medis) dalam penelitian ini, tidak menunjukkan hingga ke tingkat mikro (micro costing). Padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi penggunaan kamar operasi dengan teknik RA BSA secara signifikan lebih kecil daripada teknik GA PET. Penghitungan hingga ke level micro costing mungkin dapat menunjukkan bahwa penggunaan biaya tetap (bahan dan alat habis pakai, misal penggunaan balon lampu ruangan, lampu meja operasi, listrik, suction unit, dan lainnya yang dipengaruhi oleh durasi) lebih kecil pada teknik RA BSA. Catatan medis anesthesia pada sebagian besar sistem kesehatan dicatat secara manual pada selembar kertas, meskipun pada beberapa institusi menggunakan sistem pencatatan secara otomatis. Sebenarnya secara tepat, sangat sulit untuk memperoleh data yang akurat tentang konsentrasi penggunaan agen inhalasi, karena seringkali ahli anestesi harus melakukan titrasi untuk memperoleh level anesthesia yang sesuai (hal ini menyebabkan perubahan pada setting vaporizer harus dilakukan berulang kali), sedangkan pencatatan yang detail pada paper-based anesthesia record sangat terbatas. Dilain pihak, agen anestesi inhalasi memberikan porsi besar dalam biaya obat untuk tindakan anesthesia. Hal ini merupakan kelemahan dalam penelitian ini. Tetapi meskipun terdapat keterbatasan tersebut, catatan anesthesia tetap dapat digunakan untuk menghitung estimasi kasar penggunaan agen anestesi inhalasi dan kecepatan aliran gas segar (fresh gas flow rates). Hal inilah yang menyebabkan penggunaan agen anestesi inhalasi memberikan kontribusi dalam biaya tetap anesthesia (Golembiewski, 2010)
Universitas Indonesia
58
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa fakta yang dapat dilihat
antara lain : •
Biaya tindakan anesthesia lebih rendah pada kelompok RA BSA secara signifikan. Biaya untuk mengatasi efek samping pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna.Perhitungan total biaya anesthesia menunjukkanbahwa total biaya untuk tindakan anesthesia dengan teknik RABSA lebih murah daripada GA PET.
•
Terdapat perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi. Teknik RA BSA berbiaya anesthesia lebih murah dengan hanya satu dari tiga kejadian efek samping pasca operasi yang berbeda bermakn.
•
Waktu yang diperlukan untuk mengatasi efek samping (durasi pasien berada di ruang pemulihan) antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
•
Tindakan pembedahan mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) yang dikerjakan dengan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping menggigil yang secara statistik jumlahnya signifikan lebih banyak pada kelompok ini, diperlukan biaya Rp 108.192.552. Biaya ini masih lebih kecil daripada menggunakan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu sebesar Rp 443.943.020, dengan penghematan sebesar Rp 335.749.468 dalam waktu satu tahun. Maka Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik
anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective dibandingkan dengan teknik anesthesia
umum
inhalasi
pipa
endotrakea
pada
pasien
mini
laparatomi
(appendisectomie dan laparatomi kehamilan ektopik) di RSUP Sanglah Denpasar.
Universitas Indonesia
8.2
59
Saran Teknik
anesthesia
regional
blok
subarachnoid
lebih
cost
effective
dibandingkan dengan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea, hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan kendali mutu dan kendali biaya. Sehingga dapat disarankan pada pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) tanpa kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) agar dipilih teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA). RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek, Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional, melalui BPJS kesehatan yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care maka cost containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu cost containment yang dapat dilakukan adalah dengan memilih menggunakan teknik RA BSA pada pasien mini laparatomi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian, menyebabkan semakin banyak dikembangkan teknik anesthesia yang bertujuan untuk keamanan pasien dan mengurangi efek samping pasca operasi. Dengan adanya kebutuhan untuk melakukan cost containment dan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian seperti tersebut diatas, strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik (kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). Lebih lanjut, untuk perkembangan kedepan, berbagai macam teknik anesthesia yang lebih baru harus dinilai dari segi biaya dan efektifitasnya, dengan tujuan memperoleh teknik anesthesia yang terbaik dengan biaya yang seefisien mungkin.
Universitas Indonesia
60
DAFTAR PUSTAKA
Alagia FA, et al. cost-effectiveness analysis on spinal anesthesia versus local anesthesia plus sedation for loop colostomy closure. Arq Gastroenterol.
2010
apr-Jun
;
47(2):159-64.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20721460
From
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_pdf&pid=S000428032010000200008&lng=en&nrm=iso&tlng=en
Allen DJ, Chae-Kim SH, Trousdale DM . Risk and complication of neuraxial anesthesia and the use of anticoagulant in the surgical patient. BUMC Proceedings 2002;15:369-373 Arnold JG. Pharmacoeconomics : From Theory to Practice. CRC Press Taylor
&
Francis
Group.
2010
from http://id.pdfcoke.com/doc/75951834/Pharmacoeconomics
Aronson WL, McAuliffe MS, Miller K. AANA Journal. August 2003, Vol.71,No.4, 265-274
Avidan M, Harvey AMR, Ponte J, Wendon J, Ginsburg R; Techniques of anaesthesia in Perioperative Care, Anaesthesia, Pain Management and Intensive Care an Illustrated Colour Text . Churchill Livingstone, 2003: 42-43
Bevan D. Pharmacoeconomics: Cost Effective Choices in IARS 2002 review course lectures page 7-11 Chen CJ, Lin WH. Agency Cost and Firm Performance – The Moderating Effect of Budget Function. Taiwan. 2006 from http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cHM6Ly9hYWFocS5vcm cvbWFzL01BU1BBUEVSUzIwMDcvY29udHJvbF9zeXN0ZW1zL0NoZ W4lMjBhbmQlMjBMaW4ucGRmCjEwMjggQWdlbmN5IGNvc3QgYW5 kIHBlcmZyb21hbmNlLXRoZSBtb2RlcmF0aW5nIGVmZmVjdCBvZiAuL i4
Universitas Indonesia
61 Daabiss M. Indian J Anaesth. 2011 Mar-Apr; 55(2): 111-115
Dahlan MS. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Sagung Seto, Jakarta 2008
Dion P. The cost of anaesthetic vapors (letter). Can J Anaesth 1992;39:633-4 from http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF03008331
Drasner K, Larson MD. Spinal and epidural anesthesia in Basic of Anesthesia. Fifth ed. Churchill Livingstone Elseiver 2007: 241-257
Duke JC. Subarachnoid Spinal Block Overview.
Updated Aug 5, 2013. From
http://emedicine.medscape.com/article/2000841-overview
diunduh
21
februari 2014 EkaHospital. Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan dalam Managed Care diunduh dari
http://www.ekahospital.com/uploads/Evaluasi-Mutu-Pelayanan-
Kesehatan-dalam-Managed-Care-IHQN-2013.pdf tanggal 1 Maret 2014
Elliot R, Payne K. essential of Economic Evaluation in Healthcare. Pharmaceutical Press. London UK. 2005
Gattani SG, Patil AB, Kushare SS. Pharmacoeconomics: A Review in review article. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. July-September 2009, Vol 2, isuued 3, 15- 26
Golembiewski J. Economic Consideration in the use of inhaled anesthetic agents. Am J Health-Syst Pharm. Apr 15 2010; 67(4)S9-S12.
Universitas Indonesia
62
Hansen DR, Mowen M. Cost Management Accounting & Control. Fifth edition. 2006.
Thomson
South
Western
from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5jZW5nYWdl YnJhaW4uY29tLm14L2NvbnRlbnQvaGFuc2VuMzMxMDhfMDMyNDIz MzEwOF8wMi4wMV9jaGFwdGVyMDEucGRmCjJDSEFQVEVSIDEgSW 50cm9kdWN0aW9uIHRvIENvc3QgTWFuYWdlbWVudA==
Hosizah. Case-Mix : Upaya Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Sakit Di Indonesia. 02 November 2011, diunduh pada 16 Maret 2014 dari mikesaunggul.blogspot.com
Huskisson EC. Measurement of pain. Lancet 1974, Nov 9; 2 (7889) : 1127-31 from http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy53b3JrY292Z XIuY29tL2RvY3VtZW50cy5hc2h4P2lkPTEyOTYKVmlzdWFsIEFuYWxv Z3VlIFNjYWxl
IMRS PERSI. Term of Reference (TOR) Bimbingan Teknis Cost Containment (Pengendalian Biaya) Rumah Sakit. Diunduh pada tanggal 16 maret 2014 dari http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/tor_cost.pdf Johnstone RE, From Economics to Ethics : Values-based Anesthesia. Editorial. J. Clin. Anesth. Vol.11, February 1999: 1-3.
Johnstone RE, Martinec CL. Cost of Anesthesia. Anesth Analg 1993;76:840-8
Kleinman W. Section III Regional Anesthesia & Pain Management, Spinal, Epidural & Caudal Blocks in Clinical Anesthesiology. Third Edition. McGraw-Hill 2002; 261-263
Lennox PH, Chilvers C, Vaghadia H. Selective Spinal Anesthesia Versus Desflurane Anesthesia in Short Duration Outpatient Gynecological Laparascopy : A Pharmacoeconomic Comparison. Anesth Analg 2002;94:565-8
Universitas Indonesia
63
McCrone PR. Understanding health Economics A Guide for Health care Decision Makers. Kogan Page Limited. London 1998.
Meyer T. Introduction in Clinical and economic considerations in the use of inhaled anesthesia from the perspective of health-system pharmacists and anesthesiologists. Am J Health-Syst Pharm. 2010;67(Suppl 4): S2-3
Muenning P. Chapter 2, Principles of Cost Effectiveness Analysis in Cost Effectiveness Analyses in Health A Practical Approach, second edition. John Wiley & Sons, Inc. 2008. Published by Jossey-Bass, San Francisco. Page 2935
Mulroy MF, Larkin KL, Hodgson PS, Helman JD, Pollock JE, Liu SS. A Comparison of spinal epidural and general anesthesia for outpatients anesthesia. Anesth Analg 200;91:860-4
Musgrove P, Fox-Rushby. “Cost-Effectiveness Analysis for Priority Setting”. In Disease Control Priorities in Developing Countries, 2nd ed, ed DT Jamison et all. New York: Oxford University Press 2008 page 271-285
Orkin FK. Meaningful Cost Reduction Penny Wise, Pound Foolish. Anesthesiology, Dec 1995, V 83, No 6, 1135-1137
Pavlin DJ, Rapp SE, Polissar NL, Malmgren JA, Koerschgen M, Keyes H. Factors affecting discharge time in adults outpatients. Anesth Analg 1998;87:1245-8
Philips C. What is cost-effectiveness? In what is…? Series. Second edition. Hayward Group Ltd from . www.whatisseries.co.uk februari 2009. Page 1 – 8
Universitas Indonesia
PT.
Askes
Persiapan
BPJS
Kesehatan
diunduh
64
dari
http://www.djsn.go.id/PT.%20Askes_Persiapan%20BPJS%20Kesehata n.pdf tanggal 1 Maret 2014.
Rascati KL. “Essential of Pharmacoeconomics” Wolters Kluwer Lippincott William & Wilkins, Baltimore Philadelphia 2009, page 47-66
Sekri NK. Managed Care : the US experience. Bulletin of World Health Organization. 2000 78 (6).
Sinuraya RK, Destiani DP, Abdulah R. Cost Of Illness Dan Cost Containment Analysis Penggunaan Antibiotic Empiric Kombinasi Pada Pasien Sepsis Di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonsia Volume 1, No 4, Desember 2012. Diuduh tanggal 16 Maret 2014 dari http://www.ijcp.or.id/en/release/Vol-
1_No-4-1.pdf
Sorkin AL. Chapter 5, The Cost and Benefits Of Health Program in Health Economics : An Introduction . Lexington Books D.C Heath and Company Lexington, Massachusetts Toronto. 1984. Page 107-127
Scale
and
assessments
for
measuring
and
recording
pain
from
http://www.fibroaction.org/Images/content/Pain_Assessment_VAS_lrg.png diunduh 21 september 2013
Song D, Greilich NB, White PF, Watcha MF, Tongier WK. Recovery Profiles and Cost of anesthesia for Outpatient Unilateral Inguinal Herniorraphy. Anesth Analg 2000;91;876-81
Stewart AVG, Vaghadia H, Collins L, Mitchell WE. Small-dose selective spinal anesthesia for short duration outpatient laparascopy : recovery characteristics compared to propofol anesthesia. Br J Anaesth 2001;86:570-2
Universitas Indonesia
65
Sitzman BT, Dorsch JA. Cost Effectiveness Analysis of Anesthesia Equipment and Techniques.
Diunduh
dari
http://gasnet.med.yale.edu/esia/1998/may/ceaword.html
Vacanti CJ, Vanhouten RJ, Hill RC. Anesthesia and Analgesia Current Researches. July-August, 1970. Vol.49, No. 4
Varkey JK. Cost Analysis of Desflurane and Sevoflurane An Integrative Review and Implementation Project Introducing the Volatile Anesthetic Cost Calculator (iVAC). Texas Christian University October, 2012.
Vogl M. Assessing DRG cost accounting with respect to resource allocation and tariff calculation: the case of Germany. Health Economics Review. 2012,2:15 diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22935314 Watcha MF, White PF. Economics of Anesthetic Practice. Anesthesiology. May 1997; 86(5):1170-1196.
Wewers ME, Lowe NK. A Critical Review of Visual Analogue Scores in the measurement of Clinical Phenomena Research in Nursing and Health 13, 227-236
from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5ibGFja3dlbG xwdWJsaXNoaW5nLmNvbS9zcGVjaWFsYXJ0aWNsZXMvamNuXzEwXz cwNi5wZGYKSU5GT1JNQVRJT04gUE9JTlQ6IFZpc3VhbCBBbmFsb2d1 ZSBTY2FsZSAoVkFTKQ==
Wolters U, Wolf T, Stutzer H, Schroder T. British Journal of Anaesthesia 1996;77:217-222
Universitas Indonesia
66 LAMPIRAN 1 LEMBAR PENGUMPULAN DATA A. IDENTITAS • Nama • No CM • Umur • Jenis kelamin • Alamat • Diagnosis • Status fisik ASA • Berat badan • Tinggi badan • Tindakan bedah • Tindakan anesthesia B. BIAYA (OBAT & ALAT) UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA Biaya tindakan anesthesia (obat & alat durante operasi)
___________________ rupiah
Durasi anesthesia
___________________ menit
C. EFEKTIFITAS (EFEK SAMPING) Dinilai di ruang pemulihan, setelah penderita keluar dari kamar operasi NYERI Visual Analogue Score 1. Ya (Sedang berat ) 2. Tidak (Ringan)
Terapi __________________ Harga __________________ rupiah
Universitas Indonesia
67
SHIVERING 1. Ya 2. Tidak Terapi __________________ Harga __________________ rupiah
MUAL MUNTAH PASCA OPERASI (PONV) 1. Ya 2. Tidak Terapi _________________ Harga _________________ rupiah
LAMA BERADA DI RUANG PEMULIHAN (Tiba di ruang pemulihan sampai pindah ke ruangan) __________________________ (menit)
BIAYA UNTUK MENGATASI EFEK SAMPING TINDAKAN ANESTHESIA ___________________________(Rupiah)
Universitas Indonesia
68
LAMPIRAN 2 DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA General anesthesia pemasangan pipa endotrakea (rupiah)
Regional anesthesia blok sub arachnoid (rupiah)
1. 2. 3. 4. 5.
1. Betadine 30 ml 16.159 2. Alcohol 70% 4.290 3. Spinal needle g 27 28.600 4. Bupivakain heavy 0,5% 28.600 5. Lidokain 2% 1.313 6. Ephedrine 50 mg 22.880 7. Ketorolac 30 mg 17.375 8. Aquabidest 25 cc 3.432 9. Spuit 1 cc 5.220 10. Spuit 3 cc 3.790 11. Spuit 5 cc 4.576 12. Spuit 10 cc 5.935 13. Nasal kanul oksigen 14.300
Propofol 200 mg 104.762 Lidokain 2% 1.313 Atrakurium 50 mg 64.350 Pipa endotrakea 57.200 Sevoflurane 3.375.000 per botol (250 ml) (13.500 per ml) 6. Ketorolac 30 mg 17.375 7. Neostigmine 17.675 8. Sulfas atropine 1.777 9. Aquabidest 25 cc 3.432 10. Spuit 3 cc 3.790 11. Spuit 5 cc 4.576 12. Spuit 20 cc 10.368 13. Needle g 19 1.430
Untuk efek samping anesthesia di ruang pemulihan (rupiah)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fentanyl 50.871 Pethidine 100 mg 17.149 Ondansentrone 4 mg 10.010 Deksamethasone 5 mg 2.080 Diphenhydramine 10 mg 1.248 Spuit 3 cc 3.790 Spuit 5 cc 4.576 Aquabidest 25 cc 3.432
Universitas Indonesia
69
LAMPIRAN 3
FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA AGEN ANESTHESI INHALASI (Dion P, Varkey JK)
PFTMC Cost (rupiah/ml) =
-----------------2412 d
M
: Molecular Weight (gram) Molecular weight sevoflurane 200 gram
d
: density (gram/ml) density sevoflurane 1,52 gram/ml
P
: konsentrasi vaporizer (%)
F
: fresh gas flow (Liter/menit)
T
: durasi anesthesia (menit)
C
: harga agen inhalasi (rupiah) per ml
…… x ……. x ………. X MC Cost
=
---------------------------------------------------
= ----------------- rupiah
------------------------
Disederhanakan dengan menggunakan aplikasi CRNA iVac pada appstore, dengan memasukkan data : •
Volatile agen yang digunakan
•
Konsentrasi % inspirasi
•
Flow rate L/min
•
Duration (min)
•
Harga per botol 3.375.000 (per 250 ml)
•
Volume per botol 250 ml
Universitas Indonesia
70
LAMPIRAN 4
PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI VISUAL ANALOG SCORE
from http://www.fibroaction.org/Images/content/Pain_Assessment_VAS_lrg.png
Pasien diminta menunjukkan titik diantara kedua garis (tidak nyeri sampai sangat nyeri) untuk menunjukkan besarnya rasa nyeri yang dirasakan. Panjang skala adalah 10. Interpretasi adalah sebagai berikut. •
Skala
•
Skala 1- 3
nyeri ringan
•
Skala 4 - 6
nyeri sedang
•
Skala 7 - 10 nyeri berat
0
tidak nyeri
Nyeri sedang berat dikategorikan sebagai efek samping pasca pembedahan yang memerlukan tambahan obat analgetik di ruang pemulihan.
Universitas Indonesia
71
LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS STATISTIK
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompo k Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Umur
GAOTT
.127
35
.166
.928
35
.025
RA BSA GAOTT
.164
35
.019
.910
35
.007
Biaya
.172
35
.011
.851
35
.000
RA BSA GAOTT
.348
35
.000
.752
35
.000
Durasi
.181
35
.005
.894
35
.003
RA BSA GAOTT
.126
35
.175
.953
35
.137
Total_biaya
.135
35
.109
.945
35
.082
RA BSA GAOTT
.150
35
.044
.914
35
.010
Biaya_ES
.126
35
.175
.963
35
.277
*
.984
35
.872
RA BSA GAOTT
.080
35
Durasi_di_RR
.312
35
.000
.827
35
.000
.216
35
.000
.885
35
.002
BB
RA BSA GAOTT
.176
35
.007
.931
35
.031
.171
35
.011
.871
35
.001
TB
RA BSA GAOTT
.194
35
.002
.909
35
.007
.151
35
.042
.918
35
.012
IMT
RA BSA GAOTT
.101
35
.200*
.964
35
.293
.106
35
*
.963
35
.277
.139
35
.083
.920
35
.014
.216
35
.000
.786
35
.000
RA BSA Biaya_ES_per_durasi_R GAOTT R RA BSA a. Lilliefors Significance Correction
.200
.200
*. This is a lower bound of the true significance.
Universitas Indonesia
72 Group Statistics Kelompok Biaya_ES
IMT
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
GAOTT
35
5.69E4
29830.165
5042.218
RA BSA
35
6.78E4
26719.076
4516.348
GAOTT
35
22.951
3.4448
.5823
RA BSA
35
21.360
2.3994
.4056
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Biaya Equal _ES variances assumed
.284
Equal variances not assumed IMT
Equal variances assumed Equal variances not assumed
5.878
Sig. .596
t-test for Equality of Means
t
df
95% Confidence Std. Interval of the Mean Error Difference Sig. (2- Differen Differen tailed) ce ce Lower Upper
68
6769.14 2627.82 .113 10879.8 24387.4 8 4 00 24
- 67.19 1.607 1
6769.14 2630.76 .113 10879.8 24390.3 8 8 00 68
1.607
.018 2.243
68
.028
1.5914
.7096
.1754
3.0074
2.243
60.70 5
.029
1.5914
.7096
.1723
3.0105
Universitas Indonesia
73 Group Statistics Kelompok Umur
BB
TB
Biaya
Durasi Total_biaya Durasi_di_RR Biaya_ES_per_durasi_RR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
GAOTT
35
26.49
10.626
1.796
RA BSA
35
30.00
11.371
1.922
GAOTT
35
57.00
12.485
2.110
RA BSA
35
54.89
9.625
1.627
GAOTT
35
157.09
10.576
1.788
RA BSA
35
159.83
8.176
1.382
GAOTT
35
6.91E5
197603.077
33401.016
RA BSA
35
1.76E5
22065.218
3729.703
GAOTT
35
144.86
74.956
12.670
RA BSA
35
81.74
27.768
4.694
GAOTT
35
5587.15
2136.266
361.095
RA BSA
35
2389.16
843.996
142.661
GAOTT
35
86.66
47.545
8.037
RA BSA
35
98.71
42.966
7.263
GAOTT
35
8.2899E2
567.56151
95.93541
RA BSA
35
8.7747E2
663.98279
112.23358
Universitas Indonesia
74
Ranks Kelompok Umur
BB
TB
Biaya
Durasi
Total_biaya
Durasi_di_RR
Biaya_ES_per_durasi_RR
N
Mean Rank
Sum of Ranks
GAOTT
35
32.51
1138.00
RA BSA
35
38.49
1347.00
Total
70
GAOTT
35
37.21
1302.50
RA BSA
35
33.79
1182.50
Total
70
GAOTT
35
32.37
1133.00
RA BSA
35
38.63
1352.00
Total
70
GAOTT
35
53.00
1855.00
RA BSA
35
18.00
630.00
Total
70
GAOTT
35
46.37
1623.00
RA BSA
35
24.63
862.00
Total
70
GAOTT
35
51.00
1785.00
RA BSA
35
20.00
700.00
Total
70
GAOTT
35
32.41
1134.50
RA BSA
35
38.59
1350.50
Total
70
GAOTT
35
34.66
1213.00
RA BSA
35
36.34
1272.00
Total
70
Test Statisticsa
Umur
BB
TB
Mann-Whitney U 508.000 552.500 503.000 Wilcoxon W Z
Biaya
Biaya_ES Total_bia Durasi_di_ _per_dura Durasi ya RR si_RR
.000 232.000
70.000
1.138E3 1.182E3 1.133E3 630.000 862.000
700.000
-1.229
-.709
Asymp. Sig. (2.219 .478 tailed) a. Grouping Variable: Kelompok
504.500
583.000
1134.500 1213.000
-1.303
-7.294
-4.476
-6.374
-1.313
-.347
.193
.000
.000
.000
.189
.729
Universitas Indonesia
75
Jenis_kelamin * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT Jenis_kelamin
Laki-laki
Count
Perempuan
Total
13
9
22
% within Kelompok
37.1%
25.7%
31.4%
% of Total
18.6%
12.9%
31.4%
22
26
48
% within Kelompok
62.9%
74.3%
68.6%
% of Total
31.4%
37.1%
68.6%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Total
RA BSA
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
1.061a
1
.303
.597
1
.440
1.065
1
.302
b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.440 1.045
1
.220
.307
70 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis_kelamin (Laki-laki / Perempuan) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
1.707
.614
4.744
1.289
.810
2.051
.755
.429
1.330
70
Universitas Indonesia
76
ASA * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT ASA
ASA I
Count
ASA II
Total
13
18
31
% within Kelompok
37.1%
51.4%
44.3%
% of Total
18.6%
25.7%
44.3%
22
17
39
% within Kelompok
62.9%
48.6%
55.7%
% of Total
31.4%
24.3%
55.7%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Total
RA BSA
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
1.447a
1
.229
.926 1.453
1 1
.336 .228
b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.336 1.427
1
.168
.232
70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ASA (ASA I / ASA II) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
.558
.215
1.448
.743
.452
1.223
1.332
.836
2.122
70
Universitas Indonesia
77
Diagnosis * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT Diagnosis
App
KET
Total
Count
RA BSA
Total
17
19
36
% within Kelompok
48.6%
54.3%
51.4%
% of Total
24.3%
27.1%
51.4%
18
16
34
% within Kelompok
51.4%
45.7%
48.6%
% of Total
25.7%
22.9%
48.6%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
.229a .057 .229
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df 1 1 1
Exact Sig. (1sided)
.632 .811 .632
.811 Linear-by-Linear .225 1 .635 Association N of Valid Casesb 70 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
.406
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Diagnosis (App / KET) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
.795
.311
2.034
.892
.558
1.425
1.122
.700
1.798
70
Universitas Indonesia
78
Ponv * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT Ponv
Positif
Negatif
Total
RA BSA
Count
Total
7
11
18
% within Kelompok
20.0%
31.4%
25.7%
% of Total
10.0%
15.7%
25.7%
28
24
52
% within Kelompok
80.0%
68.6%
74.3%
% of Total
40.0%
34.3%
74.3%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
1.197a .673 1.204
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df 1 1 1
Exact Sig. (1sided)
.274 .412 .272 .413
1.179
1
.206
.277
70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Ponv (Positif / Negatif) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
.545
.183
1.628
.722
.384
1.358
1.324
.827
2.121
70
Universitas Indonesia
79
Shivering * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT Shivering
Positif
Count
17
22
14.3%
48.6%
31.4%
7.1%
24.3%
31.4%
30
18
48
% within Kelompok
85.7%
51.4%
68.6%
% of Total
42.9%
25.7%
68.6%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Total
5
% within Kelompok Negatif
RA BSA
Count
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
9.545a
1
.002
8.021 9.948
1 1
.005 .002
b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.004 9.409
1
.002
.002
70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Shivering (Positif / Negatif) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
.176
.056
.561
.364
.163
.810
2.061
1.341
3.167
70
Universitas Indonesia
80 Pain * Kelompok Crosstab Kelompok GAOTT Pain
Positif
Negatif
Total
Count
RA BSA
Total
15
8
23
% within Kelompok
42.9%
22.9%
32.9%
% of Total
21.4%
11.4%
32.9%
20
27
47
% within Kelompok
57.1%
77.1%
67.1%
% of Total
28.6%
38.6%
67.1%
35
35
70
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Kelompok % of Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
3.173a
1
.075
2.331 3.211
1 1
.127 .073
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.126 3.128
1
.063
.077
70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pain (Positif / Negatif) For cohort Kelompok = GAOTT For cohort Kelompok = RA BSA N of Valid Cases
Lower
Upper
2.531
.899
7.124
1.533
.981
2.395
.605
.329
1.116
70
Universitas Indonesia
81
LAMPIRAN 6 HASIL TABULASI DATA DASAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Umur
Jenis Kelamin
ASA
Diagnosis
Biaya
Durasi
Total Biaya
Biaya ES
Durasi RR
Biaya ES per Durasi RR
Pain
Shivering
Ponv
BB
TB
IMT
Kelompok
13 24 12 15 48 44 44 16 13 18 27 31 23 33 23 19 33 19 12 26 33 30 26 28 33 28 19 29 28 26 14 34 20 28 58 19 13 26 25 47
1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1
1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
575579 730234 379598 852557 850255 731950 1277550 697091 646578 686047 758370 691766 512074 618250 812444 1345883 672631 665208 702000 741098 607830 469241 625080 683890 893765 493765 649157 443970 637026 570096 636199 513375 646243 498933 873185 204969 162833 167409 162833 162833
110 180 60 255 105 155 300 165 130 120 165 130 50 100 95 285 80 155 130 130 70 40 95 100 165 105 115 135 120 90 240 265 190 80 360 128 90 110 110 115
5232.5 4056.9 6326.6 3343.4 8097.7 4722.3 4258.5 4224.8 4973.7 5717.1 4596.2 5321.3 10241.5 6182.5 8552 4722.4 8407.9 4291.7 5400 5700.8 8683.3 11731 6579.8 6838.9 5416.8 4702.5 5644.8 3288.7 5308.6 6334.4 2650.8 1937.3 3401.3 6236.7 2425.5 1601.3 1809.3 1521.9 1480.3 1415.9
13800 61635 34965 53458 82301 54953 53705 40470 74225 40470 40316 134356 24708 30825 47835 45873 21750 68188 0 125746 48420 53458 63468 94391 105213 53186 26516 42900 40470 63468 69431 91092 74936 26788 88151 29284 61481 58631 72389 84719
60 85 150 60 180 60 30 40 145 60 120 133 60 60 60 60 60 60 60 130 120 60 35 60 70 30 120 180 180 180 60 40 45 60 120 130 60 130 180 110
230 725.1176471 233.1 890.9666667 457.2277778 915.8833333 1790.166667 1011.75 511.8965517 674.5 335.9666667 1010.195489 411.8 513.75 797.25 764.55 362.5 1136.466667 0 967.2769231 403.5 890.9666667 1813.371429 1573.183333 1503.042857 1772.866667 220.9666667 238.3333333 224.8333333 352.6 1157.183333 2277.3 1665.244444 446.4666667 734.5916667 225.2615385 1024.683333 451.0076923 402.1611111 770.1727273
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1
2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2
43 80 38 80 50 50 65 45 56 50 70 83 58 55 65 55 50 60 37 46 60 50 60 50 54 54 45 60 46 90 45 55 60 60 70 45 48 55 60 60
160 180 135 170 155 160 150 155 150 160 180 170 153 155 150 160 150 155 130 162 150 150 155 150 152 158 155 155 160 180 158 155 165 150 165 155 154 170 168 165
16.8 24.7 20.9 27.7 20.8 19.5 28.9 18.7 24.9 19.5 21.6 28.7 24.8 22.9 28.9 21.5 22.2 25 21.9 17.5 26.7 22.2 25 22.2 23.4 21.6 18.7 25 18 27.8 18 22.9 22 26.7 25.7 18.7 20.2 19 21.3 22
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
82 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
43 26 25 53 54 28 20 17 22 22 20 15 27 29 27 19 19 33 52 56 34 36 29 34 37 23 32 27 29 32
1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
162833 162833 199034 162833 223071 162833 223071 134519 162833 162833 162833 208401 174989 182917 208401 208401 211833 162833 162833 162833 162833 162833 162833 204969 162833 162833 162833 176275 162833 162833
90 105 165 95 50 40 85 43 60 60 65 80 65 50 90 105 60 40 90 60 70 90 70 90 45 80 85 120 70 90
1809.3 1550.8 1206.3 1714 4461.4 4070.8 2624.4 3128.3 2713.9 2713.9 2505.1 2605 2692.1 3658.3 2315.6 1984.8 3530.6 4070.8 1809.3 2713.9 2326.2 1809.3 2326.2 2277.4 3618.5 2035.4 1915.7 1469 2326.2 1809.3
61481 68957 78763 39504 60669 60823 74469 98161 100241 47953 59309 108191 54555 75379 138462 70776 47953 84479 26975 66633 34153 95025 61635 13800 107466 74469 47953 84633 96101 26788
60 135 120 60 70 60 120 30 60 60 60 90 180 30 60 60 60 120 60 120 120 120 120 180 120 120 60 180 90 120
1024.683333 510.7925926 656.3583333 658.4 866.7 1013.716667 620.575 3272.033333 1670.683333 799.2166667 988.4833333 1202.122222 303.0833333 2512.633333 2307.7 1179.6 799.2166667 703.9916667 449.5833333 555.275 284.6083333 791.875 513.625 76.66666667 895.55 620.575 799.2166667 470.1833333 1067.788889 223.2333333
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2
1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
75 72 80 50 50 50 50 56 51 55 45 59 47 45 51 45 54 50 60 80 55 48 50 50 54 40 50 58 60 63
167 181 175 150 150 160 160 176 160 161 155 160 150 150 158 155 162 150 160 172 155 150 150 155 160 155 165 155 160 165
26.9 22 26.1 22.2 22.2 19.5 19.5 18.1 19.9 21.2 18.7 23 20.9 20 20.4 18.7 20.6 22.2 23.4 27 22.9 21.3 22.2 20.8 21.1 16.6 18.4 24.1 23.4 23.1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2