2.2.3 Autonomy Menghormati martabat manusia (respect for person / autonomy). Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki autonomy (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonomi nya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. Misalnya dengan memberikan surat rujukan, tidak memberitahu penyakit pasien kepada orang lain. Kaidah ini pula berati pasien sendiri diberi hak untuk berpikir secara logis dan membua keputusan sendiri. Autonomy ini juga bermaksud menghendaki, menyetuji, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Ciri-ciri yang dimiliki kaidah ini adalah: ✔ Menghargai hak menentukan nasib sendiri ✔ Berterus terang ✔ Menghargai privasi ✔ Menjaga rahasia pasien ✔ Melaksanakan informed consent Jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat tidak dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa yang diharapkan semua pihak. Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan ringan berakibat fatal. Kasus demikian dapat menjadi penyesalan berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk mencari pengobatan alternatif. Padahal doktyer percaya bahwa tindakan medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien. ✔ Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi ✔ Tidak berbohong kepada pasien pada kasus non emergensi ✔ Menjaga hubungan (kontrak) Hubungan dokter dan pasien berbeda dengan hubungan dalam pergaulan sosial sehari-hari. Hubungan dengan teman akrab, misalnya, cukup dengan cara “memantapkan hati”, simpati, menerangkan realitas, dan lain-lain.
Tetapi, hubungan dokter dan pasien dan hal psikologik yang berlangsung dalam hubungan itu adalah kompleks. Hubungan dokter dan pasien adalah hal yang khusus, dimana berlaku proses yang optimal, dan menciptakan suasana yang menguntungkan, diperlukan pengertian tentang kompleksitas itu serta keterampilan khusus untuk menanganinya.
Contoh dalam sekenario adalah: “dr. Tenar meletakkan 2 bed dikamarnya yang dibatasi dengan gorden” Dr. Tenar tidak memikirkan privasi pasien “ibu tersebut masuk ke kamar periksa karena merasa ada yang kurang yaitu belum disuntik seperti yang biasa ia dapatkan bila berobat ke dokter.” Dr. Tenar menghargai hak pasien untuk menentukan nasib sendiri, dan tidak menghalang autonomi pasien. “tidak memberikan penjelasan CT Scan kepada pasien.” Dr. Tenar tidak berterus terang kepada pasiennya. “Garputala adalah hansip setempat yang merasa tak afdol kalau belum “dipegang” dr. Tenar”. Dr. Tenar menghargai hak autonomi pasiennya.