3/7/2019
Assassin: Pemburu Maut dari Lembah Alamut (1) - Hidayatullah.com
Assassin: Pemburu Maut dari Lembah Alamut (1) Kamis, 22 Mei 2014 - 12:16 WIB Kelompok Assassin merupakan sebuah sekte pecahan Syiah Ismailiyah.Ia didirikan oleh Hasan al-Sabbah, seorang keturunan Yaman yang lahir dan menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di wilayah Iran
IRANVISITOR
Lukisan abad ke-14, tentang pembunuhan oleh sekte assasin, sebuah sekst pecahan Syiah
Terkait Pergolakan Muslim Uighur di Xinjiang dan Kebijakan Pemerintah China Begini Interaksi Nabi Bersama Anak dan Cucu Indonesia Tetap Indonesia, Tak Jadi Suriah Substansi Hari Santri, Kepemimpinan dengan Nilai-nilai Pesantren
Oleh: Alwi Alatas JIKA anak-anak muda pada hari ini ditanya apa yang mereka ketahui tentang Assassin, mungkin mereka serentak akan menjawab bahwa itu adalah nama sebuah game online. Jika pengetahuannya hanya berhenti sampai di situ, tentu sayang sekali.Karena
https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2014/05/22/21950/assassin-pemburu-maut-dari-lembah-alamut-1.html
1/4
3/7/2019
Assassin: Pemburu Maut dari Lembah Alamut (1) - Hidayatullah.com
Assassin sebenarnya bukan sebuah cerita atau permainan fiktif. Ia adalah sebuah sekte keagamaan cukup besaryang pernah muncul dalam sejarah. Kumpulan ini memang lahir di dunia Islam, tetapi juga memberi kesan yang kuat di dalam imajinasi Barat, sayangnya tidak dalam pengertian yang positif. Kelompok Assassin merupakan sebuah sekte pecahan Syiah Ismailiyah. Ia didirikan oleh Hasan al-Sabbah, seorang keturunan Yaman yang lahir dan menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di wilayah Iran. Kajian tentang Assassin tak akan lengkap tanpa membahas sosok yang satu ini. Hasan al-Sabbah lahir pada pertengahan abad ke-11 di kota Qum, Iran.Iakemudian mengikuti orangtuanya pindah ke kota Rayy (Teheran). Mengikut keyakinan keluarganya, Hasan menganut faham Syiah Itsna Asy’ariyah (Dua Belas Imam).Dalam cuplikan biografinya, sebagaimana dikutip oleh Bernard Lewis dalam bukunya Assassin, Hasan menulis bahwa, “sejak berusia tujuh tahun, aku sudah jatuh hati pada kepada pelbagai cabang ilmu pengetahuan dan bercita-cita menjadi ulama.” Hingga sepuluh tahun berikutnya, ia “menjadi pencari dan penuntut ilmu dengan tetap mempertahankan keyakinan Syiah Dua Belas Imam” yang dianut oleh ayahnya. Keadaan berubah saat ia bertemu seorang dai Ismailiyah bernama Amira Darrab; seorang rafiq (sahabat)mengikutistilahyang digunakan di kalangan Ismailiyah. Hasan pada awalnya menolak pandangan-pandangan Amira Darrab.Namun kepribadiannyayang menarik dan kepandaiannnya berargumen membuat keyakinan Hasan akhirnya goyah. Ia pun berpindah keyakinan kepada Ismailiyah yang pada masa itu memang lebih dominan dibandingkan Itsna Asy’ariyah. Pada pertengahan tahun 1072, Hasan dibaiat oleh pimpinandai Ismailiyah di Persia Barat dan Irak, Abdul Malik bin Attasy. Sekitar empat tahun kemudian, ia melakukan perjalanan dari Rayy menuju Isfahan. Setelah itu ia ke Kairo, tempat bersemayam Khalifah Fatimiyah, al-Mustansir (w. 1094), sekaligus pusat pemerintahan Ismailiyah ketika itu. Ia tiba di Kairo pada pertengahan tahun 1078. Hasan hanya menetap tiga tahun di kota itu dan juga Aleksandria. Belakangan ia berseteru dengan wazir Badr al-Jamali yang menyebabkan ia terpaksa pergi meninggalkan Mesir dan kembali ke Persia. Tahun kedatangan Hasan di Kairo, 1078, juga merupakan tahun kematian Mu’ayyad alDin al-Shirazi, pimpinan misionaris (Da’i al-Du’at) Ismailiyah sekaligus intelektual penting yang membawa falsafah Ismailiyah kepada puncaknya.Kedudukannya digantikan oleh Badr al-Jamali (w. 1094), seorang bekas budak Armenia yang karirnya menanjak cepat di pemerintahan Fatimiyah. Badr al-Jamali juga merupakan wazir dan kepala tentara Fatimiyah. Kuatnya pengaruh Badr al-Jamali serta keturunannya pada masa berikutnya akan menyebabkan posisi Khalifah Fatimiyah mulai tersandera dan kehilangan pengaruh, sebagaimana yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah.
https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2014/05/22/21950/assassin-pemburu-maut-dari-lembah-alamut-1.html
2/4
3/7/2019
Assassin: Pemburu Maut dari Lembah Alamut (1) - Hidayatullah.com
Kelak Badr al-Jamali dan anaknya yang meneruskan kedudukannya, al-Afdal,akan menyingkirkan putra mahkota Fatimiyah yang memiliki dukungan luas, Nizar (w. 1095/1097), dan menggantinya dengan putera Khalifah yang lain. Hal itu nantinya akan memicu perpecahan di dunia Ismailiyah, antara pihak yang berkuasa di Kairo dan pihak yang pro-Nizar di mana Hasan al-Sabbah menjadi salah satu pendukung utamanya. Tapi hal ini baru terjadi sekitar dua dekade setelah keberadaan Hasan al-Sabbah di Mesir. Setelah meninggalkan Mesir, Hasan al-Sabbah kembali ke wilayah Iran dan menyebarkan dakwah Ismailiyah di sana. Pada akhir tahun 1080-an, ia memfokuskan dakwahnya di wilayah Dailam di utara Iran. Masyarakat di wilayah itu tidak puas dengan pemerintahan Abbasiyah dan Saljuk, mayoritasnya menganut Syiah, dan wilayah itu tidak sepenuhnya berada di bawah kendali pemerintah karena lokasinya yang agak jauh dari pusat pemerintahan. Di wilayah itu, tepatnya di pegunungan Alborz, ada sebuah benteng yang sangat strategis dan sulit dijangkau.Benteng itu dibangun pada masa silam oleh seorang raja Dailam yang menemukan lokasi tersebutketika burung elangnya terbang ke tempat itu saat sedang berburu.Ia pun membangun benteng di sana dan memberinya nama Aluh Amut yang menurut bahasa setempat bermakna ‘Petunjuk Elang’. Nama itu kemudian berubah menjadi Alamut. Secara bertahap, Hassan menyusupkan orang-orangnya ke dalam benteng Alamut dan menyebarkan pengaruh secara rahasia di dalam benteng. Pada tahun 1090, ia sendiri menyusup dengan menyamar ke dalam benteng. Ketika penguasa benteng itu akhirnya mengetahui apa yang terjadi, keadaannya sudah terlambat, karena pengaruh Hasan alSabbah sudah terlalu kuat. Ia terpaksa menerima tawaran Hasan agar menjual benteng itu kepadanya seharga 3000 dinar emas dan pergi meninggalkan benteng itu setelahnya. Penguasa Saljuk berusaha merebut kembali Alamut setelah benteng itu dikuasai oleh Hasan, tetapi mereka tidak berhasil.Alamut tetap berada di bawah kekuasaan Hasan dan para pengikutnya hingga satu setengah abad berikutnya. Dikuasainya benteng Alamut oleh Hasan al-Sabbah menandai era baru gerakan Ismailiyah di wilayah Persia, serta “meletakkan dasar bagi sebuah negara baru dan unik, di atas prinsip yang sangat berbeda dengan masyarakat Sunni di sekitarnya,” tulis Marshall Hodgson dalam The Order of Assassin. Hal ini juga menandai kemunculan sebuah kelompok yang kemudian terkenal dengan penggunaan cara-cara berdarah dalam menghabisi lawan-lawan politiknya.Seperti dikatakan Steven Runciman dalam A History of the Crusades, “Senjata politik utama yang digunakannya (Hasan al-Sabbah, pen.)adalah apa yang dengannya para pengikutnya melahirkan namanya, pembunuhan”.
https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2014/05/22/21950/assassin-pemburu-maut-dari-lembah-alamut-1.html
3/4
3/7/2019
Assassin: Pemburu Maut dari Lembah Alamut (1) - Hidayatullah.com
Ya, para pengikut al-Sabbah memang kelak dikenal, terutama di Barat, sebagai kaum Assassin (Pembunuh). Di Alamut, Hasan dan para pengikutnya mendirikan sebuah kastil, atau Eagle's Nest, di mana Hassan Sabbah mengambil gelar tradisional yaitu Syekh al-Jabal, atau "Old Man of the Mountain"
Di Alamut, Hasan dan para pengikutnya mendirikan sebuah kastil, atau Eagle’s Nest, di mana Hassan Sabbah mengambil gelar tradisional yaitu Syekh al-Jabal, atau “Old Man of the Mountain” Sejak menguasai Alamut, Hasan berusaha menguasai benteng-benteng strategis lainnya di kawasan Iran Utara.Hal ini menjadi ciri khas gerakan Assassin pada masa-masa berikutnya, yaitu menguasai kastil-kastil yang sulit dijangkau di kawasan pegunungan yang agak jauh dari pusat-pusat pemerintahan Saljuk.Selain itu, Hasan juga mengembangkan doktrin Ismailiyah yang kemudian dikenal sebagai “dakwah baru” (alda’wa al-jadida). Menurut Farhad Daftary dalam artikelnya “Hasan Sabbah”, dakwah baru ini sebenarnya merupakan formulasi ulang dari doktrin ta’lim (authoritative instruction) yang sudah mapan di dalam ajaran Ismailiyah. Hasan mampu membangun otoritas yang kuat di kalangan pengikutnya sehingga dapat dikatakan mereka mentaatinya secara mutlak.Para pengikutnya itu siap mati dalam menjalankan perintah Hasan dan para pemimpin setelahnya.Hasan sendiri disebut oleh para pengikutnya dengan sebutan Sayyidna (our Master). Hasan melatih sebagian pengikutnya secara khusus untuk melakukan penyamaran, penyusupan, dan pembunuhan.Para pembunuh ini, biasanya disebut fida’i, ditugaskan untuk membunuh tokoh-tokoh penting di kalangan Ahlu Sunnah. Para pembunuh terlatih ini harus siap mati, karena biasanya mereka akan mati dalam menjalankan tugasnya, baik tugas itu berhasil ataupun gagal.*/bersambung “Korban-korban Assasin” Penulis adalah ahli sejarah, penulis buku “Nuruddin Zanki dan Perang Salib” dan“Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III”. Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan dalam Bulletin Busyra milik Rabithah Alawiyah Rep: Admin Hidcom
https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2014/05/22/21950/assassin-pemburu-maut-dari-lembah-alamut-1.html
4/4