Anugerah Pertobatan “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:2-3).
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, perikop Lukas 13:2-3 merupakan respon yang Tuhan Yesus berikan terhadap peristiwa yang menimpa orang-orang Galilea. Pada saat itu terdengar kabar bahwa Pilatus telah melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Galilea. Terlebih kejadian ini dilakukan saat orang-orang Galilea sedang melaksanakan ritual persembahan korban kepada Allah. Kekejaman yang dilakukan Pilatus semakin menjadi, takkala ia mencampur darah dari orang-orang Galilea dengan darah persembahan korban. Berita ini menjadi berita yang disampaikan kepada Tuhan Yesus, mereka ingin memperlihatkan bahwa kematian yang dialami oleh orang-orang Galilea sebagai balasan terhadap prilaku yang mereka lakukan. Sehingga kematian yang naas ini menjadi hukuman yang setimpal dengan dosa yang dipunyai oleh mereka. Pemahaman seperti yang dipunyai oleh banyak orang saat itu, ditentang oleh Tuhan Yesus Kristus. Ada beberapa pokok teologis yang bisa kita lihat dari penjabaran yang Tuhan Yesus punyai menyangkut hal ini. Pertama, kematian adalah takdir yang dipunyai oleh setiap insan manusia. Dalam pemahaman iman kita, kematian bukanlah akhir dari kehidupan yang kita jalani. Bahkan, kematian dipandang sebagai awal untuk diri kita memasuki kehidupan kekal bersama Kristus. Sehingga apapun penyebab dari kematian yang dialami seseorang, tidak ada kaitannya dengan dosa yang ia punyai, karna setiap orang pernah berdosa dan setiap orang pasti akan mengalami kematian. Kedua, Kristus tidak ingin para muridNya terlarut dengan pemikiran akan keberdosaan yang dipunyai oleh seseorang. Dalam ayat 2, kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus menegur para murid, apakah orang-orang yang mengalami nasib seperti itu dosanya lebih besar dari yang lain? Dengan tegas Kristus menjawab Tidak. Bukan wewenang diri kita untuk menukur tingkat keberdosaan yang dipunyai oleh manusia, karena kita pun berdosa. Ketiga, Kristus mengajak untuk diri kita berfokus kepada pertobatan yang dilakukan. Pertobatan merupakan sikap pembaruan hidup yang kita lakukan. Kristus
membandingkan kejadian-kejadian yang bisa menimpa siapa saja, seperti kejadian meninggalnya orang banyak di dekat Siloam, dekat dengan Bait Allah. Sekali lagi atas kejadian ini, Tuhan Yesus mengatakan Tidak. Siapapun dapat mengalami kejadian tersebut. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, pengampunan yang kita terima dari Tuhan adalah anugerah yang diberikan kepada kita. Pertobatan yang kita lakukan adalah respon terhadap anugerah yang Tuhan berikan kepada diri kita. Marilah untuk kita memaknai anugerah pertobatan kita dengan menjadi pribadi yang lebih baik hari lepas hari. Tuhan menguatkan pertobatan yang telah kita lakukan. S.H.M