BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002). Salah satu teori yang diungkapkan pada Midle Range Theory adalah Transcultural Theory. Ikuys, 2014 mengemukakan bahwa Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan cultural shock. Leininger (1984), berpendapat transkultural keperawatan adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan/meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif dan negatif. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya 1
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan (Prasetyadi, 2014). Transkultural keperawatan sangat dibutuhkan dalam dunia keperawatan ketika perawat menghadapi pilihan yang sulit di mana perawat harus memilih budaya yang dianut oleh klien atau teori kesehatan yang ia pelajari. Transkultural juga dibutuhkan saat perawat melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implmentasi, sampai evaluasi.Lingkungan sangat mempengaruhi adanya penyakit karena salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit adalah dari faktor ksternal atau lingkungan sekitar. Kebudayaan dapat mempengaruhi status gizi pada orang dewasa, namun pada anak tradisi tidak mempengaruhi status gizi.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap penyakit? 2. Apa aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi? 3. Apa aspek sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan? 4. Apa aspek sosial budaya dalam program kb? 5. Apa kaitan budaya dengan kesehatan ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh
lingkungan
sosial budaya terhadap
penyakit 2. Untuk mengetahui dan memahami aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi 3. Untuk mengetahui dan memahami aspek sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan 4. Untuk mengetahui dan memahami aspek sosial budaya dalam program KB 5.Untuk mengetahui kaitan budaya dengan kesehatan
2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Penyakit Sudah berkembang pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosia kultural. Dalam bahasa inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa indonesiakedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illnes dimaksud reaksi personal, interpersonal dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman (Soejoeti, 2008) Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya ).Makanan pokok penduduk papua adalah sagu yang tumbuh antara daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa tidak jauh dari mereka yang tinggal dihutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan tersebut memiliki penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa penebangan, pembabatan hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala panas tinggi menggigil, dan muntah. Penyakit tesebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk diminum dan di oleskan keseluruh tubuh penderita dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun-temurunn (Widiyanto, 2010) 2.2 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi 2.2.1 Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status gizi antara lain:
3
a. Umur Jika dilihat dari golongan umur maka ada beberapa pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain. b. Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat. c. Pekerjaan Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat yang banyak dilakukan disawah denganlingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri, misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu. d. Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnustrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah. 2.2.2 Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi dan Perilaku Kesehatan, menurut G.M. oster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan antara lain : a. Pengaruh tradisi Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki-laki maka kebanyakan laki-laki lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbau amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan. b. Sikap fasalistis Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
4
Contoh : beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit. c. Sikap ethnosentris Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Contoh;seorang perawat atau dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya Contoh : dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. e. Pengaruh norma Contoh : upayah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan. f.
Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih. g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa. h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah kosekuensi apa yang akan terjadi jika 5
melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut. Menurut koenjtaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk : a.
Perubahan yang terjaadi secara lambat dan cepat
b.
Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar (Citerawati, 2012) Tradisi tidak memiliki hubungannya dengan status gizi anak, menurut (Yudi, 2008). di
mana nilai p = 0,408 atau p > 0,05. Tidak ada makanna yang dipantangkan untuk anak dalam keluarga yang tinggal di Kecamatan Medan Area, sehingga tradisi tidak mempunyai hubunngan dengan staatus gizi pada anak. Di samping itu hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Area yang terdiri dari beragam suku/etnis, namun secara tradisi dalam pola makan ataupun konsumsi yang diberikan kepada anak beerkaitan dengan latar belakang budaya suku/etnis masing-masing keluarga tersebut sudah tidak dilakukan. Umumnya untuk masyarakat perkotaan atau masyarakat yang sudah tinggal dalam satu wilayah yang sama mempunyai adat dan kebiasaan yang sama pula. Adat dan kebiasaan yang berasal dari leluhur karena proses waktu yang lama akan merubah perilaku individu/keluarga dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat keluarga/individu tinggal, sehingga masyarakat di tempat penelitian mempunyai adat dan kebiasaan memberi makan anak yang sama. Menurut Robson (1980) kebiasaan makan pada orang-orang yang tinggal di suatu daerah yang sama biasanya tidak berbeda, kebiasaan makan dibentuk dari sejak anak (usia muda) dan dalam waktu yang lama dan dipengaruhi oleh ekologi (lingkungan)
2.3 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan Dalam teori HL Blum tentang status ksehatan, maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, prilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan.Selanjutnya 6
Belum
juga
menjelaskan,bahwa
mempengaruhi status
lingkungan
sosial
budaya
tersebut
tidak
saja
kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam. lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat. Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat. dengan definisi tersebut, ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat, unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial. kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan
dari
kesatuan-kesatuan
individu
yang
berinteraksi
dengan
kehidupan
masyarakat.sedangkan yang dimaksud pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut memberikan Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat. Kebudayaan dalam pengertian yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan sebagai bangunan yang indah, candi ,tari-tarian, seni suara dan seni rupa. Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan kesenian. moral hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
7
kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Status Kesehatan Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu: 1.
Umur
2.
jenis kelamin
3.
Pekerjaan
4.
Sosial ekonomi Jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan
golongan umur.misalnya dikalangan balita banak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis. demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara,sedangkan pada pria, lebih banyak menderita kanker prosat.Begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu. Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit bahkan juga berpengaruh pada kematian,misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi.demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi. Menurut H Ray Elling(1970) ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan.antara lain 1.
Self concept
2.
image kelompok.
3. Pengaruh identifikasi kelompok G.M foster menambahkan,bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
8
1.
Pengaruh self concept kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang
kita rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena itu,secara tidak langsung self concept kita cenderung mementukan,apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan. 2.Pengaruh image kelompok.image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.sebagai contoh,seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis,dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter. 3. Pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan. Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
2.4 Aspek sosial budaya dalam program KB Keluarga berencana adalah rogram yang dibentuk oleh pemerintah untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia menciptakanlah program keluarga berencana. Program ini sangat bermampaat dalam mengatur jumlah anak. Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali di canangkan padatahun 1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai tugas mensukseskan program tersebut. Badan tersebut adalah badan koordinasi keluarga berencana Nasional (BKKBN). Program keluarga berencana merupakan sarana untuk menurunkantingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini diharapkan akan dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan.(Rusli Chaniago, 2000). BKKBN dalam hal ini menyarankan masyarakat untuk memiliki dua(2) anak saja. Seorang
mahasiswa keperawatan yang kritis, kemudian akan bertanya, apakah saran
tersebut juga berlaku pada masyarakat tingkat sosial ekonomi atas?. Pertanyaan ini menarik 9
dan tentunya akan membawa kita pada suatu pertanyaan yang lebih mendasar, yaitu mengapa BKKBN menyarankan dua anak saja. Kita tentunya perlu memahami bahwa jumlah masyarakat Indonesia terbilang besar. Sensus tahun 2007 saja menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 210 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang besar tentunya pemerintah semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka meningkat kan kesejahteraan. Kondisi ini terjadi, apabila masyarakat tersebut menjadi beban pemerintah. Akan tetapi bagaimanabila masyarakat tersebut menjadi agen yang membatu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, tentunya memiliki banyak anak tidak masalah. Jadi, masalahnya dalam kepemilikan jumlah anak adalah” apakah orangtua dapat memberikan pendidikan, makanan yang bergizi dan lain sebagainya sehinggadapat melahirkan generasi yang tangguh. Akan tetapi, apabila masyarakat tersebut berada pada kondisi dimana mengalami kesulitan secara ekonomi, pendidikan yang rendah, lalu apakah dia dapat menyediakan kebutuhan untuk melahirkan generasi yangtangguh atau hanya akan menambah jumlah penduduk yang menjadi beban pemerintah dan juga beban keluarga. Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk mengontrol memiliki anak. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam program keluarga berencana adalah: a. Cara mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral kondom. b. Cara kimiawi pil KB, suntik. Tujuan Program Keluarga Berencana(KB)Yang menjadi target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan usia subur yaitu pasangan usia 15-49 tahun, kemudian anggota masyarakat, institusi dan wilayah.Program keluarga brencana ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dantujuan khusus. Tujuan umum kecil dan sejahtera adalah secara bertahap dalam rangka perkembangan dan pembudayaan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan sejahtera,(BKKBN),Adapun tujuan khususnya adalah; a. Penurunan tingkat kelahiran. b. Meningkatkan jumlah peserta KB.
10
c.Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang tingkat harapan hidup, menurunkan kematian bayi. d.Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan dalam melembagakan NKKBS. e. Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur dan generasi muda dalam penanggulangan masalah kependudukan. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pemakai Alat Kontrasepsi Sebagai seorang tenaga kesehatan, apakah perawat atau bidan, kita tentu nya memiliki kepentingan untuk membantu masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang baik, salah satunya adalah membantu masyarakat menggunakan alat kontrsepsi untuk mengontrol memiliki anak. Hal yang penting perlu disadarioleh para tenaga kesehatan adalah bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor kesehatan itu sendiri, akan tetapi terdapat faktor lain seperti sosial budaya, serta program KB itu sendiri. Seringkali program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena tidak memperhatikan faktor luar tersebut yang memilki pengaruh yang besar. 1.Faktor Sosial Budaya Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang mempengaruhi adalah: a. Alasan pribadi , misal nya kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 35 tahun. b. Ingin menjarangkan kehamilan c.
Ingin membatasi anak
d. Pendidikan meningkat 2. Faktor kesehatan Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang mempengaruhi adalah : Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu. 3. Faktor Program KB Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program yang mempengaruhi adalah; 11
pemahaman masyarakat yang baik akan program KB a.
Kemudahan untuk memperoleh
b. Jarak rumah mereka dengan lembaga yang bertanggungjawab terhadap program Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat menggunakan alat kontrasepsi, disisi lain kita juga perlu memahami mengapa masyarakat masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa factor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adaalah faktor sosial budaya, adat istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan nilai anak, pendidikan yang rendah, serta ekonomi. 1.Faktor sosial budaya Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan penting dalam perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak menggunakan alatkontrasepsi ternyata dipengarui oleh adat istiadat
dan atau kepercayaan dalam budayatertentu.
Misalkan saja: a.
Senang banyak anak sebagai aset.
b. Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh keturunan. c.
Kurangnya pendidikan
d. Ekonomi yang sulit(tidak punya uang) e.
Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)
contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki anak perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak perempuan. 2.Agama Faktor yang kedua adalah faktor agama. Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami pandangan kepercayaan atau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya.
12
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya tersebut ditemukan oleh LIPSET dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan factor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga berencana (KB).
2.5 Kaitan budaya dengan masalah keseahatan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan social termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.Pengaruh social budaya dalam masyarakat memberikan peran penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Perkembangan social budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan social dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative.Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat yang ada di desa saya yaitu, Desa Pamoyanan kec. Kadipaten kab. Tasikmalaya, dengan kebudayaan turun temurun dari leluhur yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pencegahan, dan pengobatan sakit. BUDAYA SUNDA Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja , tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk demam , nyerisirah untuk sakit kepala , gohgoy untuk batuk dan salesma untuk pilek / flu dan lain sebagainya. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan (environment). Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan
13
sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa ini, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. 1. Pengertian Sehat Sakit Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis , dan serba salah / gelisah. Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering.Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja , masih dapat makan – minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung . Orang disebut sakit berat , apabila badan terasa lemas , tidak dapat melakukan kegiatan sehari – hari , sulit tidur , berat badan menurun , harus berobat ke dokter / puskesmas , apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal. Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan kegiatan sehari – hari , dan sumber pengobatan yang digunakan. Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab , pencegahan dan pengobatan sendiri yang masih dilakukan di desa ini : a.
Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala ( bahasa sunda = rieut atau nyeri sirah , kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda = Lieur ) , dan sakit kepala sebelah / migran ( bahasa sunda = rieut jangar ) . Penyebab sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar matahari langsung , dan jangan banyak pikiran . Pengobatan sendiri , sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16. b.
Sakit Demam 14
Keluhan demam ( bahasa sunda = muriang atau panas tiris ) ditandai dengan badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara kotor , menghisap debu kotor , pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh nomor 16. c.
Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa (bahasa sunda = gohgoy ) , dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit ) . Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan, tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau OBH . Bila batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah. d.
Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan ( bahasa sunda = salesma ) , yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan 15
tenggorokan kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor, menghisap air , pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi, jangan langsung minum obat , banyak minum air dan istirahat . Pengobatan sendiri, pilek dapat dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrip diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung. e.
Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas, biasanya disertai dengan demam (menggigil). Untuk pengobatannya, orang sunda biasa dengan menggunakan labu ( waluh ) yang diparut ( dihaluskan ) , kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin. Pada umumnya masyarakat menggunakan obat yang terdapat di warung. Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan , hemat biaya dan hemat waktu. Tindakan Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat. Pernyataan – penyataan diatas masih tergolong penyebab, pencegahan, dan pengobatan yang turun temurun dan tidak bertolak belakang dengan medis. Di desa pamoyanan ini, sebagian masyarakat masih menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya masalah kesehatan yang telah menjadi budaya dan kebiasaan dari nenek moyang mereka, meliputi penyebab, pencegahan, dan pengobatan sakit yang ternyata bertolak belakang dengan medis. Adapun kebiasaan-kebiasaan tersebut yang umumnya masih dilakukan oleh masyarakat budaya sunda, dan khususnya masyarakat yang ada di desa pamoyanan ini, antara lain: a.
Masuk angin, harus dikerok.
16
Medis : Kerokan ternyata bukan pertanda anginnya keluar, melainkan pecahnya pembuluh kapiler tepi yang berada dikulit. Tidak mengherankan, jika beberapa waktu setelah kerokan, gejalagejala masuk angin akan kembali terjadi. Kerokan akan menimbulkan rasa sakit, tapi karena sudah ada rasa sakit atau pegal otot, maka dengan rangsangan sakit yang baru akan menimbulkan rasa seolah-olah rasa sakit pertama berkurang atau "terlupakan". b. Penderita Cacar Air atau Campak Tidak Boleh Mandi Medis : Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip medis, dimana pada penderita penyakit cacar air atau campak dengan kelainan pada kulit yang menyeluruh, justru harus menjaga kebersihan kulit dengan mandi lebih sering agar perluasan penyakit dapat dicegah, disamping menggunakan obat. c. Mandi Malam Hari Menyebabkan Rematik Medis : Hal ini tidak benar. Kalau kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan memerlukan mandi untuk kebersihan, tidak ada masalah meskipun mandi malam hari. Tetapi pada penderita rematik, dianjurkan mandi dengan air hangat. d.
Kalau Demam Tidak Boleh Mandi
Medis : Dengan mandi ketika demam dapat menurunkan suhu tubuh yang sedang meningkat. Tetapi, kalau demam disertai dengan rasa menggigil, mandi dengan air hangat akan lebih baik atau kompres dengan air hangat.
17
Bagi orang sunda, termasuk desa pamoyanan ini, selain penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural dan metode-metode pengobatan penyakit, yaitu: 1.
Jika mata seseorang bengkak (masyarakat disini menyebutnya = turuwisen) itu
disebabkan karena dia telah melakukan perbuatan yang tidak baik (mengintip). Cara mengobatinya dengan mengoleskan air sirih pada matanya yang bengkak tersebut. 2.
Nama yang tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama), sehingga menyebabkan
orang tersebut sering sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti namanya dengan nama lain yang lebih cocok untuk orang tersebut, dan dido’akan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga. 3.
Berdoa : dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan , pasien berdoa menurut
agamanya. 4.
Air putih : Pasien diminta membawa air putih dalam botol 1, 5 liter. Setelah didoakan,
pasien minum di rumah masing- masing . Kalau habis , tambahkan dengan air yang baru. 5.
Pijat refleksi : Pasian menjerit kesakitan karena “ disetrum “ listrik tegangan tinggi.
Adapun mitos-mitos dan Fakta Budaya Jawa seputar masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di pamoyanan kec. Kadipaten kab. Tasikmalaya, yaitu: a.
Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali pusat. Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif.
18
b.
Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam. Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
c.
“Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"- nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut. Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebut justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
d. Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ seperti rongga dada dan perut serta organ lain akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang. e.
Dibedong agar kaki tidak pengkor. Faktanya: Bedong bisa membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki.
f. Timbulnya penyakit sebagai pertanda Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan. g. Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin. Fakta: Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Sebagai tenaga kesehatan yang langsung terjun ke masyarakat hendaknya kita memperhatikan adat istiadat dan budaya yang berkembang di sekitar kita. Hal ini bermanfaat bagi para tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat, karena terkadang tenaga kesehatan akan mengalami kesulitan dalam membarikan pelayanan yang bertentangan dengan adat istiadat dan budaya
19
setempat. Dan kita harus selektif dalam menghadapi segala budaya-budaya yang telah berkembang dalam masyarakat.
20
BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Transcultural Theory, Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Transkultural keperawatan sangat dibutuhkan dalam dunia keperawatan ketika perawat menghadapi pilihan yang sulit di mana perawat harus memilih budaya yang dianut oleh klien atau teori kesehatan yang ia pelajari. Transkultural juga dibutuhkan saat perawat melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implmentasi, sampai evaluasi. Lingkungan sangat mempengaruhi adanya penyakit karena salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit adalah dari faktor ksternal atau lingkungan sekitar. Kebudayaan dapat mempengaruhi status gizi pada orang dewasa, namun pada anak tradisi tidak mempengaruhi status gizi.Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, berkaitan dengan masalah kesehatan, pencegahan, dan pengobatan sakit.
21
DAFTAR PUSTAKA
Badrujaman,Aip.2008.SOSIOLOGI
UNTUK
MAHASISWA
KEPERAWATAN.Jakarta:Tran Info Media.Page Cultural Diversity in Nursing, Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi-penggunaan.html http://Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing” https://www.bastamanography.id/aspek-sosial-yang-mempengaruhi-status-kesehatan-danperilaku-kesehatan/ Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka ditelusuri tanggal 09 November 2015 Widiyanto,S.(2010).Retrieved
April
2016,
from
www.google.com:
https://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-kesehatan-danpenyakit/ Yudi, H. (2008). HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN STATUS GIZI ANAK
USIA
6-12
TAHUN
.
http://repository.usu.
https://www.bastamanography.id/aspek-sosial-yang-mempengaruhi-status-kesehatandan-perilaku-kesehatan/.id/bitstream/123456789/6664/1/037012007.pdf, 63. wahidah http://.blogspot.co.id/2013/12/hubungan-budaya-dengan-kesehatan.html
22