Anti-gravitasi, Dari Silat Hingga Piring Levitian

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anti-gravitasi, Dari Silat Hingga Piring Levitian as PDF for free.

More details

  • Words: 1,203
  • Pages: 5
Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com

Anti-Gravitasi, Dari Silat Hingga Piring Levitian Sumber : Angkasa Online



!

"

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com Kemampuan meredam gravitasi nampaknya memang masih dikuasai dunia persilatan. Bagi awam sulit memang untuk memahaminya bahwa ini sebenarnya adalah perkara fisika biasa. Ketika medan gravitasi sudah 'dipangkas', orang pun bisa memperingan tubuhnya bahkan melayang. Aris Handoyo, seorang pelatih Perguruan Pencak Silat Merpati Putih berbadan gemuk duduk di sebuah kursi dengan sikap tegap. Di sekelilingnya ada empat pria bertubuh tak begitu besar, termasuk diantaranya Angkasa yang ingin melihat sendiri fenomena spektakuler yang bakal diperagakan sore itu di markas perguruan ini di bilangan Kuningan, Jakarta. Aris selanjutnya minta keempat pemuda ini, termasuk Angkasa, mengangkatnya sekuat tenaga dengan jari telunjuk pada setiap pangkal tungkai dan lengan. Sedari awal Angkasa menyakini, mustahil bisa mengangkat pria seberat 90 kiloan ini hanya dengan cara seperti itu. Dan, kenyataannya memang demikian. Hukum fisika tak menyalahinya. Mana mungkin! Namun, keyakinan ini berbalik ketika Aris meminta keempat pemuda melakukan sejumlah persiapan yang nampaknya agak sepele. Sebelum

Atraksi anti gravitasi - Angkasa/adr/i>

mengangkatnya lagi, dia meminta ke empat orang yang akan mengangkatnya menumpuknumpuk telapak tangan di atas kepala pria yang akan diangkat tanpa bersentuhan satu sama lain dengan jarak sekitar lima sentimeter. "Nah, sekarang tarik tangan kalian dan lakukan upaya serupa seperti tadi," ujar seorang paltih beberapa detik kemudian. Aneh bin ajaib, si pria tambun tadi bisa dengan mudahnya terangkat hingga satu meter tingginya. Untuk peragaan yang lebih ektrim, seorang pria agak besar diminta berdiri di atas dua lembar koran dimana di kedua ujungnya dipegang oleh dua orang. Ajaib, masih dengan perlakukan yang sama, orang tersebut bisa terangkat cukup tinggi namun korannya tak sobek. Dalam pertunjukkan lain lagi, si pria tak lagi berdiri di atas koran, melainkan bersila, tapi kedua tangannya menggenggam batang (besi) pompa untuk dipatahkan dengan punggung lehernya ketika dia terangkat. Uniknya hal ini pun terjadi. Padahal ketika batang pompa itu dipatahkan mestinya ada tekanan cukup besar ke bawah yang seharusnya bisa merobek koran.

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com Kejadian ini memang sulit ditangkap nalar, apalagi jika diupayakan penjelasan ilmiahnya. Suatu kenyataan yang juga tak dipungkiri oleh Poerwoto Hadipoernomo atau yang biasa dipanggil Mas Pung, pendiri dari perguruan yang merupakan warisan Raja Amangkurat dari Kerajaan Mataram abad ke-17 itu. "Yang bisa kita upayakan paling sebatas pendekatan ilmiah," kata pendekar setengah baya berbadan kurus ini. "Dan ini bukan magic. Semuanya terjadi murni karena ada perlakuan khusus terhadap alam sekitar. Kita telah memutus sementara medan gravitasi yang menarik badan dan mengosongkan tekanan dari atas yang menekan badan kita. Hasilnya, badan akan bisa terangkat dengan mudah," tuturnya. Begitulah, apa pun istilahnya, peragaan di atas bisalah jika dikategorikan sebagai demontrasi anti-gravitasi. Belum lagi mampu memahami fenomena unik ini, Hadipoernomo menambahkan, bahwa teknik memangkas gravitasi dan tekanan yang menekan tubuh itulah yang memungkinkan para yogis (petapa) dari India, pendeta di Tibet, dan pendekar dari Jepang bisa melayang-layang tanpa bantuan alat apa pun. Orang-orang dengan berkemampuan 'levitasi' (terbang) dengan posisi bersila ini diam-diam ternyata sudah ada ratusan di Indonesia. "Inti dari semua ini adalah mind-control. Niat kita arahkan (konsentrasi), dan karena perjalanan energi mengikuti pikiran, semuanya menjadi mungkin. Syaratnya, pernafasan harus teratur dan yakin semuanya akan terjadi," ujar Aris Handoyo. "Namun, sekali saja keyakinan itu luntur, dalam sekejap apa yang seharusnya terjadi akan 'bubar'." Menyamakan kutub magnet Orang-orang berkemampuan levitasi. Fenomena akan orang-orang yang bisa meredam gravitasi bumi ini sendiri sebenarnya telah terdokumentasi sejak ratusan tahun lampau. Diantaranya saja: St. Edmund, Uskup Besar Centerbury, pernah melakukannya pada 1242; St. Teresa dari Avila selama tahun 1680 di Madrid; St. Adolphus Liguori di Gereja St. John, Foggia pada 1777; dan selain itu ada ratusan lainnya yang pernah mengalami hal serupa. (Tabloid Mistik, Juli 1999) Berdasarkan semua catatan tadi, harus diakui, kemampuan seperti ini memang cenderung hanya bisa dilakukan oleh sekelompok orang yang telah memiliki kemampuan bermeditasi dengan sistem pernafasan teratur yang biasa disebut trancendental meditation. "Jadi semua itu bukan mustahil. Demikian pula dengan gerakan Gingkang, melontarkan badan penjahat yang akan menyerang kita, dan upaya menolak peluru pun. Semua mungkin asalkan bisa mengolah bio-magnet dan bio-listrik yang ada dalam tubuh. Penyamaan medan

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com magnet dengan medan magnet sasaran akan menciptakan daya tolak/lontar," tambah Poernomo. Apa yang diperagaan para petapa atau pendekar tersebut, diungkapkan, hanyalah sebagian dari 'talenta' yang sebenarnya ada dalam diri setiap manusia. Diringi kesadaran bahwa manusia adalah pemegang mandat kuasa dari Tuhan Mahapencipta dengan segala pembatasnya, pengolahan dan pengasahan yang terus-menerus terhadap kemampuan inilah yang kemudian memungkinkan manusia bisa melakukan hal-hal yang kerap disalahtafsirkan sebagai kekuatan halus, magic, atau klenik. Seperti diungkap Poernomo, dengan latihan yang terfokus, seorang buta bahkan bisa melihat, seorang kurus kecil bisa menghancurkan benda keras dengan sekali sentak, seorang awam bisa mendeteksi kebocoran bahan radioaktif, dan seorang non-medis bisa mendeteksi penyakit. Nun jauh di Inggris, adalah Profesor John Roy Robert Searl, yang juga sama-sama memiliki kemampuan serupa dengan orang-orang semacam ini. Namun, apa yang coba ditunjukkannya terkesan lebih ilmiah meski sama-sama sulit ditangkap nalar. Kemampuannya ditunjukkan lewat piringan pipih ciptaannya yang mampu mengambang dan membumbung. Padahal padanya tak dilengkapi motor propulsi atau pun bahan bakar. (www.geocities.com/Area51/3066/BIOPAGE.HTM) Kunci dari piringan yang biasa disebut piringan Searl Effect Generator (SEG) ini nampak pada susunan bagian dalamnya. Seperti dituturkan Searl, bagian dalamnya terdiri dari tiga cincin, dimana dalam setiap cincin yang disekat bahan nilon tersusun 12 gulungan metal. Gulungan (roller) metal ini senantiasa berputar sebagai akibat reaksinya terhadap lontaran elektron dari pusat piringan yang berisi unsur neodymium yang melintasi sekat-sekat nilon. Perputaran dari setiap gulungan inilah yang kemudian menciptakan suatu medan magnet yang selanjutnya menjadi penyebab dari kemampuannya mengambang di udara. Mirip dengan peragaan yang ditunjukkan para petapa, biarawan, atau pendekar tadi, SEG ciptaan Searl bisa mengambang atau melayang-layang atau membumbung karena pada piringan ini telah berlaku medan magnet dengan kutub yang sama dengan medan magnet Bumi. Lebih lanjut penyamaan medan magnet ini diikuti pula dengan peredaman gaya inersial dan kemampuannya menetralisir udara di sekitarnya. Dalam hal ini, Searl sendiri lebih suka menyebutnya sebagai wahana dengan gravitasi terbalik (The Inverse-G Vehicle). Namun, ironisnya, betapapun fenomentalnya ciptaannya, karya Searl ditolak oleh banyak kalangan kedirgantaraan yang mestinya memberi perhatian, baik itu di Amerika Serikat

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com maupun di Inggris. Pasalnya, ketika diperagaan pada sejumlah perwira AU di pangkalan udara Edwards, SEG sayangnya memang telah menunjukkan tanda-tanda yang radikal. Wahana ini segera dinilai sulit untuk dikembangkan sebagai pesawat militer masa datang mengingat tabiatnya yang kerap tiba-tiba melesat hingga menembus gaya 25g. "Tak mungkin menerapkannya sebagai pesawat tempur. Kalian lihat sendiri, para penerbangnya bisa celaka!" ujar seorang perwira AU AS menanggapinya. Harus diakui, pemahaman terhadap perkara-perkara anti-gravitasi memang masih belum berlangsung sebagaimana mestinya mengingat tak mudahnya memberi penjelasan ilmiah mengenai hal ini. Dalam kaitan ini pula, pendekar Merpati Putih pernah berusaha mempertunjukkan 'demo anti-gravitasi' di markas Boeing, Seattle, AS, pada Juli 1998. "Awalnya mereka hanya mengatakan impossible. Tetapi, ketika seorang pegawai Boeing seberat 96 kilogram berhasil diangkat dengan mudahnya dengan telunjuk empat wanita bertubuh kurus, rekan-rekannya yang lain hanya bisa terperangah," ujar Aris Handoyo. Masalahnya, yang namanya anti-gravitasi memang masih sulit dicerna dengan akal nalar. Itu saja. "Padahal kami ingin, suatu ketika kemampuan semacam ini bisa diaplikasikan untuk mendukung teknologi masa sekarang."

Related Documents