Antara Sang Budha dan Muhammad Suatu kali di sebuah meja makan Batam House, seorang kawan muslim menunjukkan KTP-nya yang baru yang sekarang bertuliskan beragama Budha. Apakah dia pindah agama? ternyata tidak karena dia bilang bahwa minggu-minggu kemarin dia juga pernah ikut kawannya ke Gereja. Obrol punya obrol samapai kepada kesimpulan oleh kawan kita satu ini bahwa kenapa dia memilih menuliskan agama Budha, karena Budha lah agama yang paling damai. Dua orang kawan yang lain tambah satu dengan saya sempat terhenyak oleh pernyataan itu. Menurutnya bukti-bukti historis menunjukkan bahwa Islam sering terlibat dalam peperangan besar, sedangkan Budha sangat relative minimal terlibat perang secara agama. Kalaupun di Pattani, Songkhla itupun yang berperang adalah kerajaan Thai dan militer melawan kaum muslim. Waktu itu saya hanya tersenyum dan membenarkan dalam hati dan memang benar adanya. Bahkanpun sampai sekarang saya membenarkan itu, bahwa jika ukuran kedamaian, kebaikan dan kesholehan seseorang adalah dari sedikitnya berbuat kekerasan maka saya yakin sang Budha lebih damai dr Muhammad. Muhammad terbukti pernah mempunyai POW (Prisoner of War) dan pernah memerintahkan pembunuhan terhadap POW dengan alasan tertentu. Muhammad pernah memerintahkan Agen Rahasia untuk menghabisi pemimpin suatu suku yang memusuhinya. Muhammad pernah memerintahkan untuk menyerang benteng-benteng Yahudi di Khaibar. Muhammad merestui ketika Mahkamah Militer menjatuhkan hukuman penggal kepala kepada skitar 600 orang Yahudi. Dan banyak bukti-bukti kekerasan pada awal islam lahir. Sampai akhirnya suatu ketika saya mendapatkan pernyataan seorang bule (researcher ttg Islam) bahwa kurang lebih "Muhammad is not only a spritula leader like Jesus, Budha, but Muhammad is also a General, a director of intelegence agencies, and also President......." Sepertinya pernyataan ini sangat pas untuk menguraikan sejarah ttg sosok Muhammad. Ketika kita membandingkan Muhammad dalam posisi sebagai jenderal dengan orang lain dalam posisi sebagai pemimpin spiritual tentu tidak akan match/pas, ada ketimpangan. Bagi orang-orang yang disucikan terdahulu secara spiritual, kita menemukan bahwa mereka adalah pemimpin spiritual, yang tentu saja susah untuk menemukan dimensi lain dari mereka selain dimensi spiritual. Kita tidak pernah mendengar bahwa Jesus adalah seorang Jenderal ataupun Sang Budha sebagai direktur intelegent dll. Lain halnya dengan Muhammad, bahwa Muhammad diutus untuk menjadi penyempurna dari segala aspek kehidupan, kehidupan pribadi sampai kehidupan negara dan dunia. Dan berbagai kasus yang banyak saya ungkapkan di atas adalah dimensi Muhammad dalam aspek non spiritual (yang sebenernya kalo mau mengikuti sejarah lebih detail selalu saja ada aspek spiritualnya). Tentu saja sebagai juga pemimpin spiritual ada sisi-sisi spiritual beliau yang tidak kalah dengan tokoh-tokoh spiritual lain. Tapi tulisan ini bukan untuk membandingkan siapa yang lebih sholeh or damai, tetapi lebih kepada meletakkan peran mereka sesuai tempat dan amanah yang mereka emban. Dan dari uraian di atas justru kita melihat bahwa seorang teladan yang tepat adalah seorang yang dalam dirinya bisa diliat berbagai peran sebagai manusia. Seorang Pemimpin rumah ibadah bs mengambil contoh muhammad bagaimana memimpin Masjid Nabawi, Seorang Jenderal bs mencontoh, seorang Jason Bourne kalo menjadi direktur CIA bs mencontoh Muhammad, seorang Hakim bs mencontoh, seorang President bs mencontoh, seorang suami bs mencontoh, seorang pedagang bs mencontoh dll. Karena Muhammad adalah seorang suri tauladan, bukan sekedar pembawa pesan damai dalam kata-kata yang kemudian setiap pengikutnya membuat interpretasi masing-masing. Batam, 21 Agustus 2007 Kisr@