Anjelo.doc

  • Uploaded by: Anghellycha Parada
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anjelo.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,188
  • Pages: 9
Nama : Anghellycha. Melapa NPM : 91811402111027 MK

:Pendidikan Agama Kristen

Kisah Fidelis Fidelis Ari Sudarwoto, pegawai negeri sipil Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang menanam ganja untuk obat istrinya, divonis bersalah pada kasus ganja. Fidelis yang didakwa memiliki 39 batang ganja harus menghadapi vonis hakim. Dia sudah dituntut jaksa 5 bulan penjara.Fidelis Ari Suderwato alias harus menghadapi kenyataan pahit. Selain kehilangan istri tercintanya, Yeni Riawati, Fidelis juga harus menghadapi putusan hakim. Berawal dari istrinya yang sakit misterius. Usai dibawa ke sejumlah rumah sakit, akhirnya penyakit sang istri diketahui. Yeni diketahui menderita Syringomyelia. Penyakit langka itu hanya bisa disembuhkan lewat operasi. Namun karena istri sudah sangat lemah. Alhasil operasi tak memungkin. Singkat cerita, Fidelis mengumpulkan informasi bagaimana menyembuhkan penyakit istrinya tersebut. Dia mulai melakukan ekstrasi ganja sendiri. Mulai dengan mencampuri ke dalam makanan, minuman, sampai dengan menjadikannya minyak oles pada luka. Fidelis kemudian melihat perkembangan signifikan istri tercintanya usai memberi ekstak ganja itu. Dari yang sulit makan, perlahan mulai lahap. Dari yang mulai sukar bicara, perlahan mulai lancar.  Pandangan moral Dari pandangan moral Fidelis tidak melakukan kesalahan karena dia melakukan hal tersebut atas dasar ingin menolong istrinya. Salah satunya adalah berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam proses persidangan terungkap, apa yang dilakukan terdakwa ini niatnya adalah untuk pengobatan istrinya. "Terdakwa tidak terbukti melakukan penyalahgunaan, misalnya untuk diperjual belikan dengan maksud mencari keuntungan."

Selain itu, pengorbanan dan rasa cinta yang begitu besar yang dimiliki Fidelis kepada sang istri. Pertimbangannya adalah rasa cinta terdakwa yang tidak pernah putus kepada sang istri untuk menyembuhkan istrinya, Jadi kita harus memahami berbagai kondisi yang ada dan faktanya juga akhirnya istri terdakwa meninggal. Tindakan ini dilakukan tidak dengan kehendak bebas dari yang bersangkutan. Pelaku tidak menggunakan ganja tersebut untuk dirinya sendiri, dan juga tidak mengedarkannya untuk orang lain (hanya untuk istrinya). Tindakan menanam ganja memang tidak lain dari pada agresi yang salah arah. Buruk, tetapi belum tentu jahat.  Pandangan etika Dari pandangan etika Fidelis melakukan kesalahan karena telah menanam ganja. ada argumen bahwa ganja adalah barang terlarang. Fidelis dihukum karena melanggar Pasal 111 dan 116 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pasal 111 intinya adalah batasan menanam tumbuhan narkotika dan hukumannya; dan Pasal 116 mengatur tentang akibat dari pemberian narkotika kepada orang lain, seperti menyebabkan kematian.  Pandangan Kristen Dalam tradisi gereja yang jahat adalah privatio boni, artinya kurangnya yang baik. Tuhan tidak (bisa) menghendaki adanya yang jahat, tetapi ada nilai yang lebih tinggi yang dapat tumbuh dari kejahatan. Fidelis Ari memang layak “ditegur” karena menggunakan sarana yang buruk. Namun, kita juga harus ingat, bahwa dia “kekurangan” sarana yang baik untuk mengobati istrinya, maka munculah sarana yang buruk. Oleh karena itu “teguran” yang diberikan perlulah didasari oleh rasa prikemanusiaan, berbela rasa (empati) dan menjadi bahan pembelajaran bagi kita bersama. Akhirnya, dengan kehadiran yang buruk, yang jahat; kita diajak untuk memandang yang baik, yaitu Tuhan Sang Sumber Kebaikan. Dan semoga kita juga berani berkurban, meskipun pahit, demi nilai-nilai yang lebih tinggi, nilai yang mungkin saat ini belum dapat kita pahami bersama.

 Pandangan kesehatan Perlu untuk digarisbawahi bahwa pada dasarnya Narkotika merupakan zat atau obat yang

sangat

bermanfaat

dan

diperlukan

untuk

pengobatan

penyakit

tertentu.

Pernyataan itu jelas tertulis dalam Keterangan Umum UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Tindakan Fidelis juga didorong dari kondisi dimana Negara belum dapat menjamin pemenuhan kepentingan masayarakat atas pemanfaatan narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU No 35 Tahun 2009 yang menyatakan “Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.” Fakta tidak adanya penelitian tentang Narkotika Golongan I khususnya tanaman ganja atau keterangan dari Menteri Kesehatan menyatakan hingga saat ini belum ada penelitian yang dilakukan terkait manfaat ganja untuk pengobatan. Menurut dia, belum ada pula rencana Kementerian Kesehatan melakukan penelitian meskipun sudah ada usulan dari sejumlah kalangan. Untuk dicatat, medical marijuana (ganja untuk tujuan pengobatan), bukanlah hal baru di Dunia kesehatan, setidaknya sudah banyak Negara yang meregulasi bahkan mengembangkan medical marijuana.  Pandangan hukum Sebagai alat, hukum dekat juga dengan teori. Selama ini orang memiliki dan memakai daun ganja buat mabuk, buat nge-fly. (Itulah lazimnya, terlepas dari fakta bahwa di beberapa daerah ganja dipakai pula untuk penyedap masakan.) Kelaziman ganja sebagai sarana mabuk itu diaplikasikan dalam pasal-pasal hukum. Maka pasal hukum melarang kepemilikan ganja, dengan "teori" bahwa siapa pun yang memiliki ganja sudah pasti mau mabuk atau mau menjual alat mabuk. Nah, giliran muncul realitas yang berbeda dengan teori, yakni ketika seorang lelaki hebat memiliki ganja bukan untuk mabuk melainkan untuk obat istrinya yang sekarat, fakta tersebut diabaikan. Lembaga peradilan tetap berkutat pada teori awal bahwa ganja dapat membuat mabuk, dan mabuk dilarang hukum. Maka, kepemilikan ganja adalah tindakan melawan hukum.

 Pandangan sosial Fidelis adalah seorang pegawai negeri. Tentu dia akan kehilangan pekerjaan kalau dia harus masuk penjara dalam waktu selama itu. Dia sudah kehilangan istrinya, yang meninggal 32 hari sejak dia ditangkap Februari 2017. Dia juga menanggung dua orang anak, yang tertua berusia 15 tahun, yang kecil berumur 3 tahun Fidelis tidak bisa dihukum. Nasib kedua anaknya menjadi taruhan.

Aborsi dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Dilihat dari segi etika aborsi adalah perbuatan kriminal dan merupakan kejahatan secara umum tetapi dari segi moral aborsi dapat di lihat dari lingkungan tertentu, waktu tertentu, dn alasan- alaan tertentu mengapa wanita tersebut melakukan aborsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa aborsi dari segi moral bisa dikatan sebagai kejahatan dan bukan sebagai kejahataan melainkan karena adanya alasa-alasan tertentu. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: a. Aborsi Spontan / Alamiah b. Aborsi Buatan / Sengaja c. Aborsi Terapeutik / Medis

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus).

 Alasan Melakukan Aborsi 1.

Alasan Medis

Ny Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut: a.

untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita

b.

untuk menjaga kesehatan ibu/wanita

c.

untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan wanita

d.

untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita atau salah satu anak dalam

keluarga

e.

untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita

f.

untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat

dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara yang melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan, dan Thailand, sebagai alasan untuk memperbolehkan aborsi .

2.

Hamil Karena Perkosaan

3.

Bayi yang dikandung cacat

4.

Sosial ekonomi

5.

Hamil diluar nikah

 Faktor Pendorong Aborsi Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah: a.

Faktor ekonomi

1)

Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya

2)

PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh.

3)

Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

b.

Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:

1)

Putus sekolah atau kuliah

2)

Malu pada keluarga dan tetangga

3)

Siapa yang akan mengasuh bayi

4) Terputus atau terganggu karir atau masa depan  Dampak Aborsi Berikut ini resiko yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja: 1.

Kematian karena terlalu banyak pendarahan

2.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

4.

Sobeknya rahim (Uterine Perforation)

5.

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

6.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7.

Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8.

Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9.

Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. 11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah. 15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya. 16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya. 17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.  Pandangan Hukum Tentang Aborsi Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-

undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)  Pandangan Kristen Tentang Aborsi Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6). Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak atau anak tersebut dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya. Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?” Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya. Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

More Documents from "Anghellycha Parada"

Anjelo.doc
April 2020 1
Transporte Final 80-80
October 2019 21
Reglamento_del_aprendiz.pdf
October 2019 12
June 2020 6
Sintesis .pdf
November 2019 18