MAKALAH MATERNITY NURSING I ASKEP ANEMIA PADA IBU HAMIL Di Susun Oleh : Kelompok 2
Tiffani Kumala D Tri Yoga Sasmita Ayu Novia Mince Pati Sonia Fransisca Guiofanio Saprianto Samson PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN SEMESTER V STIKES WIDYAGAMA HUSADA TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penyakit yang biasa bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit anemia serta membahas tentang penyebab,proses perjalanan penyakit tersebut serta cara mengurangi resiko dari anemia tersebut khususnya pada ibu hamil Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.
Malang, 7 Oktober 2013
DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................ i
A. B. C. A. B. C. D. E. F. G. H. A. B. C. D.
Kata Pengantar............................................................................................ ii Daftar Isi....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................ 4 Tujuan.............................................................................................. 5 Manfaat.............................................................................................5 BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL Definisi.............................................................................................. 6 Etiologi ............................................................................................ 6 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan……………………………7 Tanda dan Gejala..............................................................................9 Patofisiologi........................................................................................9 Pemeriksaan Penunjang……………………………......................10 Penatalaksanaan Medis…………………………………………...11 Penatalaksanaan Keperawatan…………………………………..12 BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA Pengkajian……………………………………………………………..14 Diagnosa keperawatan………………………………………………...16 Intervensi Keperawatan………………………………………………17 Evaluasi....................................................................................... ………26 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masamasa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, sepertiinfeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. B. TUJUAN a. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut b. Tujuan Khusus · Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan · Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan · Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan · Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan · Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan · Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan · Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan C. MANFAAT · Bagi Mahasiswa Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan. · Bagi Petugas Kesehatan Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL A. DEFINISI Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B. ETIOLOGI Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Zat Besi anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang 4) Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya: a. Asam folik 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL Gejala anemia pada kehamilan yaitu: Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing,
Mata berkunang-kunang, Malaise, Lidah luka, Nafsu makan turun (anoreksia), Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
E. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN 1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun 2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). 3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). 4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). 5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. 6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). 7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi 9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) 10. TBC serum : meningkat (DB) 11. Feritin serum : meningkat (DB) 12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik) 13. LDH serum : menurun (DB) 14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) 15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). 16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). 17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). 18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999). G. PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan umum : 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah. H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain. 2. Kaji riwayat keluarga B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal. 1. Morfologi a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa 2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat. c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih normal. d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya (2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik. (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet. (2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari. f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut: (1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi. (2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut: (a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium) (b) Kadar kosentrasizat besi serum (c) Kapasitas pegikat zat besi (d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM) (e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit) (f) Hitung trombosit (g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar (h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit (i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika. (3) Konsultasikan dengan dokter (4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi. C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi. 1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2). 2. Konsultasikan ke dokter bila: a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium). c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%. .
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4. Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5. Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) 4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN No 1.
Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan/Kriteria hasil Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
Intevensi
Rasional
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal. 2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. 3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. 4. Berikan lingkungan tenang. 5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan 2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera. 3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan
2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. 2. Observasi dan catat masukan makanan pasien. 3. Timbang berat badan tiap hari. 4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7. Kolaborasi : 1.Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin
pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. 6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan. 1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. 2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. 3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. 4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. 6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. 7. Kolaborasi : 1. Kebutuhan
(vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C), 2.Besi dextran (IM/IV.)
3.
4.
penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. 2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif. Resiko infeksi Mngidentifikasi 1. Tingkatkan cuci 1. Mencegah berhubungan perilaku untuk tangan yang baik oleh kontaminasi silang. dengan pertahanan mencegah/menurunkan oemberi perawatan 2. Menurunkan resiko tubuh sekunder resiko infeksi. dan pasien. infeksi bakteri. yang tidak adekuat 2. Pertahankan 3. Membantu dalam (mis: penurunan teknik aseptic ketat pengenceran secret hemoglobin, pada prosedur/ pernafasan untuk eukopenia, perawatan luka. mempermudah supresi/penurunan 3. Tingkatkan pengeluaran dan respon inflamasi). masukan cairan mencegah statis cairan adekuat. tubuh. 4. Pantau suhu, 4. Adnya proses catat adanya inflamasi/infeksi menggigil dan membutuhkan takikardia dengan evaluasi/pengobatan. 5. Mungkin digunakan atau tanpa demam secara propilaktik 5. Kolaborasi: untuk menurunkan berikan antiseptic kolonisasi atau untuk topical, antibiotic pengobatan proses sistemik. infeksi local. Konstipasi Membuat/kembali pola 1. Observasi warna 1. Membantu berhubungan normal dari fungsi usus. feses, konsistensi, mengidentifikasi dengan perubahan frekuensi, dan penyebab/ factor pada pola makan. jumlah. pemberat dan 2. Auskultas bunyi intervensi yang tepat. usus 2. Bunyi usus secara 3. Awasi masukan umum meningkat pada
dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan. 4. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering. 5. Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
diare dan menurun pada konstipasi. 3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet. 4. Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit. 5. Menurunkan multilitas usus bila diare terjadi.
D. EVALUASI 1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih dalamrentang normal pasien. 2. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai. 3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi. 4. Fungsi usus mulai kembali normal. DAFTAR PUSTAKA Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC. Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC. Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC