BAB IV ANALISIS KASUS Pada ksus, pasien merasakan nyeri di dada kiri seperti tertekan sejak 1 hari yang lalu dan menjalar ke lengan kiri dan leher lebih dari 20 menit. Nyeri dirasakan terutama saat aktivitas seperti berjalan 100 meter, pasien juga mengeluh dada berdebar yang dirasakan hilang timbul dan keringat dingin. Pasien tidak mengeluh sesak napas, batuk (-), demam (-), lemas (), pusing (-), pandangan berkurang (-). Sembab pada wajah saat pagi hari (-). Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien lalu berobat ke poliklinik RS Pelabuhan lalu dirujuk ke poliklinik RSMH untuk rencana tindakan lebih lanjut. Berdasarkan tampilan klinis angina pectoris memliki ciri khas yaitu rasa tidak nyaman yang dalam dan lokasi yang sulit ditunjuk di daerah dada atau lengan, dipicu oleh aktivitas fisik atau stress emosional dan membaik dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin sublingual. Sedangkan angina pektoris tidak stabil didefinisikan sebagai angina pektoris dengan satu diantara tampilan klinis: (1) terjadi saat istirahat atau aktivitas minimal dan biasanya berlangsung lebih dari 20 menit (jika tidak menggunakan analgetik), (2) nyeri hebat dan biasanya nyerinya jelas atau (3) biasanya lambat laun bertambah berat (misalnya nyeri yang membangunkan pasien dari tidur atau yang semakin parah, terus-menerus atau lebih sering dari sebelumnya. Dari keadaan klinis pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri seperti rasa penuh sejak 1 hari yang lalu dan menjalar ke lengan kiri dan leher, memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat, pasien memnuh kriteria klinis angina pektoris. Pemeriksaan fisik umum dan spesifik yang dilakukan pada pasien tidak menunjukkan kelainan yang spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis sehingga tatalaksana yang diberikan akan tepat sasaran. Patofisiologi yang berperan pada perkembangan angina pektoris tidak stabil atau NSTEMI yaitu oklusi aliran darah yang menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung sehingga terjadi iskemia otot jantung. Gambaran iskemia akan terlihat pada pemeriksaan penunjang seperti ekokardiografi dan pemeriksaan enzim jantung yang mana akan menentukan apakah kasus ini akan mengarah ke angina pektoris stabil atau angina pektoris tidak stabil atau non ST elevation myocard infarc atau ST elevation myocard infarc. Dari pemeriksaan EKG ditemukan irama inus, HR 86 x/menit reguler, gelombang P diikuti kompleks QRS, PR interval normal (0,20 detik), interval QRS kompleks normal (0,06 detik), poor R di V1, V2, V3, Q patologis tidak ada, ST elevasi tidak ada, T inversi di aVL,
V1, V2, V3, V4 yang akan mengarahkan diagnosis banding menjadi angina pektoris tidak stabil atau non ST elevation myocard infarc. Dari hasil pemeriksaan enzim jantung didapatkan troponin T sebesa 100 ng/L sehingga pasien ini didiagnosa dengan angina pektoris tidak stabil dengan Canadian Cardiovascular Society Class II. Tatalaksana yang diberikan dibagi menjadi non farmakologis dan farmakologis. Tatalaksana non farmakologis yaitu istirahat (bed rest) untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh sehingga menurunkan kerja jantung dan memberi kesempatan otot jantung untuk mendapat oksigen dari arteri kolateral. Pemberian oksigen melalui nasal canul bertujuan untuk meningkatkan saturasi oksigen arteri perifer dan arteri coroner. Terapi anti iskemia diberikan nitrat sublingual yang akan menyebabkan vasodilatasi vena dan arteri perifer sehingga mengurangi preload dan afterload sehingga mengurangi stress ke dinding jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen. Pemberian antiagregasi trombosit merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina pektoris tidak satabil atau infark tanpa ST elevasi dengan pedoman ACC/AHA, klopidogrel dianjurkan diberikan Bersama dengan aspirin paling sedikit 1-9 bulan. B-Blocker dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium sehingga memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Coronary angiography direncanakan untuk melihat apakah sumbatan terjadi pada satu arteri atau mengenai beberapa arteri untuk menentukan apakah tindakan lebih lanjut yang akan dilakukan. Setelah diputuskan dilakukan tindakan, lalu fungsi jantung dievaluasi dengan pemeriksaan echocardiogram dengan hasil dimensi dalam batas normal, wall motion hipokinetik ringan di septal setentang katup mitral dan hipokinetik ringan di anteroseptal setentang M. papillaris, fungsi sistole left ventricle baik (EF 53%), fungsi diastole left ventricle baik (E/A>1), katup baik, tapse 22 mm dengan kesan Coronary artery disease.