ANALISIS PENGELUARAN PUBLIK ACEH Pengeluaran Untuk Rekonstruksi dan Pengentasan Kemiskinan Economic Recovery Seminar Series Banda Aceh, 31 Januari, 2007 Ahya Ihsan World Bank
Outline Presentasi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
APEA: Tujuan dan Proses Poin Utama Penerimaan Daerah Penerimaan Rekonstruksi Pengeluaran Daerah Analisis sektoral: Kesehatan, Pendidikan, dan Infrastruktur Kapasitas Pemerintah Daerah Rekomendasi
1) APEA: TUJUAN & PROSES
TUJUAN:
Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penerimaan dan pengeluaran daerah, pengelolaan keuangan daerah, Memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai untuk mendukung proses pelaksanaan dan penganggaran daerah Meninggalkan sistem yang lebih baik untuk masyarakat Aceh dalam menganalisa dan memonitor anggaran daerah
PROSES:
Analisa Belanja Publik Partisipatif dengan partisipasi kuat dari universitas di Aceh (UNSYIAH, UNIMA, IAIN, and Politeknik Lhokseumawe) Analisa bersama dengan tim dari Bank Dunia, Universitas di Aceh, USAID, dan didukung oleh Pemerintah Provinsi Aceh dan BRR
2) Poin Utama - Keuangan Daerah
Penerimaan fiskal Aceh telah meningkat tajam sejak tahun 2001 dan akan terus meningkat di masa mendatang dengan tambahan dana otsus 2% dari alokasi DAU nasional (UUPA 11/2006)
Akan tetapi Aceh belum membuat kemajuan yang berarti dalam pengentasan kemiskinan, Aceh memiliki tingkat kemiskinan terbesar ke-4 di Indonesia (2004)
Penyediaan pelayanan publik perlu ditingkatkan dan membutuhkan perhatian yang besar; kualitas pendidikan yang rendah, dan pelayanan kesehatan yang rendah
Pengelolaan dan alokasi Dana Otsus perlu ditingkatkan. Mengurangi keterlambatan transfer, memperjelas pelaporan dan akuntabilitas, memperbaiki alokasi
2) Poin Utama - Keuangan Daerah
Pengeluaran daerah meningkat tajam setelah desentralisasi, tetapi belanja rutin semakin meningkat dalam belanja pemerintah kab/kota mengurangi belanja pembangunan
Kapasitas pemerintah daerah untuk mengelola peningkatan penerimaan dan kewajiban masih lemah dan perlu segera ditingkatkan; khususnya dalam bidang investasi dan hutang, pengawasan eksternal, pelaporan dan akuntansi, perencanaan dan penganggaran, dan kerangka peraturan
Hasil PILKADA memberikan kesempatan baru dan sekaligus tantangan dalam pengelolaan keuangan daerah di Aceh; banyak kepala daerah yang terpilih belum memiliki pengelaman di pemerintahan, dan kemungkinan adanya dinamisasi yang berbeda antara PEMDA, PEMPROV dengan DPRD dan pemerintah pusat
2) Poin Utama - Rekonstruksi
Sampai akhir October 2006, sekitar US$ 5.8 miliar telah dialokasikan kedalam program dan proyek tertentu
Implementasi program menunjukkan kemajuan pada akhir 2005, tetapi masih lambat dari yang diharapkan pada 2006
Kesenjangan di beberapa sektor dan wilayah masih tetap ada masih: lingkungan; pantai barat – selatan dan Nias
3) PENERIMAAN DAERAH
Aceh akan memiliki sumber daya fiskal yang cukup untuk belanja daerah…..
Sebelum masuknya dana rekonstruksi, Aceh telah memiliki penerimaan daerah ketiga terbesar (Penerimaan Per-capita (APBD) Provinsi dan Kab/Kota, 2004) 4
Million rupiah
3
Aceh
2 1
0 Jabar
Banten
Jateng
Jatim
Lampung
NTB
Sumut
Sumsel
DI Yogyakarta
Sulsel
Bengkulu
Source: WB/SIKD (MOF), 2004
Sumbar
Sulut
NTT
Kalsel
Bali
Sulteng
Jambi
Bangka Belitung
Gorontalo
Maluku
Kalteng
Riau
NAD
Kaltim
Papua
Province Kab/kota
Pada tahun 2006, Aceh memiliki penerimaan (APBD+Rekonstruksi) 5 kali lebih besar dari tahun 1999 30 25
Rph Billion
20
Reconstruction budget
15
16.4
10 8.0 5 0
4.9 1.5 2.6
0.5
1999 Deconcentrated
2.1 2002
Province
Kab/Kota
1.2
2.8 2006
Reconstruction budget
1.0
Tambahan alokasi Dana Otsus 2% dari DAU (UUPA 11/2006) akan mengkompensasi penurunan penerimaan dari bagi hasil Gas
Actual
Projection
Komposisi Penerimaan Provinsi dan Kab/Kota DAU dan Dana Otsus (Bagi Hasil Migas) merupakan sumber penerimaan utama Kontribusi PAD terhadap total penerimaan masih rendah K o m p o s is i P e n e rim a a n P ro v in s i
K o m p o sis i P e n e rim aa n K a b u p a te n /K o ta 8,00 0
3 ,5 0 0
PAD
7,00 0
PAD
3 ,0 0 0
B agi H a s il P ajak
6,00 0
B agi Has il P ajak
2 ,5 0 0
B agi H a s il B uk an P ajak (S D A ) DA U
5,00 0
B agi Has il B uk an P ajak (S D A ) DA U
2 ,0 0 0 1 ,5 0 0
DA K
1 ,0 0 0
Lain-lain
500
Milyar Rph
Milyar Rph
4 ,0 0 0
4,00 0 3,00 0
DA K
2,00 0 Lain-lain
1,00 0 0
0 1999 2001 2002 2003 2004 2005
1 9 99 2 0 0 1 20 0 2 2 00 3 2 004 20 05
Kesenjangan fiskal antar kab/kota masih tinggi (penerimaan (APBD) per capita, 2004) Formula alokasi fiskal yang ada belum dapat mengurangi kesenjangan fiskal antar daerah, formula distribusi khususnya Dana Otsus perlu diperbaiki Kota Sabang Gayo Lues A ceh Utara Kota Lhokseumawe Nagan Raya A ceh Barat Daya A ceh Barat A ceh Tenggara A ceh Selatan Kota Langsa A ceh J aya* A ceh B esar Kota B anda A ceh A ceh Timur A ceh Tengah A ceh Tamiang P idie B ireuen
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
Thousand rupiah Revenue sharing per capita
Revenue (other than revenue sharing per capita)
4,500
5,000
4) PENERIMAAN REKONSTRUKSI
Sekitar US$ 5.8 miliar telah di alokasikan untuk rekonstruksi (Oktober 2006) 10 9
8
USD Billion
7
- Upgrading facilities in Tsunami- and earthquake- affected areas - Post-conflict reintegation and development programs
Building back better (1.6)
DONORS
potential soft loan (0.7) grants (0.3)
NGOs (0.5) GOI ( 0.4)
6
Committed but not allocated (1.9)
Inflation (1.2) 5 DONORS (2.2)
NIAS (0.4)
4 3 2
Damage and Loss Assessment (4.5)
1
Rebuilding (6.1)
NGOs (1.6)
GOI (2.0)
0 Needs
Program
Already allocated to specific projects (5.8)
Kesenjangan antar sektor masih terjadi, sektor lingkungan masih defisit (Alokasi vs. kebutuhan minimum untuk membangun kembali, October 2006)
Total komitmen, alokasi, dan realisasi (Oktober 2006) 8,000 7,000
US$ Million
6,000
GOI
5,000 4,000
NGO
3,000 2,000 1,000
28%
Donor
60% 31%
0
Pledges
Allocated
Disbursement
38%
5) PENGELUARAN DAERAH
Kunci utama untuk mengurangi kemiskinan adalah mengelola sumber daya fiskal dengan baik…
Pengeluaran Provinsi dan Kabupaten/Kota Pengeluaran provinsi dan kab/kota meningkat tiga kali lipat setelah desentralisasi Pemerintah kab/kota memiliki tanggung jawab terbesar terhadap belanja di daerah setelah desentralisasi
% of total central+regional exp
1 00 80 60 40 20 0 1 994 19 95 19 96 19 97 19 98 1 99 9 2 000 20 01 20 02 2 00 3 2 00 4 20 05
C e n tra l/D e c o n c e n tra te d
P ro vin c e
K a b /K o ta
Pengeluaran rutin mengalami peningkatan dalam belanja pemerintah kabupaten/kota Belanja rutin bahkan terus meningkat setelah pemekaran kabupaten/kota tidak terjadi lagi Kabupaten/Kota
4 ,5 0 0
4 ,5 0 0
4 ,0 0 0 3 ,5 0 0
4 ,0 0 0
3 ,0 0 0
3 ,0 0 0
2 ,5 0 0
2 ,5 0 0
3 ,5 0 0
Billion rupiah
Billion rupiah
Provinsi
2 ,0 0 0 1 ,5 0 0
2 ,0 0 0 1 ,5 0 0
1 ,0 0 0
1 ,0 0 0
500
500
0
0
1 9 9 41 9 9 5 1 9 9 61 9 9 71 9 9 81 9 9 9 2 0 0 02 0 0 12 0 0 22 0 0 3 2 0 0 42 0 0 5
1994 1995 19961997 1998 1999 2000 2001 20022003 2004 2005
R o u t in e
D e v e lo p m e n t
R o u tin e
D e v e lo p m e n t
Pengeluaran Pembangunan Prov & Kab/Kota Belanja sektor aparatur pemerintah dan pengawasan semakin meningkat, sedangkan belanja sektor infrastruktur menurun 60 50
%
40 30 20 10 0 1999
2000
2001
2002
2003
Gov ernment A pparatus
Health, Soc ial W elf are
Inf ras truc ture
Others
2004
2005
Educ ation and Culture
Alokasi anggaran provinsi dan kab/kota terhadap pelayanan publik semakin menurun (Format APBD sesuai Kepmen 29/2002)
Be
6) ANALISIS SEKTORAL: KESEHATAN, PENDIDIKAN, INFRASTRUKTUR
KESEHATAN Belanja sektor kesehatan relatif tidak meningkat setelah otonomi khusus 7%
500
7% 6%
400 Rp (Bln Rp)
6% 5%
5%
300
4% 439
200
435 358
410
3% 2%
276 100
1%
0
0% 2001
2002
2003
2004
2005
% of total regional budget
6%
6%
Isu-isu Utama Sektor Kesehatan
Proporsi alokasi belanja provinsi dan kab/kota untuk kesehatan di Aceh termasuk yang terendah di Indonesia (5.3% (Aceh) vs 7.3% (rata-rata nasional)). Beberapa kab/kota di Aceh mengalokasikan hanya dibawah 2% dari total belanja daerah untuk kesehatan
Akan tetapi secara per kapita, belanja untuk sektor kesehatan di Aceh lebih besar dari pada rata-rata provinsi lainnya
Alokasi terbesar (sekitar 80%) dibelanjakan untuk rutin, sedangkan alokasi untuk biaya operasional dan pemeliharaan sangat kecil (dibawah 3%)
Fasilitas kesehatan secara umum tersedia, tetapi sebagian besar tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan dan tingkat kehadiran tenaga kesehatan yang rendah
Jumlah tenaga kesehatan di Aceh relative besar di banding dengan provinsi lain, tetapi terpusat di daerah perkotaan.
Sistem informasi kesehatan di Aceh hampir tidak berfungsi karena konflik dan tsunami
PENDIDIKAN Belanja daerah (provinsi dan kab/kota) untuk sektor pendidikan meningkat setelah otonomi khusus, akan tetapi menurun sejak tahun 2003 2,500
34%
33%
2,000
Bln Rp
40% 26%
25%
30%
1,500 1,000
11%
2,250
2,319
20% 2,053
1,704 10%
500 561 0
0% 2001
2002
Education expenditures
2003
2004
2005
Share education expenditures
Isu-isu Utama Sektor Pendidikan
Pengeluaran untuk sektor pendidikan di Aceh relative tinggi, akan tetapi belum memperlihatkan peningkatan terhadap outcomes pendidikan Kualitas pendidikan rendah dan perlu ditingkatkan
Beberapa isu: jumlah guru yang memenuhi kualisfikasi rendah, tingkat ketidakhadiran guru relative tinggi, buruknya kondisi bagunan sekolah, kurangnya alat bantu belajar dan buku bacaan
Tingkat kesenjangan dalam belanja pendidikan antar kab/kota relative tinggi (dari 11.4% s.d 50.4% dari total pengeluaran) Guru terpusat di daerah perkotaan Data mengenai pendidikan cukup tersedia, akan tetapi qualitas dan keakuratannya diragukan
INFRASTRUKTUR Pengeluaran pembangunan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terhadap sektor infrastruktur meningkat tajam setelah desentralisasi dan otonomi khusus, tetapi terus menurun sejak 2003 1,600 1,400
Billion rupiah
1,200 1,000 800 600 400 200 0 1999
2000
2001
2002
2003
2004
Transportation, w ater and irrigation Housing, regional development, and settlement sector Energy (electricity) Total
*Figure is in 2006 constant
2005
Alokasi untuk operasional dan pemeliharaan untuk sektor infrastruktur sangat kecil (Rata-rata provinsi dan kab/kota 2001-2005)
Goods expenses 1.2% Personnel expenses 7.0%
Operational and maintanance expenses 0.7%
Others 0.2% Travelling expenses 0.2%
Development 90.7%
Isu-isu Utama Sektor Infrastruktur
Pemerintah daerah tidak memprioritaskan infrastruktur, menyebabkan hasil pembangunan yang kurang baik:
Sekitar 23 persen ruas jalan dikategorikan dalam kondisi rusak Lahan yang ter-irigasi sebagai persentase dari lahan pertanian di Aceh lebih rendah (57%) dari pada rata-rata nasional (71%). Persentase rumah tangga yang tersambung ke air PDAM di Aceh lebih rendah (9%) dari pada rata-rata nasional (17%).
Sistem pengawasan dan evaluasi BRR dan pemerintah daerah perlu diperkuat
PEMDA belum sepenuhnya berpartisipasi dalam proses rekonstruksi:
PEMDA mengurangi alokasi anggaran untuk infrastruktur sebagai akibat meningkatnya anggaran BRR dan donor Kapasitas PEMDA untuk memelihara investasi besar selama rekonstruksi setelah tugas BRR selesai merupakan tantangan utama
7) KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah kabupaten/kota menjadi kuci utama dalam peningkatan pelayanan publik…
Kapasitas pemerintah kab/kota dalam mengelola keuangan publik masih lemah seiring meningkatnya jumlah penerimaan (Rata-rata score dari 21 kabupaten/kota) Regulatory Framework 100
External Audit & Oversight
80
Planning & Budgeting
60 40
Asset Management
20
Cash Management
0
Public Debt & Investment Internal Audit
80-100% Excellent/Fully Acceptable 60-79% Very good/ Substantially acceptable 40-59% Good/Fairly acceptable 20-39% Moderate/Partially acceptable 0-19% Poor/Not Acceptable
Procurement Accounting & Reporting
0 Aceh Jaya
Bener Meriah
Aceh Barat Daya
Lhoksemawe
Nagan Raya
Aceh Tengah
Aceh Tamiang
Aceh Selatan
Aceh Barat
Sabang
Average
Aceh Tenggara
Bireuen
Gayo Lues
Pidie
Singkil
Langsa
Aceh Timur
Simeulue
Aceh Besar
Banda Aceh
Aceh Utara
PFM Average Scores (%)
Terdapat kesenjangan yang sangat besar antar kab/kota dalam pengelolaan keuangan publik
(Rata-rata skor 9 bidang pengelolaan keuangan) 100
80
60
40
20
Isu-isu Utama Kapasitas PEMDA
Kapasitas pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan keuangan daerah masih rendah, seiring dengan semakin meningkatnya penerimaan daerah Alokasi anggaran aparatur untuk peningkatan kapasitas masih sangat rendah; sebagian besar anggaran dialokasikan untuk bangunan dan peralatan Kurangnya disiplin anggaran, proses pengesahan anggaran sering terlambat dari jadwal yang ditetapkan menurut peraturan Pemekaran kabupaten/kota mengeluarkan biaya yang tidak sedikit; kabupaten baru membutuhkan dana yang besar untuk proses pembenahan dan pembentukan perangkat daerah; mengalihkan investasi bagi pelayanan publik
8) REKOMENDASI Bidang
Rekomendasi
Penerimaan
Perkecil
kesenjangan fiskal antar daerah, perbaiki formula alokasi dana otsus dan bagi hasil migas Tingkatkan efektifitas pengelolaan dana otsus, transparansi dan pelaporan, serta monitor dan evaluasi manfaat dana otsus
Pengeluaran
Teliti
Kesehatan
Tingkatkan
lebih jauh terhadap semakin meningkatnya belanja rutin dan belanja sektor aparatur pemerintah dan pengawasan pengeluaran pembangunan Tingkatkan alokasi untuk pembangunan, khususnya untuk biaya pemeliharaan infrastruktur dan pelayanan publik pemeliharaan fasilitas kesehatan dan mengawasi ketersediaan obat, alat medis dan tenaga kesehatan Memberikan insentif yg sesuai untuk tenaga kesehatan agar mau melayani daerah pedesaaan Membangun kembali sistem data & informasi yang terintegrasi (tingkatkan koordinasi Dinas Kesehatan dan BPS)
Bidang
Rekomendasi
Pendidikan
Perkuat
pengawasan dan evaluasi penggunaan dana pendidikan (dana otsus) dan dampaknya Tingkatkan alokasi anggaran untuk pemeliharaan fasilitas pendidikan Berikan insentif yang sesuai untuk tenaga pendidikan di pedesaan Tingkatkan sistem informasi pendidikan (tingkatkan koordinasi Dinas Pendidikan dan BPS)
Infrastruktur
Tingkatkan
Kapasitas Pemerintah Daerah
Batasi
alokasi anggaran untuk pemeliharaan prasarana umum Libatkan pemerintah provinsi dan kab/kota dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek rekonstruksi untuk meningkatkan rasa kepemilikan pemekaran wilayah (kab/kota atau kecamatan), pemekaran meningkatkan pengeluaran untuk belanja rutin/aparatur Tingkatkan kapasitas pengelolaan keuangan publik dengan memberikan asistensi dan pelatihan di tingkat provinsi dan kab/kota Tingkatkan disiplin anggaran dan monitor proses anggaran daerah Dasarkan perencanaan dan alokasi anggaran pada data/informasi pencapaian hasil pembangunan Tingkatkan transparansi dalam perencanaan anggaran untuk memastikan usulan masyrakat terakomodir didalam anggaran. Perkuat masyarakat sipil dalam mengawasi anggaran
TERIMA KASIH