ANALISI PENCEMARAN LINGKUNGAN KONDISI TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DALAM RANGKA UPAYA KONSERVASI DI KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Oleh Nidya Norhafizah Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan Gunung sabatung merupakan gunung yang menghiasi kotabaru yang merupakan ibu kota dari kabupaten ini. Kotabaru terletak di Pulau Laut. Pengusulan kawasan hutan lindung Gunung Sebatung menjadi TAHURA (Taman Hutan Rakyat) berdasarkan surat Bupati Kotabaru No. 522/330/dishut/2015 tanggal 8 juni 2015, tentang permohonan perubahan fungsi kawasan Hutan Lindung Gunung Sebatung menjadi kawasan Hutan Taman Rakyat (TAHURA) dengan luasan 7.144,5 Ha. Tanah pada Gunung Sabatung termasuk sumberdaya alam yang terbatas dan sangat penting bagi kehidupan masyrakat. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya harus dikelola dan digunakan secara bijak. Artinya dalam pemanfaatan tanah (lahan) harus ada pemeliharaan dan pencegahan terhadap faktor-faktor penyebab kerusakan tanah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip konservasi. Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan, penampilan dsb (wikipidia.org). Kesuburan tanah juga termasuk potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Status kesuburan tanah berkaitan dengan keadaan sifat fisik dan kimia tanah,karena bias saja tanah yang subur fisiknya tetapi secara kimianya tidak begitu pula sebaliknya.
Penelitian ini di lakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan.dengan tempat di hutan lindung Gunung Sebatung, kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Alat yang digunakan : -Kompas - ring sample tanah -pH meter -timbangan - cangkul -parang -pisau -kantong plastic -meteran -dan alat tulis menulis
Ph Meter
ring sample tanah
Obyek penelitian ini adalah tanah dibawah tegakan hutan, kebun buah, dan semak belukar. Untuk mendapatkan sifat fisik dan kimia tanahnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menentukan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 4 titik pengamatan. b. Ambil sampel tanah pada titik pengamatan dengan kedalaman antara 0 – 20 cm menggunakan ring sample untuk tanah utuh, sedangkan untuk tanah yang terganggu dilakukan dengan cara komposit, yakni tanah diambil dengan jarak masing-masing +1 meter searah mata angin, dicampur dan diaduk secara merata (dikompositkan), kemudian diambil sebanyak kurang lebih 1 kg untuk dianalisis di laboratorium. c. Sampel tanah yang diambil kemudian dinalisis di laboratorium untuk dapat diketahui keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya dan membandingkanya dengan kriteria penilaian sifat fisik dan kimia tanah dan status kesuburannya menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah. Hasil dan Pembahasan Dari banyaknya fraksi pasir, debu dan liat maka hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di hutan lindung Gunung Sebatung termasuk dalam klasifikasi sedang (berdebu halus sampai kasar), dimana fraksi debu relatif lebih dominan dibandingkan fraksi tanah lainnya. Untuk struktur pada tanah termasuk pada golongan remah dengan tinggi kadungan bahan organik pada tanah hutan, dengan kondisi ini tanah mudah untk menyerap air. Dengan keadaan topografi yang curam berbukit dengan porositas tanah relative besar dan permeabilitas tanah yang cepat, dikhawatirkan rentan terhadap kehilangan air baik melalui air infiltrasi yang masuk kedalam tanah maupun air permukaan (surface run off), sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah karena terjadinya proses pencucian dan erosi. Adapun kedalam efektif tanah yang dapat di tembus oelh akar tergolong agak dalam, kecuali pada semak belikar. Hutan Gunung Sebatung, memiliki sifat kimia tanah dengan relative cukup tinggi kandungan C organik, tetapi unsur hara N dan Mg relative rendah, disebabkan terjadinya proses pencucian unsur hara oleh karena curah hujan yang cukup tinggi dan erosi yang terjadi, di samping itu kuat dugaan adanya prosesperombakan karena proses peromabakan bahan organik yang berjalan cukup lambat, Unsur haran Na, K dan Ca relative sangat
tinggi. Unsur hara K tinggi karena unsur ini pada umumnya kadarnya tinggi pada permukaan atau kerak bumi dan unsur hara Ca cukup tinggi lebih dikarenakan unsur ini terbentuk dari batu kapur yang, kecuali pada tengah hutan rendah Ca karena keasaman tanah yang tinggi. Hutan lindung Gunung sebatung tingkat kesuburan tanah secara fisik pada umumnya relatif cukup tinggi (sedang). Faktor kelerengan (topografi yang berbukit) dan kedalaman efektif tanah yang relatif dangkal menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Status kesuburan tanah secara kimia, terutama dibawah tegakan hutan relatif lebih tinggi disbanding dengan tanah dibawa tegakan kebun buah dan semak belukar. Rendahnya pH tanah (tinggkat keasamana tanah relative tinggi) menjadi faktor pembatas bagi ketersediaan unsur hara tanah, meskipun sumbangan bahan organik dari vegetasi diatasnya cukup tinggi. Tingginya kesuburan tanah di bawah tegakan hutan dibandingkan pada kebun buah dan kebun campuran lebih disebabkan karena masih belum banyak mendapat gangguan oleh aktivitas manusia seperti perladangan dan penebangan liar. Maka dari perlu di lakukan Kegiatan konservasi tanah, agar tingkat kesuburan tanah tetap terjaga, baik dengan cara biologi/vegetatif atau dengan teknik sipil pada lahan yang mdemiliki topografi yang curam dan berbukit. Pengelolaan Berbasis Konservasi Tanah Pengelolaan tanaman pangan di antara tanaman hutan di satu sisi merupakan salah satu setrategi penting untuk mengurangi laju aliran permukaan maupun mempertahankan kesuburan lahan di area antara tegakan hutan dan di sisi lain memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Sistem. Hermawan (2014), menyatakan bahwa teknik utama konservasi tanah pada lahan kering adalah olah tanah konservasi, penggunaan mulsa, dan pertanaman lorong. Selanjutnya menurut Idjudin (2011) teknik konservasi tanah dan air, meliputi: 1) teras bangku, untuk memperlambat aliran permukaan, meningkatkan laju infiltrasi, dan mempermudah pengolahan tanah, 2) teras gulud, fungsinya mirip dengan teras bangku, 3) teras individu, dibuat pada setiap individu tanaman khususnya tanaman tahunan, 4) teras kebun, untuk meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah
dan memfasilitasi pengelolaan lahan, 5) rorak, merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan, 6) penanaman tanaman penutup tanah, serta 7) penggunaan mulsa. Pemilihan teknik konservasi dan proporsi tanaman tahun dan semusim berdasarkan karakteristik lahan.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal . April 2015. “POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN RAKYAT”. Vol. 34 No. 2 Juni 2015: 71-78. Arsyad, Sitanala. (1989). “KONSERVASI TANAH DAN AIR”, Bogor: Penerbit Institut Pertanian Bogor (IPB). Yamani, Ahmad. Maret 2010. “KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG
GUNUNG
SEBATUNG
DI
KABUPATEN
KOTABARU
KALIMANTAN SELATAN”. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010. Yamini, Ahmad. September 2012.” ANALISIS KADAR HARA MAKRO TANAH PADA HUTAN LINDUNG sGUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU”. Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No. 2 September 2012 https://id.wikipedia.org/