Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDAH PEMATANGSIANTAR Pipin Sumantrie. Email.
[email protected] Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh tersebut menjadi lemah, Sebagai contoh tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah AutoImune (Goldteris, 1989). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitation), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami secara bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2005).Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas makamasalah yang teridentifikasi adalah:”Apakah senam lansia dapat meningkatkan tekanan darah sistol pada lansia panti sosial Werdah di Pematangsiantar”? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu atau Quasi Eksperiment DesignPopulasi dalam penelitian ini adalah para lansia yang ada di panti werdah Pematang SiantarPengambilan sample yang digunakan peneliti adalah Non Random (Non Probability) Sampling dengan teknik Accidental Random. Pembahasan Senam lansia dapat meningkatkan tekanan darah sistol dengan rata-rata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 mmHg, dan menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan dengan nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) menurut Mann Whitney Test dan tingkat keyakinanya 95%. kesimpulan sebagai berikut: Senam lansia dapat meningkatkan tekanan darah sistol dengan rata-rata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 mmHg, dan menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan dengan nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) menurut Mann Whitney Test dan tingkat keyakinanya 95%. Kata Kunci : senam manula, tekanan darah
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
PENDAHULUAN Seiring dengan keberhasilan Pemerintah Dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan Bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 2010 di Indonesia jumlah lansia sekitar 18,1 juta, dan umur harapan hidup 65-70 tahun. Angka Persentasi penyebab kematian lansia adalah 20,6% meninggal disebabkan stroke, iskemik 6,9%, hipertensi 7,7%, penyakit jantung lain 5,9%, infeksi paru kronik 10, 5%, TBC 8,9%, penyakit hati 4,4%,
pneumonia 3,8%, NEC 7%, DM 4,9% (Hamid, 2011). Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh tersebut menjadi lemah, Sebagai contoh tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah AutoImune (Goldteris, 1989). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitation), Ketidakmampuan (disability), dan Keterhambatan (handicap) yang akan dialami secara bersamaan dengan proses Kemunduran (Bondan, 2005). Hasurungan (2002) Dalam penelitian pendahuluanya Yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan peningkatan Darah pada lansia di Kota Depok pada tahun 2002 dengan mengambil sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 53-93 tahun Didapatkan
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
proporsi tekanan darah sebesar 50%, dan Tujuan Umum berdasarkan pada jenis kelamin laki-laki Mengetahui adanya pengaruh Latihan otot isometrik terhadap sebesar 41,9%, sedangkan pada tekanan darah pada lansia di panti perempuan 57,4%, dan angka ini jauh sosial werdah di Pematangsiantar? lebih besar dari prevalensi peningkatan tekanan darah yang telah ditetapkan oleh Depkes RI (20-30%) untuk lansia di Tujuan Khusus Tahun 2000.Responden dengan derajat Untuk mengetahui manfaat Stress tinggi berpeluang mendapatkan Latihan otot bagi kesehatan pada lansia tekanan darah 3,02 kali dibandingkan di Panti Sosial Werdah Pematangsiantar. yang derajat stress rendah, dan Menurut Dempsey dan Dempsey responden dengan derajat stress sedang (2002:6-64) mendefenisikan tinjauan berpeluang mendapat tekanan darah teoritis secara sederhana merupakan 2,74 kali dibandingkan dengan derajat penggunaan teori-teori yang terkait Stress rendah. Dilanjutkan dengan untuk mendukung rasional (alasan) penelitian Sing (2012) menjelaskan Dilakukanya studi dan memberikan bahwa peningkatan tekanan darah ratapedoman untuk menganalisa hasilnya. rata setelah senam lansia 11,6 mmHg, Pada tinjauan teoritis ini akan yaitu tekanan darah sistolik rata-rata membahas tentang defenisi tekanan sebelum perlakuan 135 mmHg dan darah, faktor-faktor yang mempengaruhi Setela h perlakuan 146,6 mmHg. Data tekanan darah, pengkajian tekanan ini menunjukkan peningkatan tekanan darah, konsep lanjut usia, perubahan darah setelah melakukan senam lansia. kondisi fisik lanjut usia, aspek fisiologi Dilanjutkan dalam penelitian Puskesmas senam lansia, prinsip program senam Denpasar selatan pada tanggal 13 lansia, pengaruh senam lansia terhadap januari 2012, jumlah lansia yang tekanan darah, dan kerangka pemikiran. menjadi responden 50 orang. Tekanan Pengertian Tekanan Darah sistol rata-rata sebelum senam 140,5 Tekanan darah adalah tekanan mmHg dan setelah senam tekanan rata- yang ditimbulkan pada dinding arteri. rata sistolnya 150 mmHg. Data ini Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh menunjukkan peningkatan tekanan beberapa faktor seperti curah jantung, darah setelah melakukan senam lansia ketegangan arteri, dan volume, laju serta (Mursyida, 2012). kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan Diastolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Brunner and Suddarth, 1996). Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukuranya. Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didoring dengan tekanan dari jantung . Tekanan sistemik atau arteri darah adalah tekanan darah dalam sistem arteri tubuh yang juga indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular (Ganong, 1999). Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan darah. Darah mengalir dari daerah yang tekananya tinggi ke daerah yang tekananya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel relaksasi, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan
diastolik atau minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, dan volume atau aliran darah. Faktor-faktor yang meregulasi tekanan darah bekerja untuk periode jangka pendek dan jangka panjang Regulasi Tekanan Darah Jangka Panjang Walaupun baroreseptor bekerja untuk jangka pendek, akan tetapi Baroreseptor dengan cepat dapat beradaptasi untuk meregulasi Peningkatan atau penurunan tekanan darah yang berlangsung lama atau keadaan yang kronik. Ginjal mempertahankan homeostasis tekanan darah dengan meregulasi volume darah. Walaupun volume darah bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, mekanisme ginjal mempertahankanya kira-kira 5 L (Price, 1996). Seperti telah diketahui bahwa volume darah merupakan faktor penentu utama dari curah jantung (melalui pengaruhnya terhadap tekanan vena, aliran balik, volume akhir diastolik, dan isi sekuncup). Peningkatan volume darah diikuti dengan peningkatan
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
tekanan darah dan semua hal yang mengeluarkan enzim renin ke dalam meningkatkan darah seperti komsumsi darah. Renin ini akan memicu serial garam yang berlebihan akan reaksi enzimatika yang akan menyebabkan penahanan air yang memproduksi angiotensin II, suatu selanjutnya meningkatkan arteri ratahormon yang mempercepat absorpsi rata. Dengan proses yang sama, garam dan air yang akan meningkatkan penurunan volume cairan akan tekanan darah. Mekanisme pengaruh menurunkan tekanan darah. Peningkatan ginjal secara tidak langsung melibatakan volume darah juga merangsang ginjal mekanisme renin-angiotensin (Ball, untuk mengeluarkan cairan (Price, 1996). 1996). Ginjal bekerja secara langsung Klasifikasi Tekanan Darah maupun tidak Langsung dalam meregulasi tekanan arteri dan bekerja untuk mekanisme jangka panjang dalam mengontrol tekanan darah. Mekanisme pengaruh langsung menggambarkan kemampuan ginjal untuk mempengaruhi volume darah. Saat volume darah atau tekanan darah meningkat, kecepatan filtrasi cairan di ginjal di percepat. Pada keadaan demikian, ginjal tidak mampu untuk memproses lebih cepat hasil filtrasi, dengan demikian akan lebih banyak cairan yang meninggalkan tubuh lewat urine, akibatnya volume darah akan menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. Sebaliknya, saat tekanan darah atau volume darah menurun, maka air akan ditahan dan kembali ke sistem aliran darah (Guyton, 1999). Pada saat tekanan darah arteri menurun,
sel
khusus pada
Klasifikasi
Normal
Tekanan
Tekanan
sistolik
diastolik
<120
<80 mmHg
mmHg Prehipertensi
120-139
80-89
mmHg
mmHg
Hipertensi tahap 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi tahap 2
>160 mmHg
>100mmHg
Tabel 1: Tabel klasifikasi tekanan darah (sumber:the seventh report of the joint
ginjal National
Comitte
of
prevention,
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
a. b.
c. d.
Latihan otot isometrik Latihan otot isometrik adalah detection, evaluation, and treatment of hight blood pressure. The JNC 7 report suatu bentuk latihan fisik yang teratur 2003 May 21;289(19):2560-71). yang merupakan representasi dari ciri Konsep Lanjut Usia kehidupan. Merupakan suatu bentuk Usia lanjut adalah suatu proses latihan fisik yang dikemas secara alamiyang tidakdapat dihindarkan. sistematis yang tersusun dalam suatu Proses menjadi tua disebabkan oleh program yang bertujuan untuk faktor biologik yang terdiri dari tiga meningkatkan kesegaran tubuh. fase yaitu fase progresif, fase stabil, Memberikan pengaruh baik (positif) fase regresi. Dalam fase regresif terhadap kemampuan fisik seseorang, mekanisme lebih kearah kemunduran apabila dilakukan secara baik dan yang dimulai dalamsel, komponen benar. terkecil manusia. Sel-sel menjadi aus Hasil survey pembuatan norma karena lama berfungsi sehingga kesegaran jasmani pada usia lanjut yang mengakibatkan kemunduran yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dominan dibandingkan terjadinya pada tahun 1992-1993 menemukan pemulihan. Di dalam struktur anatomi bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki proses menjadi tua terlihat sebagai tingkat kesegaran jasmani yang rendah, kemunduran di dalam sel. Proses ini terutama pada komponen daya tahan berlangsung secara alamiah, terus kardio, respiratori dan kekuatan otot. menerus dan berkesinambungan, yang Hal tersebut dapat dicegah dengan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologis dan melakukan latihan fisik yang baik dan biokimia pada jaringan tubuh dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya akhirnya akan mempengaruhi fungsi preventif, kuratif, dan kemampuan badan secara promotif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut keseluruhan. ditinjau secara fisiologis, psikologis dan sosial. Salah satu faktor yang Perubahan-Perubahan Psikososial Nilai seseorang sering dinilai sangat menentukan tingkat kemandirian dari segi produktivitasnya dan identitas pada usia lanjut adalah keadaan mental, sering dikaitkan dengan peranan dalam karena pada usia lanjut sering pekerjaan. Bila lansia pensiun ia akan mengalami apa yang disebut dementia mengalami kehilangan sebagai berikut: yaitu kemunduran dalam fungsi berfikir. Gangguan biasanya dimulai Kehilangan finansial atau income berkurang. dengan sukar mengingat apa yang Kehilangan status atau dulu mempunyai didengar atau dibaca sampai dengan jabatan yang cukup tinggi dan setelah bicara tanpa ada ujung pangkalnya. lansia ia kehilangan jabatan tersebut. Gangguan kesehatan pada usia lanjut Kehilangan teman atau relasi. seringkali disebabkan oleh proses Lansia sadar akan mengalami kematian, degenerative yang dialami oleh usia perubahan dalam cara hidup, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan. lanjut. Hasil survey rumah tangga (Anonim,1995)
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
Aspek Fisiologi Latihan isometrik Selama melakukan latihan otot isometrik terjadi kontraksi skletal (rangka) yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009), respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik keventrikel kanan menjadi meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief,2002).Respons kimiawi menghasilkan penurunan Ph dan kadar PO2, terakumulasinya asam laktat, adenosin dan
+
K oleh
Langkah
yang dilakukan dalam latihan
isometrik
masing-masing
dilakukan
8
hitungan
gerakan kemudian
relaksasi dan diulangi 4 kali yaitu sebagai berikut 1. Duduk diatas kursi dengan badan tegak, kemudian tarik nafas dalam. 2. Tekuk lutut membentuk sudut 90o. 3. Tekan kaki kebawah. 4. Letakkan tangan diatas lutur, tekan kebawah. 5. Posisikan kaki seperti jinjit. 6. Tekuk kaki kanan. 7. Tekuk kaki kiri.
metabolisme
selama
otot
aktif
berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief,2002). Tekanan darah yang meningkatkan stimulus impuls pada pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan epinephrin). Saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton,2001).
8. Kaitkan
kedua
bersamaan
tangan
dekat
dengan
secara dada,
kemudian tekan. 9. Kaitkan kedua tangan dekat dengan dada, kemudian tarik. 10. Tekuk tangan kanan keatas. 11. Tekuk tangan kiri keatas. 12. Kepalkan tangan sekuat mungkin. 13. Tumpuk
kedua
kepalan
tangan,
tangan kanan mendorong dan tangan kiri menahan. 14. Tumpuk
kedua
kepalan
tangan,
tangan kiri mendorong dan tangan kanan menahan.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah Penelitian pendahuluan hasurungan tahun 2002 yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan peningkatan darah pada lansia di Kota Depok pada tahun 2002 dengan mengambil Sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 53-93 tahun didapatkan proporsi tekanan darah sebesar 50%, dan berdasarkan pada jenis kelamin laki-laki sebesar 41,9%, Sedangkan pada perempuan 57,4%, dan angka ini jauh lebih besar dari prevalensi peningkatan tekanan darah yang telah ditetapkan oleh Depkes RI (20-30%) untuk lansia di tahun 2000. Responden dengan derajat stress tinggi berpeluang mendapatkan tekanan darah 3,02 kali dibandingkan yang derajat stress rendah, dan responden dengan derajat stress sedang berpeluang mendapat Tekanan darah 2,74 kali dibandingkan dengan derajat stress rendah. Responden dengan latihan isometriik berpeluang mendapat peningkatan tekanan darah 2,73 kali dibandingkan dengan yang tidak senam. Responden yang tidak kawin berpeluang mendapat peningkatan tekanan darah 2,07 kali dibandingkan dengan yang kawin. Selanjutnya disimpulkan dari 5 variabel tersebut, derajat stress tinggi
Merupaka n Variabel yang paling dominan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Hasurungan, 2002). METODOLOGI PENELITIAN Menurut Soekidjo, N. (2010: 24-25)menjelaskan metodologi adalah pembahasan yang membantu untuk memutuskan bagaimana Penelitian dilakukan, dari mana Gambaran Rancangan yang menyeluruh Dan Kemudian memperhatikan dari Dekat setiap bagian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu atau Quasi Eksperiment Design. Menurut Soekidjo Notoatmojo (2010: 60) menjelaskan metode Eksperimen semu adalah metode yang tidak mempunyai pembatasan yang Ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancamanancaman validitas. Rancangan Yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan one-group pretest-posttest design yang memungkinkan Dapat membandingkan hasil intervensi Yang diberikan. Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (Pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya Eksperimen
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
(Program). Bentuk rancangan ini sebagai berikut: Pretest Perlakuan Postest 01
X
02
Tabel 2: Rancangan Eksperimen.
dapat diperhitungkan, tetapi sematamata hanya berdasarkan kepada segisegi kepraktisan belaka. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Panti Werdah Pematangsiantar, dan waktu Penelitian dilaksanakan pada akhir
Populasi: Populasi dalam penelitian ini April. adalah para lansia yang ada di panti Pengelolahan Data data yang Pengolahan werdah Pematang Siantar. peneliti adalah pengolahan Sampel: Menurut Soekidjo, N. (2010: Digunakan 115) menjelaskan sample adalah data secara komputer, proses sebagian atau wakil populasi yang pengolahan data ini melalui tahap-tahap mempunyai karakteristik tertentu atau editing, coding, memasukan data, dan ciri yang akan diukur. Pengambilan pembersihan data. sample yang digunakan peneliti adalah HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di UPT. Non Random (Non Probability) Sampling dengan teknik Accidental Panti Werdah PematangSiantar selama 3 Random. Menurut Soekidjo Notoadmojo kali dalam satu minggu selama 2 (2010: 124-125) menjelaskan Non minggu Subjek penelitian Random (Non Probability) Sampling berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 9 adalah pengambilan sample bukan yang laki-laki dan 21 perempuan. Dengan tidak didasarkan atas kemungkinan yang rentang usia 60-85 tahun Hasil Observasi Tekanan Darah Responden(X) T1(mmHg) T2(mmHg) X1 5 14 X2 10 14 X3 10 10 X4 10 10 X5 10 10 X6 16 10 X7 10 10 X8 10 10 X9 8 12 X10 10 10 X11 10 5 X12 10 10 X13 10 10 X14 12 10 X15 10 10 X16 10 10 X17 6 10 X18 4 10 X19 10 10 X20 14 10 X21 12 10
T3(mmHg) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 6 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Mean(mmHg) 9,6 11,3 10 10 10 12 10 10 10 8,6 8,3 10 10 10,6 10 10 8,6 8 10 11,3 10,6
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
X22 10 10 10 10 X23 10 10 10 10 X24 12 10 10 10,6 X25 10 10 10 10 X26 10 10 10 10 X27 10 10 10 10 X28 10 10 10 10 X29 4 10 10 8 X30 4 10 10 8 Tabel 3: Hasil observasi tekanan darah. Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah statistik Non-Parametrik, yaitu statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan sebaran parameter populasi baik normal atau tidak). Ciri-ciri Non-Parametrik: 1. Tidak membutuhkan asumsi normalitas. 2. Secara umum metode statistik Non-Parametrik lebih mudah dikerjakan dan lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan statistik Parametrik karena statistik Non Parametrik tidak membutuhkan perhitungan mate-matik yang rumit. Dan pengujian data yang digunakan peneliti adalah Mann Whitney Test, hasil analisis Mann Whitney Test dengan tingkat kepercayaan 95% ( p≤ 0,05) yang dimana dapat diolah melalui program SPSS dan manual. Peneliti disini menggunakan yang manual untuk mencari nilai p. Dengan rumus: U1 = ƞ + ƞ (ƞ +1) / 2 - ∑R2 U2= ƞ – U1 Z= U – ƞ/2/ √ ƞ(ƞ+ƞ)/12 Ranking Pretest Postest Tekanan Darah Responden(x) Rata pre Ranking X1 135,3 6 X2 126,6 4,5 X3 146,6 10 X4 116,6 2 X5 126,6 4,5 X6 110 1,5 X7 126,6 4,5 X8 110 1,5 X9 148,6 12,5 X10 131,3 5 X11 145 9 X12 120 3,5 X13 120 3,5 X14 148 11 X15 156 14,5 X16 150 13 X17 158 15 X18 148,6 12,5 X19 126,6 4,5 X20 138 7
Rata Post 145 138 156,6 126,6 136,6 125 136,6 120 156,6 140 153,3 130 130 158,6 166 160 166,6 156,6 136,6 149,3
Ranking 9 7 13,5 3 6,5 2 6,5 1 13,5 8 12 4,5 4,5 14 16,5 15 17,5 13,5 6,5 10
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
139,3 156 158,6 139,3 126,6 126,6 126,6 126,6 126,6 148,6
8,5 14,5 16 8,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 12,5
150 166 166,6 150 136,6 136,6 136,6 133,3 136,6 ∑R1= 156,6 228 Tabel 4: Ranking Pretest Postest Tekanan Darah
11,5 16,5 16,5 11,5 6,5 6,5 6,5 5 6,5 13,5
∑R2=271
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
U1 =
ƞ + ƞ (ƞ +1) / 2 - ∑R2
= 30 +30(30+1)/2-271 = 224
U2= ƞ – U1 =30 -224 = - 194
Z= U – ƞ/2/ √ ƞ(ƞ+ƞ)/12 =-194-30/2/
√30(30+30)/12 =209/10800 = 0,019
Menurut nilai perhitungan diatas yakni p= 0,019, jadi sesuai dengan teori hasil analisis data menggunakan Mann Whitney U Test dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤0,05). jadi menurut hasil perhitungan diatas yakni p= 0,019, dengan arti sudah memenuhi nilai yang ditentukan oleh Mann Whitney U Test dengan tingkat kepercayaan 95%.
menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik keventrikel kanan menjadi meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief,2002). Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,akumulasiasam
+
laktat, adenosin dan K oleh metabolisme selama otot aktif berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief,2002). Tekanan darah yang meningkatkan stimulus impuls pada pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan epinephrin). Saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan
Interpretasi Data Dari hasil analisa data diatas maka peneliti membuat interpretasi data bahwa kedua hasil observasi tekanan darah terdapat perbedaan rata-rata 9,7 mmHg dan mempunyai nilai signifikansi 0,019. Nilai signifikansi yang normal menurut Mann Whitney U Test dibawah 0,05, maka hasil tersebut mempunyai pengaruh yang positif dengan tingkat kepercayaan 95%. menurunkan tekanan darah (Guyton,2001). Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum perlakuan 135,4 dan setelah perlakuan Selama melakukan latihan terjadi kontraksi skletal (rangka) yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009), respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi
tekanan darah sistoliknya rata-rata 145,25. Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan hasil perhitungan statistik menurut Menurut nilai perhitungan diatas yakni p= 0,019, jadi sesuai dengan teori hasil
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013
analisis data menggunakan Mann Whitney U Test dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤0,05). jadi menurut hasil perhitungan diatas yakni p= 0,019, dengan arti sudah memenuhi nilai yang ditentukan oleh Mann Whitney U Test dengan tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian didapatlag suatu kesimpulan sebagai berikut: Senam lansia dapat meningkatkan tekanan darah sistol dengan ratarata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 mmHg, dan menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan dengan nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) menurut Mann Whitney Test dan tingkat keyakinanya 95%. Pengaruh Latihan otot terhadap tekanan darah: Ketika dilakukan kontraksi, arteri dan arteriol yang ada di sekitar otot akan mengalami konstriksi akibat tekanan dari otot, sehingga aliran darah pada pembuluh darah tertahan. Ketika otot direlaksasikan, akan terjadi mekanisme hiperemia reaktif yang menyebabkan terjadinya aktivasi semua faktor vasodilator pada pembuluh darah setempat, sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan aliran darah empat sampai tujuh kali keadaan normal yang diakibatkan oleh terjadinya pengaturan aliran darah metabolik lokal. Hiperemia reaktif meningkatkan kecepatan aliran darah dan menginduksi mekanisme “shear stress” pada sel endotel pembuluh darah akibat tarikan viskositas darah terhadap dinding vaskuler. Stres ini akan mengubah bentuk sel-sel endotel sesuai dengan aliran darah dan selanjutnya meningkatkan pelepasan endothelium-derived relaxing factor (EDRF) yang pada dasarnya tersusun atas nitrit oxide (NO). NO akan merelaksasikan pembuluh darah dan meningkatkan diameter pembuluh darah sehingga resistensi perifer menurun,
yang berdampak pada penurunan tekanan darah. DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. (1997). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika. Dempsey, P., dan Arthur D. Dempsey. (1997). Riset Keperawatan: Buku Ajar Dan Latihan (Edisi 4). Trans.Palupi Wudyastuti. Jakarta:EGC Muttaqin, A. (2009). Pengkajian Keperawatan.Banjarmasin: Penerbit Salemba Medika. Nugroho, W.(2000). Keperawatan Gerontik (Edisi 2). Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Stanley, M., dan Patricia G. Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Trans. Netty Juniarty Dan Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol 1, No 5, Januari 2013