AKUNTANSI PERBANKAN AKUNTANSI KLIRING
Oleh Kelompok: 3 MERSISKA SADA S. 2007310544 TRISYE YENI ANGGRAINI 2007310486 FITRIA AYUNTINA 2007310291 RIRIN TRISNOWATI 2007310
S1 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2009
Akuntansi Kliring
Definisi Kliring adalah pertukaran warkat atau Dana Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. SISTEM KLIRING Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan: a. Sistem manual,yaitu sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring serta pemilahan Warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. b. Sistem Semi Otomasi, yaitu Sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan Warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. c. Sistem Otomasi, yaitu Sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh Penyelenggara secara otomasi. d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan Kliring Lokal secara elektronik yang selanjutnya disebut Kliring Elektronik adalah penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian Warkat Peserta kepada Penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.
PESERTA KLIRING Peserta Kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta Kliring dikelompokkan menjadi
1.Peserta Langsung Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat : a. Kantor Bank yang dapat menjadi Peserta Langsung adalah : 1.Kantor cabang yang telah memperoleh ijin pembukaan kantor dari Bank Indonesia; 2.Kantor cabang pembantu dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, yang telah memperoleh ijin pembukaan kantor dari Bank Indonesia; 3.Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri yang telah memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk beroperasi di wilayah Kliring yang berbeda dari kantor cabang induknya. b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor Bank Indonesia. c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara tertib sesuai jadwal Kliring Lokal yang ditetapkan.
2. Peserta tidak langsung Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bias terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang, dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi persyaratan: a.Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah : 1)kantor cabang yang telah memperoleh ijin pembukaan kantor dari Bank Indonesia; 2)Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang telah memperoleh ijin pembukaan kantor dari Bank Indonesia; 3)Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia. b.Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di wilayah kliring yang sama. WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING WARKAT Adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring otomasi adalah: 1.
Cek Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia. 2.
Bilyet Giro Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya,
termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI). 3.
Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT) Wesel Bank Untuk Transfer, adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer
4.
Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal
5.
Nota Debet Nota Debet, adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
6.
Nota Kredit Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
DOKUMEN KLIRING Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa Daftar Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian yang berfungsi sebagai bukti penyerahan/pengembalian warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.
Formulir Kliring Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan Kliring Lokal dengan sistem manual meliputi: 1.Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian Gabungan Formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian dari seluruh peserta. 2.Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian atas Daftar Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian. 3.Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun Bilyet Saldo Kliring berdasarkan Neraca Kliring Penyerahan dan Neraca Kliring Pengembalian. Contoh transaksi kliring dan pencatatannya 1.Tgl 1 Mei 2003 A nasabah giro Bank BCA Surabaya membeli barang kepada B nasabah Bank Niaga senilai Rp10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank ABC Surabaya. 2.A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Surabaya untuk rekening giro B nasabah Bank Niaga sebesar Rp20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di Bank ABC Surabaya adalah: Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp)
Kliring 2
1 Mei 03
Dr. Giro A Cr. Giro BI
30.000.000
Kredit (Rp) 30.000.000
Pada kliring pertama Bank BCA menerima warkat bank sendiri yang tertarik oleh A berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Surabaya. Warkat ini merupakan warkat debet masuk karena Bank BCA harus mendebet rekening nasabah (Sdr.A). Rekening lawannya adalah mengkredit rekening giro BI. Disamping itu Bank BCA Surabaya juga menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya
melalui Bilyet Giro sebesar Rp20.000.000. warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank BCA diperintahkan oleh A untuk mengkredit rekening giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki penarik cek(Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada rekening riil. Pencatatan di Bank Niaga Surabaya Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp)
Kliring
1 Mei 03
Dr. RAR. Kliring
10.000.000
Kliring
1 Mei 03
Dr. Giro BI Cr. Giro B
20.000.000
Kredit (Rp)
20.000.000
Bank BAP Surabaya telah menerima setoran dari B berupa cek Bank BCA Surabaya sebesar Rp10.000.000. cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank Niaga terhadap Bank BCA sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Surabaya. Bank Niaga yang melakukan penagihan terhadap Bank BCA Surabaya akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank Niaga selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama (penyerahan), Bank Niaga harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administrative sampai dengan kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek giro dari Bank BCA sebesar Rp20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsug dibukukan dalam rekening riil.
Prinsip-prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah 1.cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan diwilayah kliring manapun sepanjang : a. cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah. b. Di wilayah kliring dimana warkat tersebut di kliringkan terdapat kantor cabang dari penerbit yang menjadi peserta kliring.
2.Kepersertaan : a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan. b. Bank wajib menetapkan satu kantor koodinator di setiap wilayah kliring dimana bank tersebut menjadi peserta. 3.Bank indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek dan BG luar kotanya. 4.Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek atau BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek atau BG tersebut di kliringkan. 5.Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-masing bank. Implikasi bagi bank secara umum adalah sebagai berikut : 1.Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk memilah yang mana yang sudah dapat dikliringkan local dan mana yang belum. 2.Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring di masing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu: a.
Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada di peserta. Namun, bank perlu melengkapi MIRC code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain yang belum otomasi/elektronik.
b.
Bank Peserta Kliring SOKL Melakukan updating sandi peserta pada aplikasiSOKL setiap kali ada bank peserta kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pegurangan peserta langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luarkota dapat dikenal oleh system pada saat bank melakukan rekam data SOKL.
c.
Bank Peserta Kliring Manual Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring local dengan system manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.
Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat system komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat system komputer yang dipasang dipeserta untuk mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kiring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat system yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan system ini, setiap peserta memiliki password. Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat Bantu dalam proses perhitungan kliring adalah: a.
bukti penyerahan Warkat Debet-Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan. b.
Bukti penyerahan Warkat Kredit-Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredituntuk setiap bundel warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
c.
Lembar Substitusi; lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang bersangkutan.
d.
Kartu Batch; kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai sarana kontrol dalam proses kliring.
e.
Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian (BPRWKP).
JENIS BIAYA KLIRING Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.