Akhlak Kepada Allah.docx

  • Uploaded by: Yandra Helira
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akhlak Kepada Allah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,018
  • Pages: 16
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tugas utama dari Nabi Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak mulia di bumi ini. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji di kalangan orang-orang (masyarakat)yang bertaqwa. Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur al-qur’an dan pembuatan Nabi Muhammad Saw. Dan Allah swt menetapkan akhlak mulia bagi Nabi Muhammad Saw. dalam sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-qur’an surat Al-Qalam ayat 4 :

     ”Dan sesungguhnya engkau muhammad mempunyai akhlak yang mulia”. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan baik atau buruknya suatu sikap yang ia perbuat. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memelihara normanorma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari, baik keluarga, kerabat,tetangga dan lingkungan kemasyarakatan. Berdasarkan latar belakang tersebut makalah ini akan membahas tentang akhlak kepada Allah dan manusia. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dengan taubat? 2. Apa yang dimaksud dengan berzikir? 3. Apa yang dimaksud dengan berdo’a? C. Tujuan Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang taubat, berzikir dan berdo’a.

1

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Taubat 1. Pengertian Taubat Kata Taubat dalam bahasa arab adalah merupakan mashdar dari dari kalimat “taba-yatuba-taubatan” yang artinya kembali.1 Sejalan dengan pengertian secara bahasa, taubat menurut Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam bukunya Zainul Bahri “Taubat adalah kembali dari jalan yang menjauhkan diri dari Allah yang mendekatkan diri kepada syetan. Selanjutnya, lebih rinci lagi Al-Junaid menyebutkan bahwa taubat itu memiliki tiga makna ; pertama, menyesali kesalahan, kedua, berketetapan hati untuk tidak kembali kepada apa yang telah dilarang Allah, dan ketiga, menyelesaikan atau membela orang yang teraniaya.2 Al-Ghazali sebagaimana tersebut dalam buku “Ilmu Tasawuf” karangan Mukhtar Solihin dan Rosihan Anwar, mengklasifikasikan taubat kepada tiga tingkatan:3 a. Meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih kepada kebaikan karena takut kepada perintah Allah. b. Beralih dari satu situasi yang sudah baik menuju situasi yang lebih baik lagi. Dalam tasawuf keadaan ini sering disebut dengan “inabah”. c. rasa penyesalan yang dilakukan semata-mata karena ketaatan dan kecintaan kepada Allah, hal ini disebut “aubah”. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi kesalahankesalahan atau dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan yang lurus (yakni pada ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa

1

Bahri, Zainul. Menembus Tirai Kesendiriannya, (Jakarta Prenada, tt,)h.126 Ibid.h.129 3 Anwar, Rosihan dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung , Pustaka Setia, 2004),h.91 2

2

3

akan menjauhi segala larangannya) dengan penyesalan telah hanyut dalam kesalahan, dan tidak akan mengulanginya lagi. Taubat merupakan hal yang wajib dilaksanakan dari setiap dosadosa, maka jika maksiat (dosa) itu hanya antara ia dengan Allah, tidak ada hubungan dengan manusia. Allah berfirman dalam QS. Ali-Imran : 135 :

                        Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Ada beberapa syarat sah atau diterimanya taubat, yaitu : a. Harus menghentikan maksiat. b. Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya. c. Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kemali. Dan apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia maka taubatnya ditambah dengan syarat keempat, yaitu : d. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas

kesalahannya

atau

mengembalikan

apa

yang

harus

dikembalikannya.4 2. Tingkatan Taubat Mengenai tingkatan taubat, Zainul Bahri menyebutkan dalam bukunya mengutip dari pendapat Al-Sarraj, taubat terbagi kepada beberapa bagian ;

4

Fadholi, Muhammad. Keutamaan Budi Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, tt),h.55

4

a. Taubatnya

orang-orang

yang

berkehendak

(muriddin),

para

pembangkang (muta’aridhin), para pencari (thalibin), dan para penuju (qashidin). b. Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus). Yakni taubatnya orangorang yang ahli hakikat, yakni mereka yang tidak ingat lagi akan dosadosa mereka karena keagungan Allah, telah memenuhi hati mereka dan mereka senantiasa ingat (dzikir) kepadanya. c. Taubatnya ahli ma’rifat, dan kelompok istimewa. Pandangan ahli ma’rifat, wajidin (orang-orang yang mabuk kepada Allah), dan kelompok istimewa tentang pengertian taubat adalah engkau bertaubat (berpaling) dari segala sesuatu selain Allah. Terlepas dari mengenai tingkatan taubat, perlu diketahui bahwa taubat yang diperintahkan kepada orang-orang mukmin adalah taubat annasuha, seperti yang disebutkan dalam firman Allah : QS. At-Tahrim : 8

     .....    Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)..... Taubatan Nasuha artinya taubat yang sebenar-benarnya dan pasti, yang mampu menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan kekusutan orang yang bertaubat, menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang dilakukannya. Muhammad bin Ka’ab al-Qurthuby berkata : “Taubatan nasuha menghimpun

empat

perkara

;

memohon

ampun

dengan

lisan,

membebaskan diri dari dosa dengan badan, tekat untuk kembali melakukannya lagi dengan sepenuh perasaan dan menghindari temanteman yang buruk.5

5

Muthahhari, Murtadha. Jejak-jejak Rohani, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1996),h.31

5

3. Macam-macam Dosa atau perbuatan yang menuntut taubat Taubat diharuskan pada setiap melakukan dosa, Maka taubat adalah dari semua dosa besar dan kecil. Adayang mengatakan bahwa tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus dan tidak ada dosa besar bersama istighfar. Yusuf Al-Qardhawi di dalam bukunya menyebutkan dosa-dosa yang meminta taubat adalah sebagai berikut: a. Dosa karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan. Kedurhakaan

yang

pertama

kehadap

Allah

adalah

meninggalkan apa yang diperintahkan. Ini merupakan kedurhakaan iblis. Sebagaimana di dalam surah Al-Baqarah ayat 34, sebagai berikut: Kedurhakaan yang kedua adalah mengerjakan apa yang dilarang Allah swt, yaitu merupakan kedurhakaan Adam. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 35 Tetapi Adam dikalahkan oleh kelemahannya sebagai manusia, sehingga diapun lalai dan tekadnya menjadi lemah karena mendapat bujukan iblis. b. Dosa anggota tubuh dan dosa hati Banyak orang yang tidak tahu macam-macam kedurhakaan dan dosa selain dari apa yang ditangkap indranya atau yang berkaitan dengan anggota tubuh zhahir, seperti kedurhakaan yang lahir dari tangan, kaki, mata, telinga, lidah hidung dan lain-lainnya yang berhubungan dengan syahwat perut, kemaluan, birahi dan naluri keduniaan yang ada pada diri manusia. Kedurhakaan mata adalah memandang apa yang diharamkan Allah. Kedurhakaan telinga adalah mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, seperti kata-kata yang menyimpang yang diucapkan lisan. Kedurhakaan lisan adalah mengucapkan perkataan yang diharamkan oleh Allah, yang menurut Imam al-Ghazali ada dua puluh ma cam,

6

seperti, dusta, ghibah, adu domba, olok-olok, sumpah palsu, janji dusta, kata-kata batil, omong kosong, tuduhan terhadap wanita-wanita muslimah yang lalai, ratap tangis, kutukan, caci maki dan sebagainya. c. Dosa yang berupa kedurhakaan dan bid’ah “Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang baru, karena setiap yang baru adalah bid’ah dan bid’ah itu adalah kesesatan”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi). “Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang baru dalam agama kami yang bukan termasuk darinya maka dia tertolak” (HR. Muttafaqun ‘Alaih) Artinya urusan yang baru itu tidak diterima, karena itu merupakan taqarrub kepada Allah dengan cara yang tidak menurutnya perintahnya dan tidak seperti yang disyari’atkan dalam agama serta tidak diizinkannya. Bahkan pada hakikatnya bid’ah itu merupakan salah satu jenis kedurhakaan, hanya saja dengan sifat yang lebih khusus. Pelakunya mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan bid’ah dan dia yakin bahwa dengan bid’ah ini menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah dari pada orang lain yang tidak melakukannya. d. Yang terbatas dan dosa yang tidak terbatas Di antara ketaatan dan kebaikan, ada yang terbatas dan tidak berpengaruh kecuali terhadapa dirinya sendiri, seperti shalat, puasa, haji, umrah, haji, dzikir, membaca al-Qur’an, shadaqah, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, orang miskin dan ibnu sabil. Hal ini tidak berbeda dengan dosa dan keburukan, yang sebagian diantaranya ada yang hanya berpengaruh kepada pelakunya dan tidak menjalar kepada orang lain. Namun sebagian lain ada yang berpengaruh kepada orang lain, sedikit atau banyak e. Yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba Cukup banyak contoh dosa, kedurhakaan dan pelanggaran terhadap hak-hak Allah, seperti meninggalkan sebagian perintah,

7

mengerjakan sebagian yang dilarang, seperti minum khamar, mendengarkan hal-hal yang tidak pantas, menyiksa binatang, menyiksa diri sendiri, memboroskan harta dan sebagainya. Sedangkan dosa yang berkaitan dengan hak hamba, terutama hak material, maka taubat darinya, tetapi harus mengembalikan hak itu kepada pemiliknya atau meminta pembebasan darinya atau minta maaf dan memohon pembebasan dari pemenuhan hak karena Allah semata. Jika tidak hak itu sama dengan hutang yang harus dilunasinya, hingga kedua belah pihak harus membuat perhitungan tersendiri pada hari kiamat. Jika kebaikannya tidak mencukupi, maka keburukankeburukan orang yang memiliki hak itu dialihkan kepadanya, sampai akhirnya hak itu terpenuhi.6

B. Zikir 1. Pengertian Dzikir Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling mudah dari segenap anggota badan lainnya. Seandainya anggota badan lainnya bergerak sebanyak lidah bergerak (karena dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan. Dzikir menurut bahasa adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan sesuatu. Dzikir menurut istilah Ahli Sufi adalah ingat Asma Allah SWT. dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin.7 Orang yang senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Ra'd/13:28 yang berbunyi:

 

 

Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Bandung : Mizan, 1997),h.71 Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet ke-llX, 1990),h.73 6 7

8

         Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Al-Ra’d:28) 2. Macam-macam Dzikir Dzikir terbagi menjadi beberapa macam, adapun macam-macam Dzikir adalah sebagai berikut: a. Dzikir dengan lidah (lisan) Dzikir dengan lisan dilakukan dengan mengucapkan kalimatkalimat

dzikir,

baik

dengan

suara

jelas

(jahar) atau

samar (si). Kalimat-kalimat dzikir yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. adalah merupakan kalimat thayyibah[9]) antara lain sebagai berikut:

·

ُ َُ‫سبْحاَن‬ ‫ه‬ ‫للاه‬ ‫لِل‬ َ ّ َ ُ‫ا ْل َح ْم هُد‬

·

ُ ‫ُلَ إِلهَُ إِ ُلا‬ ‫للاه‬

·

‫للا اکبر‬

·

‫استغفرُللاُالعظيم‬

·

ُِ‫الل‬ َ ‫لَُ َه ْول‬ ّ ‫َُولَُقه اوتَ ُاِلا ِب‬

·

b. Dzikir dengan fikir Dzikir dengan fikir dilakukan dengan merenungkan ciptaan Allah SWT. dan merupakan dzikir yang sangat tinggi nilainya, di samping dapat memantafkan iman, juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. c. Dzikir dengan perasaan Dzikir dengan perasaan dilakukan dengan berhuznuzan kepada Allah SWT. dan merasakan indahnya rahmat yang telah dikucurkanNya kepada kita,sehingga dapat merubah perasaan negatif menjadi positif. Beberapa contoh dzikir dengan perasaan adalah dengan merasa dekat dengan Allah SWT., merasa dilindungi Allah SWT., merasa

9

disayangi Allah SWT., mendapat karunia dari Allah SWT. Allah SWT. memberikan segala kebaikan, sedangkan yang buruk diakibatkan oleh kesalahan kita. d. Dzikir dengan keyakinan Dzikir dengan keyakinan adalah mantapnya aqidah tauhid dalam perjalanan hidup, bahwa segala sesuatu terjadi hanya menurut kehendak Allah SWT. yang disebut dengan Tauhid Rububiyah, dan adanya keyakinan yang utuh bahwa hanya Allah SWT. lah yang berha disembah, yang kemudian dikenal dengan Tauhid Uluhiyah.8 Orang yang selalu mengamalkan dzikir dengan keyakinan yang sampai ke lubuk hati terdalam tidak akan terkagum-kagum kepada apapun dan siapapun, kecuali hanya kepada Allah SWT. godaan terbesar dalam Dzikir ini adalah syirik. e. Dzikir dengan perbuatan Dzikir dengan perbuatan dilakukan dengan sikap taat dan patuh terhadap

aturan

Allah

SWT.,

baik

dalam

hal aqidah, ibadah maupun mu’amalah. Sehingga segala gerak dan langkah serta tutur kata memancarkan akhlak Allah SWT. yang penuh rahmah, berbudi luhur dan jauh dari akhlak tercela (madzmumah). 3. Manfaat Dzikir Sebagaimana fungsi dari Dzikir itu sendiri yang mana dzikir membuat orang yang membacanya menjadi tenang, maka dzikir pun memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai berikut: a. Dzikir membawa seseorang untuk mendapatkan keberuntungan berupa Surga. b. Ahli dzikir akan diumumkan sebagai ahlul karam oleh Allah SWT. di hari kiamat c. Dzikir meninggikan derajat seseorang d. Orang yang selalu berdzikir dengan rutin, maka ia akan memperoleh keutamaan di hari kiamat dengan mengalahkan yang lainnya 8

Al-Qardhawi, Yusuf. Taubat, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1999,h.47

10

e. Dzikir menyempurnakan pahala jihad f. Orang yang selalu (rutin) berdzikir akan mendapat ampunan dan pahala yang besar g. Dzikir adalah amalan yang dicintai Allah SWT., maka orang yang ahli dzikir pun akan dicintai Allah SWT. h. Dzikir menolak syaitan dan menghancurkannya i. Dzikir membuat hati tenang j. Hilangnya duka cita dari hati k. Dzikir membuat Allah SWT. menjadi ridho l. Dzikir menjadikan hati gembira dan lapang m. Dzikir menguatkan hati dan beban n. Dzikir membuat hati dan wajah bercahaya o. Dzikir menumbuhkan muhabbah dan muraaqabah kepada Allah SWT. p. Menumbuhkan kedekatan kepada Allah SWT. q. Diingat oleh Allah SWT. r. Dzikir dapat menggugurkan dosa sekaligus menghilangkannya s. Dzikir menyelamatkan dari siksa Allah SWT., dan Dzikir merupakan kekuatan t. Orang yang ahli dzikir diliputi malaikat, dituruni rahmat, mendapatkan kedamaian, dibanggakan Allah SWT. di hadapan malaikat u. Dzikir menghindarkan dari ghibah dan namiimah v. Dzikir adalah cahaya bagi ahli dzikir baik di dunia, di alam kubur, dan di akhirat kelak (Ibnul Qayyim Al Jauziyyah: 2014) C. Do’a 1. Pengertian Doa Doa adalah ibadah yang paling utama. Barangsiapa yang berdoa maka dia sedang meniti keselamatan. Ibadah doa sangat berpengaruh pada kehidupan lahir dan batin, dunia dan akhirat.9

9

Aditia, Efran (2011), Doa-Doa Dari Hadits. Cibubur: PT. Variapop Group,h.32

11

Manusia sebagai seorang hamba mesti berdoa karena manusia lemah dan fakir. Orang yang tengah mengalami kesulitan akan sangat tahu keadaan ini karena ia merasakannya. Tak ada manusia di dunia yang tak mengalami kesulitan, tak ada manusia yang kebal penyakit. Bahkan hanya dengan sebuah virus yang tak terlihat pun manusia bisa binasa. Menurut

bahasa

doa

berasal

dari

kata da’a yang

artinya

memanggil. Sedangkan menurut istilah syara’ doa berarti memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan. Manusia dianjurkan untuk tadharu’ seperti yang dilakukan oleh orang-orang sahih dimana mereka selalu memanjatkan doa dalam keadaan apapun (tidak hanya berdoa ketika sedang susah saja). Tadharu’ juga dapat menambah kemantapan jiwa seorang hamba. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Kahfi/18:28 yang berbunyi:

                                 Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28). 2. Macam-macam Doa

12

Doa terbagi menjadi beberapa macam, adapun macam-macam Doa adalah sebagai berikut: a. Doa untuk kebutuhan sehari-hari, seperti doa makan, doa mau tidur, dan lain lain b. Doa untuk meminta keselamatan dunia dan akhirat c. Doa untuk orang tua d. Dan lain lain. 3. Manfaat Doa Syekh Sayyid Tantawi, Syaikhul Azhar di Mesir, merangkum tiga manfaat doa dalam tiga point, yaitu sebagai berikut: a. Doa berfungsi untuk menunjukkan keagungan Allah SWT. kepada hamba-hambaNya yang lemah. Dengan doa seorang hamba menyadari bahwa hanya Allah SWT. lah yang memberi nikmat, menerima taubat, dan memperkenankan doa-doanya. Doa berfungsi mendorong hambaNya untuk selalu bersyukur. Sebab rasa syukur itu pula mendorong hamba-Nya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah. b. Doa mengajari kita agar merasa malu kepada Allah SWT. sebab manakala ia tahu bahwa Allah SWT. akan selalu mengabulkan doadoanya, maka tentu saja ia malu untuk mengingkari nikmatnikmatNya. c. Doa mengalihkan hiruk-pikuk kehidupan dunia keharibaan tafakur dan kekudusan munajat kehadirat

Allah

SWT.,

memutuskan syahwat

duniawi yang fana menuju ketenangan hati dan ketentraman jiwa.

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan yang lurus (yakni pada ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa akan menjauhi segala larangannya) dengan penyesalan telah hanyut dalam kesalahan, dan tidak akan mengulanginya lagi. Dzikir merupakan cara seorang hamba dalam memuji Allah SWT., ahli dzikir akan merasa tenang dan tentram hidupnya. Dzikir memiliki banyak sekali manfaat salah satu di antaranya adalah diberi kenikmatan dan jaminan surga; mendapat pahala yang besar; diampuni dosa-dosanya; didoakan oleh malaikat. Doa merupakan cara seorang hamba dalam berkomunikasi dengan Allah SWT. doa berisi tentang permohonan seorang hamba kepada-Nya dengan berharap bahwa Allah SWT. mengabulkan keinginan (doa) nya. Doa pun memiliki banyak manfaat yaitu menghindarkan kita dari sikap sombong, angkuh; menjadikan kita seorang hamba yang tidak lupa diri yakni merasa tidak bisa apa-apa tanpa bantuan dan pertolongan-Nya; menjadikan kita

B. Saran Demikian makalah ini kami buat, mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua. Untuk kesempurnaan makalah ini, kami selaku pemakalah bersedia menerima

14

kritik dan saran yang membangun untuk menuju yang lebih baik nantinya. untuk perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR KEPUSTAKAAN 13 Aditia, Efran (2011), Doa-Doa Dari Hadits. Cibubur: PT. Variapop Group Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, Bandung : Mizan, 1997 Al-Qardhawi, Yusuf. Taubat, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1999. Anwar, Rosihan dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung , Pustaka Setia, 2004 Bahri, Zainul. Menembus Tirai Kesendiriannya, Jakarta Prenada, tt Fadholi, Muhammad. Keutamaan Budi Dalam Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, tt Muthahhari, Murtadha. Jejak-jejak Rohani, Bandung : Pustaka Hidayah, 1996 Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010 Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet ke-llX, 1990).

15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Akhlak Kepada Allah, Taubat, Berzikir, Berdoa” Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah berkenan membimbing kami dalam mata kuliah “Pedidikan Akhlak” yang telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak kelemahannya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih. Demikian makalah ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Ujung Gading, Penulis,

Februari 2019

16

DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR ...........................................................................

i

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ii

BAB

BAB

BAB

I

II

III

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................

1

B. Rumusan Masalah .....................................................

1

C. Tujuan .......................................................................

1

PEMBAHASAN A. Taubat .......................................................................

2

B. Zikir ..........................................................................

7

C. Do’a ..........................................................................

10

PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................

13

B. Saran ..........................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Akhlak
June 2020 30
Kepada
June 2020 22
Kepada
June 2020 37
Kepada
October 2019 40

More Documents from ""

Buah.docx
July 2020 8
Almukhlisin.docx
July 2020 3
Badminton Cover.docx
July 2020 6
Al- Qur'an.docx
July 2020 10