Almukhlisin.docx

  • Uploaded by: Yandra Helira
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Almukhlisin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,020
  • Pages: 22
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Pada usia Taman Kanak-Kanak perkembangan kognitif mempunyai peranan yang penting, karena berkaitan dengan otak, sesuai dengan penelitian Bloom (dalam Triyono : 4) bahwa sampai usia 4 tahun otak manusia berfungsi 50%, sampai usia 8 tahun otak manusia berfungsi 80 %, jadi sejak usia 8 tahun kecerdasan manusia hanya bertambah 20%. Dengan demikian perlu perhatian yang lebih pada usia Taman Kanak-Kanak. Anak adalah individu yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, yang dikenal sebagai pembelajaran aktif seperti yang dikemukakan dalam teori kontruktivitas yang memandang bahwa anak sebagai pembelajar aktif yang

1

2

dapat membangun pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalaman yang diperolehnya. Dengan memberikan motivasi kepada anak karena motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak secara terus menerus. Contoh motivasi Intrinsik adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Berdasarkan pengamatan di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading penulis menemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak didik belajar berhitung dengan benda – benda yang ada di lingkungan. Anak lebih menyukai pembelajaran mewarnai, motorik halus dan bermain di luar. Di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading pembelajaran berhitung dengan benda– benda, menggunakan alat yang sederhana adalah salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan di kelas. Para pendidik menggunakan media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur, buku, jepitan baju. Hal ini kadang membuat anak merasa bosan karena anak masih berkutat dilingkungan dalam ruangan atau melihat benda-benda yang sering dilihat. Di dalam persiapan menyusun model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Kegiatan berhitung ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

3

Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari – hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Berdasarkam permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka dalam penelitian ini memberi fokus pada peningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan ikan pada siswa TK Al-Mukhlisin Ujung Gading tahun ajar 2018/2019.

B. Rumusan Masalah Dengan adanya faktor–faktor di atas untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak penulis memperoleh rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana kemampuan berhitung sebelum menggunakan permainan ikan di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading pada tahun 2018/2019? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kemampuan berhitung pada saat menggunakan permainan ikan di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading pada tahun 2018/2019? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung anak di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading setelah dengan menggunakan permainan ikan?

4

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk

mengetahui

permainan

ikan

kemampuan

di TK

berhitung

Al-Mukhlisin

sebelum

Ujung

menggunakan

Gading pada

tahun

2018/2019? 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kemampuan berhitung pada saat menggunakan permainan ikan di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading pada tahun 2018/2019? 3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung anak di TK AlMukhlisin Ujung Gading setelah dengan menggunakan permainan ikan?

D. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bermaksud untuk memberikan perbaikkan pembelajaran, manfaatnya sebagai berikut: 1. Manfaat bagi anak TK: a. Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai media atau alat peraga. b. Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar berhitung permulaan melalui kegiatan bermain sambil belajar. c. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan benda-benda dengan lambang bilangannya. 2. Manfaat bagi guru: a. Menambah

wawasan

tentang

rangsangan

yang

meningkatkan kemampuan berhitung permmulaan.

tepat

dalam

5

b. Menambah pengetahuan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi berhitung. c. Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi kemampuan siswa. 3. Manfaat bagi sekolah: a. Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi anak yang ada hubungannya dengan kemampuan kognitif anak usia TK. b. Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang membuat inovasi baru. c. Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena mutunya sangat bagus.

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di TK adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Perkembangan Mental Anak Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan preoperasional

kongret

dan

berfikir

intuitif

dimana

anak

maupun

mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda – benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri). 2. Masa Peka Berhitung Pada Anak. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang

6

7

sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena anak TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan.1 Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50 % dan potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80 % pada usia 8 tahun. 3. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya. Hurlock mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selajutnya.2 Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental adalah melalui pengalaman–pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda disekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan ditingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak maupun membaca, menulis dan berhitung tetapi merupakan cara belajar mendasar yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri) melatih kedisiplinan, keberminatan, inisiatif dan apresiatif.

1

Yulvia. 2001. Strategi Pengembangan Matematika Anak Usia Dini. Semarang : IKIP Veteran Press.h.153 2 Hurlock, E.B.,1999. Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta.h.41

8

Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan matematika anak usia dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu: a. Penguasaan konsep Pemahaman

atau

pengertian

tentang

sesuatu

dengan

menggunakan benda dan peristiwa kongkrit,seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung benda/ bilangan. b. Masa transisi Proses

berpikir

yang

merupakan

masa

peralihan

dari

pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. c. Lambang Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan sebagainya. Beberapa manfaat matematika untuk anak usia dini adalah sebagai berikut: a. Membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar. b. Menghindari ketakutan matematika sejak awal. c. Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain.

9

Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung antara lain: a. Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung. b. Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman. c. Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan. d. Anak mulai membanding-bandingkan benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya. e. Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan bendabenda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja. Prinsip-prinsip permainan matematika anak usia dini adalah: a. Permainan matematika di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialamimelalui pengamatan terhadap alam sekitar.3 b. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukaranya, misalya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dana dari sederhana ke yang lebih kompleks.Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartispasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.

Departemen Pendidikan Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers an Cirles Time” (BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini.h.84 3

10

c. Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan tujuan, menarik, dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. d. Bahasa yang digunakan seyogyanya

bahasa

didalam

yang

pengenalan

sederhana

dan

konsep jika

berhitung

memungkinkan

mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak. e. Dalam permainan matematika anak dapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang. f. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan. The principles and strandards for school mathematics (prinsip dan standar untuk matematika sekolah), yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) memaparkan harapan matematika untuk anak usia dini. Konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini antara lain: a. Bilangan Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung.4 Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-anak berkembang, 4

Jaya,h.32

Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Sari,Jakarta:Mulia

11

mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan. b. Aljabar Menurut NTCM (2000), pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan, membandingkan, dan menyusun bendabenda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan. c. Penggolongan Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting untuk mengembangakn konsep bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan

atau

menyortir

benda-banda,

mereka

harus

mengembangkan pengertian tentang “saling memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”. Kegiatan yang dapat mendukung kemampuan klasifikasi anak adalah:5 d. Membandingkan Adalah proses dimana anak membangun suatu hubungan antara dua benda berdasarkan atribut tertentu. Anak usia dini sering membuat perbedaan, terutama bila perbandingan itu melibatkan mereka secara pribadi.

5

Hurlock B.Elisabeth 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.h.53

12

e. Menyusun Menyusun atau menata adalah tingkat lebih tinggi dari perbandingan. Menyusun melibatkan perbandingan benda-benda yang lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu urutan. Kegiatan menyusun dapat dilakukan didalam maupun luar kelas, misalnya menyusun buku yang diatur dari yang paling tebal, mengatur barisan dari anak yang paling tinggi/pendek, dll. f. Pola-pola Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak mulai melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka. g. Geometri Membangun konsep geometri pada anak di mulai dengan mengidentifikasi

bentuk-bentuk,

menyelidiki

bangunan

dan

memisahkan gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak seperti dibawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami geometri. h. Pengukuran Ketika anak mempunyai kesempatan untuk pengalamanpengalaman

langsung

membandingkan

ukuran

untuk

mengukur,

benda-benda,

menimbang,

mereka

belajar

dan konsep

13

pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran. i. Analisis data dan probabilitas Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini berarti mengemukakan pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang dirinya dan lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup.

B. Alat Permainan Bermain dalam konsep dasar bahasa Indonesia adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat tertentu atau tidak). Menurut Diana Mautiah (2012), bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Gordon dan Browne (dalam Moeslichatoen, 1999), bermain adalah kegiatan yang memberikan harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang. Dengan demikian bermain dapat diartikan seabgai sesuatu aktivitas dengan atau tanpa alat yang dapat memberikan kegembiraan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak

14

dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.6 Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. 1. Pengertian Alat Permainan. Pengertian alat permainan semua alat permainan yang digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya. Peralatan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak.7 Macam alat permainan sebagai pelengkap untuk bermain sangat beragam. Ada yang bersifat bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, menyusun suatu bentuk utuhnya dan lain-lain. Sewaktu bermain dengan alat permainan anak akan mendapatkan masukan pengetahuan untuk ia ingat. 2. Fungsi Alat Permainan. Fungsi alat permainan adalah untuk mengenal lingkungan dan juga mengajar anak mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan

6

Kognitif. Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. 7 Kunjtojo, 2013. Sistematika Skripsi PTK Program Studi PG-PAUD. Universitas Nusantara PGRI Kediri.h.62

15

alat permainan anak akan melakukan kegiatan yang jelas dan menyenangkan ini juga akan meningkatkan sel otaknya dan menyuburkan proses pembelajaran. 3. Macam-macam alat permainan a. Alat permainan gerak Alat permainan ini adalah alat permainan yang menstimulasi pemakainya untuk aktif bergerak. Sebagai contoh: holahoop, kuda kepang, bola dan lain-lain. b. Alat permainan fantasi Alat permainan fantasi adalah alat yang berfungsi untuk mendukung permainan fantasi anak. Dengan menggunakan alat tersebut anak bisa menjadi tokoh atau karakter atau profesi yang ada dalam fantasinya. Contoh: topeng, baju atau seragam tentara, pistol dan sebagainya. c. Alat permainan menerima Alat menerima adalah alat yang mengutamakan fungsi untuk membantu dalam permainan menerima anak. Hal tersebut karena anak memiliki kecenderungan untuk memiliki kesulitan dalam menerima atau menangkap sebuah benda.8 Contoh: kaus tangan baseball, keranjang basket, dan lain-lain.

8

Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-permainan Edukatif Dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta : Diva Pressh.92

16

d. Alat permainan membentuk Alat permainan ini berfungsi untuk membentuk seperti bendabenda yang anak inginkan. Alat permainan ini mengutamakan kreatifitas anak. Contoh: kertas lipat, lego, balok, puzzle, plastisin dan lain-lain.

17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading sebagai tempat penelitian karena peneliti bertugas sebagai pendidik di TK tersebut. Dengan penelitian pembelajaran di tempat tugas peneliti sendiri, tentunya akan memudahkan bagi peneliti dalam memperoleh data dan sekaligus hasil dari penelitian akan langsung dapat dirasakan. Permasalahan kemampuan berhitung di TK Al-Mukhlisin Ujung Gading menjadikan peneliti mengambil tema penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Semester I, dari bulan Juli 2018 sampai dengan Agustus 2018. Pada bulan pertama kegiatan penelitian digunakan untuk persiapan dan perencanaan penelitian (Siklus I) pelaksanaan Siklus II dan penyusunan laporan. Untuk perbaikan pembelajaran dilaksanakan selama 2 (dua) siklus, yaitu I dan II.

B. Subyek Penelitian TK Al-Mukhlisin Ujung Gading kelompok B dengan jumlah murid 24, baru 3 anak yang sudah mampu mengenal konsep bilangan dan menuliskan angka pada jumlah gambar atau mainan yang disediakan oleh guru dengan sedikit bantuan.

17

18

C. Sumber Data Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa yang berupa observasi terhadap unjuk kerja anak dan hasil karya pada kemampuan konsep bilangan.

D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu angka dalam peningkatan kemampuan berhitung anak usia dini pada pembelajaran tersebut. 2. Metode Wawancara Denzim Wiriaatmadja

(Goetz (2005)

dan

Le

menjelaskan

Compte, bahwa

1984)

dalam

wawancara

Rochiati

merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. 3. Dokumentasi Dokumen yang digunakan berupa daftar kelompok siswa, daftar nilai siswa, dan foto kegiatan pembelajaran. Dokumentasi foto untuk memberikan gambaran secara lebih nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasanan kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

19

E. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis terdapat data primer dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai hasil belajar pemahaman konsep bilangan. Analisis data sekunder menggunakan cara deskriptif kualitatif yaitu berdasarkan hasil observasi dan dilakukan refleksi dari beberapa kejadian dalam proses kegiatan belajar pemahaman konsep bilangan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers an Cirles Time” (BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini. Hurlock B.Elisabeth 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hurlock, E.B.,1999. Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta. Kognitif. Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Kunjtojo, 2013. Sistematika Skripsi PTK Program Studi PG-PAUD. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-permainan Edukatif Dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta : Diva Press Mudjito,

A K. 2007. Pedoman Sari,Jakarta:mulia jaya.

Pembelajaran

Bidang

Pengembangan

Yulvia. 2001. Strategi Pengembangan Matematika Anak Usia Dini. Semarang : IKIP Veteran Press

21

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan ketetapan serta membukakan pintu hati, melapangkan pikiran, kesempatan dan kesehatan dengan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan Proposal PTK ini yang berjudul “Meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan ikan pada siswa TK Al-Mukhlisin Ujung gading tahun 2018/2019”. Shalawat

dan Salam

dimohonkan kepada

Allah SWT, semoga

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia dari alam kebodohan kepada kehidupan yang berilmu pengetahuan. Selama penulisan Proposal PTK ini, penulis banyak menerima bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, baik itu berupa lembaga ataupun perorangan, karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal PTK ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan yang bersifat konstruksi demi kesempurnaan proposal PTK ini dimasa yang akan datang.

Ujung Gading, Penulis,

HAFIZA, S.Pd

i

2018

22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................

i

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................

3

C. Tujuan Penelitian ..............................................................

4

D. Manfaat Peelitian..............................................................

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berhitung ....................................................

5

B. Alat Permainan ................................................................

13

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian .............................................................

17

B. Subyek Penelitian ............................................................

17

C. Sumber Data ....................................................................

18

D. Tehnik Pengumpulan Data ..............................................

18

E. Analisis Data ...................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA

More Documents from "Yandra Helira"

Buah.docx
July 2020 8
Almukhlisin.docx
July 2020 3
Badminton Cover.docx
July 2020 6
Al- Qur'an.docx
July 2020 10