Aji Mundri Bagi Caleg Perempuan

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aji Mundri Bagi Caleg Perempuan as PDF for free.

More details

  • Words: 606
  • Pages: 2
Aji Mundri bagi caleg perempuan Leo Sutrisno Dua minggu terakhir ini, selain berita olimpiade Beijing media massa dimeriahkan juga oleh kesulitan sebagian partai memperoleh caleg perempuan. Tentu saja berita tentang dana BLBI yang mengucur kemana-mana juga menarik perhatian sebagian orang. Bahkan ada sebagian orang was-was peristiwa yang mirip akan terulang kembali pada caleg masa mendatang, caleg 2009. Tulisan ini akan membahas Aji Mundri yang memiliki daya tangkal yang tak tertandingkan yang semestinya dimiliki oleh para caleg perempuan. Bagi para penggemar wayang, tentu dengan mudah menemukan kosa kata ‘Aji Mundri’ ini, yaitu pada Babad Ramayana. Bagi yang belum menyenangi wayang dapat diberitahukan bahwa wayang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang wajib dilestarikan karena di dalam wayang terkandung ajaran-ajaran tentang harkat dan martabat manusia yang sungguh tinggi. Bagi caleg perempuan, kiranya ‘hukumnya wajib’ untuk mempelajari dan mempergunakan Aji Mundri ini. Aji Mundri dimiliki oleh Dewi Sinta, isteri Ramawijaya yang diculik oleh Raja Rahwana, dari kerajaan Alengka. Dewi Sinta memperoleh Aji Wundri ini selama mengalami penderitaannya dalam sekapan Rahwana. Rahwana dikenal akan kesaktiannya yang tak terkalahkan. Bahkan, dalam babad Ramayana, Rahwana diceritakan tidak dapat dibunuh. Padahal ia berwatak penjahat kelas super kakap. Badannya gagah perkasa, kemampuan perang tak tertandingi. Kesaktiannya luar biasa. Tak ada yang mengalahkannya. Tetapi berhadapan denagan Dewi Sinta ia tidak berkutik. Ia tidak mampu menjamah bagian apa pun dari tubuh Sinta. Kenapa? Karena Sinta memiliki Aji Mundri. Marilah kita simak adegan ketika Dewi Sinta memberikan Aji Mundri ini kepada kera putih Anoman yang menjadi utusan Ramawijaya untuk mengecek kesetiaan Dewi Sinta yang disajikan dalam buku Anak Bajang Menggiring Angin oleh Sindhunata (1984). *** Dan Anoman pun mengheningkan cipta. Maka angin dari rumput katang-katang meniup lemah. Di gua-gua malam bergema, tangis bahagia berlinangan dari derita seorang wanita. Bagaikan bayi yang tak mau tahu tentang derita, Anoman melihat kebahagiaan itu terbuka laksana sepasang buah dada yang indah tersembunyi di dalam lipatan malam raba-raba. Seperti bayi menangis Anoman merengek-rengek minta susu ibunya. Capungcapung beterbangan, bingung mendengar tangis sang jabang bayi. Anoman menyusup dalam gulita, lipatan malam disingkapkannya. Pejam matanya meraba-raba, sedap malam bertebaran dengan aroma, dan terpeganglah olehnya buah dada yang telanjang indah. Betapa nikmat kebahagiaan Anoman. Ia bagaikan bersandarkan di kehangatan purnama kembar. Anoman menghisap kehangatan itu, dan capung-capung pun terdiam tenang. Bagaikan bayi yang haus akan susu ibunya, Anoman tak mau terlepas dari kehangatan buah dada itu. Kera putih itu menikmati air penderitaan

seorang wanita, yang merelakan diri untuk menjadi ibunya. Sepuas-puasnya Anoman menyusu, dan air penderitaan itu mengalir seakan tiada habisnya, mengalir dari mata air kebahagiaan. Maka makin air penderitaan itu tertumpah, makin buah dadanya mekar menjadi amat indahnya. Anoman tak merasa, daya hidup sedang mengalir ke dalam dirinya yang menjadi jabang bayi. Bayi ini menjadi besar tak terbayangkan. Demikian hakekat Aji Wundri, ia mengalir dari buah dada sang ibu yang menderita, memberi bagi anaknya daya dan kehidupan yang mengalir dari kebahagiaannya. Anoman terhentak ketika daya dan kehidupan itu memasuki dirinya. Dan ketika sadar kembali, maka Anoman pun mempunyai tenaga sebesar tujuh gunung seribu gajah. *** Siapakah yang dapat menandingi daya Aji Wundri yang sakti itu? Siapa dapat mengalahkan daya kasih seorang ibu yang memberi daya kepada manusia dengan susususunya yang menghidupkan? Menandinginya sama dengan melawan kehidupan ini. Siapa yang sanggup melawan hidup ini? Mukjizat kebesaran kasih sayang seorang ibu, bisa memberikan kehidupan luar biasa, sebesar tujuh gunung seribu gajah. Semua caleg perempuan sesungguhnya memiliki Aji Wundri ini. Kasih sayang seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya mengalir tiada henti. Kalau kasih sayang ini juga diterapkan dalam bidang kerjanya tentu akan terhimpun daya yang setara dengan ribuan gunung jutaan gajah. Tiada kekuatan yang mampu melawan kasih sayang seorang ibu. Maka, akan damai sejahteralah negara kita, Indonesia. Semoga!.

Related Documents