2015 / 2016
SEJARAH GEREJA & TOKOH-TOKOH GEREJA Nama : Piter Chris Daniel Sormin Kelas: XII-IPA 1
SMA NEGERI 12 MEDAN 2015 / 2016
SEJARAH GEREJA Gereja berasal dari bahasa Protugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia). Kata Inggris ‘cruch’ merupakan terjemahan yang tepat untuk ekklêsia. Gereja memiliki beberapa arti: Arti pertama, ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. Arti kedua, adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi. Arti ketiga,ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll. Arti keempat, ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.Arti terakhir dan juga arti umum, adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang. Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus. Asal-usul Gereja Kelahiran gereja secara resmi diakui baru berdiri pada hari pentakosta, Namun pada mulanya pentakosta adalah pesta panen Yahudi dan selanjutnya menjadi pesta peringatan pemberian Hukum/Perintah kepada Musa di Gunung Sinai. Sebagai pesta Kristiani, Pentakosta mengenang hari kelima puluh setelah kebangkitan Yesus Kristus dari kuburnya atau pada hari keempat puluh setelah kenaikan Yesus Kristus, yang kemudian duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pada hari pentakosta itu Roh Kudus diyakini turun kepada para Rasul untuk memberikan semangat kepada mereka untuk menyampaikan kabar gembira tentang Yesus Kristus. Sebagaimana disinggung di atas, Pertuslah yang menjadi juru bicaranya. Berkat usaha para Rasul tersebut banyak orang Yahudi yang dipermandikan. Pesta Pentakosta disebut juga “Minggu Putih”, mungkin karena pada hari itu untuk terakhir kalinya orang-orang yang baru dibaptis mengenakan pakaian putih. Dalam liturgi Bizantium, Pentakosta dirayakan selama dua hari berturut-turut; hari minggu merayakan kesempurnaan pewahyuan Tritunggal (pesta yang dalam ritus Latin dirayakan pada hari minggu sesudah Pentakosta dan disebut Hari Raya Tritunggal Mahakudus), dan hari senin merayakan turunnya Roh Kudus kepada para rasul. Masa Pembentukan (perkembangan) dan Penghambatan 1. Masa Pembentukan (perkembangan) Kira-kira tahun 180 jemaat Kristen sudah terdapat di mana-mana sekitar Laut Tengah. Pada waktu itu Injil mulai dikibarkan di Germania, Britania, Spanyol dan Armenia.[7] Dalam abad ketigaGereja merambak sampai ke daerah sungai Donau,[8] tanah Persia dan India. Terutama rakyat murba di kotakota besarlah yang masuk Kristen. Bagian terpenting dari Gereja masih terdapat di timur, terutama di Asia kecil.
Gereja Kristen yang makin besar ini menjadi suatu masalah politik yang sulit bagi Negara. Kekaisaran Romawi itu bukanlah suatu kesatuan secara bangsa atau kebudayaan; persatuan segala daerah dan warganya hanya dapat tercapai dalam satu agama yang umum, yang diakui oleh sekalian penduduk: satu Ilah, satu Negara, satu Kaisar. Tetapi Gereja tak mau turut mengakui suatu agama semacam itu, sebab katanya: hanyalah Allah Bapa dari Yesus Kristus, itulah Allah yang benar, yang harus disembah. Tatkala kekaisaran makin melemah dengan terancam oleh serangan-serangan musuhnya, orangpun menyangka bahwa dewa-dewa menjadi murka karena kedurhakaan orang Kristen, yang tidak mau turut berbakti kepadanya. 2.
Masa Penghambat Karena sebab di atas tadi kaisar-kaisar mulai pula menganiaya orang-orang Kristen. Penghambat ini dimulai oleh Decius (249-251); sekarang bukan lagi dengan maksud untuk menguji kesetiaan orang Kristen terhadap Negara, melainkan untuk mendapat kembali anugerah dewa-dewa dan untuk menjamin ketentraman Negara untuk waktu yang akan datang. Penghambatan ini dilakukan di seluruh kekaisaran. Bahkan orang yang bukan pejabatpun diwajibkan membawa korban kepada dewa-dewa Negara, diantaranya juga kepada kaisar. Tidaklah mengherankan bahwa banyak orang Kristen menjadi murtad atau mencoba memberi uang suap kepada imam-imam kafir, supaya mereka mendapat sepucuk surat kesaksian bahwa mereka itu telah mempersembahkan korban dupa di atas mezbah kaisar. Tetapi ada banyak pula yang tetap setia, meskipun mereka disiksa habis-habisan. Mereka dinamai Confessores (pengaku-pengaku). Jemaat Carthago di bawah pimpinan Cyprianus[9]berkat pertolongan Tuhan memenangkan Gereja dan sebaliknya segala usaha kaisar untuk membasmi Kristen gagal. Begitupun penganiayaan di bawah Valerianus (257-258) tidak berhasil. Beribu-ribu orang murtad kemudian menyesal, lalu mohon diterima kembali dalam jamaat. Gereja menjadi lebih kuat lagi, bahkan Injil mulai masuk ke dalam istana kaisar, kalangan tentara dan golongan bangsawan. Sekarang Negara harus memilih antara membasmi Gereja atau mengaku kalah dan masuk Kristen. Jalan pertama dicoba lagi oleh Diocletianus, teteapi tak berhasil. Akhirnya Kaisar Constantinus Agungpun mengerti bahwa jalan kedua itu lebih baik. Masa Kejayaan (Masa Kaisar Konstantin) Akhirnya tibalah masa yang baik bagi Gereja, ketika Constantinus merebut takhta sesudah mengalahkan lawannya Maxentius dekat Roma pada tahun 312, sehingga ia memerintah kekaisaran Romawi bagian barat. Masyhurlah cerita bahwa sebelum ia memulai pertempuranya, Constantinus mendapat suatu penglihatan, yakni sebuah salib yang gemilang di udara dengan tulisan: “Menanglah dengan perantara tanda ini”. Walaupun hikayat ini barangkali tidak benar, tetapi ada banyak bukti bahwa Constantinus telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 (dia baru dibaptis menjelang ajalnya tahun 337). Tiada lama kemudian iparnya, licinius, merebut kuasa di sebelah timur kekaisaran itu. Kedua-duanya mengeluarkan “Edik (putusan) Milano” pada tahun 313, dimana ditetapkan, bahwa Gereja mendapat kebebasan sepenuh-penuhnya, bahkan segala milik yang telah dirampas oleh Negara, harus dikembalikan atau dibayar. Bukan hanya itu saja, Kaisar Konstantin juga
mengeluarkan begitu banyak dana untuk membangun Gereja-gereja besar di Konstantinopel, Al-Quds, Bethelem, dan tempat-tempat lainnya yang memiliki posisi penting dalam sejarah Geraja Apostolik. Dia juga mengeluarkan maklumat yang berisi pelarangan kaum nasrani bekerja di hari minggu. Hal ini nampaknya dilakukan hanya untuk menghormati kebijakan Gereja yang menganggap hari minggu sebagai hari istirahat. Mulai saaat itu ada perdamaian antara Gereja dan Negara, bahkan kaisar-kaisar mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak Gereja untuk keamana dan kemajuan Negara. Lama-kelamaan kedudukan Gereja bertambah kokoh dan penting lagi. Gereja bukan saja dibiarkan, bahkan diberi berbagai-bagai hak dan keuntungan (umpamanya: hak menerima warisan, sokongan uang untuk membangun gedung-gedung Gereja, undang-undang mengenai penyucian Hari Minggu). Hal ini mulai setelah Constantinus mengalahkan Licinius pada tahun 324 dan seluruh kuasa ada dalam tangannya. Tetapi barulah pada tahun 380 Gereja diresmikanmenjadi Gereja Negara oleh kaisar Theodosius. Tragedi Gereja Awal (Purba) dan Masalahnya Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang melukiskan hidup jemaat mula-mula, yang rukun dalam suasana gembira dan berbahagia.Sudah tentu kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan, kerajinan dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi janganlah kita lupa bahwa mereka itu juga manusia yang lemah dan berdosa juga. Ingat saja Ananias dan Safira (Kis 5), perselisihan tentang pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6) dan nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Kita maklum bahwa kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya sendiri, melainkan dalam Tuhannya saja (1 kor. 1:30). Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang mula-mula itubersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya dibagi-bagikan diantara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis. 22:24 dyb). Tetapi hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, dan juga tidak diharuskan. Yesus bukan hanya meninggalkan suatu komunitas, melainkan juga sekelompok pemimpin. Kitab-kitab Injil menyebut mereka apostoloi atau “para utusan” dalam bahasa Yunani waktu itu. Dalam Perjanjian Baru kata “rasul” tidak dibatasi pada kedua belas rasul saja (Mat. 10:2-4); istilah ini digunakan juga bagi sekelompok pemimpin pelopor yang lebih luas. Selain para rasul, Perjanjian Baru juga berbicara tentang bentuk dan jabatan pelayan lainnya, misalnya para penilik jemaat (uskup), penatua atau tua-tua dan diaken. Orang Kristen di Yerussalem belum sadar akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang diderita dari pihak orang Yahudi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk membukakan mata mereka guna melihat tugasnya, yakni menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu tercapai perlulahkaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu dimulai setelah pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa Taurat dan korban agama Yahudi tak berhaga lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh Sanhedrin, sehingga mereka lari kemanamana. Dengan jalan itu Injil mulai dikabarkan di luar negeri, mula-mula kepada orang Yahudi saja, tetapi
kemudian juga kepada orang kafir, pertama-tama di Anthiokia. Di sanalah pengikut-pengikut Kristus mula-mula digelari Kristen (Kis. 11:26), dan dari Anthiokia pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir. Gereja tak terkurung lagi dalam batas-batas adat dan agama Yahudi; Gereja sedunia mulai berkembang. Kemudian munculah perselisihan antara jemaat muda diantara orang kafir dengan jemaat induk di Yerussalem. Paulus menyatakan bahwa hanya iman kepada Yesus Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntunan Taurat, misalnya sunat. Banyak orang Kristen diantara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan Rasul-rasul di Yerussalem (Kis 15) hal ini diperbincangkan, sampai kedua pihak sepakat untuk membebaskan orang kafir yang masuk Kristendari syarat-syarat Taurat, kecuali empat hal yang wajib diperhatikan (Kis. 15:29). Pada waktu kemudia kuasa jemaat di Yerussalem makin surut . Jumlah anggotanya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Gereja di luar negeri yang semakin bertambah besar. Menjelang kemusnahan di Yerussalem pada tahun 70 oleh panglima Romawi Titus, maka orang Kristen asal Yahudi meninggalkan kota itu, karena tak setuju dengan cita-cita dan maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke kota Pelladi daerah sebelah timur sungai Yordan. Mereka digelari Ebionit (Ebion=miskin,, bahasa Ibrani) dan kurang berhubungan dengan Gereja besar, bahkan mereka dianggap sebagai penyesat-penyesat, karena mereka menolak ajaran Paulus, dan tidak mengakui pula bahwa Yesus dilahirakan oleh seorang perawan. Disamping Perjanjian Lama mereka memakai pula Injil orang Ibrani, suatu kitab Apokrif. Lama-kelamaan orang Ebionit dilupakan orang, dan sejak Palestina ditakhlukkan dan diduduki oleh orang Arab pada abad ke VII tidak kedengaran lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil dan terpencil itu. Mengenal Tiga gereja Besar 1. Gereja Roma Katholik
Istilah ini dimaksudkan untuk menekankan bahwa Gereja Katolik mengakui uskup Roma atau Paus sebagai pengganti S. Petrus, yang diutamakan oleh Kristus diantara kedua belas RasulNya. Kepada Simon
Petrus itu Kristus sendiri memberikan tugas menjaga (Lk. 22, 32) supaya seluruh Umat Kristen tetap bersatu dalam iman yang sama serta murni seperti yang dibawa oleh Kristus. Uskup Roma mempunyai tugas rangkap, yaitu membina dan menjaga kesatuan seperti diinginkan Kristus (Yob. Bab 17), dan sekaligus melindungi keanekaan yang tumbuh secara wajar dalam umat beriman. Gereja Roma Katolik memiliki sistem kepausan yang memimpin sejak dari Paus, Kardinal, Uskup Agung, Uskup hingga ke Gereja-gereja paling bawah dan terpencil di daerah pelosok. Gereja menguasai dan memberi pengajaran Alkitab dan seluk-beluk pengajaran dari tafsirannya. Semula Gereja menggunakan bahasa latin, kini sudah menggunakan bahasa daerah-daerah. Roma tempat pusat Gereja (terjadi sejak Peterus, rasul utama tinggal dan mengadakan kegiatan) yang sebelumnya di Yerussalem. Selanjutnya setelah adanya protestan, Gereja Katolik dipaksa untuk mengakui kebenaran dakwaan dari mereka. Maka muncullah gerakan reformasi di dalam Gereja ini yang disebut Kontra-Reformasi. Langkah pertama pembaharuan di dalam Gereja yakni dengan diadakannya suatu konsili yang menguji teologi para pemimpin Reformasi. Pada tahun 1545-1564, Paus mengadakan Konsili Trente, dimana Gereja Ortodox dan Protestan tidak ikut serta. Konsili ini mengakhiri dan menentang dakwaan serta ajaran baru kaum Protestan. Ordo-ordo barupun bermunculan, seperti Kapusin, Yesuit. Mereka sangat giat dalam gerakan ini, khususnya di Negara-negara yang umumnya Ktolik, yakni Negara-negara Eropa Selatan, Irlandia dan Polandia. 2.
Gereja Ortodoks Timur Gereja ini mempertahankan peraturan dan susunan Gereja Lama, yaitu segala uskup sama tinggi derajatnya. Hanya Gereja seantero saja yang dapat memutuskan kebenaran dalam sinodenya. Kaidah untuk kebenaran itu adalah Alkitab dan tradisi, teristimewa keputusan dari ketujuh konsili besar (oikumenis), yang penghabisannya diadakan di Nicea pada tahun 787. Seorang pekabar Injil dan pengembala yang terkenal ialah Johannes Chrysostomus (Mulut Emas), uskup Constantinopel (tahun 400). Gereja Timur menyebut dirinya “Gereja Ortodoks” atau Gereja “Katolik Gerika.” Organisasinya tidak berpusat pada satu kota atau seorang patriakh saja, tetapi Gereja ini terdiri dari beberapa Gereja senegeri di Rusiadan di Balkan, yang dipimpin oleh patriakh-patriakh atau sinode-sinode. 3.
Gereja Kristen Protestan (Protestanisme) adalah aliran kekristenan di luar Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur. Istilah protes diambil dari sikap protes yang dilancarkan oleh sejumlah raja dan penguasa Diet (majelis kota) Speyer yang mendukung reformasi di Jerman pada April 1529 (ditandatangani oleh 6 orang raja dan 14 kerajaan kota yang merdeka). Membedakan antara Gereja Protestan dengan Gereja Katolik Roma, ialah bahwa Protestan hanya berpegang pada K.S. sebagai sumber hukum ibadah dan iman. Pembenaran hanya sebab iman dan imamat orang percaya, serta tidak menggunakan praktek asketis. Selain itu ada juga yang disebut Protestan marginal, adalah pengikut suatu gerakan atau sekte yang menamakan diri Kristen, tetapi sebenarnya sudah menyimpang jauh dari garis haluan Gereja-gereja Protestan.
TOKOH-TOKOH GEREJA 1. Martin Luther (1483-1546)
a. Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanya Martin Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns dan Ralph dalam Suhelmi, Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni: (1) jerman yang sekitar abad XV-XVI masih merupakan negara agraris atau negara yang masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor Industri perdagangan dan manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan Italia. Dan Katolisisme yang konservatif paling kuat ada di Negara ini. Penyembahan terhadap tokoh ataupun benda-benda keramat dianggap kepercayaan yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa. (2) rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas. Faktor-faktor tersebut belum berdampak serius untuk munculnya gerakan reformasi, tetapi faktor fundamental yang memicu munculnya gerakan reformasi adalah pada saat itu jerman berada dalam fase transisi ekonomi, dimna jerman sedang berusaha berpindahdari masyarakat Feodal ke masyarakat ekonomi frofit (menuju masyarkat kapitalis). Fase transisi ini , sebagaimana di negara-negara lain, merupakan fase kritis dan rawan. Gerakan-gerakan sosial, keagamaan atau pun politik akan mudah terjadi hanya karena dimu,ai oleh kerusuhan-kerusuhan kecil. Dalam keadaan seperti itu, munculah sosok Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia mencetuskan gerakan Reformasi Protestan di Jerman dengan melakukan berbagai protes sosial-keagamaaan kepada kekuasaan Paus. Melihat berbaga penyimpangan keagaman di Negerinya (Jerman) ia bergerak untuk memprotesnya. Puncaknya ketika Paus menjual susrat-surat pengampunan dosa di luar batas.
Gerakan Reformasi Luther dimulai ketika ai membacakan 99 pernyataan protes terhadap gereja dan lembaga kepeusan yang menjual surat-surat pengampunan dosa itu. Martin Luther menilai penjualan surat-surat itu bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus. Pembelia surat-surat itu tidak boleh dipaksakan, harus didasarkan atas kesukarelaan. Berbuat kebajikan seperti memberi makan fakir miskin dan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan jauh lebih utama dari membeli surat-surat pengampunan dosa. Gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak memberikan pengampunan dosa. Hanya Tuhan, atas dasar kepercayaan dan amal soleh individu, yang berhak memberikan pengampunan dosa. Inilah yang dinamakan doktrin Justification by Faith. Atas dasar keyakinannya pula Martin Luther menentang doktrin sakramen suci gereja, pastor sebgai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dan tokoh keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi sama sekali bukan alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban pastor ditentamgnya karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia. Menurut Luther, apabila manusia ingin selamat ia harus melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dianjurkan tuhan, banyak bertobat (langsung) kepada tuhan tanpa melalui pelantara pastor. Keselamatan bisa diraih manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalam tulisannya, ON Christian Liberty (Suhelmi, Ahmad 2001:151), Luther menegaskan bila seorang memiliki keimana pasti ia akan melakukan perbuatanperbuatan baik. Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan wacana yang telahmendesakralisasi lembaga imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan lembaga-lembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking(meminjam istil;ah peter berger), atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan keagamaan yang melekat pada individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya yang asli. Desakralisasi itu menimbulkan tuntutan agar manusia dianggap sama dihadapan tuhan, sehingga tidaklah ada kelebihan pastor dibandingkan dengan masyarakat biasa melainkan karena amal perbuatannya.dan pengikut Luther pun menolak hirarki kependetaan. Selain itu, Luther juga menolak tradisi keagamaan yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya, yakni hak istimewa pastor dalam membacakan dan menafsirkan kitab suci. Menurutnya siapa pun pengikut Kristus, bukan hanya kaum pendeta saja, berhak membaca dan menafsirkan Alkitab. Alkitab harus terbuka bagi semua orang agar isi kebenarannya diketahui semua orang, tidak terbatas kaum pendeta saja. Sehingga tidak terjadi monopoli kebenaran oleh segelintir pemuk agama. Dan protes ini berdampak luas, kebenaran agama kemudian menjadi bersifat interpretable dan multi-interpretasi. Pastor dan pemuka agama bukan satu-satunya penafsir kebenaran. Dan dengan adanya protes tersebut, lebih jauh lagi para pengikut Luther menterjemahkan Alkitab yang tadinya berbahasa Latin menjadi bahasa Jerman, dan mengahpuskan bahasa latin sebagai bahasa Alkitab. Dengan demikian bangsa Jermana akan secara langsung membaca dan menafsirkan Alkitab. Luther juga telah mengoyahkan sendi-sendi monastisisme katolik yakni dengan menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Karena ia menyadari banyaknya tindakan tidak terpuji menyangkut hubungan dengan wanita bagi para pastor. Perkawinan menurutnya bukanlah suatu dosadan merupakan tuntutan biologis yang patut dipenuhi. Dan meneknkan bahwa perkawinan itu penting.
Tokoh Reformasi ini juga tidak setuju dengan prinsip monastisisme yang menghendaki pastor hidup terpencil, jauh dari hiruk pikuk demi untuk menyucikan diri. Kehidupan ekslusif seperti itu bukalah cara yang tepat untuk mensucikan diri dan mencari jalan keselamatan. Kemudian Luther menawarkan gagasan worldly ascetism (aksetisme duniawi). Bukan hanya itu saja, Luther mengkritik dan menentang doktrin politik gereja katolik Roma. Misalnya menentang doktrin kekuasaan universal Paus, menurutnya kekuasaan paus tidak universal karena paus juga harus mengakui kekuasan para pangeran atau penguasa sekuler suatu negra memiliki prinsipprinsip kenegaraan yang berdasarkan nasionalisme. Ia juga menuntut dibedakannya otoritas politik dan otoritas agama, paus dituntut agar mematuhi dan mangakui otoritas politik penguasa negra dan tidak mencampur-adukannya dengan otoritas agama. Karena gagasannya itu, Luther memperoleh dukungan politis dari kalangan penguasa dan bangsawan. Tuntutan-tuntutan Martin Luther ini terdapat dalam 95 dalil Luther yang ia pakukan atau tancapkan di pintu gereja sebagai tanda protesnya. C. Biografi Marthin Luther Marthin Luther lahir pada tanggal 10 Nopember 1483,di kota Eisleben, propinsi Saxony (sekarang wilayah Jerman). Martin adalah nama baptisan yang diperolehnya karena hari pembabtisannya bertepatan dengan Hari Santo Martin, pelindung kaum pengemis. Hans Luther, sang ayah, adalah seorang pemilik beberapa tambang dan peleburan logam. Sedangkan ibunya, Margaretha Luther, adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat religius, dan kemungkinan berperan besar dalam menanamkan benih iman kepada Luther kecil. Pendidikan formal pertama Luther diperolehnya di Sekolah Latin kota Mansfeld. Sebagaimana Sekolah Latin lainnya pada masa itu, Luther belajar bahasa Latin yang membuatnya berkenalan dengan kekayaan pustaka Latin, juga musik dan agama. Luther belajar doktrin-doktrin penting gereja. Pada usia 14 tahun, Luther hijrah ke Magdeburg, masuk Sekolah dari Katedral setempat. Setelah menempuh pendidikan pra universitas di Eisenach, Luther masuk Universitas Erfurt, salah satu universitas terbaik masa itu di Jerman. Pada tahun 1502, Luther merampungkan gelar pertamanya dalam Liberal Arts. Sambil melanjutkan studi ke jenjang master, Luther mengajar di universitasnya dalam bidang tata bahasa dan logika. Pada tahun 1505, Luther memperoleh gelar master. Kemudian atas paksaan dari sang Ayah Luther masuk Universitas Leipzig pada tahun 1505, dan tentunya mengambil jurusan hukum namun pendidikannya ini tidak ia tuntaskan dan ia lebih memilih untuk menjadi pendeta Augustinian dengan masuk biara Agustinian di Erfurt, meskipun harus melawan kehendak ayahnya. Pada tahun 1508, atas ajakan gurunya, Johannes von Staupitz, Luther menjadi pengajar bidang Filsafat Moral di Universitas Wittenberg yang baru didirikan. Luther mengajar sambil melanjutkan studi teologinya. Setahun kemudian, Luther menamatkan sarjana teologinya. Pada tahun 1512, Luther berhasil meraih gelar doktor dalam bidang teologi dari Universitas yang sama Kira-kira sejak tahun 1538, Luther mengidap penyakit kencing batu, gangguan jantung dan pencernaan. Pada tahun 1541, Luther kena infeksi telinga dan tenggorokan. Penyakitnya ini bukan hanya menggerogoti fisiknya, namun juga menciptakan depresi yang dalam. Kepahitan hidupnya bertambah dengan meninggalnya, Magdalena Luther, anak perempuannya yang menjadi korban wabah penyakit di Wittenberg. Wabah ini juga banyak merenggut jemaatnya. Kesedihan di mana-mana mempengaruhi
jiwa Luther menjadi semakin tertekan. Pada Januari 1546, Luther dipanggil ke kota Eisleben untuk menjadi mediator perselisihan dua orang bangsawan dari Mansfield. Persis sebulan, setelah tiba di sana, tepatnya tanggal 17 Februari, Luther meninggal karena gagal jantung. Pada tanggal 22 Februari, jenazah Luther kembali ke Wittenberg dan dikebumikan di gereja yang sama ketika dia memulai gerakan Reformasi. Luther wafat dalam usianya yang ke-63.
2. Johannes calvin (1509-1564)
John Calvin merupakan tokoh penting lainnya dalam gerakan reformasi gereja Protestan. Sebagaimana Luther, Calvin juga telah meletakan dasar-dasar teologis, filosofis dan intelektual yang kokoh bagi keberhasilan gerakan reformasi Protestan di Eropa. Bedanya adalah pemikiran Calvin lebih radikal di bandingkan Luther. Luther dianggap agak konservatif. Calvinisme sangat berpengaruh terhadap perjalanan sejarah Erop modern. Ia merupakan salah satu fondasi doktrinal terpenting kemajuan peradaban kapitalis Eropa di Abad modern. Tokoh gerakan ini lahir di Noyon, Picardy, Prancis, 1509. Calvin belajar di Universitas Paris dan mendalami kajian hukum di Orlens, tempat dimana ia maat dipengaruhi oleh para pengikut Luther. Kemudian pada tahun 1541 ia mulai aktif sebagai penginjil. Pemikiran Celvin yang kemudian menjadi basis teologis terpenting Protestantisme adalah adanya gagasan tentang takdir (predestination). Takdir manusia menurut Calvin telah ditentukan oleh Tuhan. Siapa pun tidak bisa mengubahnya, bahkan pastor sekalipun. Manusia yang selamat atau celaka di dunia mana pun di akhirat kelak memang telah ditulis nasibnya demikian. Nasib manusia sepenuhnya ditentukan oleh ibadah dan Tuhan. Ia tidak lebih hanya wayang dalam kehidupannya di dunia ini dan tuhanlah yang menjadi dalangnya. Doktrin Calvin ini memiliki kesamaan dengan konsep takdir Agustinus yang memiliki dasar bahwa semua manusia berdosa akibat kejatuhan dan dosa adam. Jadi dalam Calvinisme dibenarkan adanya ”dosa warisan”. Menurut doktrin ini semua manusia telah terkutuk semenjak dilahirkan, namun menurutnya manusia bisa selamat seandainya ia memperoleh rahmat Tuhan (Grace of God). Untuk itu manusia dituntut untuk selalu berbuat amal kebajikan, hidup mulia demi keagungan Tuhan. Manusia juga harus melawan hawa nafsunya, tetapi caranya bukan dengan menjadi biarawan atau biarawati, tetapi ujian keselamatan menurut Calvin selalu ada dalam aktivitas sehari-hari, maka manusia
harus selalu dituntut memiliki kemampuan untuk menghadapi ujian hidup setiap saat. Hal ini ia rumuskan dalam ajaran tentang asetisme duniawi (Suhelmi,2001:157-158). Seperti halnya Luther, Calvin pun anti sakramen suci. Doktrin anti sakramen Calvin menurut Weber dalam Suhelmi,2001:158 lebih jauh memperkuat semangat individualisme. Manusia bisa langsung berhadapan dengan tuhan tanpa pelantaraaan gereja ataupun pemuka agama. Sehingga dari beberapa ajaran Calvin maupun Luther terdapat beberapa persamaan terutama tentang doktrin asketisme duniawi, anti sakramen suci dan monastisisme. Hal itu menunjukan bahwa pengaruh Luther sangat besar terhadap ajaran Calvin. D. Proses terjadinya reformasi gereja Awal terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya reformasi gereja di Jerman yaitu, sekitar abad 15-16 Jerman masih merupakan negara agraris yang terbelakang dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kuatnya pengaruh katolisme yang bersifat konservatif di Jerman, banyaknya penjualan surat-surat pengampunan dosa di Jerman melebihi negara-negara Eropa lainnya, sebagian besar rakyat Jerman yang berprofersi sebagai petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat kekuasaan katolisme salh satunya dengan adanya pajak-pajak yang sangat memberatkan rakyat. Selain itu juga faktor yang paling mendasari terjadinya reformasi di Jerman adanya fase transisi ekonomi di Jerman dimana pada waktu itu terjadi proses perubahan dari masyarakat feodal menuju masyarakat ekonomi profit atau menuju masyarakat kapitalis. Dari sinilah muncul satu tokoh yaitu Marthin Luther yang dari pemikiran-pemikirannya itu kemudian terlahir sebuah reformasi gereja yang nantnya tidak hanya berkembang di Jerman melainkan meluas ke wilayah-wilayah Eropa lainnya. Adapun pemikiran-pemikiran dari Marthin Luther dalam melakukan protes terhadap kekuasaan Gereja Khatolik Roma yaitu: · Penolakan Luther terhadap surat-surat pengampunan doa yang dikeluarkan oleh Paus karena menurutnya gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak untuk memberikan pengampunan dosa. Tuhan-lah yang memberikan pengampunan itu didasarkan kepada kepercayaan dan amal sholeh individu selama hidup. Menurut Luther sakramen hanya digunakan untuk membantu keimanan tetapi bukan sama sekali alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan.