A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Diare Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 kali/hari ), serta perubahan isi/volume ( > 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth, 2002). Diare adalah peningkatan jumlah, volume, keenceran dan frekuensi buang air besar (medistore.com) 2. Anatomi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. a.
Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b.
Tenggorokan (Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
c.
Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
d.
-
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
-
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
-
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus). Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : -
Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
-
Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
-
e.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
-
Usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. -
Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
-
Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f.
Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g.
Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing. h.
Umbai Cacing (Appendix) Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i.
Rektum dan anus Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
3. Klasifikasi Diare a.
Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun, dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap tahun di Amerika Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994). Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan patogen parasit. b.
Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994)
3. Penyebab Diare , Penyakit diare dapat disebabkan oleh : a.
Infeksi oleh karena Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Terdiri atas : Virus (rotavirus), Bakteri ( E.colli, Salmonella, Shigella, Vibrio,
Campylobacter jejuni, dll) dan penyebab lain seperti parasit (Entamuba hystolitica). Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan / miniman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. b.
Malabsorsi : Gangguan dalam pencernaan makananan
c.
Alergi makanan dan keracunan makanan
d.
Imunodefisiensi / imunosupresi(kekebalan menurun) Keadaan ini biasanya berlangsung sementara setelah infeksi virus (campak) dan mungkin
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS e.
Faktor lingkungan dan perilaku
4. FAKTOR PREDISPOSISI 1.
Usia
Anak dengan umur lebih muda mempunyai kemungkinan terjadi diare lebih besar dan kemungkinan diare berat juga lebih besar. Diare lebih banyak pada usia infant. 2.
Penurunan status kesehatan
Anak dengan kondisi yang lemah lebih tinggi kemungkinan terjadi diare dan lebih banyak diare berat. 3.
Lingkungan
Diare lebih banyak terjadi dimana kondisi sanitasi kurang, fasilitas kesehatan kurang memadai, persiapan dan penyajian makanan, pendidikan tentang perawatan kesehatan tidak adekuat.
5. PATOFISIOLOGI Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia
dan
lainnya),
parasit
(Biardia
Lambia,
Cryptosporidium).
Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
6. GEJALA & MANIFESTASI KLINIS DIARE. Gejala Klinis : ·
Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang sampai tidak
ada sama sekali. ·
Tinja/ feces menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
·
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
·
Bila sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbulah dehidrasi bahkan
syok hipovolemik.
Manifestasi Klinis No Agen Penyebab
Karakteristik
1
Viral agent
Fever 38 atau lebih
a. Rotavirus
Nausea, vomiting Abdominal pain Diare bisa lebih dari 1 minggu
b. Norwalk
Fever, loss of apetit Abdominal pain Diare dan malaise.
2.
Bacterial agent a.
E. Colli
Diare cair disertai mukus dan darah Vomiting, abdominal distention, diare dqn fever.
b.
Salmonella group gram positif
Nausea, vomiting, colic abdominal, diare disertai darah dan mukus. Fever, hiperaktif peristaltic and mild abdominal tenderness. Headache and cerebral manifestation. Ireguler fever, headache, malaise,
c.
S. Thypi
letargi, fatigue, abdominal pain, anoreksia, weight loss develop. Fever 40 derajat and cramping, abdominal pain, konvulsi, headache,
d.
Shigella group gram negatif
delirium, diare disertai mukus bisa bercampur darah, abdominal pain, inright lower quadrant, vomiting. Fever, abdominal cramping periumbilical, diare disertai darah, vomiting Diare cair dengan cramp, iritasi anal,
e.
Campylobacter jejuni
feces disertai darah dan mukus.
f. 3
Vibrio cholera group
Food Poisoning a.
Staphylococcus
Nausea, vomiting, severe abdominal cramps, shok dapat terjadi pada kasus berat, demam ringan. Moderate to severe crampy, mid
b.
Clostridium perfringens
epigastric pain. Nausea, vomiting, diare, dry mouth dan
c.
7.
Clostridium botulinum
disfagia.
KOMPLIKASI
·
Kehilangan air dan elektrolit: dehidrasi, asidosis metabolik, hipoklasemia dan syok
·
Masalah gizi : maldigesti, malabsorbsi, kehilangan zat gizi langsung katabolisme
·
Aritmia jantung
8.
DIAGNOSIS Diagnosis didasarkan pada definisi di atas, akan tetapi perlu dilakukan pengkajian tentang
a.
Riwayat diare sekarang
Meliputi: lama kurang dari 1 mg, frekuensi, konsistensi, muntah, demam, BAK 6 jam terakhir, tindakan yang telah dilakukan. b.
Riwayat diare sebelumnya
c.
Riwayat penyakit penyerta saat ini
d.
Riwayat Imunisasi
e.
Riwayat makanan sebelum diare
f.
Pemeriksaan laboratorium
-
Specimen feces : Plymorfonuklear leukosit sebagai gambaran infeksi
-
ELISA : untuk mengkonfirmasi infeksi parasit
-
pH < 6 dan penurunan substansi menunjukan malabsorbsi KH dan deficiency laktose
sekunder. -
Test urine : menentukan dehidrasi
-
Peningkatan Hmt, Hb, creatinin dan BUN umumnya ditemukan pada DCA.
9.
PEMERIKSAAN FISIK
·
Tanda-tanda vital
·
Berat badan dan panjang badan untuk menentukan status gizi
·
Tanda-tanda dehidrasi
·
Pemeriksaan chepalo caudal : ubun-ubun besar pada bayi, turgor kulit, kelembaban
mukosa, air mata, konjungtiva, dada : jantung dan paru, abdomen ; persitaltik usus, integritas kulit area perianal dll ·
Kemungkinan komplikasi lain
10. PRINSIP PENATALAKSANAAN DIARE a.
Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga yang dianjurkan, bila tidak mungkin berikan air matang b.
Mengobati Dehidrasi
Bila terjadi Dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
c.
Memberi makanan
Berikan makanan selama serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susus formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti,pemberian ekstra makanan diteruskan selama 2 minggu untuk membantu memulihkan berat badan anak d. Mengobati masalah lain Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetapmengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.
R
No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1
Deficit volume
Setelah dilakukan askep .. jam
Manajemen cairan
cairan b/d diare
terjadi peningkatan keseimbangan cairan dg KH: ·
Urine 30 ml/jam
·
V/S dbn
·
Kulit lembab dan tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
·
Monotor diare,
muntah ·
Awasi tanda-tanda
hipovolemik (oliguri, abd. Pain, bingung) ·
Monitor balance
cairan ·
Monitor pemberian
cairan parenteral ·
Monitor BB jika
terjadi penurunan BB drastis ·
Monitor td
dehidrasi ·
Monitor v/s
·
Berikan cairan
peroral sesuai kebutuhan ·
Anjurkan pada
keluarga agar tetap memberikan ASI dan makanan yang lunak ·
Kolaborasi u/
pemberian terapinya
2
Ketidak
Setelah dilakukan askep .. jam
seimbangan nutrisi
terjadi peningkatan status
kurang dari
nutrisi dg KH:
kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi inadekuat b.d faktor biologis
·
Mengkonsumsi nutrisi
yang adekuat. ·
Identifikasi kebutuhan
nutrisi. ·
Bebas dari tanda
malnutrisi.
Managemen nutrisi ·
Kaji pola makan klien
·
Kaji kebiasaan makan
klien dan makanan kesukaannya ·
Anjurkan pada
keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan ·
kelaborasi dengan
ahli gizi tentang
kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan ·
tingkatkan intake
protein, zat besi dan vit c ·
monitor intake nutrisi
dan kalori ·
Monitor pemberian
masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi § kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT § berikan makanan melalui NGT k/p § berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan § monitor penurunan dan peningkatan BB § monitor intake kalori dan gizi
3
Risiko infeksi b/d
Setelah dilakukan askep … jam
penurunan imunitas infeksi terkontrol, status imun tubuh, prosedur invasive,
adekuat dg KH: ·
Bebas dari tanda dangejala
Kontrol infeksi. § Batasi pengunjung. § Bersihkan lingkungan
penyakitnya
infeksi. ·
Keluarga tahu tanda-tanda
infeksi. ·
Angka leukosit normal.
pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien. § Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, dan ajari cuci tangan yang benar. § Lakukan dresing infus tiap hari § Anjurkan pada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan klien dan menjaga pantat selalu kering u/ hindari iritasi. § Tingkatkan masukkan gizi yang cukup. § Tingkatkan masukan cairan yang cukup. § Anjurkan istirahat. § Berikan therapi antibiotik yang sesuai, dan anjurkan untuk minum sesuai aturan. § Ajari keluarga cara menghindari infeksi serta tentang tanda dan gejala infeksi dan segera untuk melaporkan keperawat kesehatan.
§ Pastikan penanganan aseptic semua daerah IV (intra vena).
Proteksi infeksi. § Monitor tanda dan gejala infeksi. § Monitor WBC. § Anjurkan istirahat. § Ajari anggota keluarga cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi. § Batasi jumlah pengunjung. § Tingkatkan masukan gizi dan cairan yang cukup
4
Kurang
Setelah dilakukan askep … jam
Mengajarkan proses
pengetahuan
pengetahuan keluarga klien
penyakit
keluarga
meningkat dg KH:
berhubungan dengan kurang paparan dan keterbatasan kognitif keluarga
·
·
Keluarga menjelaskan
keluarga tentang proses
tentang penyakit, perlunya pengobatan
penyakit dan
memahami perawatan ·
Kaji pengetahuan
Keluarga kooperativedan
·
Jelaskan tentang
patofisiologi penyakit dan tanda gejala penyakit
mau kerjasama saat dilakukan
·
Beri gambaran
tindakan
tentaang tanda gejala penyakit kalau memungkinkan ·
Identifikasi penyebab
penyakit ·
Berikan informasi
pada keluarga tentang keadaan pasien, komplikasi penyakit. ·
Diskusikan tentang
pilihan therapy pada keluarga dan rasional therapy yang diberikan. ·
Berikan dukungan
pada keluarga untuk memilih atau mendapatkan pengobatan lain yang lebih baik. ·
Jelaskan pada
keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan 5
Cemas
Setelah dilakukan askep … jam
berhubungan
kecemasan terkontrol dg KH:
dengan krisis
ekspresi wajah tenang , anak /
situasional,
keluarga mau bekerjasama
hospitalisasi
dalam tindakan askep.
Pengurangan kecemasan ·
Bina hubungan saling
percaya. ·
Kaji kecemasan
keluarga dan identifikasi kecemasan pada keluarga.
·
Jelaskan semua
prosedur pada keluarga. ·
Kaji tingkat
pengetahuan dan persepsi pasien dari stress situasional. ·
Berikan informasi
factual tentang diagnosa dan program tindakan. ·
Temani keluarga
pasien untuk mengurangi ketakutan dan memberikan keamanan. ·
Anjurkan keluarga
untuk mendampingi pasien. ·
Berikan sesuatu objek
sebagai sesuatu simbol untuk mengurang kecemasan orangtua. ·
Dengarkan keluhan
keluarga. ·
Ciptakan lingkungan
yang nyaman. ·
Alihkan perhatian
keluarga untuk mnegurangi kecemasan keluarga. ·
Bantu keluarga dalam
mengambil keputusan. ·
Instruksikan keluarga
untuk melakukan teknik relaksasi.
6
PK: hipovolemia
Setelah dilakukan askep … jam
·
perawat akan mengurangi
(oral, parenteral)
terjadinya hipovolemia
Pantau status cairan
·
Pantau balance cairan
·
Pantau td syok ( v/s,
urine <30 ml/jam, gelisah, penurunan kesadaran, peningkatan respirasi, haus, penurunan nadi perifer, akral dingin, pucat, lembab) ·
Kolaborasi pemberian
terapinya
7
PK;
Setelah dilakukan askep … jam
·
Batasi aktivitas klien
·
Pantau td
Ketidakseimbangan perawat akan mengurangi
hipokalemia (poli uri,
elektrolit
episode ketidakseimbangan
hipotensi, ileus,
elektrolit
penurunan tingkat kesadaran,kelemahan, mual, muntah, anoreksia, reflek tendon melemah) ·
Dorong klien u/
meningkatkan intake
nutrisi yang kaya kalium ·
Kolaborasi u/ koreksi
kalium secara parenteral ·
Pantau cairan IV