ADK YUK !
LABEL AKTIVIS DAKWAH PUNYA KONSEKUENSI
3 RANAH DALAM DAKWAH KAMPUS
siyasi,
‘ilmiy
dakwi
jalan menuju surga bukanlah jalan yang mudah, tapi jalan yang panjang, terjal dan berliku
kendala yang biasa ditemui dalam pergerakan dakwah diataranya :
Pertama: budaya “One Man Show” adanya satu individu saja yang dominan dalam kegiatan
Jika dibiarkan terus-menerus hal ini dapat menyebabkan mengeroposnya sistem pengkaderan.
Kedua, pudarnya ketsiqohan jundiyah terhadap qiyadah
• Amirul Mukminin Khalifah Umar Bin Khattab radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah. Tiada jamaah tanpa qiyadah. Tiada qiyadah tanpa ketaatan”. • Jika sudah terasa gejala-gejala pudarnya ketsiqohan kita terhadap qiyadah, maka hal yang pertama harus kita lakukan adalah mengingat dan meluruskan niat, bahwasanya niat kita adalah lillahita’ala.
Mari kita tata dan bersihkan kembali hati kita dari perkara “ghonimahghonimah” yang dapat membengkokkan tujuan dan misi dakwah ini.
Ketiga, munculnya paradigma yang penting jalan” dalam menampilkan dakwah.
• Para kader dakwah dituntut militansinya dalam menampilkan dakwah, karena menampilkan dakwah secara profesional akan lebih besar pengaruhnya dibandingkan menampilkan dakwah dengan prinsip “yang penting jalan”.
Dakwah itu
profesional
energic
kuat
• Dalam perjuangan dalam berdakwah ini jangan “yang penting jalan” karena sesungguhnya Allah menilai proses kita. Sudah semestinya kita tampil energic, tampil totalitas kita, dan tampil kekuatan kita dalam mensyiarkan agama Allah.
Keempat: minimnya kualitas kader.
Sekarang ini, untuk mendapatkan gelar ADK itu sangatlah mudah. Orang yang berkecimpung dalam ranah siyasi, ilmiy atau dakwi, rajin shalat di masjid lima waktu dan berprilaku baik, bertudung labuh dan sering terlihat dalam kegiatan mentoring sudah bisa dikatakan ADK.
Sudah sepantasnya bahwa ADK harus memiliki kapasitas yang lebih dari masyarakat kebanyakan, baik dari segi pengetahuan maupun kualitas dan kuantitas ibadah.