Ade Jaya Prayitno

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ade Jaya Prayitno as PDF for free.

More details

  • Words: 599
  • Pages: 2
SELAT MALAKA SEBAGAI PRIMADONA LINTAS PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Selat Malaka yang terletak pada posisi diantara dua daratan yaitu semenanjung Malaysia dan pulau Sumatra adalah merupakan perairan yang padat yang digunakan sebagai lalu lintas perdagangan negara-negara didunia. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara samudra hindia dan samudra fasipik serta menghubungkan tiga negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu india, Indonesia dan china dengan panjang jalur lintas lebih kurang 800 mil dengan tingkat kepadatan pelayaran lebih dari 50.000 kapal dalam setiap tahun. Jalur lintas Selat Malaka ini digunakan untuk mengangkut antara seperlima atau seperempat perdagangan dunia, dan sebanyak setengah dari mengangkutan ini terkait dengan pengangkutan miyak yang diangkut dengan kapal tanker. disisi lain kawasan ini menjadi sebuah target pembajakan yang setiap tahun terjadi peningkatan pembajakan diperairan Selat malaka pada tahun 2007, Insiden perompakan bersenjata atas kapal-kapal untuk tiga bulan pertama 2007 mencapai 41 kasus, atau 20 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 61 kasus perompakan bersenjata2007. sejak Indonesia, Malaysia, dan Singapura, pada Juli 2004 lalu telah menyepakati pengamanan Selat Malaka dengan konsep "patroli terkoordinasi", dan bukan "patroli bersama". Sejak diberlakukannya patroli terkoordinasi itu, jumlah perompakanpenyerangan bersenjata di Selat Malaka turun drastis. Data statistik IMB juga menunjukkan penurunan angka pembajakan-perompakan di Selat Malaka. IMB juga menyebutkan bahwa perompakan di kawasan Asia Tenggara turun secara siginifikan. Di Indonesia hanya tercatat 9 kasus, 2 di antaranya di Selat Malaka, dan angka itu turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 19 kasus. "Kawasan ini menunjukkan suatu contoh yang bagus tentang kerjasama antar negara di kawasan itu, untuk mengatasi dan menekan ancaman perompakan," demikian IMB. Meski demikian, IMB menyebutkan ada beberapa daerah di kawasan Asia Tenggara yang perlu diwaspadai, seperti pelabuhan Belawan dan Tangjung Priok (Indonesia), Selat Malaka, dan Selat Singapura. Selat Malaka yang terletak di perairan Sumatera dan Semenanjung Malaka merupakan urat nadi perdagangan dunia, yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik, atau dari Asia Barat hingga Asia Timur. Dari sisi ekonomi dan kestrategisan, Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpenting dan tersibuk di dunia, seperti halnya Terusan Suez dan Panama. Negara-negara besar telah menyatakan keinginannya untuk terlibat mengamankan Selat Malaka, seperti AS, India, atau Jepang. Pengamanan Selat Malaka juga menjadi salah satu topik yang dibahas dalam Konfrensi Keamanan Asia di Singapura pada 4-5 Juni 2005 lalu. Namun negara-negara pantai di Selat Malaka, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia, telah menyatakan dengan tegas bahwa negara- negara pantai yang bertanggung jawab atas pengamanan Selat Malaka, sementara negara lainnya diharapkan hanya memberikan bantuan, terutama di bidang peralatan dan informasi.

kepedulian sejumlah negara, seperti Jepang dan AS, untuk membantu mengamankan Selat Malaka adalah hal yang positif, sepanjang mereka tidak membantu dalam gelar kekuatan militer, seperti mengerahkan kapal- kapal perangnya. Dalam rangka itu, ketiga negara pesisir itu pada Juli 2004 lalu telah menerapkan patroli terkoordinasi untuk mengamankan Selat Malaka. Bukan format "joint patrol" yang dipilih, karena harus ada salah satu dari ketiga negara itu yang menjadi panglimanya jika format kerjasamanya adalah patroli bersama. Keterbatasan kemampuan angkatan laut negara pesisir itu untuk melakukan patroli sendiri adalah salah satu penyebabnya. Sebagai contoh, untuk mengamankan perairan Indonesia di Selat Malaka, Indonesia idealnya mengerahkan 36 kapal perang, namun hanya 7 kapal patroli yang bisa digelar. Melalui patroli terkoordinasi, tugas pengamanan yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura, menjadi lebih jelas, termasuk prosedur yang harus ditempuh dalam mengejar kapal-kapal mencurigakan yang memasuki perairan ketiga negara tersebut. tentang adanya keinginan negara thailand untuk terlibat dalam pengaturan selat malaka perlu direspon sehingga keberadaan selat malaka akan tetap memberikan sumbangan divisa negara-negara yang ada di sedkitar perairan tersebut, sekalipun mungkin ini akan memberikan keuntungan tersendiri terutama negara Singapur.

Demikian kajian dan tanggapan saya atas kawasan perairan Selat Malaka.

Related Documents

Ade Jaya Prayitno
November 2019 2
Jaya
May 2020 26
Ade
May 2020 40
Jaya Bludeau
October 2019 24
Jaya Chanchlani
November 2019 20