Abdullah bin Mubarak rahimahullah dan Madrasahnya
Tugas Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tipologi Madrasah Hadis Dosen: Dr. Dede Rodlyana, MA
CHANDRA WIJAYA NIM: 2170080005
Program Studi Ilmu Hadis Pascasarjana
Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SUBHĀNAHU WATA’ĀLA, karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “R” Makalah ini dibuat untuk memenuhi kriteria tugas mata kuliah ‘Ilal al-Hadits Oleh karena itu, selain terpenuhinya tugas, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dimanapun berada. Kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian, dan bernilai pahala disisi Allah Subhānahu wata’āla. Amiin.
Bandung, 31 Desember 2018 Penulis
A. Latar Belakang Ilmu hadis merupakan khazanah ilmu-ilmu Islam yang senantiasa terus digali dan dikaji oleh para penuntut ilmu. Ia bagai berlian dari untaian berlian yang berharga. Ilmu ini termasuk salah satu keilmuan yang pertama kali disusun dan dibangun dalam sejarah keilmuan Islam guna memilah dan memilih suatu informasi yang disandarkan ke Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam. Hingga mengenal mana hadishadis yang shahīh dan mana hadis-hadis yang dla’if disaat perkara ini pada umat yang lain tidak diperhatikan hingga mereka menerima segala informasi dari apa saja yang mereka suka dan menolak apa saja yang tidak disuka tanpa alat yang bisa mereka jadikan ukuran untuk menyerap informasi tersebut. Terlebih bagaimana jika informasi itu berhubungan dengan agama atau aqidah mereka. Para ulama hadis adalah kelompok terbaik yang memiliki banyak keutamaan. Secara tersirat keutamaan mereka telah diabadikan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 122: ي ْنذِروا َ ًَو َما َكانَ ال ُمؤْ ِمنونَ لي ْن ِفروا كَافة ِ ف لوال نَ فَ َر ِم ْن كُ ِ ِل فرقة ِم ْن ُهُ ْْم طائفَةٌ لي ت فَقَّ ُهوا في ِالد ُ ِين َول قَ ْو َم ُه ْْم (٢١١) َإذَا ر َجعوا إلي ِه ْْم لعَل ُه ْْم ي ْح ذَرون “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah:122)
Pada ayat ini terdapat keutamaan ahli hadis yaitu orang-orang yang keluar untuk mencari hadis dan memahami agama Islam. Hal ini dpertegas dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Imam al-Baghdadi bahwa Yazid bin Harun pernah bertanya kepada Imam Hamad bin Zaid: َّ ُيا أبا إ ْس َما ِعي َل ُه َْل ذك ََر هللا :تس َم ْع إلى قَ ْول ِه ِ اب ال َحدِي ْ عز و َج َّل أ ْ أل ْْم، " ب لى:َف قَال َ ص َح َ رآن؟ ِ ُث في الق ف َُهذَا في كُ ِ ِل َم ْن َر َح َل َ ِين َول ُي نذِروا َ [٢١١ :إليه ْم { ]التوبة ِ لي تَ فَقَّ ُهوا في ال د َ } ِ ق ْو َم ُه ْم إذَا رجَعوا " ُ ي َع ِل ُم ُه ْْم إياه،ُرج ُع ب ِه إلى َم ْن َوراءه ِ في طل ِ ب ِ َوي،العلْم َوال ِف ْق ِه
“wahai Abu Isma’il (Hamad bin Zaid) apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut ashabul hadis (ahlul hadis) di dalam Al-Qur’an?” Dia menjawab, “Ya, tidakkah kamu mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ي ْنذِروا قَ ْو َم ُه ْْم إذَا ر َجعوا إ لي ِه ْْم ِ لي ت فَقَّ ُهوا في ِالد ُ ِين َول Ini adalah berlaku untuk setiap orang yang melakukan perjalanan dalam mencari ilmu dan fiqih, dan pulang membawanya kepada orang-orang dibelakangnya untuk mengajarkannya kepada mereka”1 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda: ُى تَ قُ ْو َم السَّا َعة ْ ُ لن تَ زا ُل طائفَةٌ ِم ْن أ َّمت ْي َم ْن َّ ص ْورينَ الَ يضُر ُُه ْْم َم ْن َخذَل ُه ْْم َحت “Akan senantiasa ada sekelompok dari
umatku yang
ditolong
(dimenangkan), tidak membahayakan mereka siapapun orang yang menghinakan mereka hingga tiba kiamat.”2 Para Imam mensyarah ath-thāifah al-mansūrah di dalam hadis ini adalah mereka para ahli hadis. Imam Ibnu Madini dan Imam al-Bukhari mengatakan, “mereka adalah ashābul hadis”3. Imam Ahmad pun sempat mengomentari tentang hadis ini dan berkata, “jika thāifah mashūrah bukan ashhabul hadis, maka aku tidak tahu siapa mereka?”4 Karakter mereka adalah menjaga atsar dan sunnah-sunnah Nabi. menempuh padang pasir, menjelajah bumi dan mengarungi lautan guna menimba apa yang telah disyariatkan oleh Rasul pilihan. Mereka tidak pernah berpaling darinya menuju satu pendapat atau hawa nafsu. Mereka menerima syariatnya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik ucapan maupun perbuatan, mereka menjaga sunnahnya, baik hafalan maupun periwayatan hingga dengan demikian mereka telah memantapkan pangkalnya dan mereka lebih berhak terhadapnya dan mereka adalah ahlinya. Berapa banyak para pengingkar bermaksud mencampur aduk syariat dengan yang lainnya sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala Kitab Syaraf Ashhābu al-Hadīts Lil-Khatīb al-Baghdādi. Juz 1 hal. 58 Kitab Musnad Ahmad. Juz 42 hal. 363 No. 15597 Cet. Muassasatu ar-Risalah 1999 M 3 Kitab Syaraf Ashhābu al-Hadīts Lil-Khatīb al-Baghdādi. Juz 1 hal. 27 4 Kitab Syaraf Ashhābu al-Hadīts Lil-Khatīb al-Baghdādi. Juz 1 hal. 27 1 2
mempertahankannya melalui peran ashhabul hadis, mereka adalah penjaga rukunrukun sunnah, penegak urusannya dan hak-haknya. Mereka adalah pejuangpejuang sunnah. Telah tersebar banyak para ulama hadis sebagai periwayat hadis tercatat dalam kitab-kitab hadis. Sebagian mereka telah dinilai sebagai ulama sekaligus perawi yang tsiqah, dan sebagian lagi tercatat sebagai rawi yang lemah sebab keterbatasan dalam ‘adalah ataupun dabt. Diantara mereka, memiliki madrasah sebagai tempat untuk meriwayatkan hadits kepada para muridnya, sehingga tersebarlah riwayat-riwayat tersebut. Dalam makalah ini penulis berusaha membahas biografi Abdullah bin Mubarak rahimahullah.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana biografi Abdullah bin Mubarak rahimahullah? 2. Bagaimana kredibilitas Abdullah bin Mubarak rahimahullah? 3. Bagaimana kondisi madrasah Abdullah bin Mubarak rahimahullah?
C. Biografi Abdullah bin Al-Mubarak Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih, Abu Abdurrahman Al-Handzali. Namun, beliau lebih dikenal dengan namanya “Ibnul Mubarak”. Ayahnya berasal dari Turki dan ibunya dari Khawarizmi. Beliau dilahirkan pada tahun 118 H. Gelar beliau sangat banyak, di antaranya: AlHafizh, Syekh Al-Islam, Fakhr Al-Mujahidin, pemimpin para ahli zuhud, dan masih banyak gelar lainnya. Beliau habiskan usianya untuk melakukan safar dalam rangka berhaji, berjihad, dan berdagang. Karena itu, beliau dikenal dengan “As-Saffar” (orang yang rajin melakukan perjalanan).5
5
https://yufidia.com/abdullah-bin-al-mubarak/
D.Pendidikan
Perjalanan intelektual Adz-Dzahabi menuturkan, bahwa Ibnul Mubarak mulai menuntut ilmu sejak umur 20 tahun di daerahnya, Marwa, dan kemudian, pada tahun 141 H. melanjutkan
perjalanannya
ke
wilayah
lain
dan
berguru
kepada
para tabi'in yang dijumpainya.[3] Seluruh hidupnya, selain dihabiskan untuk menuntut ilmu, juga digunakan untuk berjihad, berniaga, menafkahkan hartanya dan pergi haji.[3] Beberapa wilayah Islam yang pernah dikunjunginya dalam rangka menuntut ilmu, antara lain: Yaman, Mesir, Syiria, Bashrah, dan Kufah; dia juga meriwayatkan dari para para gurunya, baik yang sudah senior maupun yang yunio.6
Guru dan Murid Abdullah ibnul Mubarak berguru kepada banyak ulama besar dan terkenal di masanya, antara lain; dalam bidang ilmu hadits): berguru kepada Sulaiman AtTaimi, Ashim Al-Ahwal, Hisyam bin Urwah, Ismail bin Abi Khalid, Musa bin Uqbah, Al-Auza'i, Imam Malik, Sufyan Ats-Tsauri, dan lain-lain; dalam bidang fikih berguru kepada Imam Abu Hanifah dan yang lain; dalam bidang ilmu Qira'at berguru kepada Abu Amr bin Al-Ala', dan lainlain.[8] Sedangkan ulama-ulama besar yang pernah menjadi muridnya, antara lain: Ma'mar, Ibnul Qaththan, Ibnu Ma'in, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad bin Mani', Muslim bin Ibrahim, Abdan, dan lain-lain7
Pujian para ulama terhadap Abdullah bin Al Mubarak Ada sebuah tanya jawab yang dilakukan 'Atha' bin Muslim dan 'Ubaid bin Jannad Abu Said, yakni seperti ini yang diriwayatkan oleh Abu Nuaim alAshbahani dlm "Hilyatul-Auliya' wa Thabaqatul-Ashfiya'" (8/162):[9]
6 7
(Arab) Muhammad bin Hibban Al-Busti (1991). Masyahiru Ulama’il Amshar. Ttp: Darul Wafa'., I, hal. 309. ibid.
“
س ِم ْعتُ أ َ َبا َيحْ َيى ُم َح َّمد ُ ْبنُ َع ْب ِد َ :َ قَال, َ ثنا ُم َح َّمد ُ ْبنُ ِإ ْس َحاق, َِحدَّثَنَا ِإب َْراهِي ُم ْبنُ َع ْب ِد هللا َ قَا َل ِلي َع:َ قَال, س ِعي ٍد ُ عبَ ْيد ُ " يَا:طا ُء ْبنُ ُم ْس ِل ٍم ُ ُس ِم ْعت َّ َ عبَ ْيدَ بْنَ َجنَّا ٍد أَبُو َ :ُ يَقُول, الر ِح ِيم ُ َو ََل ت ََرى ِمثْلَه, ُ َما َرأَيْتَ ِمثْلَه:َ قَال, نَعَ ْم: ُ قُ ْلت, ار ِك َ َ" َرأَيْتَ َع ْبدَ هللاِ بْنَ ْال ُمب
“
”
Tlh menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq, dia berkata, "Saya mendengar Abu Yahya bin Abdurrahim, dia berkata, "Saya mendengar 'Ubaid bin Jannad Abu Sa'id, dia berkata, Atha' bin Muslim berkata kepadaku, 'Wahai 'Ubaid, apa engkau ada melihat Abdullah ibnul Mubarak?' Saya menjawab, 'Ya.' Dia berkata (lagi), 'Aku tidak melihat seseorangpun yang mirip seperti dirinya, dan kaupun tak pernah melihat orang (sehebat) seperti dirinya.'" Para ulama memberikan banyak pujian untuk beliau karena kemuliaan dan
ilmu beliau. Berikut ini beberapa pujian yang disampaikan para ulama untuk beliau: 1. Ibnu Mahdi mengatakan, “Pemimpin (agama) ada empat: Malik, Ats-Tsauri, Hammad bin Zaid, dan Ibnul Mubarak.” Ibnu Mahdi lebih memuliakan beliau daripada Ats-Tsauri. 2. Ahmad bin Hambal mengatakan, “Belum ada orang yang sezaman dengan beliau yang lebih rajin dalam menuntut ilmu melebihi Ibnul Mubarak.” 3. Abbas bin Mus’ab mengatakan, “Abdullah bin Mubarak mengumpulkan ilmu hadis, fikih, bahasa Arab, sejarah, keberanian, kedermawanan, dan kecintaan dari semua kalangan.” 4. Hasan bin Isa bin Masirjis mengatakan, “Para murid Ibnul Mubarak berkumpul, kemudian mengatakan, ‘Mari kita sebutkan kelebihan Ibnul Mubarak.’ Mereka menyebutkan, ‘Dalam dirinya terkumpul ilmu, fikih, adab, nahwu, bahasa, sifat zuhud, keberanian, syair, kefasihan dalam berbicara, kebiasaan rajin bertahajud, kebiasaan rajib beribadah, haji, perang, kepiawaian dalam menunggang kuda, sifat diam untuk hal yang tidak penting, keadilan, dan sifat jarang berselisih dengan orang di sekitarnya.'” 5. Ibnu Ma`in mengatakan, “Beliau adalah ulama yang tsiqah dan kuat hafalannya. Kitab yang pernah beliau sampaikan dalam menyampaikan hadis memuat 20.000
hadis.” 6. Yahya bin Adam mengatakan, “Jika saya mencari permasalahan yang terperinci dan tidak saya temukan di kitab karya Ibnul Mubarak maka saya putus asa untuk mencarinya.” 7. Syu’aib bin Harb mengatakan, “Andaikan saya mencurahkan seluruh kemampuan saya selama tiga hari dalam setahun, untuk melakukan usaha sebagaimana yang dilakukan Ibnul Mubarak, saya pasti tidak mampu.” 8. Dari Nu’aim bin Hammad, bahwa Ibnul Mubarak menceritakan bahwa ayahnya pernah berpesan kepadanya, “Sungguh, jika aku menemukan kitabmu, akan aku bakar!” Ibnul Mubarak mengatakan, “Tidak ada masalah bagiku. Semua sudah tersimpan di dadaku.” Masih banyak sederet pujian yang diberikan para ulama untuk beliau. Sampai, ketika Imam Adz-Dzahabi menyebutkan biografi beliau, Adz-Dzahabi mengatakan, “Demi Allah, saya mencintainya karena Allah. Saya mengharapkan kebaikan dengan mencintainya, karena Allah telah memberikan kenikmatan kepadanya berupa ketakwaan, sifat rajin beribadah, keikhlasan, jihad, ilmu yang luas, ketelitian dalam ilmu, dan sifat-sifat terpuji lainnya.”Di antara bukti kedermawanan beliau adalah beliau menginfakkan, kepada fakir miskin, 100.000 dirham (sekitar 2,8 milyar rupiah) setiap tahunnya.8
E. Karya-karya Abdullah bin Al-Mubarak Abdullah ibnul Mubarak, terkenal pula dengan pribadi yang produktif; beberapa karyanya berbagai bidang keilmuan, antara lain: 1. Tafsirul Qur'an; 2. As-Sunan fil Fiqh; 3. Kitabut Tarikh; 4. Kitabuz Zuhd; 5. Kitabul Birri wash Shilah; 6. Riqa'ul Fatawa;
8
https://yufidia.com/abdullah-bin-al-mubarak/
7. Ar-Raqa'iq'; dan, 8. Arba'in fil Hadits9
F. Kredibilitas Abdullah bin Al-Mubarak Adz-Dzahabi rahimahullah mengisahkan dalam ensiklopedi beliau2 bahwa apabila telah datang musim haji, maka sebagian kaum muslimin dari penduduk Marwa datang menemuinya seraya menyatakan bahwa mereka ingin berhaji bersama beliau. Mendengar hal itu, Ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Kalau begitu, berikan uang yang kalian alokasikan untuk haji kepadaku.” Tentu orang yang berhaji sudah mempersiapkan uang guna melakukan ibadah tersebut. Kemudian beliau mengambil uang tersebut. Lalu beliau masukkan dalam sebuah kotak lantas menguncinya. Selanjutnya beliau menyewakan kendaraan yang bisa membawa mereka dari Marwa ke Baghdad. Sejak saat itu beliau senantiasa memberikan makanan yang paling enak dan membawa mereka keluar dari kota Baghdad dengan penampilan yang sangat indah nan berwibawa. Setibanya di kota Madinah, maka setiap orang yang turut dalam rombongan ditanya oleh beliau, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Madinah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Selanjutnya mereka bertolak ke kota Makkah dan setelah mereka menunaikan ibadah haji, lagi-lagi beliau berkata, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Makkah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Kemudian mereka kembali ke Marwa dan di sepanjang perjalanan beliau terus memenuhi kebutuhan kepada mereka. Bahkan setibanya di Marwa, beliau merenovasi rumah-rumah mereka. Tidak cukup sampai di situ, bahkan tiga hari setelah pelaksanaan haji tersebut beliau mengundang mereka untuk makan bersama dan memberi pakaian kepada mereka. Nah setelah mereka selesai makan dan merasa senang, Ibnul
9
Khairuddin Az-Zarkali (2002). Al-A'lam. ttp: Darul ‘Ilmi lil Malayin., IV, hal. 115.
Mubarak mengambil kotak tempat penyimpanan uang haji mereka lantas dikembalikan
kepada
pemiliknya.
Setiap
kantong
telah
tertulis
nama
pemiliknya. Allahu akbar, sebuah teladan yang sangat indah bagi orang-orang yang berharta. Hendaknya mereka termotivasi untuk memberangkatkan dan membiayai para fakir miskin dalam berbagai amal kebajikan, baik untuk berhaji, menuntut ilmu, jihad, dan lain sebagainya.
Pembaca
yang
budiman,
menyelami
perjalanan
hidup
Abdullah
bin
Mubarakrahimahullah sungguh akan memompa semangat kita untuk berhias dengan keutamaan yang beliau miliki. Telah dipaparkan di atas bahwa beliau merupakan salah satu ulama multitalenta yang Allah berikan keutamaan yang sangat banyak. Namun tengoklah bagaimana kerendahan hati ulama sekaliber beliau di hadapan ulama yang lain. Beliau sangat bersahaja di hadapan para ulama terutama guru-guru beliau. Suatu saat, Ibnul Mubarak menghadiri majelis salah seorang gurunya yang bernama Hammad bin Zaid, maka para pakar hadits berkata kepada Hammad, “Mintalah Abu Abdirrahman (Ibnul Mubarak) supaya meriwayatkan hadits kepada kami.” Sang guru berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, riwayatkanlah hadits kepada para hadirin. Sungguh mereka telah memohon kepadaku supaya engkau melakukannya.” Maka dengan penuh kerendahan sang murid mengatakan, “Subhanallah! Wahai Abu Ismail (kuniahHammad bin Zaid). Bagaimana mungkin aku meriwayatkan hadits kepada mereka sementara Anda ada di sini?” Mendengar jawaban tersebut, akhirnya Hammad bin Zaid berkata, “Aku bersumpah kepadamu agar kamu melakukannya.” Sumpah inilah yang membuat sang murid melaksanakan hal itu, maka Ibnul Mubarak berkata, “Ambillah oleh kalian, telah meriwayatkan hadits kepada kami Abu Ismail Hammad bin Zaid.” Sehingga tidak satu pun hadits yang beliau sampaikan melainkan pasti dari gurunya, Hammad bin Zaidrahimahullah.”
Selain keilmuan dan kedermawanan Abdullah bin Al-Mubarak, beliau juga dikenal sebagai pejuang sejati di medan tempur. Simak kisah berikut ini, dalam kitab Talbis Iblis karya Ibnu Jauzi rahimahullah, dinukilkan sebuah kisah nyata yang dialami
oleh Abdah bin Sulaiman rahimahullah. Ia berkisah, “Kami pernah tergabung dalam sebuah rombongan pasukan bersama Abdullah bin Mubarak ke negeri Romawi. Saat itu kami bertemu dengan musuh dan ketika kedua pasukan sudah saling berhadapan, tiba-tiba ada seorang lelaki dari pasukan musuh yang tampil ke depan untuk mengajak perang tanding (satu lawan satu). Maka bangkitlah seorang lelaki dari pasukan kami lalu menerjangnya, namun dalam sekejap sang musuh mampu menusuk lalu membunuhnya. Lalu bangkitlah prajurit muslim berikutnya namun ia pun terbunuh dan disusul oleh prajurit berikutnya namun ia juga terbunuh. Demikianlah, tiga prajurit muslim meninggal secara beruntun di tangannya hingga akhirnya majulah seorang laki-laki yang dengan sekali tebas mampu membunuh prajurit Romawi tersebut. Serentak kaum muslimin pun berdesak-desakan mengelilinginya dan aku termasuk di antara mereka. Namun anehnya laki-laki tersebut segera menutup wajah dengan lengan bajunya, maka kupegang dan kutarik ujung lengan bajunya. Ternyata dia adalah Abdullah bin Mubarak, ia pun berkata kepadaku, ‘Dan engkau wahai Abu Amr (kuniah Abdah bin Sulaiman) hendak berbuat jelek terhadapku?’ Abdullah bin Al-Mubarak memang dikenal sebagai ulama sekaligus mujahid yang sangat bersahaja. Beliau sangat tidak ingin amal kebaikannya diketahui oleh orang lain. Kisah di atas menjadi salah satu buktinya, lihatlah bagaimana tawadhu’ Ibnul Mubarak di medan perang dan upaya beliau dalam menjaga diri dari pujian manusia dan popularitas. Ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan keikhlasan beliau dalam berjihad fi sabilillah. Meskipun sering terlibat langsung dalam berbagai jihad melawan musuh-musuh Islam, namun beliau meninggal di atas ranjang. Peristiwa ini terjadi sesuai peperangan melawan pasukan Romawi pada bulan Ramadhan tahun 181 H. Semoga Allah merahmati Abdullah bin Al-Mubarak dan membalas jasanya dengan balasan yang terbaik. Allahu a’lam.10
10
Yakni Siyar A’lamin Nubala.
H. Madrasahnya Qatadah bin Di’amah memiliki majlis atau madrasah. Disana banyak sekali para muridnya belajar dan mengambil riwayat darinya. Banyak sekali para murid yang mengambil riwayat dari Qatadah baik dari ilmu al-Quran khususnya tafsir dan juga ilmu hadis, Ilmu bahasa dan Tarikh dimana hadis-hadisnya dikeluarkan oleh kitabkitab primer seperti kutubu as-sittah, kitab-kitab sunan yang lain dan kitabkitab musnad. Berdasarkan penelitian penulis di kitab Tahdzību al-Kamal, murid Qatadah yang mengambil riwayat darinya mencapai 70 rawi.11 Dari banyak murid tersebut terdapat beberapa muridnya terkenal dengan ketsiqahan dan banyaknya riwayat darinya adalah Sa’id bin Abi Arubah, Hamam, Komentar-komentar para Ulama Hadits tentang Murid-Murid Qatadah: Yahya bin Ma’in menilai Sa’id adalah rawi paling kokoh pada periwayatan Qatadah bin Di’amah.
.أب عروبة أثبت الناس يف قتادة سعيد بن ي
“Sa’id bin Abi Arubah adalah orang yang paling kokoh pada periwayatan Qatadah”12 Selain Sa’id, terdapat juga Hammām dan Abi ‘Awanah yang juga diperhitungkan. Ibnu Abi Khaitsamah mengatakan:
وهمام ثم،إل من أب عوانة يحي بن ى سمعت ى همام يف قتادة أحب ي:معي يقول أبو عوانة ثم ابان .العطار “Aku mendengar Yahya bin Ma’in berkata: Hammam pada periwayatan dari Qatadah lebih aku sukai daripada Abu ‘Awanah. Setelah Hammam kemudian Abu ‘Awanah kemudian Aban al-‘Athar”13 Imam Ahmad mengatakan: Kitab Tahdzību al-Kamāl. Imam al-Mizzi. Juz 23 hal. 504 Kitab Siyar A’lām an-Nubalā. Imam adz-Dzahabi. Juz 6 hal. 468 Cet: Darul Hadits. 1427H 13 Kitab al-Jarhu wa at-Ta’dīlu. Abu Hatim. Juz 9 hal. 109 Cet: Daru Ihyau at-Turats. Beirut.1271H 11 12
َ َ :َ َ َ َ ْ ُّ َ َ ُ َ ْ ان َ ُ َ ُ َ يح ىي ا إليك؟ قال ك أي هما أحب،بن يزيد َوه َّمام أبان عي ع ْن وسئل ابن م ى ِ ٍ ِ ٌ َ َ ُ َْ ْ طان ي ْروي َع َ ان ْ أح َّب َّ َوأنا َه َّم ٌام َأح ُّب،إلي ِه َوأبان،إل وك ، أبان ن لق ٍ ي ٌ َ .ثقة “Yahya bin Ma’in ditanya tentang Aban dan Hammam, mana dari keduanya yang paling disuka? Yahya menjawab: Yahya bin al-Qaththan meriwayatkan dari Aban. Dan Aban paling ia sukai. Adapun yang paling aku suka adalah Hammam. Aban rawi tsiqah”14 Kemudian Imam Ahmad pun berkomentar tentang murid-murid Qatadah:
ً يعي حديثهما ألنه يكون إذا خالف أبو عوانة وأبان العطار سعيدا أعجبي ذلك ي ي .مما قد حفظناه “Apabila Abu ‘Awanah dan Aban menyelisihi riwayat Sa’id bin Abi Arubah, sungguh aku kaget dengan hadits keduanya, karena ia (sa’id) adalah termasuk salah satu yang kami hafal (hadis-hadisnya)15 Muridnya Qatadah yaitu Abu ‘Awanah pun mengakui kehebatan Sa’id dalam hafalannya. Ia berkata:
ً ، ثم نسيت بعد، وحفظت، فسمعت منه،عي شيئا ال تكتب ي:كان قتادة يقول يل . أو نحو هذا، فجعل يحدث عن قتادة بما أعرف،فجلست إل سعيد “adalah Qatadah pernah berkata kepada aku: “Janganlah kamu tulis sedikitpun dariku”. Maka aku (hanya) mendengar darinya dan aku hafal kemudian aku lupa setelahnya. Maka aku (disaat) duduk dengan Sa’id, ia menceritakan hadis dari Qatadah dari apa (yang pernah) aku tahu. Atau seperti itu”16 Antara Sa’id bin Aby Arubah, Hammam, Syu’bah dan Hisyam ad-Dustuwani, Imam Ahmad pernah ditanya:
أيما أحب إليك يف حديث: قلت، سألت أبا عبد هللا:وقال إسحاق بن هابء :الدستواب؟ فسمعته يقول أو )همام( أو )شعبة( أو،أب عروبة ي قتادة؟ سعيد بن ي
14
Kitab Tarikh al-Islam. Imam adz-Dzahabi. Juz 4 hal. 533 Cet: Darul Gharb al-Islami. 2003M Kitab al-Jāmi Li’Ulūmi al-Imam Ahmad. Khalid ar-Ribat. Cet: Darul Falah. 1413H 16 Kitab al-Jāmi Li’Ulūmi al-Imam Ahmad. Khalid ar-Ribat. Juz 17 hal. 142 Cet: Darul Falah. 1413H 15
ثم، سعيد عندي يف الصدق مثل قتادة وشعبة ثبت:قال عبد الرحمن بن مهدي ً . والدستواب أيضا :والدستواب؟ قال : قلت.همام ي ي “Ishaq bin Hani berkata: Aku bertanya kepada Abi Abdillah (Ahmad bin Hanbal). Aku katakan: “siapa yang paling engkau sukai periwayatan dari Qatadah? Sa’id bin Abi ‘Arubah, atau Hammam, atau Syu’bah atau Ad-Dustuwāni?” maka aku mendengar ia berkata: “ibnu Mahdi berkata bahwa Sa’id menurutku rawi shidiq seperti Qatadah. Dan Syu’bah tsabtun, kemudian Hammam”. Aku katakan: dan adDustuwāni?. Ia berkata: ad-Dustuwāni juga sama”17 Yahya bin Ma’in juga pernah ditanya tentang Hisyam ad-Dustuwāni dan Syu’bah mana yang paling bagus dari periwayatan keduanya dari Qatadah. Utsman bin Sa’id berkata:
كالهما
. :قال. شعبة أحب إليك يف قتادة أو هشام؟:معي ليحي بن ى قلت ى
“Aku katakan kepada Yahya bin Ma’in: Syu’bah paling engkau suka pada periwayatan Qatadah ataukah Hisyam?. Ia menjawab: keduanya.18 Imam al-Bardiji berkata:
فإذا، عن قتادة عن أنس صحيح،أب عروبة شعبة وهشام الدستواب وسعيد بن ي ي ً وخالفه، عن أنس مرفوعا، عن قتادة،أب عروبة ورد عليك حديث لسعيد بن ي وإذا روى حماد بن سلمة وهمام،هشام وشعبة حكم لشعبة وهشام عىل سعيد الني صىل هللا عليه وسلم وأبان ونحوهم من الشيوخ عن قتادة )عن أنس( عن ي وشعبة عىل، فإن القول قول )هشام( وسعيد،وخالف سعيد أو هشام أو شعبة ، فإذا اتفق هؤالء األولون )وهم همام وأبان وحماد( عىل حديث مرفوع،االنفراد توقف، أو سعيد وحده، أو شعبة أو هشام وحده،وخالفهم شعبة وهشام وسعيد ألن هؤالء الثالثة،عن الحديث وهشام( أثبت من همام، وسعيد،)شعبة .وأبان وحماد Kitab Mausu’ah Aqwāl al-Imam Ahmad bin Hanbal. Sayyid Abu al-Ma’āthi, Ahmad Abdurrazzaq. Mahmud Muhammad Khalil. Juz 2 hal. 43 Cet: ‘Alimul Kutub. 1417H 18 Kitab Tarikh Ibnu Ma’in. Yahya bin Main. Juz 1 hal. 51 Cet: Darul Ma’mūn Lit-Turāts. Damaskus. 17
“Syu’bah dan Hisyam dan Sa’id bin Abi Arubah dari Qatadah dari Anas r.a adalah Shahih. Maka apabila datang kepadamu hadits Sa’id bin Abi Arubah dari Qatadah dari Anas r.a dengan sanad marfu’ kemdian Hisyam dan Syu’bah menyelisihinya, maka yang dipakai adalah Syu’bah dan Hisyam. Dan apabila Hammad dan Hammam dan Aban dan yang lainnya meriwayatkan dari Qatdah dari Anas r.a dari Nabi saw, kemudian Sa’id atau Hisyam atau Syu’bah menyelisihinya maka perkataan (yang diambil) adalah perkataan Hisyam dan Sa’id dan Syu’bah. Dan apabila mereka sepakat (yaitu Hammam, Sa’id dan Hamad) para periwayatan marfu’ kemdian Syu’bah atau Hisyam atau Sya’id menyelisinya sendirian maka haditsnya tawaqquf, sebab mereka rawi yang tiga (syu’bah, Sa’id dan Hisyam) adalah rawi paling kokoh daripada Hammam, Aban dan Hammad”19 Dari seluruh komentar diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa muridmurid Qatadah yang paling hafidz dan tsiqah ada tiga yaitu: 1.
Sa’id bin Aby Arubah al-Bashari (156H)
2.
Syu’bah bin al-Hajjāj al-‘Atakī al-Wasithi al-Bashari (160H)
3.
Hisyam bin Aby ‘Abdillah ad-Dustuwāni al-Bashari (154H)
Adapun setelahnya adalah: 4.
Hammad bin Salamah bin Dinar al-Bashari.
5.
Hammam bin Yahya bin Dinar al-Bashari.
6.
Aban bin Yazid al-Bashari.
Rawi-rawi yang 6 diatas Nampak jelas mereka bermukin di kota Bashrah dimana Qatadah meriwayatkan di Madrasahnya. Dari pendapat para Imam di atas menunjukkan Sa’id adalah murid nomor satu bagi Qatadah dan setelahnya Syu’bah dan Hisyam. Namun apabila Sa’id bersendirian meriwayatkan hadits dari Qatadah dan dua orang rawi lain yaitu Syu’bah dan Hisyam menyelisihinya maka sanad Syu’bah dan Hisyam lah yang diunggulkan. Adapun apabila para murid yang lain (rawi dibawahnya yaitu Hammad, Hammam dan Aban) apabila salah satu meriwayatkan suatu hadis yang menyelisihi salah satu rawi-rawi hafidz (yaitu Sa’id, Syu’bah dan Hisyam) maka jalur yang diunggulkan
19
Kitab Syarhu ‘Ilal at-Tirmidzi. Ibnu Rajab. Juz 2 hal. 137. Cet: Maktabah ar-Rusyd. 1421H
Nampak jelas yaitu rawi hafidz. Namun apabila rawi-rawi lain itu (hammad, hammam dan Aban) sepakat dalam meriwayatkan hadis kemudian salah satu rawi hāfidz menyelisihi mereka, maka sebagian para ulama tawaqquf. Imam al-Bardiji menyelisihi pendapat Yahya bin Ma’in. beliau lebih mengunggulkan Syu’bah dalam riwayatnya dari Qatadah daripada Sa’id bin Aby ‘Arubah. Beliau berkata:
.أصح الناس رواية عن قتادة شعبة
“rawi paling shahih dari Qatadah adalah Syu’bah”20 Di lain tempat Imam al-Bardiji juga mengatakan:
الني صىل هللا عليه وسلم كلها عن أنس عن ي، عن قتادة،)أحاديث( شعبة إذا اتفق هؤالء الثالثة،الدستواب وهشام،أب عروبة ي وكذلك سعيد بن ي،صحاح فإن القول فيه قول،عىل الحديث فهو صحيح وإذا اختلفوا يف حديث واحد وإذا انفرد واحد من، فإذا اختلف الثالثة توقف عن الحديث،رجلي من الثالثة ى فإن كان ال يعرف من الحديث إال من طريق الذي:الثالثة يف حديث نظر فيه ً .رواه كان منكرا “(hadis-hadis Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a dari Nabi saw. semuanya adalah shahih. Begitu juga (hadis) Sa’īd bin Aby ‘Arubah dan Hisyam apabila mereka sepakat maka shahih. Dan apabila ada perselisihan pada salah satu hadis, maka pendapat yang diambil adalah pendapat dua rawi dari tiga rawi tersebut. Dan apabila ketiga nya terjadi perselisihan maka tawaquf dari hadisnya. Dan apabila salah satu dari tiga tersebut menyendiri dalam hadis, maka perlu diteliti, apabila tidak diketahui ada hadis lain kecuali hadis dari satu orang itu diriwayatkan maka hadisnya munkar”21 Tentang perbincangan Madrasah Qatadah ini, Imam Ahmad juga ikut berkomentar:
كان سعيد، إال أن شعبة لم يبلغ علم هؤالء،أصحاب قتادة شعبة وسعيد وهشام .شء يكتب كل ي “Shahabat Qatadah adalah Syu’bah, Sa’id dan Hisyam. Hanya saja Syu’bah tidak mencapai ilmu mereka. Adalah Sa’id selalu menulis (riwayat Qatadah)”22
Kitab Syarhu ‘Ilal at-Tirmidzi. Ibnu Rajab. Juz 2 hal. 138. Cet: Maktabah ar-Rusyd. 1421H Kitab Syarhu ‘Ilal at-Tirmidzi. Ibnu Rajab. Juz 2 hal. 139. Cet: Maktabah ar-Rusyd. 1421H 22 Kitab Bahru Dammi Fieman Tukullima Fiehi al-Imam Ahmad. Juz 1 hal. 74 Cet: Darul Kutub al‘Ilmiyyah. Beirut Libanon. 1413H 20 21
Imam al-Bardiji bersendirian dalam mengunggulkan Syu’bah daripada Sa’id, disaat Yahya bin Ma’in dan Ahmad lebih mengunggulkan Sa’id bin Aby ‘Arubah. Terdapat komentar dari Imam Muslim tentang murid Qatadah yang bernama Hammad bin Salamah: Imam Muslim telah menyebut dalam kitabnya Tamyīz bahwa Hammad bin Salamah pada periwayatan dari Qatadah banyak salah.
. وذكر مسلم يف كتاب
ً كثيا التميي أن حماد بن سلمة عندهم يخىطء يف حديث قتادة ى ى Murid-murid Qatadah Yang Lain:
Imam ad-Daraquthni menyebut murid lain dari Qatadah yaitu Ma’mar. Ma’mar dari Qatadah menurut Imam ad-Daraquthni jelek hafalannya.
. الدارقطي وقال ي
سيء )الحفظ( )الحديث( قتادة واألعمش معمر ى:يف العلل Selain Imam ad-Daraquthni, juga terdapat Yahya bin Ma’in yang menilai bahwa Ma’mar khusus periwayatannya dari Qatadah adalah dla’if sebab periwayatan Ma’mar dari Qatadah didapat disaat Ma’mar masih kecil. Ibnu Abi Khatsamah berkata:
فلم،صغي جلست إل قتادة وأنا: قال معمر: (معي )يقول ى يحي بن ى سمعت ى أحفظ عنه .()األسانيد “Aku mendengar Yahya bin Ma’in berkata: Ma’mar pernah berkata: “Aku duduk (belajar) dengan Qatadah disaat aku masih kecil, dan aku belum hafal sanadsanad darinya” Selain Ma’mar, rawi-rawi lain yang termasuk murid-muridnya Qatadah dibawah kelas tsiqah adalah ‘Amr bin al-Hārits dan Jarir bin Hazim. Kedua rawi ini periwayatan dari Qatadah dinilai oleh Imam Ahmad membawa riwayat-riwayat munkar dan Waham. Imam ahmad berkata:
، عمرو بن الحارث روى عن قتادة
)مناكي ى “Amar bin al-Harits meriwayatkan dari Qatadah terdapat kemungkaran"
) كان يحدث بالتوهم أشياء عن قتادة )يسندها بواطيل
Adapun Jarir telah disebut juga oleh Imam Ahmad:
“Adalah ia (Jarir) meriwayatkan macam-macam (hadits) dalam keadaan Waham dari Qatadah dengan sanad bathil” Al-Atsram
.( حديثه عن قتادة مضطرب:قال األثرمberkata: “Haditsnya (Jarir) dari Qatadah mudltharib”
Dengan melihat beberapa komentar para Ahli Hadits di atas dapat penulis simpulkan beberapa murid Qatadah yang lain selain dari ke 6 rawi yang telah dikutip adalah: 1. Ma’mar bin Rasyid al-Bashari 2. ‘Amr bin al-Hārits al-Mishri 3. Jarir bin Hazim al-Bashari
Metode Periwayatan Qatadah terhadap Murid-muridnya yang Dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim Berikut bentuk tahammul wal adā ketiga rawi level pertama dari Qatadah yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitabnya shahihnya: 1. Sa’id bin Aby Arubah al-Bashari (156H) a. Haddatsana Al-Bukhari 4 Riwayat Imam Muslim 3 b. ‘An Al-Bukhari 45 riwayat Muslim 40 riwayat
2. Syu’bah bin al-Hajjāj al-‘Atakī al-Wasithi al-Bashari (160H)
a. Haddatsana Al-Bukhari 8 Riwayat Imam Muslim 2 b. Akhbarana Al-Bukhari 1 Riwayat c. ‘An Al-Bukhari 67 riwayat Muslim 66 riwayat d. Sami’tu
Al-Bukhari 17 Riwayat Imam Muslim 32 Riwayat
3. Hisyam bin Aby ‘Abdillah ad-Dustuwāni al-Bashari (154H) a. Haddatsana Al-Bukhari 12 Riwayat Imam Muslim 2 b. ‘An Al-Bukhari
10
riwayat
Muslim 8 riwayat Dari apa yang telah kami cari di kitab shahih al-Bukhari dan Kitab Muslim di atas nampak bahwa Syu’bah lebih banyak dipakai periwayatannya oleh Imam alBukhari dan Imam Muslim.
PENUTUP
Alhamdulillah atas berkat inayah dan iradah-Nya makalah ini telah kami selesaikan dengan segala keterbatasannya. Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu kami perbaiki dan perlu kami tambah. Mudah-mudahan dapat menjadi bahan ilmu bagi para pembaca dan khususnya dapat menjadi tambahan ilmu bagi penulis untuk terus memperbaiki segala kekurangan yang ada. Aamiin.
Dadi Herdiansah NIM: 2170080013
DAFTAR PUSTAKA
Kitab al-Bāb Fie Tahdzībi al-Asmā. Kitab al-Jāmi Li’Ulūmi al-Imam Ahmad. Khalid ar-Ribat. Cet: Darul Falah. 1413H Kitab al-Jarhu wa at-Ta’dīlu. Abu Hatim. Cet: Daru Ihyau at-Turats. Beirut.1271H Kitab al-Jarhu wa at-Ta’dīlu. Imam Abu Hatim. Cet: Dairatu al-Ma’ārif. 1271H Kitab al-Ma’arif. Ibnu Qutaibah. Cet. Al-Haiatu al-Mishriyyah. 1992M Kitab at-Ta’dīl wa at-Takhrīj. Abu al-Walid. Cet. Daru al-Liwā. Al-Riyadl. 1406H Kitab
at-Tārikh
al-Kabīr.
Imam
al-Bukhari.
Cet:
Dāiratu
al-Ma’ārif
al‘Utsmāniyyah. Kitab at-Thabaqāt. Kitab Bahru Dammi Fieman Tukullima Fiehi al-Imam Ahmad. Cet: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah. Beirut Libanon. 1413H Kitab Dirāsat Tārikhiyyah Fie Rijal al-Hadīs. Kitab Duwalu al-Islām. Imam adz-Dzahabi.
Kitab Masyahir ‘Ulamāu al-Amshār. Kitab Mausu’ah Aqwāl al-Imam Ahmad bin Hanbal. Sayyid Abu al-Ma’āthi, Ahmad Abdurrazzaq. Mahmud Muhammad Khalil. Juz 2 hal. 43 Cet: ‘Alimul Kutub. 1417H Kitab Mirātu al-Janān wa ‘Ibratu al-Yaqdzān. Abu Muhammad ‘Afif. Juz 1 hal. 148 Darul Kutub al-‘Ilmiyyah. Libanon 1417 Kitab Musnad Ahmad. Imam Ahmad Cet. Muassasatu ar-Risalah 1999 M Kitab Siyar A’lām an-Nubalā. Imam adz-Dzahabi. Juz 6 hal. 468 Cet: Darul Hadits. 1427H Kitab Syaraf Ashhābu al-Hadīts Lil-Khatīb al-Baghdādi. Kitab Syarhu ‘Ilal at-Tirmidzi. Ibnu Rajab. Juz 2 hal. 137. Cet: Maktabah arRusyd. 1421H Kitab Tahdzību al-Asmāi al-Lughāth. Juz 2 hal. 57 Kitab Tahdzību al-Kamāl. Imam al-Mizzi. Cet: Muassasatu ar-Risalah. 11413H Kitab Tarikh al-Islam. Imam adz-Dzahabi. Juz 4 hal. 533 Cet: Darul Gharb alIslami. 2003M Kitab Tarikh Ibnu Ma’in. Yahya bin Main. Juz 1 hal. 51 Cet: Darul Ma’mūn LitTurāts. Damaskus.