Abdul Hanan Muslaini-puisi.docx

  • Uploaded by: TzaubanLapatoro
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abdul Hanan Muslaini-puisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,879
  • Pages: 71
ABDUL HANAN MUSLAINI, dilahirkan di Poso, Sulawesi Tengah, 22 Januari 1974. Bakat menulisnya mulai terasah ketika masih menjadi siswa SMAN Poso. Namun kini ia menekuni bakatnya yang lain sebagai seorang wiraswastawan. Ia sering lupa dengan nama sendiri, karena sehari-harinya dipanggil dengan nama “Bobby”. Bersama istri dan dua anaknya tinggal di Desa Ujung Tibu, Tojo Barat, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.

Bambang Pujiyarto Dunia Tersendiri Suku Wana

3

PRAWACANA Suku Wana, sering disebut Tau Taa Wana atau orang Taa, hidup mendiami wilayah hutan di pegunungan Tokala, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Nenek moyang mereka berasal dari sekitar Teluk Bone. Wana termasuk suku tertua di Sulawesi dan diyakini sebagai salah satu suku pertama yang menghuni pulau itu sejak zaman Mezolithicum, 8.000 tahun lalu. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok yang disebut Lipu yang terdiri dari beberapa keluarga dan rata-rata memiliki hubungan keturunan langsung, mereka hidup berladang. Sistem berladang mereka berpindah dalam rotasi, yang dalam sekian tahun membawa mereka kembali ke lokasi yang pernah dibuka sebelumnya, sehingga praktis hampir tidak ada lagi pembukaan ladang baru. Mereka sangat tergantung pada hutan dan kekayaan alam yang ada di dalamnya. Namun kedamaian kehidupan mereka terancam tiba-tiba. Hal itu karena hutan yang mereka diami, oleh pemerintah dijadikan sebagai wilayah konsesi. Keterpencilan, keterasingan, keterpinggiran Suku Wana diungkap dalam puisi esai melalui Jane, seorang peneliti berkebangsaan Amerika Serikat, yang berbaur hidup bersama suku terasing itu.

Dunia Tersendiri Suku Wana

4

Bambang Pujiyarto DUNIA TERSENDIRI SUKU WANA Dalam gelapnya malam di hutan pegunungan Wana Bulang1 Jane2 menyimak suara dedaunan bergesekan Diselingi suara binatang di kekelaman malam Ada beberapa butir bintang di langit hitam Hanya sunyi yang ada, sepi semata Baru seminggu Jane tinggal di hutan Bersama orang-orang Suku Wana3 Yang sering berpindah-pindah tempat Dan bekerja sebagai petani Namun mereka tetap menyukai alam pegunungan Bahkan suku ini pernah disuruh Belanda Untuk turun ke daerah pesisir Namun dengan berbagai alasan Khususnya menyangkut keberlangsungan hidup

1

Wana Bulang masuk wilayah Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Jane adalah nama panggilan Jane Monnig Atkinson, seorang warga Amerika yang juga seorang antropolog budaya. Ia telah melakukan riset dan tinggal selama 2 tahun (1974-1976) di suku Wana, sebuah suku terpencil di daerah Sulawesi Tengah. Hasil riset ini merupakan kajian kritis dan benarbenar berangkat dari pandangan masyarakat suku Wana sendiri kemudian dibedah dari sisi antropologi yang adalah bidangnya. 3 Suku Wana adalah penduduk asli di kawasan Wana Bulang yang berada di wilayah kabupaten Morowali, pemukiman berada di Kecamatan Mamosolato, Petasia, dan Soyojaya, dan tedapat juga di wilayah pedalaman di Kabupaten Luwuk Banggai. Suku Wana sering disebut sebagai Tau Taa Wana, yang artinya orang yang tinggal di kawasan hutan. Namun, suku Wana sendiri lebih sering menyebut dirinya dengan Tau Taa. atau orang Taa. Hal ini disesuaikan dengan bahasa yang mereka gunakan, yaitu bahasa Taa. 2

Dunia Tersendiri Suku Wana

5

Akhirnya mereka diizinkan tetap tinggal di pegunungan4Jane sangat menikmati tinggal bersama Suku Wana Tinggal di hutan dan pegunungan Terasing dari masyarakat luar Tapi sebenarnya bukan berarti mereka tidak bisa Beradaptasi dengan daerah luar, ataupun daerah pesisir Masyarakat Wana pun sangat bergantung Kepada daerah-daerah pesisir sebagai jaringan perdagangan Sebab di sana ada sumber sandang, garam Atau alat-alat logam dan lain-lain Sehingga memungkinkan masyarakat Wana Bolak-balik ke daerah pantai guna transaksi ekonomi Hidup di tengah-tengah suku Wana Jane menemukan beberapa fakta Ada cerita-cerita yang berkembang Dalam masyarakat kita yang gemar bergosip Bahwa proses islamisasi terhadap suku Wanna Telah berlangsung sejak lama5 Benarkah warga Wana yang menganut agama modern Umumnya terjadi karena mereka takut ditindak pemerintah Lalu akan kembali lagi ke kepercayaan tradisional Kalau ancaman tindakan itu mulai reda Jane pun terhenyak Agaknya penyiaran agama modern ke warga Wana

4

Meskipun demikian, suku Wana tetap terdaftar secara administratif dan membentuk kampung, dengan mendirikan sekolah, dan lain-lain. Sejak kemerdekaan, mereka berada dalam kuasa pemerintah Indonesia. 5 A.C. Kruyt yang melakukan riset pada tahun 1928 pun menunjukkan bahwa proses pertemuan agama suku Wana dan Islam telah terjadi. Bukan saja itu, setelah perang dunia ke II, agama Kristen yang masuk kemudian pun turut memberikan nuansa pertemuan agama itu dengan agama suku Wana yang khas melalui gerakan misionari kala itu. Meskipun demikian agak sulit untuk mengidentifikasi berapa banyak warga Wana yang masuk agama Islam maupun Kristen.

Dunia Tersendiri Suku Wana

6

Membuat mereka benar-benar sadar Jika pemerintah menginginkan mereka Memeluk agama modern, Islam atau Kristen Harus meninggalkan kepercayaan tradisional mereka Kesadaran ini pun menimbulkan rasa takut Yang mendalam bagi mereka Karena muncul desas-desus ancaman yang berat Jika menolak memeluk agama modern itu “Selain ancaman itu, dalam perjumpaan dengan daerah Dan agama lain Masyarakat Wana dipandang lebih rendah Bahkan anjing dan ayam pun lebih berharga dari mereka Sehingga mereka diperlakukan secara buruk sekali.” Jane pun menggeleng-gelengkan kepala Jane heran, ada anggapan sebagian masyarakat Bahwa suku Wana tidak mempunyai agama Padahal sebenarnya penganut agama tradisional ini Adalah benar-benar punya agama “Agama atau sistem kepercayaan tidak pernah lahir Dalam keadaan kosong6 Sebaliknya agama lahir Dalam Sejarah dan konteks sosialnya yang riil.” Jane mengacu Clifford Geertz7, yang melihat agama Sebagai sistem bentuk-bentuk simbolik Yang mengungkapkan secara mendalam Hakikat dasar bagi manusia Dan berfungsi sebagai pengatur tingkah laku manusia Dalam menghadapi dunianya Jane justru ingin menunjukkan Suku Wana dalam interaksi kesehariannya Telah memahami betul pemaknaan agama 6 7

Agama tidak timbul ex nihilo (bahasa Latin): dari kekosongan atau ketiadaan. Clifford Geertz. 1992. Kebudayaan danAgama, Yogyakarta: Kanisius.

Dunia Tersendiri Suku Wana

7

Yang mengurusi hal-hal suci dalam budaya setempat “Tidak ada kata dalam suku Wana Yang sama pengertiannya dengan kata agama Agama dilihat sebagai suatu lembaga Yang terpisah dari kehidupan budaya Ia merupakan ide yang dimasukkan dari sana.” Jane ingin benar berteriak gembira Menemukan hasil risetnya yang tak terduga Mengatakan bahwa Suku Wana tidak mempunyai agama Artinya dengan mengatakan suku Bali sama Secara tradisional tidak mempunyai seni8 Sebab merupakan bagian integral dari seni Dalam kehidupan keseharian orang Bali Karena dalam pengalaman budaya suku Wana Kita dapat menangkap sesuatu Yang religius tertanam dalam kehidupan keseharian mereka9 Perilaku warga Wana yang demikian Adalah perilaku beragama dalam masyarakat

8

9

Bagi suku Wana, agama langsung berkonotasi dengan praktek makan. Hal ini tidak mengejutkan sebab pantangan makan daging babi dalam agama Islam memang sangat berbeda dengan suku Wana yang suka berburu babi. Kalau Islam melarang makan makanan tertentu, maka agama Wana menyatakan semua makanan dapat dimakan. Pada sisi ini, agama Kristen sama dengan agama Wana. Menurut Jane, suku Wana menegaskan agama dan makanan sangat dipengaruhi oleh factor kesehatan fisik dan kesejahteraan. Larangan makan oleh agama tertentu, dianggap sebagai mempengaruhi kesehatan jasmani. Bahkan ada banyak suku Wana yang beralih dari agama Islam dan Kristen dengan alasan penyakit kronis. Bagi suku Wana orang dapat keluar dari agama Islam cukup dengan memelintir leher ayam, kemudian memakannya, prosedur ini disebut maluba. Kosmologi suku Wana menggariskan hakikat dunia dan penghuninya dalam kaitan dengan penciptaan Tuhan Yang Esa yang disebut Pue, yang berarti pemilik atau penguasa. Dalam pandangan orang suku Wana dimensi ini adalah yang tersembunyi atau tidak dapat dijangkau dengan mata. Bagian yang tidak kelihatan inilah yang dipercaya mempunyai sumber pengetahuan, kekuatan, bahkan pengaruh lain yang sangat mempengaruhi kehidupan nyata suku Wana. Dalam pandangan suku Wana, mereka dapat melakukan komunikasi dengan dimensi di luar dunia mereka itu dengan perantara dukun, yaitu individu yang mempunyai kemampuan menjangkau bagian dunia yang tersembunyi untuk menghimpun ilmu dan kekuatan dari sana.

Dunia Tersendiri Suku Wana

8

Meskipun mereka belum melihatnya Sebagai bagian dari budaya sendiri Jane kemudian mengutip pikiran Max Weber Yang melihat perilaku demikian Sebagai sistem tradisional Bukan rasional yang menjadi bagian Dari sehari-hari sebuah kehidupan Tapi belum dikenakan sistematisasi dan spesialisasi Konsep suku Wana tentang agama Adalah penataan kembali secara semula Konsep-konsep tradisional budaya Atau transformasi sistem agama Agama suku Wana bukanlah agama Animisme primitif, sistem yang dinamis Yang berkembang dan beradaptasi mengada Untuk menghadapi keadaan yang terus berupa Jane lebih menegaskan10 Adanya agama Wana mencerminkan jawaban Berdasarkan keadaran diri Terhadap penilaian masyarakat yang dominan Suku Wana menginterpertasikan agama Sebagai sesuatu yang sangat politis Sungguh membuat kita mengelus dada Tekanan politis dari kebijaksanaan ini Memang sangat ironis Mereka dicap sebagai suku terasing 10

Posisi sentral agama di antara nilai-nilai budaya Indonesia tampak jelas dalam Pancasila, yang menjadi prinsip dasar bangsa Indonesia. Sila Ketuhanan menonjol sebagai ciri fundamental masyarakat Indonesia. Di Indonesia umumnya sikap toleransi beragama berjalan dengan baik, tetapi sikap ini hanya berlaku bagi sistem kepercayaan yang telah diakui sebagai agama modern saja, dan tidak termasuk bagi penganut kepercayaan tradisional, sehingga ada cap bahwa orang beragama adalah mereka yang menganut agama modern, dan sebaliknya mereka yang tidak beragama adalah mereka yang menganut kepercayaan tradisional.

Dunia Tersendiri Suku Wana

9

Belum beragama Tidak mau diperintah Sudah bertahun-tahun ikut membayar pajak buat negara Ikut berpadat karya Terdaftar sebagai penduduk desa Mencecap pendidikan formal biasa Seperti orang Indonesia lainnya Mendapatkan jabatan-jabatan juga Adalah sangat politis sekali Jika agama dijadikan sebagai alasan Untuk tidak mau diperintah masyarakat Wana memandang kebijaksanaan ini Bukanlah strategi untuk pemersatu nasional Melainkan sebagai alat pemecah belah Menuju pertikaian sosial Bagi suku Wana, mereka tetap bersikeras Bahwa mereka adalah manusia-manusia beragama Bahkan mereka pun memberi nama kepada agama mereka Yang dipandang belum merupakan agama atau “agama kafir” Bukan itu saja Warga suku Wana pun mampu menunjukkan elemen-elemen Yang mencerminkan sikap-sikap orang beragama modern Seperti makanan, praktik pemakaman, cara pengobatan Upacara yang berkaitan dengan pertanian, hubungan seksual Lembaga-lembaga agama, hubungan dengan pihak pemerintah Bagi suku Wana Semua elemen ini mencerminkan masalah-masalah agama Jane merasa asyik mendengar Bagaimana Yumi, Kepala Suku Wana Berkisah tentang asal usul leluhur mereka Dunia Tersendiri Suku Wana

10

Yang konon turun dari langit Mereka meyakini, nenek moyang mereka Berasal dari Tundatana Sebuah tempat di wilayah Kajumarangka Suku Wana menjalankan pola hidup Dengan menjaga keharmonisan hubungan Bersama para leluhur mereka Dalam keyakinan suku Wana Yang menjadi unsur penting pertama Dalam hidup mereka adalah tanah Karena tana poga‘a11 diciptakan oleh Pue12 Yang menjadi tempat hidup leluhur pertama mereka Pohon bagi suku Wana berfungsi Sebagai perekat tanah leluhur Karena kaju kele‘i dan kaju paramba‘a13 Adalah kayu yang sengaja ditancapkan Pue Tidak saja untuk melindungi leluhur suku Wana Tapi juga untuk mengikat tana ntautua14 Agar kuat dan terus menyatu Satu hal lagi yang harus dilindungi adalah sungai Pohon-pohon besar, tanah, dan sungai Adalah kesatuan yang saling terkait15 Rumah mereka berbentuk panggung Dengan dinding bambu serta atap daun rotan 11

tana poga‘a (bahasa Taa)= tanah Pue (bahasa Taa) = Tuhan 13 kaju kele‘i , kaju paramba‘a= pohon-pohon besar 14 tana ntautua= tanah leluhur 15 Kesatuan itulah yang oleh Suku Wana kemudian disebut sebagai hutan atau pangale. Jika salah satu unsur pangale tersebut dirusak, keseimbangan kesatuan tersebut akan rusak. Untuk itu, jika manusia ingin kehidupannya di dunia ini terhindar dari bencana, mereka harus mampu menjaga kelestarian pangale-nya. 12

Dunia Tersendiri Suku Wana

11

Mereka mendirikan rumah yang tinggi di atas tanah Sekitar dua sampai lima meter Di bagian tengah rumah ada perapian Jane ternyata bisa nyenyak tidur bersama mereka Mereka sekeluarga tidur dengan Menaruh kaki di dekat perapian Jane ikut mereka berjuang dalam kehidupan Dengan berladang dan berburu Melintasi pepohonan dan semak di hutan Dengan peralatan terbuat dari kayu dan bambu

Nenek moyang suku Wana Berasal dari sekitar Teluk Bone Wana termasuk suku tertua di Sulawesi Diyakini sebagai salah satu suku pertama Menghuni pulau itu Sejak zaman Mezolithicum, 8.000 tahun lalu Suku Wana hidup dalam kelompok-kelompok Kelompok itu disebut Lipu Terdiri dari beberapa keluarga Memiliki hubungan keturunan langsung Mereka hidup berladang dan bersawah Berladang mereka berpindah dalam rotasi Sekian tahun membawa mereka kembali ke lokasi Yang pernah dibuka sebelumnya Hampir tidak ada lagi pembukaan ladang baru Suku Wana sangat tergantung kepada hutan Ada kekayaan alam di dalamnya Kehidupan mereka terancam Dunia Tersendiri Suku Wana

12

Hutan yang mereka diami Dijadikan sebagai wilayah konsesi Kesehatan tidak memadai Pendidikan terabai Rumah-rumah sederhana tanpa sanitasi Tidak ada jamban Sampah pun berserakan Sore itu Jane berjalan keliling hutan Ia berusaha menikmati kesunyian Ia mendapatkan kedamaian hati Sesuatu yang mewah bagi orang kota besar Jane tergagap berbicara Suku Wana bercakap dalam bahasa Taa Jane menyimak bahasa yang diucapkan mereka Bahasa mereka mirip dengan suku Taa Di Kabupaten Banggai dan Tojo Una-Una Mungkinkah mereka kerabat sejak masa lalu? Jane membaca beberapa penelitian Bagaimana suku Wana hadir di wilayah ini Melalui gelombang migrasi Sejak ribuan tahun sebelum masehi Di dekat perapian Jane duduk membaca Versi lain tentang suku Wana Dari struktur fisik, budaya, dan bahasa Suku Wana termasuk rumpun suku Koro Toraja Jalur migrasinya berawal dari muara Antara Kalaena dan Malili Menyusuri Sungai Kalaena dan terus ke utara Melewati barisan Pegunungan Tokolekaju Dan sampai di bagian tenggara pesisir Danau Poso Dunia Tersendiri Suku Wana

13

Tidak merasa cocok di tempat ini Mereka melanjutkan perjalanan ke arah timur laut Menyisir lereng Gunung Kadata menuju dataran Walati Di lembah Masewo Mereka terus bergerak ke arah timur Menyusuri Sungai Kuse melewati hulu Sungai Bau Kemudian mereka terus saja ke arah timur Dan berhenti di hulu Sungai Bongka Di sinilah mereka akhirnya menetap Dan membangun pemukiman Terbentuklah komunitas suku Tau Taa Wana16 Malam-malam yang dingin di hutan Dilewati Jane dengan mendengar kisah Dari para tetua adat suku Wana Mereka meyakini, nenek moyang mereka Dari satu asal, yaitu dari Tundantana Sebuah tempat di wilayah Kaju Marangka Di dalam kawasan Cagar Alam Morowali Tundantana diyakini sebagai tempat manusia pertama Yang dititiskan dari langit Kemudian melahirkan nenek moyang uku Wana Mereka berasal dari seorang perempuan, Ngga Yang diturunkan ke bumi oleh Pue Dan seorang lelaki, Mbakale, yang menitis

16

A.C Kryut, seorang peneliti dari Belanda, dalam artikelnya De To Wana op Oost-Celebes (1930), menyebutkan sebagian imigran tersebut menyebar dan menjadi 4 kelompok suku yang memiliki dialek bahasa yang berbeda, yaitu: 1) Suku Burangas, berasal dari Luwuk dan bermukim di kawasan Lijo, Parangisi, Wumanggabino, Uepakatu, dan Salubiro; 2) Suku Kasiala, berasal dari Tojo Pantai Teluk Tomini dan kemudian bermukim di Manyoe, Sea, sebagian di Wumanggabino, Uepakatu, dan Salubiro; 3) Suku Posangke, berasal dari Poso dan berdiam di kawasan Kajupoli, Toronggo, Opo, Uemasi, Lemo, dan Salubiro; 4) Suku Untunue, mendiami Ue Waju, Kajumarangka, Salubiro, dan Rompi. Kelompok suku ini sampai sekarang masih menutup diri dari pengaruh luar. (Yayasan Sahabat Morowali, 1998).

Dunia Tersendiri Suku Wana

14

Dari sebatang kayu besar, Kaju Paramba‘a Mereka kemudian kawin dan melahirkan dua anak Anak pertama perempuan, Manyamrame Anak kedua laki-laki, Manyangkareo Setelah dewasa Manyamrame dan Manyangkareo pun dikawinkan Dari perkawinan tersebut, lahir tujuh orang anak: Jambalawa, Sansambalawa, Lapabisa, Vuampuangka, Pini, dan Adimaniyu Jane mengikuti warga Wana bercocok tanam Mereka menanam beberapa jenis sayur-sayuran Ada kacang, jagung, dan ubi Mereka berburu babi hutan Atau binatang liar yang mereka temukan di hutan Mereka juga menangkap ikan di sungai

Jane ingat perjalanannya sampai ke suku Wana Boleh dikatakan sebuah petualangan Ia diantar tukang ojek menempuh jalan berliku Menuju ke Desa Kayupoli, desa terluar penduduk Wana Di Cagar Alam Morowali Lalu berjam-jam ia berjalan kaki Baru menemui sebuah rumah Pemilik rumah, Sujuh, menerima dengan ramah Jane santai mengobrol dengan Sujuh Gaya rumah Sujuh terlihat khas suku Wana Namun, saat itu istri Sujuh tak terlihat di rumah Karena sedang memanen padi Suku Wana tidak membedakan

Dunia Tersendiri Suku Wana

15

Derajat lelaki dan perempuan Dalam segala hal kehidupan Namun, perempuan tidak bisa menjadi basoli17 Istirahat sebentar di rumah Sujuh Jane melanjutkan perjalanan melelahkan Perjalanan ke Desa Kayupoli masih jauh Melewati bukit dan padang ilalang Beruntung senja mulai datang menjelang Sehingga Jane tidak terlalu kehabisan energi Akibat sengatan matahari Begitu kaki menginjak jalan setapak Jane merasa sedikit lega Karena medan terberat sudah dilalui Kini ia tinggal menapaki jalan datar Yang membelah ilalang Beberapa tahun silam padang ilalang itu Pernah dijadikan lahan sawah oleh warga Wana Hari pertama di Desa Kayupoli Atau hari kelima dari seluruh perjalanan Jane melihat drama langka Sidang perceraian ala suku Wana Sidang diadakan di rumah seorang warga Dipimpin oleh Jima, sang basoli Neti menggugat cerai Tolodo karena sering dikasari Saksi-saksi dipanggil untuk mencari kebenaran cerita Neti Setelah mendengarkan keterangan para saksi Jima meluluskan permintaan Neti Tapi dengan syarat membayar denda kepada Tolodo

17

Basoli= kepala suku.

Dunia Tersendiri Suku Wana

16

Persidangan pun berakhir dengan damai Kedua belah pihak menerima hasil persidangan Pagi hari penduduk Kayupoli kembali bekerja Kaum lelaki ke ladang, kaum perempuan tinggal di rumah Jane melihat Yumi membuat perangkap tikus di lumbung Perangkap itu hanya untuk mengusir tikus Karena bagi suku Wana hewan pengerat itu Bagian dari ekosistem lingkungan Hari berikutnya Jane mendapat pengalaman baru Ia menyaksikan praktik mamago18 Sejumlah warga Wana yang sakit diobati Oleh walia19 diiringi musik khas setempat Sebelum mulai mengobati walia menari Untuk mencari kekuatan dari Pue Setelah kekuatan datang walia mengusap badan pasien Dan mengisap sumber penyakitnya “Upacara mamago menjadi bukti kuatnya Hubungan suku Wana dengan Sang Pencipta Mereka percaya Tuhan Mereka akan mengucilkan warga suku Wana Jika diketahui tidak memercayai Khalik Suku Wana hidup dalam kelompok-kelompok kecil Dekat dengan lahan perladangan mereka Pemukiman ini terdiri dari 5-15 keluarga inti Biasanya satu sama lain masih ada hubungan kekerabatan Kepemimpinan paling efektif dalam kehidupan sosial mereka Adalah tokoh yang disebut Tautua Lipu

18 19

Mamago adalah upacara pengobatan tradisional. Walia= dukun.

Dunia Tersendiri Suku Wana

17

Seorang lelaki senior berperan sebagai kepala pemukiman Sekaligus sebagai pemimpin tani dan syaman20

Jane menarik retsleting sleeping bag-nya Udara malam di pegunungan begitu dingin Kelam pun menunjukkan kekuasaannya Tak terbayangkan bagi Jane bisa sampai di sini Beberapa hari lalu ia harus berjalan kaki Melintas sungai dan mendaki lereng bukit Menerobos kabut yang menebal di udara Jane menghirup aroma kebun coklat dan kelapa Memasuki hutan dengan vegetasi beragam Gerimis menderai malam itu Kabut belum sepenuhnya hilang Puncak-puncak bukit tertutup awan hitam Jane khawatir hujan semakin deras Yumi bercerita, jika hujan deras Debit air Sungai Salato akan semakin besar Tak ada jembatan di sungai selebar 100 meter itu Bagaimana kita bisa lewat kalau airnya menderas Padahal besok pagi Jane harus ke Lipu-lipu21 Di bukit Pegunungan Tokala Jane mengajar abjad dan angka Kepada beberapa anak-anak di Skola Lipu22

Siang itu Jane mengikuti pertemuan di Lipu Salisarao 20 21

syaman= dukun Lipu adalah unit sosial terkecil masyarakat suku Wana. Sebuah lipu biasanya terdiri dari beberapa rumah yang saling berdekatan.

Dunia Tersendiri Suku Wana

18

Beberapa orang berkumpul di sebuah rumah Mereka sudah duduk melingkar Beberapa botol pongasih23 sudah tersedia Lembaran daun jagung kering berisi sejumput tembakau Mereka sajikan juga Jane ikut berbincang meski terpatah-patah Ternyata ada gunanya juga untuk mencairkan komunikasi Mereka tertawa, merasa ada yang lucu Seorang warga Lipu Salisarao, Belala namanya, mulai bercerita Ia berkisah mengenai hutan Hutan bagi orang Wana sangat vital Karena berkaitan dengan bagaimana mereka hidup Dan melanjutkan kehidupan Bagi mereka hutan adalah tempat hidup dan sumber kesejahteraan “Kami mengambil getah damar dan rotan dari hutan Kami juga membuka hutan dan berkebun,” ujar Belala. Dalam aturan adat ada banyak pengaturan tentang hutan Mereka memiliki ketakutan terhadap kemungkinan Bisa terjadi kesalahan atau melanggar garis ketentuan adat Dalam praktik pembukaan ladang Karena itu mereka memilih melakukannya Secara bersama-sama sebelum lahan siap dibagi 22 skola lipu adalah pendidikan alternatif untuk suku Wana 23 pongasih= minuman tradisional suku Wana

Sebelum kembali ke Amerika siang itu Jane sempat menyaksikan tradisi Momata22 22

Momata adalah prosesi menghilangkan kenangan kepada salah satu kerabat yang meninggal. Selama seminggu waktu berkabung adalah saat sanak keluarga dari berbagai penjuru tempat

Dunia Tersendiri Suku Wana

19

Di wilayah Desa Taronggo, Kecamatan Baturube Suku Wana memang dikenal sebagai peladang berpindah Mereka menggunakan barter sebagai sistem Dalam melakukan transaksi Mereka mempunyai pandangan sederhana Tentang kehidupan dan alam Mereka pun dikenal sebagai penyumpit ulung Warga Wana sangat mengagungkan ayam hutan Bahkan ayam menjadi alat pembayaran kesehatan Jika mereka terpaksa harus ke tenaga medis terdekat Karena tidak memegang uang sebagai alat bayar Lalu sore itu Jane melihat peristiwa langka lagi Di Balai Dusun Fatumarando Dan dilanjutkan dengan pemandian di Sungai Bongka Sekitar 100-an orang warga suku Wana Mengikrarkan dua kalimat syahadat Di Dusun Fatu Marando, Morowali Utara Kegiatan ini disambut gembira masyarakat setempat Semangat warga suku Wana terlihat Saat satu per satu mereka bermunculan dari hutan Sambil menggendong anak mereka masing-masing Dalam rangka menghadiri acara itu Jane pun kali ini benar-benar menangis

datang menghibur kaum keluarga. Setelah itu dilakukan proses menghancurkan rumah tempat tinggal dan mereka pun berpindah tempat tinggal.

Dunia Tersendiri Suku Wana

20

BAMBANG PUJIYARTO, dilahirkan di Semarang, 7 Januari 1979. Menyelesaikan pendidikan formal di SD Pedurungan A-B Semarang, SMP Negeri 9 Semarang, SMA Negeri 11 Semarang, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang. Kini ia bekerja di sebuah perusahaan swasta Semarang. Sebelumnya ia pernah merantau ke Palu, Sulawesi Tengah.

Dunia Tersendiri Suku Wana

Laila Kurniawati Lembahku Merkuri

22

PRAWACANA Puisi esai ini mengisahkan keadaan lingkungan air, darat, dan udara yang membahayakan karena kegiatan pertambangan emas di daerah Poboya yang berada di ketinggian lembah Palu. Kantor Lingkungan Hidup Sulawesi Tengah saat pembahasan Amdal beberapa waktu lalu mencatat bahwa ikan yang terdapat di laut sekitar Kota Palu sudah tercemar merkuri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Tadulako dan beberapa peneliti Jepang ditemukan bahwa ternyata penggunaan merkuri oleh para penambang telah mencemari udara dan laut di Kota Palu. Sudah sangat jauh di atas ambang batas yang disyaratkan oleh WHO. Puisi esai ini ingin mengingatkan tentang bahaya pencemaran merkuri ketika masyarakat tidak peduli lagi terhadap pentingnya memuliakan lingkungan hidup.

Lembahku Merkuri

23

Laila Kurniawati LEMBAHKU MERKURI23

/1/ Lembah Palu24 Itu julukanku sejak tahun 1 berdirinya Kota dengan pemandangan sempurna Begitu kata mereka, juga kataku Lembah Palu Berkeliling gunung mengitari Hamparan tanah berwarna hijau Laut beraneka ragam ikan di tengahnya Indah menyejukkan kami tanpa semu Pegununganku Lebat beragam pepohonan Tempat hidup beragam tanaman Tempat bernaung, tempat lindunganku Lautku Rumah beragam jenis ikan sehat Jagat beragam mahluk laut Rehat pada kecantikan terumbu Pantaiku Tempat mandi dan berenang wargaku

23 24

Merkuri merupakan zat kimia yang membahayakan. Lembah Palu adalah julukan Kota Palu yang sekelilingnya berupa pegunungan.

Lembahku Merkuri

24

Tempat bergulat para pencari nafkah Tempat mencari tenang saat gelisah Itu masih ada Itu masih terjaga Itu masih terasa Itu masih terlihat Itu masih teringat Sepuluh tahun yang lewat /2/ Jika hari ini masih seperti sepuluh tahun lalu Jika semua masih indah seperti itu Jika aku masih bisa memberi semua keindahan itu Jika semua itu bisa kembali tak jadi tergerus Jika manusia tidak membiarkan ini terus-menerus Jika aku ini tidak harus berandai terus Masih ada yang tersimpan untuk penerusmu, wahai manusia Masih ada keindahan yang bisa kaukecap Masih ada kesegaran yang bisa kauhirup Masih ada kejernihan yang bisa kauharap Saat kau dewasa Berikut penerusnya dan seterusnya Menjagaku yang makin ringkih Tubuhku yang makin lemah Darahku bercampur perih Napasku semakin lirih Bertahan menghadapi keserakahan manusia Ya, Tubuhku ringkih karena air perakmu25

25

Sebutan merkuri di antara para penambang Poboya.

Lembahku Merkuri

25

Tubuhku lemah karena air perakmu Napasku tersengal juga karena air perakmu /3/ Sekitar sepuluh tahun yang silam Awal dari hidupku yang kelam Berharap tidak akan tenggelam Bersama semua yang kukandung di alam Harap itu tampak tetap tak terlihat Hari berganti Minggu pun lewat Bulan terlampaui Tahun telah lewat Semua terasa makin berat Sejak saat itu Mereka tertawa bahagia Aku pun tertawa Bahagia melihat bahagia mereka Tapi itu dulu Saat tawaku makin berkurang Tawa mereka tetap girang Aku lalu terdiam Tawa mereka tetap tak lelap Kemudian aku meringis Tawa mereka tetap nyes Hingga aku akhirnya menangis Mereka tak bisa melihatku menangis Yah, saat itu Sejak mereka temukan kukandung logam mulia Mereka terus menjamah senang Mengais-ngais yang terserak di atas Yang tertanam dicungkil dari atas Tidak sampai di situ Lembahku Merkuri

26

Kalian mencekokiku dengan air perakmu Bukan air yang aku butuhkan untuk menyehatkanku Bukan itu! Air perak yang bernilai satu jutaan perkilo26 Yang kaugunakan untuk mengikat emas Yang kemudian dengannya kau masak hingga uap lepas Hingga emas terpisah dari ikatannya Dan kemudian dapat kalian lelang Cukuplah untuk membayar utang Tapi tidaklah untuk membiayai hidupmu Kemudian Apa yang kalian dapatkan Tubuhku telah kalian rusak Tubuhmu telah pula terpapar air perak Tubuh istri-istri pun kalian paparkan Tubuh anak-anak pun kalian paparkan Tubuh mereka yang tak kalian kenal Juga kalian paksa paparkan Tampaklah kerusakan yang kalian buat Bukanlah aku pelakunya Tangan kalian sendirilah yang berulah27 Poboya28 Di sini gunungku tidak lagi hijau Seperti waktu yang lalu Sekitar sepuluh tahun yang lalu 26

Informasi dari salah satu anggota keluarga yang memfasilitasi penambang. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Q.S. Ar Rum 30 (30): 41 28 Nama daerah penambangan yang terdapat di sebelah timur Kota Palu. 27

Lembahku Merkuri

27

Sayang Tak dapat kalian nikmati indahku Botak dan bopeng itulah yang tersisa, Yang Nikmatilah apa yang telah berlaku Tanahku Tak lagi sehat digarap Tak lagi subur ditanam Tak lagi indah kaupandang Lautku Tak lagi ramah menaungi para penghuni laut Tak lagi dapat menjadi tempat mencari nafkah sehat Tak lagi menghasilkan ikan sehat untuk para wargaku Airku Mencemari tubuh mereka Yang dulu berenang bahagia Tidak seperti mereka dahulu kala Airku menyehatkan Akankah semua itu hanya akan menjadi kenangan Akankah semua itu hanya akan menjadi sejarah Bahwa dulu di sini Tempat manusia bercocok tanam Dan menumbuhkan tanaman segar Tempat manusia mengail ikan segar Tempat manusia menghirup udara segar /4/ Wahai penambang Aku tahu kalian membutuhkan isi perutku untuk bertahan hidup Aku mengerti kalian butuh uang untuk membayar utang-utangmu Lembahku Merkuri

28

Aku sadar kalian juga butuh aku untuk penuhi berbagai macam keperluanmu Tapi Kumasih berharap Sadarlah sebelum tanahku makin sakit Sebelum lautku makin beracun Sebelum udaraku pun makin tercemar Sebelum semua semakin hancur Sebelum semua terlalu terlambat Ada cara lain bagimu peroleh pasir emas Cara sehat bagiku dan bagimu Cara bersahabat bagi kita Cara indah untuk semua Tak perlu lagi gunakan air perakmu Jutaan rupiahmu tak perlu lagi keluar untuk racun itu Gunakan untuk yang lebih perlu Mohon hentikan Kalian yang mengancam diri sendiri Kalian sedang mengancam diri kalian dan keluarga kalian Tidak sampai di situ Beserta kalian penduduk kota pun terancam tidak hanya yang sudah hadir di dunia bahkan yang masih dikandung pun terancam ulah kalian empat ratus ribuan warga kota lembah ini29

29

Mengancam kesehatan pekerja dan 400.000 jiwa penduduk kota Palu (http://www.bbc.com/ indonesia/indonesia-42658117).

Lembahku Merkuri

29

Itulah yang sedang terancam hidupnya karena kalian penuhi butuh kalian tanpa berpikir baik atau tidak baik benar atau tidak benar indah atau tidak indah sehat atau tidak sehat “Rezeki haram saja susah di dapat apalagi yang halal”30Apakah ini juga yang terlintas di pikir kalian? Apa ini pulakah yang menjadi moto kalian? Apakah hanya secuil ini tujuan hidup kalian? Apakah ungkapan ini pula yang menjadi pegangan hidup kalian? Apakah sesempit ini pikir kalian akan kekuasaan Sang Mahakuasa? Apakah semiskin ini pikir kalian akan kekayaan Sang Mahakaya? Apakah sebatas ini pikir kalian akan kasih sayang Sang Maha Penyayang? Apakah secuil itu saja pikir kalian yang bisa diberikan Sang Maha Pemberi? Tidakkah kalian tahu Dia menurut prasangka hambanya31? Tidakkah kalian ingin Dia memberikan hanya yang halal dan thoyyib untuk hidup kalian dan hidup para generasi penerus kalian? Tidakkah kalian ingin menjadi kalifah sebenar-benarnya bagi bumi ini? Tidak yakinkah kalian bahwa dia Sang Mahakaya? Tidak yakinkah kalian kalau dia Sang Maha Pemberi? Tidak yakinkah kalian bahwa dia Sang Maha Penyayang? 30 31

Ungkapan yang biasa diucapkan oleh beberapa anggota masyarakat. Hadis Abu Hurairah r.a. ia berkata Rasulullah bersabda, “Allah berfirman: ‘Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepadaKu satu jengkal maka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Lembahku Merkuri

30

Tanda seperti apa yang kalian mau lihat Untuk dapat melihat kekuasaannya? Tidakkah kalian dapat melihat sekeliling kalian lebih dalam? Tidakkah kalian diberi otak untuk dapat berpikir? Tidakkah kalian diberi mata untuk dapat melihat? Tidakkah kalian diberi mata hati untuk dapat memahami? Tidakkah kalian diberi pengecap untuk dapat merasai? Untuk apakah kalian gunakan semua itu, wahai penambang? Untuk apakah kalian manfaatkan semua itu Wahai pencari nafkah? Untuk apakah kalian fungsikan semua itu, wahai khalifah? Apakah udara yang membantu kalian bernapas Ada dengan sendirinya? Apakah pohon-pohon tinggi menjulang Muncul dengan sendirinya? Apakah hewan-hewan berlari-lari ke sana kemari ada begitu saja? Apakah bebukitan dan gunung-gemunung tumbuh dengan sendiri? Perlu bukti apa kalian untuk membuktikan kekuasaan sang Mahakuasa32? Pohon yang tumbuh apakah karena semata-mata kalian tanam? Jika tanpa air, apakah akan tumbuh? Dari langitkah air itu? Siapakah yang menciptakan air? Semata-mata dari awankah yang terbentuk dan kemudian memuntahkan isinya? Lalu siapa yang membuat lingkaran tersebut? Apakah menurut kalian lingkaran itu ada dengan sendirinya?

32

Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.” (QS:Al-Jaatsiyah|ayat 3), Dan di bumi itu terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.” (QS:Adz-Dzaariyat|ayat 20).

Lembahku Merkuri

31

Tidakkah semua yang ada dalam diri kalian dan di luar diri kalian Memberi pengertian tanpa perlu sepatah kata pun Untuk dapat dimengerti? Saat satu jepretan yang kalian ambil dari alam ini dapat mewakili beribu bahkan berjuta kata tanpa perlu kata-kata Pernahkan kalian berpikir Atau kalian tak mau berpikir Atau kalian tak ingin berpikir Atau kalian pikir tak perlu berpikir Jika kalian terus merusakku akankah kalian dapat bertahan Jika kalian terus mencekoki tanahku dengan air perakmu Akankah kalian tetap sehat Jika kalian terus mencampur udaraku dengan uap air perakmu Akankah kalian dapat bernapas segar Jika kalian terus mengalirkan air perakmu ke air tanah dan laut Akankah kalian dapatkan air segar sehat dan beragam makhluk Laut yang mengenyangkan dan sehat? Tidakkah kalian tahu konsekuensi kelakuan kalian? Tidakkah kalian sadar apa yang sedang dan akan kalian hadapi? Masih adakah hati kalian untuk anak cucu kalian? Masih adakah cinta itu untuk penerus kalian Bahkan untuk kera, kucing, kambing, ikan, paus Dan penghuni lain bumi ini Yang juga butuh kesehatan tanah air dan udaraku? Apakah aku harus terus bertanya tanpa mendapatkan jawaban Jangan diam saja! Jawablah! Lakukanlah! Tolong hentikan semua kerusakan ini Aku mohon pada kalian Sepenuh hatiku Hentikan Mohon Lembahku Merkuri

32

/5/ Jumat tanggal dua puluh dua Desember tahun lalu “Tangkap dia!” Ya, tangkap dia yang memiliki 5 kilogram air perak33 Tangkap dia yang berani memilikinya sebanyak itu Tapi cukupkah dia saja yang ditangkap Penjahat kelas duo34 Yang di belakangnya adakah yang kelasnya lebih besar Sebesar roa,35 cakalang,36 atau layar Sehari setelahnya Polda menutup tambang emas di Poboya37 Berharap semua drama ini akan berakhir Agar tidak ada lagi keluhan itu /6/ Cukupkah penutupan sementara itu Sampai kapankah waktu sementara itu berakhir Cukupkah menghilangkan jejak air perak Yang telah meresap lebih dari sepuluh tahun? Yang telah memenuhi angkasa lembah Selama lebih sepuluh tahun? Yang telah meresapi makhluk laut Selama lebih dari sepuluh tahun? Yang telah meresapi tanah Selama lebih dari sepuluh tahun? /7/ 33

Terhadap seseorang atas kepemilikan 5 kilogram bahan kimia berbahaya jenis merkuri di lokasi pertambangan Poboya Palu, sehingga diduga ada penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan pemilik izin pertambangan di Poboya dalam hal ini PT Citra Palu Minerals (CPM). 34 Sejenis ikan teri bergaris-garis hitam putih yang banyak didapatkan di kota Palu. Besarnya hampir sama dengan teri medan. 35 Jenis ikan yang saat itu warga sekitar kota Palu senang membuat sambal dari ikan roa ini yang dinamakan sambal ikan roa. Ikan ini biasanya selebar dua jari dan sepanjang telapak tangan orang dewasa. 36 Nama ikan yang dikenal dengan ikan Tuna. Di Palu, ikan jenis ini dinamakan ikan cakalang. 37 https://sultengterkini.com/2017/12/24/polda-sulteng-tutup-tambang-emas-di-poboya/

Lembahku Merkuri

33

Tambang ini tambang rakyat, kata mereka Kami rakyat berhak mencari hidup di sini Ya, kami yang sebagian besar datang dari provinsi tetangga Kami berhak mengais rejeki pasir kuning di sini Sudah kami bayar palang38 Sudah ada izin kami kantongi “Tutup total tambang Poboya!”39 Cukupkah terdengar suara para aktivis lingkungan40 Yang bukan saja menjaga udara, air, dan darat Tapi juga ratusan ribu warga kota dan penerusnya Agar lembahku kembali bersih Agar lembahku kembali segar Agar lembahku kembali tersenyum Seperti dahulu kala Cukuplah ini sampai di sini saja Cukup

38

Bayar palang adalah sebutan para penambang yang membayar pajak kepada pemerintah untuk melakukan kegiatan tambang. 39 Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi akhirnya bertindak tegas dengan menutup aktivitas tambang emas di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sabtu (23/12/2017). Penutupan tambang Poboya disertai dengan penghentian aktivitas penambangan emas di kawasan itu dilakukan Kapolda Rudy Sufahriadi didampingi Direktur Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) AKBP Arief Agus Marwan, Kasat Brimob Kombes Polisi Guruh Arif Darmawan, dan Kapolres Palu AKBP Mujianto. (https://sultengterkini.com). 40 Tuntutan penutupan total tambang oleh aktivis lingkungan (http://www.bbc.com/indonesia/ indonesia-42658117).

Lembahku Merkuri

34

LAILA KURNIAWATY, dilahirkan di Palu, Sulawesi Tengah, 6 Oktober 1979.Pendidikan Bahasa Inggris FKIP di Universitas Tadulako, Palu, Ma’had Tahfizul Quran Al Irsyad Al Islamiyah di Pekalongan, S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak di Yogya mulai menggeluti dunia kepenulisan hingga saat ini. Beragam jenis dan materi tulisannya dibagikan di dua lamannya: https://ragambelajar.wordpress.com dan https://lailaexplorer.wordpress.com, termasuk video dan foto hasil jepretannya di channel YouTube: Laila Explorer dan Instagram: lailaexplorer

Lembahku Merkuri

Novi Puspitasari Nyanyian Duka dari Tanjung Sari PRAWACANA Ribuan warga Tanjung Sari, Kelurahan Keraton, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah menjadi korban penggusuran yang terjadi pada tanggal 3-6 Mei 2017. Penggusuran itu merupakan perintah Pengadilan Negeri Luwuk. Mereka menilai, penggusuran yang dilakukan itu ilegal. Pasalnya, walaupun belum ada petunjuk Ketua Mahkamah Agung, namun rumah warga yang berada pada lahan objek eksekusi telah rata dengan tanah. Bahkan dari 6 hektar tanah berubah menjadi 7,5 hektar. Kemudian pada awal 2018, warga dan petani kembali dihadapkan dengan rencana penggusuran lanjutan yang akan mengancam tanah pertanian mereka. Sertifikat kepemilikan yang dimiliki warga bahkan tidak diakui, karena masih dianggap dalam sengketa hukum, padahal telah terjadi kesepakatan jual beli di antara pihak-pihak terkait. Petugas pemerintah daerah setempat dan aparat menggusur rumah-rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali warga dan petani menggunakan alat berat. Warga korban penggusuran paksa pun menuntut keadilan kepada pemerintah daerah dan pusat atas penderitaan yang mereka

36

alami. Puisi esai ini mencoba mengisahkan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan lahan yang mereka tinggali.

Novi Puspitasari NYANYIAN DUKA DARI TANJUNG SARI Entah sudah berapa bulan ribuan warga Tanjung Sari41 bertahan di bekas rumah mereka bangunan mereka telah rata tinggal puing-puing tinggal ranting-ranting Kenangan tercecer di antara debu Ada senyuman Ada canda Ada tangis Gerimis melarutkan semua Rumah dan bangunan yang telah mereka tempati berpuluh-puluh tahun telah rata dengan tanah Telah rata Tak ada sisa Penggusuran Pengadilan Negeri Luwuk Sepihak tanpa keadilan

41

Kampung Tanjungsari masuk wilayah Kelurahan Keraton Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

37

dikawal aparat Kepolisian, TNI, dan Satpol PP42 Ya, tuduhan penggusuran secara sepihak memang bukan tanpa alasan Betalino, lelaki tua, salah seorang korban melihat telah banyak terjadi pelanggaran administratif dan hak asasi manusia termasuk hak atas tanah Manusia dianggap sia-sia Kehadiran yang tak ada Bukankah penggusuran paksa Tanjung Sari perebutan hak kuasa atas tanah yang telah banyak menempuh proses persidangan? Bukankah proses ini juga telah sampai di tingkat Mahkamah Agung? Tidak ada keputusan yang lugas tidak ada keputusan yang tegas perintah eksekusi atas tanah perkara!

Pada mulanya sengketa ini berawal pada 1977 Adalah keluarga Salim Albakar menggugat keluarga Datu Adam klaim atas tanah seluas 38,984 M²43Ketika itu warga dari luar 42

Penggusuran ini berawal dari klaim oleh keluarga Salim Albakar yang mengaku sebagai ahli waris dari tanah tersebut. Akibat penggusuran tersebut, sedikitnya dua ratusan unit rumah warga dan 343 KK yang terdiri dari 1.411 jiwa telah menjadi korban dari penggusuran sepihak tersebut. 43 Proses gugatan ini diproses di PN Luwuk dengan keluarnya putusan No. 22/PN/1977 tanggal 12 Oktober 1977 yang memutuskan perkara tersebut dimenangkan oleh pihak keluarga Datu

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

38

mulai melakukan garapan mendirikan pemukiman di lahan yang disengketakan kedua belah pihak Awalnya proses jual beli Awalnya teman sehati Keluarga Salim Albakar dan keluarga Datu Adam Kedua pihak bersengketa Datu Adam memenangkannya Tanah itu menjadi hak milik Diterbitkanlah sertifikat Datu Adam memilikinya Datu Adam memegangnya Sertifikat Hak Milik Bertahun sudah Salim Bakar tiada Tahun 1996 ahli warisnya menggugat tanah Datu Adam Itu berawal dari sengketa tanah Hadin Lanusu dengan Husen Taferokillah saudara dari saudara Datu Adam yang tidak merasakan awal mulanya Hanya hak yang diperhitungkan Hanya harta yang diinginkan Ketika itu ahli waris Salim Albakar mencoba mengintervensi sengketa antara kedua pihak itu Adam. Setahun setelahnya, pihak ahliwaris dari keluarga Salim Albakar mengajukan banding ke pengadilan tinggi yang waktu itu masih bertempat di Manado atas putusan tersebut. Melalui putusan No. 113/PT/1978 tanggal 18 Oktober 1978 pihak PT memutuskan bahwa perkara tetap dimenangkan oleh pihak keluarga Datu Adam. Tidak puas dengan putusan pengadilan Tinggi, pihak keluarga Salim Albakar melanjutkan kasasi ke Mahkamah Agung pada tahun 1981. Dalam putusannya No. 2031/K/SIP/1980 tanggal 16 Desember 198I, MA menolak kasasi dari pihak keluarga Salim Albakar dan memenangkan pihak dari keluarga Datu Adam.

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

39

melalui proses persidangan Ahli waris Salim Albakar memenangkan intervensi gugatan44 Saat itu tidak disebutkan jumlah luasan yang dimenangkan ahli waris Salim Albakar oleh Mahkamah Agung Beberapa tahun kemudian Sekitar tahun 2006 ahli waris Salim Albakar mengajukan permohonan eksekusi atas tanah sengketa yang mereka menangkan Hakim yang agung Hakim yang memutuskan Hakim yang meneliti Hakim yang memeriksa Pengadilan Negeri Luwuk menolak Sepuluh tahun kemudian Tahun 2016, keanehan terjadi Pengadilan Negeri Luwuk mengabulkan permohonan ahli waris Namun proses eksekusi sempat tertunda karena Pemda dan Polres Banggai belum menyetujui eksekusi sebab objek yang dimohonkan untuk dieksekusi tak sesuai dengan objek perkara yang dimenangkan Terjadilah peristiwa memilukan itu pada 13-16 Mei 2017, PN Luwuk melakukan eksekusi di atas lahan seluas ± 9 hektar dengan dikawal

44

Melalui putusan Mahkamah Agung RI No. 2351.K/Pdt/1997

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

40

aparat sehingga menggusur warga yang lama bermukim di sana

Betalino pun tercengang dari semua proses yang berlangsung ia mencatat beberapa pelanggaran alam proses hukum dan administrasi mengapa Ketua PN Luwuk mengesampingkan putusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung? sungguh melukai rasa keadilan apakah mungkin salah penafsiran permohonan ahli waris Salim Albakar dikabulkan proses eksekusi di atas objek perkara dilaksanakan objek sengketa dalam perkara berbeda akibatnya digusur dua ratusan unit rumah warga Beribu jiwa dikorbankan Beribu jiwa diabaikan Kepemilikan sertifikat pun diabaikan Keadilan seperti apa Keadilan yang bagaimana Proses itu terus berlanjut Penduduk korban memprotes Mereka melakukan proses pengurusan45 45

Atas dasar fakta-fakta di atas, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Front Masyarakat Tanjung Bersatu (FMTB), dan Front Penyelamat Kedaulatan Rakyat (FPKR) menuntut kepada Komisi Yudisial untuk memeriksa dan menindak hakim yang telah menyalahi aturan dengan mengeluarkan putusan sebagai dasar penggusuran. Komnas HAM agar segera mengusut dugaan tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Pemkab dan Polres Banggai sebelum, selama, dan sesudah penggusuran. Polda Sulteng agar segera mengintruksikan kepada Polres Banggai untuk memberikan jaminan keamanan kepada warga gusuran Tanjung Sari dari intimidasi dan teror yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

41

Anak-anak sekolah terancam putus sekolah Sekolah digusur Cita-cita mereka terkubur Tak dapat melanjutkan pendidikan mereka akan ke mana mereka akan seperti apa mereka ikut membantu orang tua mengumpulkan sisa reruntuhan untuk kembali membangun rumah mereka46 relokasi yang disediakan tak mampu mengganti kehidupan yang pernah mereka rasakan yang pernah mereka lakukan Pemkab Banggai telah menyediakan Lahan seluas lima hektare di bagian pegunungan Di Desa Bungan Kecamatan Luwuk Timur jauh dari akses pendidikan Jarak tempat relokasi begitu sunyi sepi Jauh dari pemukiman penduduk kurang lebih lima kilometer Pemerintah hanya menyediakan lahan permukiman tidak disertai fasilitas rumah pengganti Apalagi air untuk mandi Air untuk minum Air untuk segalanya

orang-orang suruhan pihak ahli waris Salim Albakar. Kementrian ATR/BPN mengintruksikan kepada Kanwil dan Kantah BPN di Sulawesi Tengah untuk segara melaksanakan gelar perkara status hak atas tanah warga Tanjung Sari. (www.ylbhi.or.id). 46 Media Alkhairaat, 19 Mei 2017.

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

42

Adalah Batia Sisilia Hajar dari Banggai meminta anggota DPRD mengkaji fakta Atas hukum kasus penggusuran itu ada permainan yang merugikan masyarakat lebih seribu warga korban penggusuran paksa menuntut keadilan kepada pemerintah daerah dan pusat atas penderitaan yang mereka alami Betalino salah seorang korban tetap bertahan di lokasi penggusuran Pemerintah telah keliru melakukan eksekusi terhadap permukiman warga Mengapa yang digusur seluruh bangunan47 Tondok Toraya iamo tondok mala’bi melo tampana maballo garagana natikui buntu sia narande Lombok Tondok manaman tae’ tongan susinna Tondok soraya tondok kadadianku iamo tondo kunii ditibussanan Tondok nanai torro indo’Ambe’ku Sisola mintu’ siulu’ sia sangbara’ku Moi angku male lako pandangna tau Inang la tongtong laku pa lan penangku Moi bulawan dio pandangna tau 47

Kepolisian Resor Banggai mengeluarkan imbauan nomor 579/ IV/ 2017 tentang masyarakat bermukim di objek eksekusi untuk meninggalkan tempat. Imbauan yang ditandatangani Kapolres Banggai AKBP Benni Baehaki Rustandi tanggal 21 April 2017 itu terdapat tiga poin, salah satunya meminta masyarakat meninggalkan tempat eksekusi tanggal 10-16 Mei 2017.

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

43

Inang tang pada Tondok kadadianta48 Di tengah kedukaan itu Betalino pun mencoba bersenandung entah kepada siapa ia mengadu para oknum itu bikin tafsiran seenaknya sendiri dan rakyat kecil terpaksa menjadi korban Betalino pun bersenandung lagi dengan suara pedih suara rakyat kecil yang kalah suara orang lemah terpinggirkan karena melawan kekuasaan Ya, mengapa oknum aparat selalu di depan melindungi orang berduit padahal presiden sudah menyampaikan saatnya mengabdi kepada masyarakat kecil49 Masih membekas di benak Betalino saat ia ingin menyampaikan aspirasi terkait sengketa lahan yang mereka hadapi ia malah mengalami tindakan kriminalisasi oleh aparat penegak hukum Betalino, salah seorang dari ratusan massa aksi yang melakukan unjuk rasa di depan kantor Bupati Banggai ia ditangkap saat berlangsungnya aksi unjuk rasa

48 49

Lirik lagu daerah Sulawaesi Tengah. Komitmen Presiden Joko Widodo terhadap pemberantasan korupsi dan pengabdian kepada rakyat kecil tidak pernah surut satu jengkal pun. Hal itu berulang kali disampaikan Jokowi dalam sejumlah pidatonya. (https://tirto.id, https://news.okezone.com, dan https://nasional. kompas.com).

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

44

Betalino ingat bagaimana unjuk rasa yang digalang warga ini awalnya berjalan normal namun berubah setelah massa aksi kecewa karena tak kunjung ditemui oleh bupati Kejadian itu tentu sangat disayangkan warga padahal tujuan dari unjuk rasa ini ingin bertemu sang bupati guna menyampaikan aspirasi mereka Massa ingin menyampaikan protes terhadap eksekusi yang dilakukan beberapa waktu lalu mereka menilai tindakan eksekusi itu merupakan pengabaian hak hidup Tindakan penggusuran itu memang patut dikecam Betalino menganggap tidak sesuai prosedur dan melanggar putusan hukum Ia juga menyayangkan aksi penggusuran yang berujung kriminalisasi terhadap dirinya dan beberapa orang warga Betalino ingin seluruh hak korban gusuran segera dikembalikan oleh pemerintah sesuai apa diinginkan warga Betalino ingin memastikan hak-hak mereka terpenuhi termasuk mengobati trauma korban penggusuran yang sampai sekarang belum kondusif

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

45

Betalino gembira ketika ada Eva Bande50 membantu masyarakat Tanjung Sari ikut serta dalam advokasi bagi para korban eksekusi Betalino seakan mendapat kekuatan baru tenaga baru, darah baru setelah Eva Bande siap bersama-sama mengadvokasi warga Tanjung Sari Ya, Eva Bande turun gunung! Betalino bukan asli Tanjung Sari ia dituakan masyarakat setempat ia menjabat Ketua RW ia sangat memahami asal-usul lahan yang ada Di lahan yang terkena eksekusi ini dulu ada sebuah benteng pertahanan yang dibuat sekitar era 1600-an

50

Eva Susanti Bande, seorang ibu dengan tiga anak. Perempuan yang lahir di Luwuk, Sulawesi Tengah, 37 tahun lalu ini adalah seorang aktivis Hak Asasi Manusia serta Koordinator Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS) Sulawesi Tengah. Ia juga salah satu pendiri organisasi perempuan pertama di Kabupaten Poso pascakonflik tahun 2002-2003 yang bertujuan untuk membela perjuangan hak-hak kaum perempuan, khususnya perempuan korban kekerasan di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. Perempuan bernama lengkap Eva Susanti Hanafi Bande ini sempat menarik perhatian masyarakat kala dirinya mendapatkan grasi dari Presiden Joko Widodo pada tanggal 19 Desember 2014 lalu. Eva bebas setelah ditahan hampir satu tahun. EvaBande mengatakan bahwa dia tidak akan tobat dalam memperjuangkan hak-hak para petani untuk mendapatkan kembali lahannya dari tangan korporasi besar. (http://www.greeners.co).

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

46

ia merupakan cikal bakal dari status penguasaan hingga kemudian menjadi sebuah kepemilikan “Kota Mosanda51 adalah nama benteng itu,” ujar Betalino Namun, kerakusan manusia membuat lupa asal-usul padahal bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat52 Betalino pun sering bertanya di dalam hati “Lalu siapa pemilik bumi, air ruang angkasa dan kekayaan alam itu?” Adalah bangsa Indonesia atau disebut dengan milik bangsa! Penggusuran dengan paksa dengan memamerkan kekuasaan dan kekuatan karena itu bukan saja bukan solusi apalagi yang adil tetapi ia juga tidak diperlukan lagi dalam keadaan kita sekarang Siapa pun orangnya tentu tak ingin mengalami penggusuran paksa namun kini Betalino mendapat pengalaman itu Padahal penggusuran paksa itu memiliki akibat sangat luas: orang jadi tunawisma hilangnya rasa aman terisolasi dari komunitas dan keluarga hilangnya hak untuk jaminan sosial hilangnya hak atas identitas 51

Bukti awal penguasaan Tanjung sari berdasarkan jejak benteng Kota Mosanda. (http:// transsulawesi.com).

52 Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (Pasal 33 UUD 1945).

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

47

hilangnya hak untuk akses kesehatan hilangnya hak anak untuk pendidikan karena mahalnya biaya pindah rumah kerugian ekonomi dan materi kerugian psikologi berupa trauma mendalam bahkan dalam beberapa kasus menyebabkan hilangnya nyawa orang53 Tak pernah terbayangkan oleh Betalino suasana desa Tanjung Sari yang amat tenang sepi dan sunyi dengan udaranya nan segar kini harus terkoyak oleh konflik konflik agraria yang makin tajam NOVI PUSPITASARI, kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 14 November 1976. Pendidikan SDN Tlahab Gemuh Kendal, SMPN Patebon, SMA PGRI Kendal, dan Fakultas Psikologi Universitas Darul Ulum Jombang, Jawa Timur. Kini mengajar di SMA Negeri 1 Tojo di Uekuli, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Mulai belajar menulis sejak menjadi mahasiswa dan diterbitkan di sejumlah media massa Surabaya dan Semarang.

53 Memang hal yang wajar jika penggusuran paksa dianggap sebagai pelanggaran berat

terhadap hak asasi manusia karena di dalam hak atas perumahan terhadap berbagai hak lain yang terkait, sehingga harkat dan martabat sebagai seorang manusia dapat hilang dengan penggusuran paksa. Meskipun demikian di Indonesia penggusuran paksa belum dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia. Hal tersebut karena Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada Pasal 7 hanya mengategorikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat berupa kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Nyanyian Duka dari Tanjung Sari

Prima Novita Indriani Merajut Kebinekaan di Poso

49

PRAWACANA TAHUN 1998 merupakan tahun awal konflik di Poso, Sulawesi Tengah, konflik yang mencapai pada titik puncak tahun 2000. Konflik yang bermula ditengarai pada aspek agama-etnis ini kemudian bergejolak pada konflik politik, ekonomi. Perebutan akan kekuasaan yang menjadikan konflik di Poso ini terus berlanjut tanpa menemukan titik terang. Rendahnya moral serta norma yang dimiliki masyarakat membuat konflik ini semakin agresif meluluhlantakkan seluruh fasilitas umum, bahkan menimbulkan korban sampai ratusan jiwa. Perebutan kekuasaan hingga penguasaan wilayah yang dilakukan oleh berbagai pihak semakin menambah arus berjalannya konflik Poso ini. Konflik di Poso berulang sampai beberapa kali. Fase pertama termasuk singkat dan terbatas pada beberapa lingkungan di Kota Poso, meskipun iring-iringan truk yang mengangkut kelompok tertentu dari daerah lain bergabung dalam keributan. Setelah lebih dari satu tahun masa tenang, rangkaian peristiwa politik dan hukum pada bulan April 2000 menimbulkan ketegangan. Fase kedua berlanjut di sepanjang garis pertempuran yang sama dengan fase pertama. Baru tiga minggu sejak fase kedua selesai, fase ketiga — yang menurut beberapa pengamat merupakan yang terbesar dan terparah, dimulai. Periode ini didominasi oleh gelombang serangan balasan oleh kelompok merah Kristen terhadap warga Muslim. Di samping bentrokan langsung dengan kelompok putih Islam, ada juga penculikan dan pembunuhan orang-orang yang tidak berkepentingan. Puisi esai ini mencoba merekam kasus kerusuhan di Poso tersebut, yang semoga tidak terulang lagi.

Prima Novita Indriani Merajut Kebinekaan di Poso

50

MERAJUT KEBINEKAAN DI POSO Rampalino masih asyik mengunyah inuyu54 ketika matahari mulai bergeser ke barat kakinya bermain pasir putih di tepi Danau Poso55 dikelilingi perbukitan dan hutan Udara terasa begitu sejuk cahaya matahari terpantul di perairan jernih bening hijau warna air di tepian biru laut di bagian tengah Rampalino suka pesona alam tropis dengan matahari cerah sepanjang hari Poso nan indah dan menawan eksotisme yang permai Rampalino menatap lanskap di tepi danau keindahan alam yang penuh pesona Pinggirannya berpasir putih keemasan airnya yang jernih berombak seperti laut Ketika menyebut Poso yang terlintas dalam pikiran Rampalino seorang guru sederhana di sebuah sekolah dasar56 54 Lebih dikenal dengan nasi bambu. Ia adalah makanan yang khas dari Poso, terbuat dari beras pulut

yang dimasak dengan santan kemudian masukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang. Setelah itu dibakar sampai matang. Inuyu atau nasi bambu ini sering dijumpai pada saat panen raya atau padungku dan pada saat hari raya. 55 Danau Poso memiliki panjang sekitar 32 km dan lebar sekitar 16 km. Pantainya terbentang sekitar 127 km mengelilingi perairan danau ini. Dengan titik terdalam sekitar 510 meter dan kedalaman rata-rata sekitar 195 meter, Danau Poso juga terhitung sebagai salah satu danau paling dalam di Indonesia. 56 Pekerjaan Rampalino (bukan nama sebenarnya) adalah seorang guru sekolah dasar di wilayah Kecamatan Bolano Lambunu, Kabupaten Parigi Moutong. Kenangan dan catatannya tentang konflik Poso membuat ia menjadi kritis terhadap berbagai masalah sosial dan pendidikan.

Merajut Kebinekaan di Poso

51

pertama kali adalah memori konflik Ya, konflik antarkomunitas kekerasan, pembantaian, dan peristiwa berdarah mencekam seakan memang sudah melekat dalam bayangan Rampalino menyukai panorama alam Poso mengapa harus ternodai hawa nafsu manusia yang haus akan darah tega menjadikan saudara sendiri sebagai mangsa Apakah kerusuhan Poso dipicu oleh sentimen keagamaan sebagai satu-satunya faktor seperti diklaim berbagai kalangan ataukah ada faktor lain melanggengkan? Rampalino hanya bisa bertanya di dalam hati mencoba menganalisis konflik Poso yang terlupa padahal kasus itu melibatkan banyak pihak yang harus bertanggung jawab Apakah konflik Poso dilatarbelakangi kecemburuan Apakah konflik Poso diawali kesenjangan sosial Antara penduduk asli dan pendatang? Apakah isu sentimen agama sengaja diembuskan oleh oknum-oknum yang berkonflik?57 Pertanyaan-pertanyaan Rampalino hanya menggema di perbukitan

57

Secara kultural masyarakat Poso yang menggunakan bahasa Bare’e dalam komunikasi, mengikat kekerabatan mereka dengan semboyan sintuwu maroso (persatuan yang kuat). Jadi, sangat kontradiksi dengan semboyan mereka apabila masyarakat di Poso bisa berseteru sengit.

Merajut Kebinekaan di Poso

52

Konflik bernuansa etnis atau kedaerahan dan agama memang meningkat era reformasi sejak 1998 merupakan akumulasi dari ketidakadilan dalam proses politik dan distribusi pada masa Orde Baru Banyak daerah yang tidak menikmati hasil pembangunan rakyat karena sistem sentralistik padahal NKRI harga mati Rampalino merasakan sendiri masyarakat mudah terprovokasi isu-isu tak terpahami yang memiliki kepentingan dari keberlangsungan konflik bernuansa etnis dan agama isu itu dijadikan senjata untuk menyulut bara konflik yang menggema menyentuh lubuk sanubari anak bangsa menjadi sentimental hingga mudah terpancing58 Rampalino ingat masa kecilnya di sawah Tanah pertanian menghijau subur hutan dengan vegetasi kayu-kayuan fauna yang hidup secara endemik serta tambang mineral di kawasan pegunungan Rampalino pernah membaca sejarah Kota Poso memiliki latar belakang peradaban

58

Memang, dibandingkan dengan kawasan Indonesia Barat, konflik di Indonesia Timur jauh lebih sering karena kawasan Indonesia Timur terdiri dari 547 suku, sedangkan Indonesia bagian Barat sebanyak 109 suku.

Merajut Kebinekaan di Poso

53

yang bisa dilacak lewat warisan peninggalan kebudayaan yang menggambarkan megalit keagungan Konflik Poso yang muncul di permukaan lebih terlihat mengandung isu SARA59 konflik terus terjadi dan bertujuan mengadu domba antarumat beragama Pada awalnya konflik Poso Berdasar kesenjangan politik pemerintahan dipicu pergeseran tampuk kepala daerah ditengarai kesenjangan sosial ekonomi Pergeseran kepemimpinan menyulut konflik etnis lokal ke etnis pendatang Masa depan keamanan di Poso sangat bergantung pada kemauan pemerintah Penyelesaian masalah tidak bertumpu pada pendekatan keamanan saja Pemerintah harus menghentikan solusi primitif penyelesaian kasus Poso dengan pengerahan pasukan bersenjata

59

SARA singkatan dari suku, agama, ras, dan antarkelompok. Kerusuhan Poso (bahasa Inggris: Poso riots) atau konflik komunal Poso (bahasa Inggris: Poso communal conflict), adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Peristiwa ini melibatkan kelompok islam dan Kristen. Kerusuhan ini umumnya terbagi menjadi beberapa fase. Fase pertama berlangsung pada bulan Desember 1998, kemudian berlanjut pada bulan April 2000, dan yang terbesar terjadi pada bulan Mei hingga Juni 2000. Pada malam Natal tanggal 24 Desember 1998, yang secara kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadan, seorang pemuda yang berasal dari kelurahan mayoritas Protestan di Lombogia bernama Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang pemuda muslim dari kelurahan Kayamanya. Informasi yang beredar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri ke masjid setelah ditikam. Sedangkan versi muslim menggambarkannya sebagai serangan terhadap seorang pemuda muslim yang tertidur di halaman masjid, dan dalam beberapa versi menyebutkan bahwa korban sedang salat atau bahkan menjadi imam. Para tokoh dan pemuka agama dari kedua belah pihak kemudian bertemu, dan menyepakati bahwa alkohol-lah yang merupakan sumber masalah dan setuju untuk melarangnya selama bulan Ramadan. Polres Poso berikutnya mulai menyita ribuan minuman keras untuk kemudian dihancurkan.

Merajut Kebinekaan di Poso

54

Ya, selesaikan kasus-kasus kekerasan Poso secara menyeluruh, tidak per kasus!60 Rampalino prihatin ketika Deklarasi Malino serasa sia-sia saja Meskipun deklarasi bukanlah lampu Aladin yang sanggup menyulap Poso dalam damai Poso yang lepas dari teror dan kekerasan Poso yang tenteram tanpa kegaduhan Konflik Poso sungguh mengerikan61 Rampalino melihat banyak rumah terbakar karena terjadi pembumihangusan mayat-mayat bergelimpangan darah berceceran di mana-mana Setiap detik warga saling bertikai Aksi teror bom memburu waktu senjata otomatis menjamur di kalangan sipil Apakah persoalan di Poso begitu misterius sehingga kekerasan demi kekerasan tidak teratasi? Rampalino ingat bagaimana temannya pernah menulis soal merebaknya ketidakadilan lokal berpangkal pada kebijakan pemerintahan pusat yang sentralistik dan diskriminatif Konflik Poso semata bukan antarkomunitas Ia akumulasi kekerasan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat aparat keamanan, birokrasi sipil, politisi, dan pengusaha 60

Kasus Tibo merupakan contoh pemerintah memistifikasi Tibo dan kawan-kawan seolah-olah sebagai faktor penting dalam kekerasan. Padahal tidak hanya mereka yang harus bertanggung jawab atas terjadinya konflik Poso. 61 Eddy M. T. Sianturi, S.Si. Konflik Poso dan Resolusinya. Puslitbang Strahan Balitbang Dephan.

Merajut Kebinekaan di Poso

55

Setelah Deklarasi Malino banyak pihak yang berpikir keras mengupayakan penyelesaian konflik Poso Masalah yang sewaktu-waktu menjadi bom waktu kalau perdamaian hanya pada tataran konsep Banyak bermunculan keluhan dari warga adanya diskriminasi penanganan konflik Poso Ketidakpuasan masyarakat terhadap proses hukum di negeri ini tumpul ke atas tajam ke bawah berpotensi menyulut konflik lagi! Rampalino heran, mengapa pemerintah mengabaikan aspek sosial dan ekonomi? Pendekatan stabilitas dan keamanan jadi taruhan Banyak dari mereka yang tinggal di pengungsian kehilangan rasa aman hak milik para pengungsi jatuh kepada pihak lain mereka pun bisa tersulut emosinya alokasi dana bantuan dikorupsi aparat birokrat Mekanisme jual beli maupun pemanfaatan hasil pertanian tidak dinikmati sepenuhnya oleh petani Konflik juga menyebabkan perekonomian lumpuh Pengangguran pun merajalela Penyelesaian masalah korupsi Tak kunjung usai Berlarutlarut Rampalino ingat Merajut Kebinekaan di Poso

56

bagaimana korupsi dana bantuan pengungsi tanpa tersentuh hukum Korupsi melibatkan dan mendapat proteksi politik para pejabat Alangkah jahatnya, betapa menyedihkan ada orang menjadikan saudara sebagai tumbal untuk kepentingan mereka sendiri Mereka lebih mementingkan kekuasaan politik Mereka gembira ria di atas timbunan darah orang-orang yang tak berdosa Entah di mana hati nurani mereka mungkin mati tergencet hawa nafsu Rampalino pernah membaca David Bloomfield dan Ben Reilly62melakukan penelitian atas berbagai konflik horisontal yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga Buku yang dipinjam temannya tak kembali Ada dua elemen kuat yang menjadi pemicu konflik berkepanjangan elemen identitas dan elemen distribusi memobilisasi orang dalam Kelompok-kelompok identitas komunal yang didasarkan atas ras, agama, kultur, dan bahasa Sedangkan elemen distribusi merupakan cara untuk membagi sumber daya ekonomi, sosial, dan politik Konflik yang terjadi di Poso berakar dari distribusi ekonomi, sosial, dan politik

62

David Bloomfielddan Ben Reilly. 2000. Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan Negosiator. Jakarta: International Idea.

Merajut Kebinekaan di Poso

57

yang tidak adil berkenaan dengan perbedaan identitas terjadi gesekan-gesekan sosial sungguh memprihatinkan ia cukup representatif menyulut konflik yang masif dan berkepanjangan apakah ada kesengajaan memperpanjang konflik dari berbagai pihak yang tidak setuju reformasi? Mereka menyebarkan informasi Mereka memengaruhi opini publik Mereka sengaja menciptakan konflik Mereka di mana-mana Mereka memprovokasi rakyat Masyarakat dibenturkan pada isu etnis dan agama Itu sangat sensitif dan mudah menyulut konflik kebanyakan dipicu persoalan sepele yang bersifat personal lalu berubah menjadi komunal Saling menonjolkan identitas pembeda berdasarkan batas wilayah Mengapa tak menggunakan pendekatan adat di mana proses kesepakatan damai diikuti? Perundingan lebih elegan dengan penetapan sanksi adat yang akan diterapkan kepada pihak pelanggar kesepakatan! Konflik merupakan indikator lemahnya pembinaan, pengawasan, dan penanaman nilai-nilai persaudaraan Lemahnya generasi muda Merajut Kebinekaan di Poso

58

Lemahnya nilai-nilai kegotongroyongan Lemahnya nilai-nilai persatuan Konflik yang terjadi sering dipicu oleh tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial seperti mabuk-mabukan seperti geng motor seperti tawuran Pemicu terjadinya konflik sosial seperti sengketa lahan seperti sengketa tapal batas ada ketidakpuasan pada penegakan hukum beredarnya pesan-pesan provokatif dendam konflik lama Sangat memprihatinkan Sangat mengenaskan Rakyat membuat senjata Rakyat membuat perisai alat-alat kekerasan senjata tradisional panah, dum-dum, busur, samurai, tombak, dan parang bom dan senjata api rakitan sebagian besar pemicu dan elemen masyarakat yang terlibat konflik berasal dari generasi muda mereka beranggapan ada nilai plus dari lingkungan kalau mereka terlibat dalam konflik

Merajut Kebinekaan di Poso

59

Nilai plus nilai jago sebagai anak berani dan membela daerahnya Penyebab latennya konflik Poso adalah politisasi memori kolektif tentang konflik Memori warga di masing-masing kampung merekam kembali pengalaman masa lalu peristiwa yang menjadi awal penyebab Pengalaman sulit dilupakan Selain pengingatan juga terjadi pelupaan bahwa warga kampung tersebut terikat dalam satu hubungan kekerabatan berasal dari nenek moyang yang sama nenek moyang yang meminum air yang sama mengunyah tanah yang sama Memori ini terus diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi setiap terjadi persoalan di antara kampung peristiwa lama kembali diingat-ingat Konflik semakin berlarut-larut dan mudah disulut kembali Anjuran perdamaian menggema dari para tokoh masyarakat Luka lama masih tampak akibat peristiwa masa lalu masyarakat sesungguhnya lelah karena pertikaian itu cukup lama Benarkah setiap individu yang lahir memiliki potensi untuk berkonflik? Bukankah konflik diartikan Merajut Kebinekaan di Poso

60

sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dan saling bertengkar? Bukankah mereka saling berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya?63 Padahal akibat seringnya terjadi kerawanan para investor mempertimbangkan kembali rencana mereka Alhamdulillah, kini suasana Poso mulai kondusif bahkan suasana kehidupan yang damai aman dan harmonis mulai terlihat Petugas keamanan kini bergandeng tangan bersama masyarakat menciptakan suasana akrab dan damai masyarakat harus dilibatkan untuk pencegahan terjadinya konflik sosial Pendidikan damai dan harmoni harus tetap dipromosikan lewat lembaga pendidikan formal Pemerintah, LSM, dan masyarakat sebagai pemangku kepentingan pendidikan harus berkolaborasi untuk mewujudkan ini

63 Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C’ Gerritz, yaitu

tentang Primordialisme, kedua teori konflik Karl Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien. Akhir-akhir ini sejumlah media melaporkan bahwa Sulawesi Tengah termasuk salah satu provinsi yang rawan konflik sosial. Isu dan berita tentang insiden konflik sosial yang sering terjadi secara soparadis telah merugikan banyak pihak.

Merajut Kebinekaan di Poso

61

Pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat mengingatkan agar rakyat tidak mudah terpancing hasutan dan agitasi oleh kelompok oportunis tak bertanggung jawab Tidak ada seorang pun menginginkan konflik namun sebagai manusia kadang kita mudah terpacu pada hal-hal kecil yang ada di kehidupan Padahal tidak ada agama satu pun yang mengajarkan pertentangan dan permusuhan Namun ujaran kebencian terus mengalir caci-maki meluncur dari mulut tak beradab Entah bagaimana agama sering menjadi faktor yang memulai permusuhan didukung rasa kurang toleransi konflik pun dapat dengan mudah terjadi Agama juga dijadikan alasan untuk menghancurkan masyarakat lain yang memiliki konflik pribadi dengan masyarakat tertentu apalagi dengan perbedaan kepentingan Sesungguhnya Poso begitu kaya penghasil kayu hitam terbesar di Indonesia membuat masyarakat bangga pada wilayah sendiri memiliki ciri khas akan pendapatan alamnya

Merajut Kebinekaan di Poso

62

pada awal Desember 1998 mendadak muncul konflik yang dilatarbelakangi masalah agama-etnis bahkan sampai pada aspek politik ini64 Sebelum 1998 ada beberapa faktor yang menjadikan konflik Poso yang sebelumnya horisontal menjadi vertikal bahkan faktor politik memperkuat konflik hingga selalu bergejolak65 Pada 24 Desember 1998 terjadi pertengkaran dan pembunuhan seorang pemuda Kristen mendatangi pemuda Islam di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Sayo Ahmad Ridwan meninggal di tempat setelah dibacok oleh Roy Runtu Inilah konflik yang bermula mengatasnamakan agama Namun, sebelum kejadian itu penyebab konflik bermula pada 1992 Rusli Labolo, salah seorang pendeta yang sebelumnya orang Islam menghujat Nabi Muhammad S.A.W. yang tentu saja tidak bisa diterima oleh umat beragama Islam Kemudian pada 1995 sekelompok pemuda Kristen di Madale 64

Pada masyarakat Poso kurang lebih ada pemeluk 4 agama yang mendiami kabupaten tersebut antara lain, Terdapat 36,75% pemeluk agama Kristen, 62,68% agama Islam, 0,57% agama Katolik, dan sisanya agama Hindu yang berasal dari Bali. 65 Amidhan.2005. Poso Kekerasan yang Tak Kunjung Usai. Jakarta: Penamadani.

Merajut Kebinekaan di Poso

63

konon dilatih bela diri 4-6 bulan tujuan menyerang dan merusak masjid dan madrasah di Tegalrejo dan Lawange Ini titik kejadian awal sebelum kerusuhan Poso yang besar-besaran dimulai Kejadian ini sangat merugikan baik dari segi material maupun nonmaterial banyak korban jiwa melayang dalam konflik ini66 Konflik memang dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar dalam masyarakat yang terancam disintegrasi dalam masyarakat lain menjadi kekuatan yang mempersatukan Konflik di Poso mengakibatkan kuatnya solidaritas yang diciptakan dua kubu yang berseteru kekuatan dalam konflik ini dapat memicu semakin kuat dalam soal beragama terjadinya konflik ini membuat kuatnya agama yang dianut dalam membela agamanya Konflik ini juga akan membawa

66

Tanggal 25–29 Desember 1998: 17 orang warga sipil dan seorang anggota TNI luka berat, 139 luka ringan. Kerugian material diperkirakan mencapai Rp 6 miliar. Tanggal 15-21 April 2000: 37 orang meninggal dunia dan 34 luka-luka, kerugian material senilai Rp 20 miliar lebih. Tanggal 23 Mei– Juni 2000: 479 orang tewas, 92 orang luka berat, dan 9 luka ringan. Kerugian material mencapai puluhan miliar rupiah. Akibat konflik yang terjadi adalah pengungsian besar-besaran sebanyak 58.005 jiwa di Sulteng dan luar Sulteng. Mei–Juli 2001: 38 orang meninggal dunia, 8 orang luka berat, dan 23 luka ringan. Kerugian material puluhan miliar rupiah. Atas aksi kekerasan mengakibatkan arus pengungsi yang semula 58.005 jiwa bertambah menjadi 78.030 jiwa. Kerugian dalam konflik Poso sejak 1998 - 2001. Laporan Bupati Poso (Perkembangan Konflik Sosial Poso, 7 Agustus 2001).

Merajut Kebinekaan di Poso

64

komunikasi dalam agama semakin kuat rencana dan strategi penyusunan perlawanan yang akan digunakan dikomunikasikan Penguatan pemikiran juga digunakan dalam menyusun rencana sebelum perlawanan dilakukan bahkan manajemen menjadi andalan Kuatnya agama Kristen dan agama Islam dalam membela agamanya membuat kuatnya solidaritas dalam dua kubu ini mereka tak ingin agamanya dicemooh agama lain Benarkah salah satu sumber konflik yang menguatkan bertambahnya aksi di Poso akibat ketidakadilan yang mereka tanggung akibat penegakan hukum di wilayah ini? Oknum aparat tidak simpati pada masyarakat Banyak oknum sangat keji melakukan penanganan konflik di Poso Sumber konflik lain adalah adanya indikasi politik yang ikut serta mewarnai konflik ini Salah seorang oknum gerakan pengacau keamanan Herman Parimo dari kaum merah pun ditangkap Penangkapan ini dilakukan agar Poso menjadi aman Tapi dalam penangkapan ini Herman meninggal dunia justru sebelum sampai di pengadilan

Merajut Kebinekaan di Poso

65

Mengapa para pemuda Islam dan Kristen harus terlibat pertikaian? Mengapa darah dan air mata harus tumpah? Mengapa sejumlah fasilitas umum harus dibumihanguskan? Konflik terus terjadi meski ada Deklarasi Malino67 Tokoh-tokoh masyarakat seperti kiai dan pendeta sungguh tidak berdaya menghadapi situasi ini mereka berupaya mempersatukan warga Poso yang sejak 1998 sampai 2001 terus bergejolak karena kedua belah pihak yang semula menyetujui lantas mengkhianati perjanjian itu Sampai datang tim dari Jakarta pun konflik ini tak kunjung usai Mengapa masyarakat Poso yang terdiri beraneka ragam budaya serta agama tidak mampu menghadapi segala fenomena yang terjadi? Fenomena ini bukan sekadar tentang agama! Ada indikasi elit politik ikut bermain mencoba mengusik kedamaian masyarakat Poso mereka melakukan adu domba Permainan orang dewasa yang kekanak-kanakan Apakah kita lupa pada hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia ini Kita harus bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa ini 67

Deklarasi Malino I (bahasa Inggris: Malino I Declaration) adalah sebuah perjanjian damai yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Desember 2001 di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Perjanjian ini mempertemukan pihak Kristen dan Islam yang bertikai di Poso dalam konflik komunal sepanjang tahun 2000 hingga 2001. Pertemuan ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia pada saat itu, Jusuf Kalla. Dengan menyetujui poin-poin persetujuan, dua komisi dibentuk, yaitu Komisi Keamanan dan Penegakan Hukum, serta Komisi Sosio-Ekonomi.

Merajut Kebinekaan di Poso

66

Meski berbeda budaya, ras, suku, dan agama kita rajut kembali perbedaan dan kebinekaan Kita harus bisa hidup rukun dan harmonis meski ditakdirkan berbeda-beda68 Kita harus saling memaafkan dan berlapang dada dalam setiap kejadian saling menghormati dan menghargai mengambil pelajaran dari masa lalu Di tepi danau itu Rampalino tak sadar hari telah berangkat senja Kabut basah pun mulai turun mata Rampalino ikut basah juga Konflik telah melukai hatinya Zaleha, kekasihnya, tak tahu apa-apa namun harus tenggelam di danau saat menyelamatkan diri dalam kerusuhan itu

68

Susan. 2010. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.

Merajut Kebinekaan di Poso

67

PRIMA NOVITA INDRIANI, dilahirkan di Kendal, Jawa Tengah, pada 20 November 1981. Pendidikan terakhir di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur. Pernah bekerja di kawasan industri Sidoarjo, Jawa Timur. Kini mengabdi sebagai aparatur sipil negara di Inspektorat Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah. Bersama keluarga tinggal di Kota Ampana, Sulawesi Tengah. Mulai belajar menulis di majalah dinding waktu masih duduk di bangku SMP.

Merajut Kebinekaan di Poso

Seri Puisi Esai Indonesia Ambon Manise

Kisah Sang Penantang

Baduy Dan Tanah Luruh Benteng

Lentera Pasundan

Bahana Bumi Antasari

Luka Zamrud Khatulistiwa

Balada Ibu Kota

Mantra Laut Mandar

Di Balik Lipatan Waktu

Menggugat Alam, Mengejar Sunyi

Di Gerbang Stasiun Penghabisan

Merisik Jalan Ke Percut

Gaung Moluku Kie Raha

Nyayian Perimping

Gema Hati Mongondow

Palu

Gemuruh Laut Timur

Penyelam Dari Padang Hitam

Genderang Bumi Rafflesia Ironi Tanah Pungkat Di Lambung Langit

Raja Alam Barajo Renjana Khatulistiwa Serambi Madinah

Jejak Jerit Di Tambun Bungai

Serat Sekar Tanjung

Jiwa-Jiwa Yang Resah

Sergam

Kepak Cendrawasih

Sisa Amuk

Kesaksian Bumi Anoa

Suara-Suara Yang Terbungkam

Kidung Kelam

Surat Cinta Untuk Negeri Seribu Labirin

Kidung Tambura

“Penyair generasi ini akan dikenang karena ikhtiar bersama memotret batin dan kearifan lokal Indonesia di 34 provinsi, dalam karya kolosal 34 buku. Ini sepenuhnya gerakan masyarakat, tanpa dana sepersenpun dari pemerintah, atau bantuan luar negeri, atau konglomerat. Gerakan ini melibatkan lebih dari 170 penyair lokal, dengan cara penulisan baru puisi esai, puisi panjang bercatatan kaki, mengawinkan fakta dan fiksi”

-Denny JA, inisiator Puisi Esai

Related Documents

Abdul Hanan Resume
May 2020 18
Hanan C.v
June 2020 5
Abdul
November 2019 56
Abdul Rehman
November 2019 35

More Documents from ""