A2 A1

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View A2 A1 as PDF for free.

More details

  • Words: 893
  • Pages: 4
A2 → A1 = S A H A B A T K U 2 ,=A .......? Kring... Kring... Kring...! Bel masuk pun berbunyi , Aku langsung masuk

ke

kelas.

menghampiri

Tiba-tiba,

seraya

nomor handphone

Nini,

temanku

menunjukkan

sebuah

kepadaku. Dia memintaku

untuk me-misscall nomor tersebut. Akupun tidak keberatan. Pelajaran demi pelajar telah kami lalui. Sekarang waktunya untuk pulang. Sesampai dirumah, aku mengambil handphone-ku yang sengaja tidak kubawa ke sekolah. Aku langsung me-misscall nomor yang dikasih temanku.

Nada

sambungnya

telah

kedengaran,

aku

langsung

mematikanya. Uups . . . ! ternyata aku tidak memakai privat number. Tak lama kemudian, nomor tersebut menghubungiku. Dengan perasaan gugup aku langsung mengangkatnya. Ternyata dia seorang cowok. Kamipun berkenalan. Dia namanya Alan, dan sekolah di salah satu Madrasah Aliyah di kotaku. Akhirnya aku dan Alan mulai akrab. Setiap hari kami sering telfonan dan sms-an. Suatu hari kami bertemu dalam sebuah

acara.

Alan

memperkenal

sahabat-sahabatnya

kepadaku.

Mereka adalah Ahmad, Fatoni , dan Obet. Aku, Alan, Ahmad, Fatoni, dan Obet sangat akrab. Hampir setiap hari mereka menelfonku. Fatoni dan Obet sudah mempunyai gebetan masing-masing berarti di antara cowok itu, Alan dan Ahmad adalah cowok yang masih menyandang status jomblo. Pada suatu hari, Aku merasakan hal yang aneh pada mereka berdua. Ada sesuatu yang mengganjal, kemana si Alan? Sudah kurang lebih tujuh hari dia tidak menghubungiku, Ada apa gerangan? aku mulai bertanya-tanya. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi , itu pasti Alan. Tapi... bukan, dia bukan Alan, melainkan Ahmad, sahabatnya. Aku langsung menanyakan kabar Alan. Ternyata dia baikbaik saja. Tapi hatiku masih bertanya-tanya, mengapa Alan mulai jarang menghubungiku, dan sekarang Ahmad paling sering menghubungiku, ada apa dengan mereka?. Ahmad selalu sms dan menelfonku tiap hari. Kurang lebih satu bulan aku mulai dekat dengan Ahmad. Waktu itu hari Kamis, aku mendapat telfon dari Alan. Aku senang banget, ternyata Alan

masih menganggap aku sebagai temannya. Di sore harinya, Ahmad menghubungiku dan aku bercerita

padanya kalau Alan tadi pagi

menghubungiku. Terus Ahmad menanyakan hubungan aku sama Alan. Dengan santai aku menjelaskan, kalau aku sama Alan Cuma sebatas teman biasa, tidak lebih dari itu. Ahmad diam sejenak, dan tiba-tiba dia menyatakan cintanya padaku. Dia memutuskan, kalau hari minggu dia akan datang ke rumahku untuk meminta jawaban dariku. Jantungku mulai berdetak tidak karuan, ada apa dengan perasaanku?. Hari minggu sudah tiba, Ahmad sudah berdiri di depan rumahku. Aku mempersilahkan dia dan mengenalkannya pada kedua orang tuaku. Kami sengaja ditinggal berdua oleh kedua orang tuaku. Ahmad memandang wajahku, dan dia berkata halus, “Apakah kamu mau menjadi pacarku?”. Jantungku berdetak sangat cepat. Aku memutuskan kalau…… aku…… mau menjadi pacarnya. Ahmad tersenyum bahagia dna langsung mengajakku jalan-jalan. Kami sangat bahagia. Setelah itu, ahmad pamit untuk pulang. Sesampai dirumahnya dia menelfonku, tibatiba Alan juga mau menghubungiku, sekalian aku konferensi panggilan mereka berdua. Kami bertiga bercakap-cakap, ahmad memberitahu Alan kalau kita sudah jadian alias pacaran. Alan mengucapkan selamat pada kami berdua dan dia juga akan menganggap aku sebagai adiknya. Aku sangat bahagia mendengarnya. Sudah hamper satu bulan, aku dan Ahmad

jadian.

Kami

melewati

hari-hari

kami

dengan

penuh

kebahagiaan. Suatu hari, aku bertemu dengan Obet, sahabat Ahmad disebuah rumahku.

rental Dia

sudah

dekat tahu

tentang hubunganku dengan Ahmad.

Dia

mengucapkan

ucapan selamat kepadaku. Dia kelihatan sepertinya

agak dia

gugup, mau

menceritakan sesuatu padaku. Ternyata benar, dia mau cerita sesuatu padaku. Dia bercerita apa yang telah terjadi pada Alan, waktu itu yang tidak menghubungiku selama berhari-hari. Ternyata waktu itu, Alan punya

perasaan

padaku.

Dia

meminta

Ahmad

membantunya

mendekatiku dan menjadikan aku sebagai pacarnya. Alan meminta Ahmad untuk menelfonku setiap hari dan menyamar jadi Alan. Namun Ahmad tidak mengabulkan permintaan Alan. Ahmad malah pedekate sendiri padaku, karena dia juga punya perasaan padaku. Tapi sebelum Ahmad menyatakan cintanya padaku, dia sempat kinta izin terlebih dahulu pada Alan. Dengan berat hati Alan mengizinkannya. Tapi mau bagaimana lagi, demi sahabatnya Alan rela mengorbankan apapun, termasuk perasaannya. Aku sudah tahu semuanya. Sungguh…! Alan termasuk orang yang berhati mulia. Aku salut sama Alan. Tapi meskipun seperti itu, Alan tetap mencintai Ahmad selalu

Ahmad.

bermain

Setiap

ke

menyertainya.

Ahmad

dan

Alan

kali

rumahku,

Alan

Suatu

hari,

datang

ke

rumahku. Kami mulai

bercakap-cakap.

Aku

aku

diam

apakah

aku

sejenak, harus

semuanya

tentang

Ahmad.

itu

Ya,

harus.

memikirkan

menanyakan Alan Akhirnya

aku

memberanikan

pada diri

untuk

menanyakan semuanya pada Ahmad. Ahmad bercerita semuanya seperti apa yang diceritakan oleh Obet. Dia meminta maaf pada Alan dan aku. Aku juga minta maaf sama Alan. Alan menerima permintaan maaf kami berdua dengan mata berkaca-kaca. Aku semakin terharu, tanpa sadar air mataku mulai menetes. Ahmad berusaha untuk menenangkan diriku. Aku senang, karena di samping aku punya pacar yang setia, aku juga punya sahabat yang berhati mulia seperti Alan. Kini mulai timbul pertanyaan dari hatiku, apakah aku ini tremasuk pengkhianat?. Tapi memang dari dulu aku tidak punya perasaan apaapa pada Alan. Lagian aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri pada Ahmad sejak kenal pertama kali. Meskipun seperti itu, aku tetap menganggap keduanya. Aku menganggap Alan sebagai sahabatku dan Ahmad sebagai kekasihku. Aku bersyukur memiliki mereka berdua. Ada Ahmad yang tetap setia mengisi hari-hariku serta memperhatikan dan selalu ada jika aku butuh dia, dan Alan yang selalu siap membantu kami jika kami bermasalah. Sekarang aku bahagia, ternyata selain orang tuaku, masih banyak orang diluar sana yang sayang padaku. Aku selalu

bersyukur dalam setiap sujudku dan selalu berdo’a, semoga orang-orang yang menyayangiku bisa tetap sayang padaku sebagaimana aku menyayangi mereka. Amien ya Rabbal Alamien… *** THE END *** JUHOIFAH XII IPA 2 ABS : 16

Related Documents