ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “ R ” DENGAN DEMAM KEJANG
DI SUSUN OLEH : DESI IKE PUTRI LESTARI UTAMI NIKE KARNILA MANDA SARI NURUL HIDAYATI PARDILA SANTI SITIWAHYU SUSANTI SUSI MARLITA YENI MARLINA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES DHARMASRAYA 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229). Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya (Millichap, 1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat (Wegman, 1939; Prichard dan McGreal, 1958). Faktor hereditas juga mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%. Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki. Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) penderita kejang demam.
1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah cara memberikan asuhan kebidanan pada Anak “R” usia 20 Bulan dengan Demam dan kejang?” 1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif dan tepat pada Anak “R” usia 20 Bulan dengan demam dan kejang. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu mengumpulkan data yang tepat dan akurat dari pasien / keluarganya dan dari pemeriksaan. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa/ masalah sesuai data yang didapatkan dari kasus Anak “R”. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial. 1.3.2.4 Mahasiswa mampu menegakkan/ menentukan kebutuhan segera sesuai dengan kasus Anak “R”. 1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat intervensi sesuai dengan kasus Anak “R”. 1.3.2.6 Mahasiswa mampu mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat. 1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada Anak “R”.
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1
Konsep Dasar Kejang Demam.
2.1.1 Pengertian Kejang Demam. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Arif Mansjoer. 2000). Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Taslim. 1989). Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Livingston, 1954). Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996). Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan (Ngastiyah, 1997; 229). 2.1.2 Etiologi Kejang Demam Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh : a.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
b. Gangguan metabolic.
c.
Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
d. Keracunan obat. e.
Faktor herediter.
f. Idiopatik. (Arif Mansjoer. 2000) 2.1.3 Faktor Resiko 1)
Sedangkan
faktor
yang
mempengaruhi
kejang
demam
adalah
:
Umur. a.
3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun. c.
Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan
bertambahnya umur. 2) Jenis kelamin Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. 3) Suhu badan Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C – 41,4°C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu
tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah.
4)
Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali. Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.6 Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi. Faktor –faktor lain diantaranya: a) riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, b) perkembangan terlambat, c) problem pada masa neonatus, d) anak dalam perawatan khusus, dan e) kadar natrium rendah. f)
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi. Sekitar 1/3 anak dengan
kejang
demam
pertamanya
dapat
mengalami
Faktor resiko untuk kejang demam rekuren meliputi berikut ini:
kejang
rekuren.
Usia muda saat kejang demam pertama Suhu yang rendah saat kejang pertama Riwayat kejang demam dalam keluarga Durasi yang cepat antara onset demam dan timbulnya kejang Pasien dengan 4 faktor resiko ini memiliki lebih dari 70% kemungkinan rekuren. Pasien tanpa faktor resiko tersebut memiliki kurang dari 20% kemungkinan rekuren.
2.1.3 Patofisiologi Kejang Demam 2.1.4
Klasifikasi Kejang Demam Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik. a.
Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan
bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus b. Kejang Klonik Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik. c.
Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik. 2.1.5
Manifestasi klinis.
Gejala berupa a.
Suhu anak tinggi.
b. Anak pucat / diam saja. c.
Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
d. Umumnya kejang demam berlangsung singkat. e.
Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal. f.
Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
g. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit h. Seringkali kejang berhenti sendiri (Arif Mansjoer. 2000). 2.1.6
Pencegahan Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung. 1. Pencegahan berulang. a.
Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
b. Penkes tentang. 1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter. 2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC). 3)
Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan
jangan menunggu sampai meningkat. 4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi. 2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi : a.
Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh. c.
Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas.
d. Lepaskan pakaian yang ketat. e.
Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera.
2.1.7
Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak. 2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral. 3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989).
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Tanggal
: 19 April 2012/ 16.00WIB
Tempat
: Ruang Anak RSUD Solok
No. Reg
:-
3.1 Pengkajian 3.1.1 Data Subjektif 3.1.1.1 Biodata Nama anak
: An. “R”
Nama ibu
: Ny.”Y”
Umur
: 20 Bulan
Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: RT 17 RW 03 Puru
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan Alamat
: Swasta :RT 17/RW03Puru
3.1.1.2 Keluhan utama Ibu mengatakan anaknya demam 2 hari yang lalu, mual dan muntah dan kejang 1 kali. 3.1.1.3 Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit kejang, hanya panas saja itupun tanpa disertai kejang. 3.1.1.4 Riwayat perkembangan Ibu mengatakan anaknya masih belum sekolah dan biasanya bermain dengan teman sebayanya. 3.1.1.5 Riwayat imunisasi Ibu mengatakan imunisasi anaknya tidak lengkap.
3.1.1.6 Pola kebiasaan sehari-hari Kebiasaan Waktu
Sebelum sakit
Selama sakit
Pola makan dan minum
Makan : 2-3x/hari, Makan
1x/hari
nasi, sayur, laluk pauk, dengan bubur, biskuat. buah seperti pisang.
Minum air putih
Minum : air putih 8-9x/hari, dan minum susu 8-9x/hari, minum susu : 1x/ hari pagi saja. 2x/hari yaitu pagi dan malam hari. Pola eliminasi
BAK : 7-8x/hari, BAK : 7-8x/hari, warna kekuningan dan bau warna
lebih
biasa.
biasanya,
daripada
kuning dan
BAB : 1-2x/hari, baunya lebih pesing. konsistensi biasa warna BAB : 2x/ hari, kuning.
konsistensi lunak warna kuning agak pucat.
Pola istirahat
Tidur malam ± 8- Tidur malam ± 7 9 jam/hari
jam/hari
Tidur siang ± ½-1 Tidur siang ± 1
Pola kebersihan
jam
jam
Mandi 2-3x/hari
Tidak
mandi
Ganti 3x/hari
baju
setiap
mandi. Mencuci 2x seminggu
2- hanya dilap saja dengan air
selesai hangat 2x/hari pada pagi dan sore hari. rambut Ganti baju 1 kali waktu pagi hari selesai dilap.
3.1.1.7 Perilaku kesehatan Ibu mangatakan setiap kali sakit selalu membawa anaknya ke puskesmas atau ke dokter/tenaga kesehatan terdekat.
3.1.2 Data Subjektif 3.1.2.1 Pemeriksaan umum KU
: lemah
Kesadaran
: composmentik
RR
: 40x/menit
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 38 0C
BB
: 10,5 kg
3.1.2.2 Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Rambut
: hitam, lurus, bersih.
Kepala
: simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Muka
: tampak pucat, tidak ada odema
Mata
: konjuntiva pucat, sklera putih, pandangan kosong dan membelalak.
Telinga
: bersih, dan simetris.
Hidung
: bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut
: bibir kering, lidah kotor, tidak ada karies, tidak ada stomatitis.
Leher
: tidak ada hiperthyroidisme, dan kaku.
Dada
: simetris, pola pernafasan pendek dan dalam, ada penerikan otot-otot
dada. Abdomen
: tidak buncit, tidak ada pernafasan perut.
Anogenital
: tidak dilakukan.
Ekstremitas
: simetris, dan jari- jari utuh
b. Palpasi Rambut
: halus
Kepala
: tidak teraba benjolan
Leher
: tidak teraba hiperthyroidisme
Abdomen
: tidak teraba pembesaran organ perut
c. Perkusi Abdomen
: tidak kembung.
3.1.2.3 Pemeriksaan laboratorium Belum dilakukan Kesimpulan : An.’ R ” usia 20 Bulan dengan demam dan disertai kejang.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DEMAM KEJANG DI RUANGAN ANAK RSUD SOLOK TANGGAL 19 April 2012 Data Dasar
Interpres tasi Data
Ds :
Dx : anak 20 bulan dengan demam kejang
Ib u mengataka n anaknya panas
Diagno sa Potensi al Terjadi nya kejang berulan g
Tindakan Segera
Planning
Implementasi
Evaluasi
Kolaborasi dengan dokter, Dilakukan tindakan berupa :
Berita hukan keluarga tentang segala tindakan yang akan
Memberit ahukan keluarga tentang segala tindakan yang akan dilakukan pada anak.
Ibu dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan
Pemasan
Ib u mengataka n anaknyakn ya tidak mau makan Ib u mengataka n anaknya susah tidur Ib u mengataka n anaknya rewel Do :
T ubuh bayi panas K lien kejang 1 kali saat pengkajia n T anda – tanda vital TD : Tidak di lakukan N : 96 x/i P : 40 x/i S : 38 oC K lien tampak lemas K lien tampak gelisah
gan oksigen, pemasang an infuse, inj. Kloram fenikol, proris syr 3x1, inj. Phenobar bital 7mg IM
dilakukan pada anak. o Pemasangan oksigen o Pemberian cairan infuse o Observasi TTV o Berikan kompres hangat kuku o Pemberian obat anti kejang dan anti piretik Anak dengan Demam dan kejang memerlukan pengawasan secara intensif di RS.
yang o Oksigen diberikan terpasang 1 liter o Ka EN 1B 8tts/i o Klien di kompres hangat kuku o Memberikan obat : inj. Kloram fenikol, proris syr 3x1, inj. Phenobarbital 7mg IM
Memberit ahukan keluarga bahwa dengan kondisi anak saat ini, maka anak harus menjalani rawat inap di RSUD SOLOK sampai kondisi anak memungkinkan untuk pulang (atas advis dokter).
Menjelas
Ibu dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan menyetujui atas semua saran yang diberikan oleh tenaga kesehatan/ dokter.
dan menangis O rang tua klien tampak cemas
Jelask an kepada keluarga klien tentang penyakit anaknya
kan kepada keluarga klien tentang penyakit yang di derita anaknya.
Menganj Anjur urkan kepada ibu menjaga kan kepada untuk dan ibu untuk menjaga dan memperhatikan memperhatika anaknya, dengan tujuan anaknya n anaknya bisa istirahat yang cukup.
Kel uarga klien mengerti dan kecemasan sedikit berkurang.
Ibu bersedia memperhati kan anaknya dan kebutuhan istirahat klien terpenuhi