86853766-kelompok-tugas-pkdk-bu-mega.rtf

  • Uploaded by: Anonymous FI6TAcO
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 86853766-kelompok-tugas-pkdk-bu-mega.rtf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,400
  • Pages: 20
PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA – AGAMA DI INDONESIA Tanggung jawab sebagai profesi perawat adalah melakukan perawatan secara komprehensif dengan membantu memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-dan spiritual klien dengan memperhatikan respon klien termasuk juga perawatan untuk orang yang telah meninggal (jenazah). Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus memperhatikan tata cara perawatan jenazah yang dilegalkan atau dipersyaratkan oleh agama yang dianut klien ataupun menurut keinginan keluarga klien. Berikut penjelasan tentang perawatan jenazah menurut agama – agama yang diakui di Indonesia yaitu terdiri dari : perawatan jenazah menurut agama Hindu, agama Islam, agama Buddha, agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. 1. PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA HINDU Pengertian kematian dalam agama Hindu Kematian merupakan akhir dari hidup, berhenti bernafas dan tidak bernyawa. Definisi kematian secara umum ini memang sudah dikenal pada zaman dahulu kala mati diartikan sebagai terlepasnya nyawa dari tubuh. Secara kronologis, definisi mati yang diusulkan oleh para ahli kedokteran yakni: berhentinya denyut jantung dan pernapasan, berhentinya fungsi otak (brain death). Menurut agama Hindu, kematian itu merupakan saat yang sangat penting, bahkan saat menentukan arti kehidupan seseorang. Kematian akan memberikan arti pada segala usaha dan kemeriahan yang kita dapatkan selama hidup. mungkin 20-an tahun kita hidup, mungkin 40-an tahun kita hidup, mungkin 60-an tahun kita hidup, atau mungkin hanya beberapa kerlipan mata kita hidup di dunia ini. Oleh karena itulah dianjurkan agar orang segera mengingat Tuhan Yang Maha Esa pada saat meninggal. Agama Hindu mempunyai keyakinan bahwa dengan mengingat dan bersujud pada Tuhan disaat meninggalkan badan kasar adalah sangat menentukan tempat yang akan dituju di alam sana . Kesempatan untuk ingat Tuhan pada detikdetik kematian bukanlah hadiah atas tidak melakukan apa-apa. Ia merupakan hasil dari pembiasaan menyebut, memanggil, memuja dan menyembah, mengingat, 1

meneriakkan dan menyerahkan diri menyeluruh kepada Tuhan. Tidak perlu berbangga diri jika memiliki ketenangan menyambut kematian, tanpa harus membiasakan diri membawa kesadaran kepada-Nya setiap hari. Hanya dengan membiasakan kesadaran ingat Tuhan pada saat meninggal akan terjadi, dan ia akan mampu mengantarkan kita ke tempat yang indah dalam spiritual. Sesungguhnya

kematian

dan

kehidupan

secara

fundamental

bukanlah

pengalaman-pengalaman yang tersendiri, yang terisolasi dari yang lain. Manakala ingatan masih bertahan, ini kita sebut tidur. Bila ingatan hilang sama sekali, disebut mati. Setiap orang Hindu mengharapkan agar mati di dekat sungai Gangga supaya tulang-tulang dan abu mereka dapat tenggelam di dalam air. Sehingga mereka dapat mengakhiri lingkaran kehidupan kembali. Perawatan jenazah menurut agama Hindu Adapun tahap tahap dari perawatan jenazah dalam agama Hindu yaitu : 1.

Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang

bersih dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian. 2.

Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka

wajah dan bagian alat kelaminnya. 3.

Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru

(bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih. 4.

Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-

hal sebagai berikut : Bila jenazah itu laki - laki maka lipatan kainnya : yang kanan menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas, 2

barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan oleh keluarga. Selain perawatan jenazah adapun doa - doa yang dapat di ucapkan untuk mengupacarai jenazah, yaitu : Om svargantu Pitaro devah Svargantu pitara ganam Svargantu pitarah sarvaya Namah svada Artinya : Om Hyang Widhi semoga atmanya mendapat tempat di surga Semoga semua atma yang suci mendapat tempat di surga Sembah hamba hanyalah kepada Hyang Widhi Dan hormat hamba kepada semua atma suci. Om moksantu Pitaro devah Moksantu pitara ganam moksantu pitarah sarvaya Namah svada Artinya : Om Hyang Widhi semoga atmanya mencapai moksa Semoga semua atma yang suci mencapai moksa Sembah hamba hanyalah kepada Hyang Widhi Dan hormat hamba kepada semua atma suci. 2.

PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA ISLAM Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Kematian adalah sesuatu

yang pasti dan kita harus bersedia menghadapinya kerana ia merupakan titik permulaan kepada penghidupan yang kekal abadi. Hanya mukmin yang dipanggil menghadap Tuhannya dengan hati bersih memperolehi kejayaan. Menguruskan jenazah adalah merupakan perkara yang tidak boleh kita elakkan begitu saja. Ianya merupakan fardhu kifayah ke atas umat Islam. Dengan adanya sebagian umat Islam yang mengetahuinya akan selesailah tanggung jawab itu.

3

Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya wajib mengetahui tata cara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang meninggal adalah orangtua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua kita. Rasulullah SAW telah bersabda : " Apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mau mendoakan kedua orangtuanya." Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar. Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan samapi mendoakannya juga minta orang lain yang mendoakan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang tata cara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bisa mengingatkannya kembali. Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anakanak kita untuk jadi anak yang sholeh dan sholehah, bila kita menghendaki kalau kita mati nanti anak kita dan keluarga dekat kita yang merawatnya. Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si mayit, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya berkewajiban untuk merawatnya. Kita harus mempersiapkan diri dengan bekal yang baik dan diridhai Allah agar dapat menuju akhirat dengan khusnul khatimah atau akhir hayat yang sebaikbaiknya. Allah berfirman.

4

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran : 185)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepadanya dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan kamu dalam keadaan muslim.” (QS Ali Imran : 102). lihat al-Qur’an) A.Tata Cara Memandikan Jenazah Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut. 1.

Siapkan tempat yang layak. Ruang tempat memandikan hendaknya

terjaga dari penglihatan orang yang lalu lalang dan merupakan tempat yang memberikan kehormatan bagi jenazah. 2.

Siapkan peralatan atau perlengkapannya antara tempat atau alas

memandikan jenazah, wadah dan air secukupnya, sabun atau pembersih, kapur barus, air mawar atau daun bidara agar wangi dan tidak bau. 3.

Orang yang berhak memandikan adalah muhrim dari si mayit

seperti orang tua, suami atau isteri, anak, kerabat dekat, atau orang lain yang sejenis. 4.

Dalam memandikan jenazah hendaknya mendahulukan anggota-

anggota wudhu dan anggota badan yang sebelah kanan pada waktu mulai menyiramkan air. Memandikan jenazah disunahkan tiga kali atau lebih. Ketentuan aurat tetap berlaku pada pemandian jenazah.

5

5.

Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan yaitu sebagai berikut. a. b.

Jenazah itu orang muslim atau muslimat Jenazah itu bukan karena mati syahid (mati dalam

peperangan membela agama). Hadis rasulullah SAW menyatakan artinya sebagai berikut: “Dari Jabir, sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah memerintahkan terhadap orang-orang yang gugur dalam perang uhud supaya dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.” (HR Bukhari) c. Badan atau anggota badannya masih ada walaupun hanya sebagian yang tinggal (apabila karena kecelakaan atau hilang) Cara memandikan jenazah tersebut adalah sebagai berikut. 1.

Jenazah ditempatkan di tempat yang terlindung dari panas

matahari, hujan atau pandangan orang banyak. Jenazah ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi seperti dipan atau balai-balai 2. Memulainya dengan membaca basmalah 3. Jenazah diberi pakaian mandi (pakaian basahan) agar auratnyatetap tertutup seperti sarung atau kain dan supaya mudah memandikannya 4. Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dengan sopan dan lemah lembut 5. Jenazah diangkat (agak didudukkan), kemudian perutnya diurut supaya kotoran yang mungkin masih ada di perutnya dapat keluar serta bersihkan mulut, hidung, dan telinganya 6. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk kotoran yang ada di mulut atau gigi 7. Menyiramkan air ke seluruh badan sampai merata dari atas kepala hingga sampai ke kaki. Setelah seluruh badan disiram air, kemudian dibersihkan dengan sabun dan disiram kembali sampai bersih. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Ummu Atiyah r.a. nabi SAW datang kepada kami sewaktu kami memandikan putri beliau, kemudian beliau bersabda, mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih, kalau kamu pandang lebih baik dari itu, dengan air serta daun bidara dan basuhlah yang terakhir 6

dengan dicampur kapur barus.”(HR Bukhari dan Muslim). Pada riwayat lain, mulailah dengan bagian badannya yang kanan dan anggota wudhu dari jenazah tersebut). 8. Setelah diwudukan dan terakhir disiram dengan air yang dicampur kapur barus, daun bidara, wewangian yang lainnya agar berbau harum. Air untuk memandikan jenazah hendaknya air biasa yang suci dan menyucikan kecuali dalam keadaan darurat. 9. Dikeringkan dengan kain atau handuk B. Tata Cara mengafani Jenazah 1. Siapkan perlengkapan untuk mengafani yaitu sebagai berikut. 1.

Kain kafan 3 helai untuk laki-laki dan sesuai dengan ukuran

panjang badannya. Kain kafan 5 helai untuk perempuan dan sesuai ukuran panjang badannya 2.

Kapas secukupnya

3.

Bubuk cendana

4.

Minyak wangi

2. Cara mengafani : 1. Kain kafan untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat dipergunakan untuk menutupi seluruh tubuh jenazah, baik lakilaki ataupun wanita. Akan tetapi, jika mampu disunahkan bagi jenazah laki-laki dikafani dengan tiga lapis atau helai kain tanpa baju dan sorban. Masing-masing lapis menutupi seluruh tubh jenazah laki-laki. Sebagian ulama berpendapat bahwa tiga lapis itu terdiri dari izar (kain untuk alas mandi) dan dua lapis yang menutupi seluruh tubuhnya 2.

Cara memakaikan kain kafan untuk jenazah tersebut ialah kain

kafan itu dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan harum-haruman seperti kapur barus dan sebagainya diatas tiap-tiap lapis itu. Jenazah kemudian diletakkan diatas hamparan kain tersebut. Kedua tangannya 7

diletakkan diatas dadanya dan tangan kanan berada diatas tangan kiri. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Aisyah r.a bahwa rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain putih bersih yang terbuat dari kapas dan tidak ada didalamnya baju maupun sorban.” (HR Bukhari dan Muslim) 3.

Adapun untuk jenazah wanita disunahkan untukdikafani dengan

lima lembar kain kafan, yakni kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, cadar dan kain yang menutupi seluruh tubuhnya. Di antara beberapa helai atau lapisan kain diberi harum-haruman. Cara memakaikannya yaitu mulamula dihamparkan kain untuk membungkus jenazah. Setelah itu, jenazah diletakkan diatasnya setelah kain tersebut diberi harum-haruman. Kemudian, jenazah dipakaikan kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, dan cadar yang masing-masing diberi harum-haruman. Selanjutnya jenazah dibungkus seluruh tubuhnya dengan kain pembungkus. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Laila binti Qanif ia berkata saya adalah salah seorang yang ikut memandikan ummu kulsum binti rasulullah SAW ketika meninggalnya. Yang mula-mula diberikan oleh rasulullah kepada kami ialah kain basahan (alas), baju, tutup kepala, cadar dan sesudah itu dimasukkan kedalam kain yang lain (yang menutupi seluruh tubuhnya). Selanjutnya Laila berkata, sedang waktu itu rasulullah SAW ditengah pintu membawa kafannya, dan memberikan kepada kami sehelai-sehelai.”(HR Ahmad dan Abu Daud). Catatan : Jika seorang meninggal dunia dalam keadaan sedang ihram, baik ihram haji atau ihram umrah tidak boleh ditaburi atau diberi wangiwangian dan tutup kepala. 1.

Lubang-lubang seperti lubang hidung dan lubang telinga

disumpal dengan kapas 2.

Lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas

C. Menyalatkan Jenazah 8

Salat jenazah ialah salat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang disalatkan ini ialah yang telah dimandikan dan dikafani. Hadis nabi Muhammad SAW ‫ﻗﺎﻞ ﺮﺳﻮﻞ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻳﻪ ﻮﺳﻠﻢ ﺻﻠﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎ ﻜﻢ‬ Artinya : “Rasulullah SAW bersabda salatkanlah olehmu orang-orang yang meninggal!.” (HR Ibnu Majjah)

Adapun mengenai tatacara menyalatkan jenazah adalah sebagai berikut. 1.

Posisi kepala jenazah berada di sebelah kanan, imam menghadap

ke arah kepala jenazah bila jenazah tersebut laki-laki dan menghadap ke arah perut bagi jenazah perempuan. Makmum akan lebih baik bila dapat diusahakan lebih dari satu saf. Saf bagi makmum perempuan berada di belakang saf laki-laki. 2.

Syarat orang yang dapat melaksanakan salat jenazah adalah

menutup aurat, suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan pakaian dan tempat dari najis, serta mneghadap kiblat 3.

Jenazah telah dimandikan dan dikafani

4.

Letak jenazah berada di depan orang yang menyalatkan, kecuali

pada salat gaib 5.

Rukun salat jenazah adalah sebagai berikut a. b. c. d. e. f. g.

a.Niat b.Berdiri bagi yang mampu c.Takbir empat kali d.Membaca surah Al Fatihah e.Membaca salawat nabi f.Mendoakan jenazah g.Memberi salam

9

Tata cara pelaksanaan salat jenazah adalah sebagai berikut 1.

Mula-mula seluruh jamaah berdiri dengan berniat melakukan salat

jenazah dengan empat takbir. Niat tersebut sebagai berikut: ‫ﺍﺻﻠﻰﻋﻠﻰﻫﺫﺍ ﺍﻠﻣﻳﺖ﴿ﻫﺫﻩﺍﻠﻣﻳﺘﺔ﴾ﺍﺮﺑﻊ ﺘﻜﺑﻳﺮﺖ ﻔﺮﺾ ﻛﻓﺎﻳﺔ ﻤﺄﻤﻮﻤﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻟﻰ‬ Artinya : Aku berniat salat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah sebagai imam/makmum karena Allah SWT 1.

Kemudian tahbiratul ihram yang pertama dan setelah takbir

pertama itu selanjutnya membaca surat Al Fatihah 2.

Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca salawat

atas nabi Muhammad SAW 3.

Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga membaca doa

jenazah. Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut ‫ﺍﻟﻟﻫﻡ ﺍﻏﻓﺮﻟﻪﻮ ﺍﺮﺤﻣﻪ ﻮ ﻋﺎﻓﻪ ﻮﺍﻋﻒ ﻋﻧﻪ ﻮﺍﻜﺮﻡ ﻨﺰﻮﻟﻪﻭ ﻭﺴﻊ ﻤﺪﺨﻠﻪ ﻮﺍﻏﺴﻠﻪ ﺒﺎﻟﻤﺂﺀ ﻮ ﺍﻠﺜﻠﺞ ﻮ ﺍﻠﺑﺮﺍﺩ ﻮ ﻨﻘﻪ ﻤﻥ‬ ‫ﺍﻠﺠﻄﺎﻴﺎ ﻜﻤﺎ ﻴﻧﻘﻰ ﺍﻠﺛﻮﺏ ﺍﻻﺒﻴﺽ ﻤﻥ ﺍﻠﺪﻨﺱ ﻮ ﺍﺒﺩﻠﻪ ﺩﺍﺮﺍ ﺨﻴﺮﺍﻤﻥ ﺩﺍﺮﻩﻮ ﺍﻫﻼ ﺨﻴﺮﺍ ﻤﻥ ﺍﻫﻠﻪﻮﺍﻗﻪ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻠﻗﺒﺭ ﻮ‬ ‫ﻋﺫﺍﺐ ﺍﻠﻨﺎﺮ‬ Artinya : “YA Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, maafkanlah kesalahannya, hormatilah kedalam tangannya, luaskan lah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air es dan embum, bersihkanlah ia dari dosasebagai mana kain putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumahnya yang dulu, dan gantilah keluarganya dengan yang lebih baik daripada keluarganya yang dahulu, dan perihalalah dia dari huru-hara kubur dan siksa api neraka.” Catatan :

10

Do’a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan jenis jenazahnya yaitu : 1.

apabila jenazahnya wanita, maka damir (‫ )ﻩ‬hu diganti

dengan kata ha(‫)ﻫﺎ‬ 2.

apabila jenazahnya dua orang, maka setiap damir kata hu(‫)ﻩ‬

diganti dengan huma (‫) ﻫﻣﺎ‬ 3.

apabilla jenazahnya banyak, maka setiap damir kata hu

diganti dengan(‫)ﻫﻢ‬ atau(‫)ﻫﻦ‬ 1.

Takbir yang keempat, setelah takbir keempat membaca doa sebagai

berikut ‫ﺍﻟﻟﻫﻡ ﻻ ﺘﺤﺮﻣﻨﺎ ﺃﺟﺮﻩ ﻮ ﻻ ﺘﻔﺘﻨﺎ ﺒﻌﺪﻩ ﻮ ﺍﻏﻔ ﺮﻠﻨﺎ ﻮ ﻟﻪ‬ Artinya : Ya Allah, janganlah engkau rugikan kami dari mendapatkan pahalanya dan janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia (HR Hakim) Membaca salam kekanan dan kekiri Artinya : Dari Malik bin Hurairah ia berkata,rasulullah SAW bersabda, Tidak seorang mukmin pun yang meninggal kemudian disalatkan oleh umat Islam yang mencapai jumlah tiga saf, kecuali akan diampuni dosanya.” (HR Lima ahli hadis kecuali Nasai) 1.

Memperbanyak saf, jika jumnlah jemaah yang menyalatkan

jenazah itu sedikit, lebih baik mereka dibagi tiga saf. Apabila jemaah salat jenazah itu terdiri dari empat orang, lebih baik dijadikan dua saf, masingmasing saf dua orang dan makruh juika dijadikan tiga saf karena ada saf yang hanya terdiri dari satu orang

11

3.

PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA BUDDHA Sudah menjadi suratan dari Hukum Kesunyataan bahwa segala sesuatu

yang berkondisi akan mengalami perubahan dan akhirnya akan hancur. Kehidupan adalah suatu proses yang sedang berlangsung, yang mengalami berbagai perubahan sesuai dengan hukum Dharma. Maka kita sadari setelah kita mempelajari dan mengerti tentang proses pikiran pada saat kematian karena dengan hanya cara ini kita dapat mengerti tentang proses kehidupan. Pengaruh Kematian Pada Batin Batin tidak berbeda dengan jasmani yang tetap berproses, proses perubahan batin dari suatu keadaan di keadaan yang lain berlangsung terus dengan cepat sehingga bagi orang yang tak mengerti menganggap batin ini adalah tetap kekal, kematian tidak menghenetikan proses batin. Proses pikiran tidak berhenti pada saat kematian sebab saat terakhir sebelum saat kematian yang disebut Maranasanna Javana Citta baru, namun memiliki suatu potensi besar untuk mengetahui atau melihat salah satu tiga objek pikiran dari orang yang akan meninggal. Objek pikiran yang muncul ini tak dapat ditolak. Munculnya salah satu dari tiga objek pikiran ini yang menyebabkan sebuah pikiran baru muncul. Pemunculan dari salah satu dari tiga objek sebagai tanda kematian ini dihasilkan kekuatan dari luar, tetapi hal ini terjadi berdasarkan pada perbuatan (kamma) orang tersebut selama hidupnya. Kamma yang bekerja pada saat seperti ini disebut Janaka Kamma. Kematian ini merupakan refleksi dari perbuatan sendiri. Proses Kematian Kematian dapat terjadi karena salah satu dari empat sebab sebagai berikut: a.

Kammakkhaya atau habisnya kekuatan janaka kamma.

b.

Ayukkhaya atau habisnya masa kehidupan

c.

Ubhayakkaya atau habisnya janaka kamma (masa kehidupan)

secara bersama-sama d.

Upacchedaka Kamma yang muncul, kamma penghancur atau

pemotong yang kuat sehingga walaupun janaka kamma dan ayukkhaya belum selesai orang tersebut meninggal dengan cepat. 12

Pengertian a.

Manussa (manusia) yang merupakan paduan unsur yang terdiri dari

batin dan jasmani (nama dan rupa) b.

Rupa adalah unsur materi (Mahabhuta) yang terdiri dari:



Patavi atau unsur padat



Vayo atau unsur angin (udara)



Tejo atau unsur panas (api)



Apo atau unsur air (cair)

a.

Nama dari kelompok batin terdiri dari :



Vedana Khanda atau unsur kegemaran pada kekerasan



Sanna Khanda atau unsur kegemaran pada pencerapan



Sankhara Khanda atau unsur kegemaran pada bentuk-bentuk

pikiran 

Vinnana Khanda atau unsur kegemaran pada kesadaran

Perlengkapan Memandikan Jenazah a.

Meja atau dipan untuk tempat memandikan jenazah

b.

Air basah

c.

Air kembang

d.

Air yang dicampur dengan minyak wangi

e.

Sabun mandi dan sampo

f.

Sikat gigi

g.

Handuk

Perlengkapan Pakaian a.

Pakaian harus bersih dan rapi, dan yang paling penting adalah

bahwa baju yang dikenakan pada jenazah merupakan pakaian yang paling disenanginya sewaktu masih hidup b.

Sarung tangan dan kaos kaki yang berwarna putih

c.

Pakaian yang disesuaikan dengan adat masing-masing, misalnya

dengan menggunakan kain putih (kapan) Perlengkapan Jenazah a.

Peti jenazah

b.

Kain putih, untuk alas dan untuk melapisi sisi bagian dalam peti 13

c.

Bantal kecil 3 buah

d.

Bunga yang terdiri dari :



Bunga yang dirangkai untuk hiasan bagian dalam peti



Bunga untuk ditaburkan



Tiga tangkai bunga, satu pasang lilin merah, tiga batang dupa, yang

diikat dengan benang merah. a.

Liang lahat (jika yang dikuburkan)

b.

Usungan

Perlengkapan Persembahyangan a.

Meja untuk altar

b.

Lilin dua buah warna putih

c.

Dupa wangi

d.

Buah-buahan

e.

Air untuk pemberkahan yang sudah diberi bunga didalamnya

f.

Dua vas bunga

g.

Foto almarhum/almarhumah, yang diletakkan di tengah altar

Merawat Jenazah a.

Sesaat setelah almarhumah/almarhum menghembuskan nafas yang

terakhir , badannya digosok dengan air kayu cendana, atau dengan menaruh es balokan di bawahnya agar jenazah tidak kaku b.

Setelah itu jenazah diletakkan di atas meja dan ditutupi kain setelah

itu baru dibacakan paritta-paritta atau doa-doa sebagai berikut: Pembukaan Pemimpin kebhaktian memberi tanda kebhaktian dimulai, dengan membunyikan gong atau lonceng lalu pemimpin kebaktian menyalakan lilin, dupa, dan meletakkan dupa tersebut ditempatnya. Sementara hadirin berdiri di sisi depan jenazah dan bersikap anjali. Setelah dupa diletakkan ditempatnya, hadirin menghormat dengan menundukkan kepala. Kemudian pemimpin Kebhaktian membacakan : 

Namakara Gatha



Pubbabhaganamakara



Pamsukula Gatha 14



Maha Jaya Mangala Gatha

Pelaksanaan Pemandian a.

Jenazah setelah disembahyangkan kemudian diusung ke tempat

pemandian yang telah disiapkan b.

Jenazah dimandikan dengan air bersih terlebih dahulu, kemudian

air bunga, lalu dibilas dengan air yang sudah dicampur dengan minyak wangi. c.

Jenazah dikramasi rambutnya dengan sampo, kemudian disabun

seluruh badannya dan giginya disikat dan kukunya dibersihkan, setelah itu dibilas lagi dengan air bersih d.

Sehabis itu jenazah dilap dengan handuk.

Pemakaian Pakaian a.

Jenazah laki-laki

Pakian jenazah laki-laki, baju lengan panjang, celana panjang, dan yang paling disenangi oleh almarhum sewaktu masih hidup, rambut disisir rapi, bila perlu diberi minyak rambut, lalu kedua tangannya dikenakan sarung tangan, dan juga kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih. b.

Jenazah Perempuan

Pakaian jenazah perempuan adalah pakaian nasional, misalnya kebaya dan memakai kain (pakaian adat daerah) dan khuusnya pakaian yang disenangi olehnya sewaktu dia hidup. Mukanya diberi bedak, rambutnya disisir rapi, bila rambutnya panjang bisa disanggul. Lalu kedua tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih. c.

Jenazah Khusus Pandita

Pakaian khusus Pandita adalah memakai jubah berwarna kuning dan tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih Sikap Tangan Sikap tangan diletakkan di depan dada, tangan kanan di atas tangan kiri, dan sambil memegang tiga tangkai bunga, satu pasang lilin berwarna merah, tiga batang dupa wangi, yang sudah diikat dengan benang merah. Sikap kedua kakinya biasa, dengan telapak kaki tetap ke depan. 15

Memasukkan Jenazah Ke Dalam Peti Peti jenazah yang sudah disiapkan, kemudian keempat sisi bagian dalam dilapisi kain putih, juga bagian bawah dan tutup peti tersebut. Kemudian dikeempat sisi tersebut dipasang atau di hiasi dengan rangkaian-rangkaian bunga, setelah itu jenazah dimasukkan ke dalam peti dan kepala bagian bawah diganjal dengan bantal kecil, begitu pula samping kanan dan samping kiri. Setelah itu dengan peti masih dalam keadaan terbuka dibacakan paritta-paritta. Sebelum acara pembacaan paritta-paritta suci, pemimpin kebhaktian memberi tanda bahwa kebaktian akan segera dimulai, dengan membunyikan gong atau lonceng. Pemimpin kebaktian menyalakan lilin, dupa, dan meletakkan dupa tersebut ditempatnya, dan hadirin berdiri menghadap ke peti jenazah dengan sikap anjali, dan setelah dupa diletakkan kemudian para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala. Kemudian pemimpin kebaktian memimpin membacakan : 



Namakara

Gatha 

Dhammanussa

ti Pubbabhagana

makara



Sanghanussati



Saccakiriyagatha



Tisarana



Dhammaniyama Sutta



Buddhanussati



Tilakkhanadigatha



Pamsukula Gatha

Pada waktu hadirin membaca paritta/doa Pamsukula Gatha ini pandita atau pemimpin kebaktian memercikkan air suci pada jenazah di dalam peti. Setelah itu pandita/pemimpin kebaktian berkata: "Saudara-saudara kami se-Dharma, marilah kita memancarkan pikiran cinta kasih dan kasih sayang kita kepada almarhum/almarhumah (sebut namanya) yang telah mendahului kita, semoga ia dalam perjalanannya di alam kehidupan selanjutnya selalu mendapat ketenangan dan kebahagiaan hingga akhirnya tercapai

kebebasan

sempurna

(Nibbana)

semoga

Sang Tiratana

selalu

melindunginya. Samadhi dimulai…." Setelah berakhir pandita/pemimpin kebaktian mengucapkan "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata" yang artinya "Semoga semua makhluk hidup berbahagia", setelah itu membacakan paritta Ettavatta. 16

Setelah pembacaan paritta/doa selesai, kemudian peti jenazah ditutup rapat dan diatasnya ditutupi kain berenda berwarna putih, jika ada. 4.

PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA KRISTEN Perawatan jenazah dalam agama kristen adalah dimulai dari dimandikan, dirias (dibajukan), didoakan, dimasukan ke dalam peti dan masuk ke acara kebaktian lalu sebelum dikubur dibaptis lagi oleh pendeta yang dipercaya oleh keluarga jenazah. Berikut ini adalah urutan perawatan jenazah yang dapat dilakukan oleh tenaga medis. 1. Memandikan Jenazah Memandikan jenazah dilakukan di ruang pemandian jenazah sebesar 5x3 oleh anggota yayasan atau pihak keluarga. Proses pemandian jenazah dilakukan ketika sudah sampai di rumah persemayaman atau rumah duka. Pemandian dilakukan oleh satu atau dua orang tergantung kondisi jenazah. 2. Memakaikan Pakaian Jenazah Jika jenazah seorang gadis dipakaikan baju pengantin, jika perempuan atau laki-laki yang sudah menikah dipakaikan dress dan jas. 3. Mengawetkan Jenazah Pegawetan jenazah dilakukan ketika jenazah telah selesai dimandikan dan mengenakan pakaian lengkap. Pengawetan jenazah ini diperlukan untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungan, dikarenakan biasanya keluarga jenazah tinggal di tempat yang berbeda-beda sehingga perlu menunggu kedatangannya dan pada saat ini telah berhasil dibuat pengawetan jenazah yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak meleleh dan tidak perih, malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat dipilih jenisnya. Adapun tata cara untuk pengawetan jenazah, antara lain : a) Dalam

mengawetkan

jenazah,

harus

ditanamkan

untuk

menghormati setiap tubuh jenazah yang akan diawetkan. b) Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan. c) Baringkan jenazah dalam posisi supine (terlentang). d) Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.

17

e)

Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus

dilawan untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan meningkatkan tekanan ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan pengawet dari dalam pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya. f) Aturlah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah. g) Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk mengawetkan mayat. Faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara lain : ukuran tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai dimana. Biasanya 16 ons cairan dengan 1,5

galon

air

merupakan

cairan

pengawet

terbaik,

ini

akan

menghasilkanlarutan formalin sebesars 2-3%. h) Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet adalah padavena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan tekanan yang diterima pada kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua sering mengalami sklerosing, maka tempat suntikan dilakukan pada pembuluh karotis karena lebih dekat dengan pusat sirkulasi. i) Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis interna, karena lebih dekat dengan atrium kanan jantung yang merupakan pusat pertemuan vena seluruh tubuh. j) Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature atau jika tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada kanul. k) Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama pengaliran ini pastikan aliran cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan pemijatan pada daerah yang kakuuntuk melancarkan drainase. l) Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut semakin keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi merah serta tekanan ocular yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tandatersebut, maka proses drainase dapat dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan di ikat untuk mencegah keluarnya cairan pengawet tersebut. m) Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali. Proses pengawetan ini dilakukan di ruang rias jenazah oleh 18

mantri, dokter forensik atau asisten dokter (bidan atau perawat) yang telah berpengalaman atau memiliki izin untuk melakukan pengawetan jenazah. 4. Merias Jenazah Merias jenazah dilakukan di ruang rias jenazah oleh satu orang anggota yayasan.Dalam hal ini, merias jenazah adalah merias wajah dan rambut. Setelah selesai merias, jenazah di bawa ke aula (ruang persemayaman) dan dimasukkan ke dalam peti mati. Seperti yang kita maklumi dalam tradisi Kristen Protestan, tidak dikenal praktek berdoa bagi jiwa orang yang meninggal bagi mendapatkan belas kasihan Allah dan istirahat kekal karena adanya keyakinan bahwa sesudah meninggal hubungan yang hidup dan yang sudah mati tak ada lagi. Dalam tradisi ini upacara kematian terdiri dari membawa mayat ke dalam Gereja, atau di rumah saja, lalu beberapa ayat Alkitab dibaca dan kotbah dilakukan, hanya untuk "memberi penghiburan pada yang hidup" dari keluarga orang yang meninggal tadi atau mengisahkan bagaimana peristiwa kematian si mati itu terjadi. Tradisi Kristen Protestan ini memang tak pernah berdoa bagi orang yang meninggal, tak pula memohonkan pengampunan atau hidup kekal bagi mereka.

19

DAFTAR PUSTAKA Ramshaw, Elaine. 1987. Ritual and Pastoral Care. Philadelphia: Fortress. Urban, Linwood. 2003. Sejarah Singkat Pemikiran Kristen. Jakarta: SPK Gunung Mulia. White, James F. 2003. Introduction to Christian Worship: Third Edition. Nashville: Abingdon. http://buletin-narhasem.com/2010/01/artikel-arti-dan-makna-kematian.html,

diakses

4

Desember 2011 http://www.hindubatam.com/upacara/pitra-yadnya.html, diakses 29 November 2011 http://www.pdfcoke.com/doc/48404465/Doa-sehari-hari-menurut-Hindu,

diakses

November 2011 www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.../msg01040.html, diakses 27 Desember 2011

20

28

More Documents from "Anonymous FI6TAcO"