5. Bab Ii Konsepsi Teori

  • Uploaded by: ekosuhartono97
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5. Bab Ii Konsepsi Teori as PDF for free.

More details

  • Words: 3,397
  • Pages: 17
Bab II Konsepsi Teori 1. Pengertian Kemiskinan merupakan masalah global (menyeluruh), sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif (tepat sasaran) dan komparatif (perbandingan), sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif (penilaian terhadap

apa

yang

telah

dicapai),

dan

yang

lainnya

lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negaranegara yang "miskin".1 Kemiskinan

lazimnya

dilukiskan

sebagai

kurangnya

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dll.2 Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: 1. Gambaran kebutuhan

kekurangan pangan

materi,

sehari-hari,

yang

biasanya

sandang,

mencakup

perumahan,

dan

pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

1

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kemiskinan&action=edit

2

Emil Salim, 1982

3

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Hal

ini

termasuk

pendidikan

dan

informasi.

Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. a)

Mengukur kemiskinan Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia

bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto3 yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif (bersama-sama) masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma (anggapan-anggapan dimasyarakat) ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang. 1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1996-2006 Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 19962006 berfluktuasi dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada periode 19961999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 3

Ghetto adalah komunitas orang miskin yang bertempat pada pinggriran kota besar atau biasanya dipinggir sungai, dipinggir rel kereta api

4

38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.

Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah

penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 persen) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75 persen) pada bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah perdesaan

bertambah 2,11 juta, sementara di daerah perkotaan

bertambah 2,09 juta orang.

4

4

Berita Resmi Statistik No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007

5

2.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2006-Maret 2007 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007

sebesar 37,17 juta orang (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada Maret 2007 masih lebih tinggi dibandingkan keadaan Februari 2005, dimana persentase penduduk miskin sebesar 15,97 persen. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah

perkotaan.

Selama

periode

Maret

2006-Maret

2007,

penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,93 juta orang (Tabel 2). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2006, sebagian besar (63,13 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2007 persentase ini hampir sama yaitu 63,52 persen.5

5

Berita Resmi Statistik No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007

6

b)

Penyebab kemiskinan Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

a) penyebab individual, atau patologis (panyakit), yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; b) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; c) penyebab kemiskinan

sub-budaya ("subcultural"), dengan

kehidupan

yang

sehari-hari,

menghubungkan dipelajari

atau

dijalankan dalam lingkungan sekitar; d) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; e) penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

7

c)

Mengurangi kemiskinan

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah: 1. Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak jaman pertengahan. 2. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang

dijalankan

untuk

mengubah

situasi

orang

miskin

berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. 3. Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

2.

Macam



macam

Kemiskinan : Para ahli ilmu-ilmu social umumnya berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan kemiskinan ialah sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sistem ekonomi ini terermin dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut, yaitu suatu sistem antar hubungan peranan – peranan dan norma-norma yang terorganisasi untuk usaha –usaha penentuan kebutuhankebutuhan sosial utama yang dirasakan perlunya dalam masyarakat. Sistem ekonomi yang terjalin dalam berbagai pranata tersebut memberikan corak pada pola kehidupan ekonomi yang dirasakan oleh warga masyarakat sebab tidak semua warga masyarakat tersebut dapat mencapai pola ideal yang ada dalam pola kehidupan ekonomi , yang bersumber pada sistem ekonominya.

8

Kemiskinan menurut pendapat dapat di kategorikan dalam tiga unsur, yaitu : 1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau seseorang. 2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. 3. Kemiskinan buatan. Kemiskinan disebabkan aspek badaniah biasanya orang – orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniahnya. Karena cacat badaniah isalnya, dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar, seperti : menjadi pengemis atau peminta-minta. Menurut ukuran produktivitas kerja, mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal malah lebih bersifat konsumtif. Sedangkan menyangkut aspek mental, biasanya mereka disifati sifat malas bekerja secara wajar, sebagaimana halnya manusia lainnya. Mereka ada yang bekerja sebagai peminta-minta, atau sebagai pekerja sambilan bila ada yang memerlukannya. Tindakan – tindakan seperti itu jelas bisa menyebabkan kemiskinan bagi dirinya dan menimbulkan beban bagi masyarakat lainnya. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana, apabila tidak dengan segera diatasi sama saja halnya akan menimbulkan beban bagi masyarakat umum lainnya. Mereka yang kena bencana alam, umumnya tidak memiliki tempat tinggal bahkan sumber-sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh pengkikisan bencana alam. Kemiskinan yang disebabkan bencana alam, biasanya pihak pemerintah mengambil, atau menempuh dua cara, pertama sebagai pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya dan tindakan berikutnya mentransmigrasikan mereka ke tempat-tempat lain yang lebih aman dan memungkinkan mereka bias hidup layak. Kemiskinan buatan disebut jjuga kemiskinan structural, ialah kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi, social dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan

9

oleh struktur penanganan atau nerimo memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagi takdir Tuhan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan, bahwa kemiskinan itu pada hakikatnya langsung berkait dengan system masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya ekonomi atau politik, social dan budaya. Sehingga penangannya harus berlangsung secara menyeluruh dengan suatu strategi yang mengandung kaitankaitan semua aspek dan perikehidupan manusia. Biasa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian ditunjang oleh tindakan social dan politik yang nyata. Namun demikian, dalam kenyataannya bahwa masalah memerangi kemiskinan sering kali menjadi suatu masalah perdebatan di antara mereka yang merasa ada

kaitannya dengan masalah

tersebut, yaitu berkenaan denga cara dan sasarannya. Adanya yang berpendapat bahwa memberikan bantuan social kepada orang-orang yang tergolong miskin, seperti orang tua, cacat, anak-anak yang orang tuanya

miskin,

orang

yang

berpendapatannya

dibawah

garis

kemiskinan. Pendapat lain ada yang mengatakan, bahwa usaha memerangi kemiskinan hanya dapat berhasil kalau dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapat yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dinaikkan, seperti warga masyarakat lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan di sector – sector ekonomi lainnya. Karena kemiskinan di antaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu “struktur”. Inti pokok dari struktur adalah realisasi hubungan anatara suatu subyek dan obyek, dan anatara subyek-subyek komponen-komponen

10

yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subyek-subyek) dari struktur yang bersangkutan dalan keseluruhan tata susuanan atau system dan fungsi dari subyek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan system. Pola relasi dari struktur ini, yang urgen adalah struktur dalam pola social ekonomi meskipun struktur lainnya menentukan. Pola relasi dalam struktur social ekonomi ini dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Pola relasi antara manusia (subyek) dengan sumber-sumber kemakmuran ekonomi seperti alat-alat reproduksi, fasilitasfasilitas Negara, perbankan dan kekayaan social. Apakah ini dimiliki, disewa, bagi hasil, gampang atau sulit bagi atau oleh subyek tersebut. 2. Pola relasi anatara subyek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah

distribusi

hasil,

apakah

memperoleh

apa

yang

diperlukan sesuai dengan kelayakan derajat hidup manusiawi. 3. Pola relsi anatar subyek atau komponen –komponen social ekonomi dalam keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bangunan system produksi. Dalam hal ini adalah mekanisme pasar, bagaimana posisi dan peranan manusia sebagai subyek dalam berfungsinya mekanisme tersebut. Secara analog dapat ditentukan pola-pola relasi dalam bidang ekonomi. Kesemuanya merupakan substruktur atau subhubungan dari struktur dan system kemasyarakatan yang berlaku yang mendasari masalah-masalah kemiskinan. Dengan demikian kemiskinan berkaitan langsung dengan system kemasyarakatan secara menyeluruh, dan bukan hanya masalah ekonomi atau politik atau social budaya. Maka penangannya hanya mengandung kaitan-kaitan dari semua aspek dan perikehidupan manusiawi. Bisa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian ditunjang oleh tindakan social dan politis yang nyata, dengan intervensi pemerintah dan kesadaran manusia miskin itu

11

sendiri, tidak bersikap nrimo dan tidak bersikap neglect atau tidak mau tahu tentang kemiskinan.6

3. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahanperubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Masih banyak faktorfaktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan, ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan

lain

yang

kemudian

memberikan

pengaruhnya,

perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidangbidang kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan

atau

hukum-hukum

yang

bersifat

formal.

Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisanlapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama : 1. Faktor alam 2. Faktor teknologi 3. Faktor kebudayaan 6

Ir. M. Munandar Soelaeman, op. Cit., hal 176

12

Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka

prosesnya itu adalah lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu. Perubahan kebudayaan seperti telah di sebut di atas, dapat menimbulkan perubahan sosial, meskipun tidak merupakan suatu keharusan.

Kebudayaan itu

berakumulasi.

Sebab

kebudayaan

berkembang, makin bertambah secara berangsur-angsur,. Selalu ada yang baru, di tambahkan kepada yang telah ada. Jadi bukan menghilangkan yang lama, tetapi dalam perkembangannya dengan selalu adanya penemuanpenemuan baru dalam berbagai bidang (invention), akan selalu menambah yang lama dengan yang baru. Dan seiring dengan pertambahan unsur-unsur kebudayaan tersebut, maka berubah pula kehidupan sosial-ekonomi ataupun kebudayaan itu sendiri. Paham determinisme, memberi pandangan yang deterministik menganggap hanya ada satu faktor yang paling menentukan perubahan sosial. Terhadap paham determinis ini dapat diadakan penggolongan besar menjadi dua. Pertama yang menganggap bahwa faktor yang paling menentukan tadi bersifat sosial, sedangkan yang

13

kedua bersifat non-social. Untuk contoh golongan yang pertama, dapatlah di kemukakan misalnya pendapat Karl Marx dalam bidang ekonomi. la salah seorang tokoh yang terkenal dengan pendapat, bahwa perkembangan suatu masyarakat dapat dikatakan di tentukan seluruhnya oleh struktur atau perubahan-perubahan struktur ekonomi masyarakat tersebut. Keadaan demikian dapat dikatakan sebagai suatu determinisme ekonomi. Contoh golongan kedua, misalnya adanya pandangan bahwa iklimlah yang paling berpengaruh terhadap perubahan sosial. Contoh lain adalah McLuhan yang menganggap bahwa inovasi-inovasi dalam bidang teknologilah yang lebih banyak pengaruhnya terhadap perkembangan di dalam masyarakat. McLuhan memilih teknologi informasi sebagai teknologi yang terpenting, yang paling mampu menyebabkan perubahan di dalam masyarakat. Jika teknologi atau cara-cara berkomunikasi masyarakat banyak mengalami perubahan, maka sudah pasti pula akan terjadi perubahan-perubahan sosial. McLuhan lebih maju satu Iangkah lagi dengan hipotesisnya yaitu "Societies have been shaped more by the nature of the media by which men communicate than by the content of the communication".

(Masyarakat lebih banyak terbentuk oleh sifat-

sifat alamiah dari media yang dipakai untuk berkomunikasi, daripada siaran atau isi berita itu sendiri) "The media is the message" adalah perumusan McLuhan yang terkenal. Salah satu alasan McLuhan adalah karena media yang baru tidak saja hanya menyebabkan 'perubahan

dalam

kesanggupan

manusia

menggunakan'pence

inderanya. Dalam keseluruhannya, baik yang bersifat sosial maupun yang non-sosial, kaum determines ini menganggap manusia itu hanya responsif belaka, reaktif saja. Padahal, manusia juga aktif membuat aksi agar pihak lain bereaksi. Juga dalam hal perubahan kebudayaan, manusia dengan pendangan hidupnya dan tingkahlakunya bukan saja merupakan suatu hasil dari pengaruh budaya, tetapi manusia sendiri menghasilkan

dan

menciptakan

kebudayaan.

Itulah

sebabnya

perubahan kebudayaan tidak boleh di pisah-pisahkan dari para individu ataupun

masyarakat

pendukung

kebudayaan

itu.

Unsur-unsur 14

kebudayaan jangan dijadikan suatu kesatuan atau unit-unit yang berdiri sendiri lepas dare manusia. 3.1 Proses Perubahan Sosial Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) Invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) Difusi, ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial. Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap tambahan dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang terjadi setelah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi

setelah konsekwensi,

adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi. Apakah perubahan sosial itu ? Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur

dan

fungi

suatu

sistem

social.

Revolusi

nasional,

pembentukan suatu lembaga pembangunan desa, pengadopsian metode keluarga berencana oleh suatu keluarga, adalah merupakan contoh-contoh perubahan sosial Perubahan, baik pada fungi maupun struktur sosial adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan

15

tersebut di atas. Struktur suatu sistem terdiri dari berbagai status individu dan status kelompok-kelompok yang teratur. Berfungsinya struktur status-status itu merupakan seperangkat peranan atau perilaku nyata seseorang dalam status tertentu. Status dan peranan saling mempengaruhi satu sama lain. Status guru sekolah misalnya, menghendaki

perilaku-perilaku

tertentu

bagi

seseorang

yang

menduduki posisi itu, dan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Mungkin saja seseorang menyimpang jauh dari seperangkat tingkah laku yang diharapkan (karena dia menduduki posisi status tertentu), tetapi statusnya mungkin berubah. Fungsi sosial dan struktur sosial berhubungan sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam proses perubahan social, jika salah satu berubah, maka yang lain akan berubah juga. Berdirinya atau ditetapkannya organisasi kampus yang baru, mempengaruhi struktur social universitas karena didefinisikannya seperangkat fungsi baru di sana. Jika seseorang (pejabat) ";mulai berfungsi dalam status baru itu, mereka mungkin mempengaruhi fungsi universitas secara keseluruhan. 3.2 Macam-macam Perubahan Sosial Salah.satu cara yang berguna dalam meninjau perubahan sosial ialah dengan memperhatikan darimana sumber terjadinya perubahan itu. Jika sumber perubahan itu dari dalam sistem sosial itu sendiri, dinamakannya perubahan imanen. Jika sumber ide baru itu berasal dari luar sistem social, yang demikian itu disebut Perubahan kontak.

16

Perubahan

imanen

terjadi

jika

anggota

sistem

sosial

menciptakan dan mengembangkan ide baru dengan sedikit atau tanpa pengaruh sama sekali dari pihak luar dan kemudian ide baru itu menyebar ke seluruh sistem sosial. Seorang petani di Iowa menemukan alat sederhana untuk pengumpil jagung. Penemuan itu memudahkan pekerjaan dan tidak banyak memakan waktu. Dalam waktu singkat banyak tetangga penemu itu yang menggunakan alat tersebut. Dengan demikian perubahan imanen adalah suatu gejala "dari dalam sistem" Perubahan kontak terjadi jika sumber dari luar sistem sosial memperkenalkan ide baru. Perubahan kontak adalah gejala "antar sistem". Ada dua macam perubahan kontak, yaitu perubahan selektif dan perubahan kontak terarah. Perbedaan perubahan ini tergantung dart mana kita mengamati datangnya kebutuhan untuk berubah itu, dari dalamkah atau dari luar sistem sosial. Perubahan kontak selektif terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide baru itu berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan sendiri. Tersajinya inovasi itu sendiri secara spontan atau kebetulan; penerima babas memilih, menafsir atau menolak ide baru itu. Suatu ilustrasi mengenai perubahan kontak selektif ialah ketika para guru sekolah tertentu mengunjungi sekolahlain yang telah mengadopsi inovasi. Setelah mereka kembali ke sekolahnya sendiri, mungkin mereka menerapkan metode meugajar yang baru., tetapi tindakan nya itu dilakukan tanpa

17

adanya paksaan atau kesengajaan dari kepala sekolah untuk mencari atau menerima inovasi itu. Perubahan kontak terarah atau perubahan terencana adalah perubahan yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen pembaru yang secara intensif berusaha memperkenalkan ide-ide baru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh lembaga dart luar. Inovasi dan kebutuhan

untuk

pemerintahan

berubah

national

datang

yang

dari

luar

mensponsori

sistem.

Banyak

program-program

pembangunan yang direncanakan untuk memperkenalkan inovasiinovasi teknologis di bidang-bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Semua itu

merupakan contoh

perubahan kontak terarah yang kontemporer. Ada teoritikus besar perubahan sosial yang menganggap perubahan kontak terarah (= pembangunan) itu tidal perlu. Akan tetapi August Comte tetap mempertahankan pendapat bahwa perubahan terarah itu berguna, sebagai kebalikan dari teori Darwinisme-sosialnya Herbert Spencer. Ini berarti Comte membantah teori taken-fair komplit dan survival of the fittest yang evolusioner. Pada abad sekarang ini sebagian besar pemerintahan nasional menunjukkan kecenderungan yang jelas mengikuti pendekatan Comte. Pemerintah-pemerintah nasional itu ingin lebih meningkatkan taraf kehidupan rakyatnya, suatu tujuan yang hanya dapat dicapai dengan program-program yang betel-betul terencana. Program perubahan yang terencana ini merupakan reaksi ketidakpuasan terhadap lambannya perubahan yang dihasilkan oleh perubahan imanen maupun perubahan kontak selektif. Dalam arti luas mungkin benar bahwa sebagian besar perubahan sosial yang terjadi lebih banyak bertipe epontan daripada yang berencana. Jika penduduk secara teknis sudah lebih ahli dan lebih

pandai

mendiagnose

perubahan

mereka

sendiri,

maka

perubahan kontak selektif akan dapat terjadi lebih cepat dan lebih efisien. Dalam hal ini agen pembaru mungkin akan bekerja di luar tugasnya atau setidaktidaknya dalam peranan yang barbeda. Agen 18

pembaru

harus

memenuhi

permintaan-permintaan inovasi

dari

kliennya. Tetapi pada umumnya para klien itu belum tahu apa kebutuhan mereka dan inovasi mana yang cocok untuk kebutuhan tersebut, sehingga perubahan yang lebih tepat diterapkan adalah perubahan terencana. Jika agen pembaru juga berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian kliennya untuk menganalisis kebutuhannya, make pada masa mendatang mungkin akan lebih mudah terjadi perubahan imanen atau perubahan kontak selektif yang lebih cepat dan efisien. Umumnya perubahan terencana tidak selalu identik dengan keberhasilan.

Keinginan

untuk

mempercepat

perubahan

telah

menyebabkan lebih cepat laju peranan ilmu pengetahuan tentang bagaimana memperkenalkan inovasi ke masyarakat.. Jika hasil-hasil penelitian komunikasi yang dilakukan dalam penyebaran ide-ide baru itu dikumpulkan dengan baik, kita akan dapat menggunakannya untuk merencanakan program perubahan terencana secara lebih efektif.

19

Related Documents

5. Bab Ii Konsepsi Teori
November 2019 36
Bab Ii Teori Dasar
June 2020 28
Bab Ii Landasan Teori
November 2019 38
Bab Ii Teori Dasar.rtf
November 2019 34

More Documents from "natsu uzumaki"

5. Bab Ii Konsepsi Teori
November 2019 36
1. Sampul Depan
November 2019 36
4. Bab I Pendahuluan
November 2019 38
6. Bab Iii Studi Kasus
November 2019 48
8. Hasil Analisa Kasus Ii
November 2019 44