5. Air Liur.docx

  • Uploaded by: dewisetiyaningrum
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5. Air Liur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,330
  • Pages: 11
PERCOBAAN 5 AIR LIUR

A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Untuk menetapkan pH air liur 2. Membuktikan adanya musin dalam air liur 3. Untuk membuktikan adanya musin dalam air liur 4. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas amylase air liur 5. Kerja enzim pada air liur

B. DASAR TEORI Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif. Apabila makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjiadi, 2007 :234). Getah saliva dihasilkan oleh kelenjar ludah yang terdapat dalam rongga mulut, yang mengandung air sekitar 99%. Zat padat yang terdapat dalam saliva diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu senyawa glikoprotein) dan sejumlah senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asamasam amino, urea, asam urat, kolestrol serta kation (Ca2+, Na+, K+,Mg2+) dan anion seperti PO43-, Cl- dan HCO3- pH sekitar 6,8 (Anonimous,2011). Kelenjar saliva dibagi menjadi 2, yaitu kelenjar saliva utama/mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor yang merupakan kelenjar ekstrinsik yang mengeluarkan sekretnya ke dalam rongga mulut secara intermitten. Kelenjar saliva mayor ini terdiri dari 3 kelenjar besar meliputi kelenjar parotis, sub mandibularis, dan sub lingualis. Sedangkan kelenjar saliva minor adalah kelenjar yang letaknya tersebar pada mukosa dan sub mukosa rongga mulut,merupakan kelenjar kecil-kecil yang mengeluarkan sekretnya terus-menerus (Putri,2010).

Menurut Sandira (2009:1), secara garis besar fungsi saliva atau ludah ada 5 yaitu: a)

Perlindungan permukaan mulut

b)

Pengeluaran kandungan air

c)

Anti virus dan produk metabolisme

d)

Pencernaan makanan dan pengecap

e)

Diferensiasi dan pertumbuhan sel Enzim sangatlah spesifik, baik terhadap reaksi yang dikatalisnya maupun

terhadap reaktan yang diolahnya, yang disebut substrat. Suatu enzim biasanya mengkatalis satu reaksi kimia saja, atau seperngkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatis, jarang sekali terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbantuknya hasil sampingan tidak berguna. Ini berbeda reaksi non enzimatik. Tingkat spesifikasi terhadap substrat biasanya tinggi dan kerap kali mutlak (Stryer, 2000:182). Ptialin merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptialin dapat membantu proses pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potonganpotongan gula yang larut air. Enzim ptialin merupakan nama lain dari amilase yang hanya ditemukan dalam air liur manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai amilase saliva (Anonimous, 2010). Enzim ptialin dalam saliva merupakan suatu enzim amilase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,8. Di samping karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Enzim ptialin mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah makanan ditelan dan masuk ke dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim ptialin tidak berjalan lebih lama lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara 1,6-2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2007:235-236).

Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya yaitu D-glukosa bebas. Proses ini dimulai dari mulut selama proses penguraian makanan, dengan bantuan enzim amylase. Amylase pada air ludah bekerja memutuskan sejumlah ikatan α (1 4) glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran senyawa maltose, glukosa dan oligosakarida. Kue crakers lambat laun terasa manis sewaktu kita mengunyah karena kandungan zat patinya yang semula tak berasa, dihidrolisa menghasilkan gula (Lehninger, 1994:6). C. ALAT DAN BAHAN

Alat

Bahan

a. Tabung reaksi

a. air liur yang tidak disaring

b. Thermometer

b. asam asetat

c. Gelas kimia

c. HCI, asam asetat,

d. Kaki tiga

d. Aquadest, NaOH,

e. Kasa asbes

e. Larutan kanji 1 %,

f. Gelas ukur

f. Larutan iodium,

g. Pipet tetes

g. Larutan benedict

h. Indikator universal

h. es

i. kertas saring

i. roti j. jeruk

D. LANGKAH KERJA Percobaan I : penetapan pH air liur Cara kerja : Kumurlah dengan aquadest 2 ml HCl ukur pH + 2 ml larutan kanji 1%  dikocok letakkan pada suhu 37°𝐶 selama 15 menit

2 ml CH3COOHukur pH + 2 ml larutan kanji 1%  dikocok letakkan pada suhu 37°𝐶 selama 15 menit

2 ml aquades ukur pH + 2 ml larutan kanji 1%  dikocok letakkan pada suhu 37°𝐶 selama 15 menit

2 ml NaOH ukur pH + 2 ml larutan kanji 1%  dikocok letakkan pada suhu 37°𝐶 selama 15 menit

Masing-masing tabung dibagi dua bagian, bagian 1 di uji dengan larutan iodium dan satu di uji dengan larutan benedict

Percobaan II : membuktikan adanya musin dalam air liur cara kerja : 2 ml air liur yang di saring + 1 tetes asam asetat encer Amati presipitasi dan perubahan viskositas yang terjadi

Percobaan III : Untuk membuktikan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif Cara kerja : Masukkan 1-2 ml HCl + 2 ml air liur  panasi 10 menit dalam penangas air mendidih  netralkan dengan 1-2 ml NaOH  uji untuk larutan reduksi gula + 10 ml larutan benedict  panaskan 5 menit. Amati perubahan warna yang terjadi pada tabung tersebut.

Percobaan IV : Kerja Enzim pada air liur Cara kerja : Diisi 2 ml air liur + 2 ml aquades di kocok Di letakkan pada penangas es suhu 10℃ selama 15 menit + 2 ml larutan kanji 1%. Letakkan kembali pada suhu tadi selama 10 menit. Di bagi menjadi dua bagian: 1) uji iodium 2) uji benedict

Diisi 2 ml air liur + 2 ml aquades di kocok Di letakkan pada suhu kamar 5 menit + 2 ml larutan kanji 1%. Letakkan kembali pada suhu tadi selama 10 menit. Di bagi menjadi dua bagian: 1) uji iodium 2) uji benedict

Diisi 2 ml air liur + 2 ml aquades di kocok Di letakkan pada penangas es suhu 80℃ + 2 ml larutan kanji 1%. Letakkan kembali pada suhu tadi selama 10 menit. Di bagi menjadi dua bagian: 1) uji iodium 2) uji benedict

Diisi 2 ml air liur + 2 ml aquades di kocok + 2 ml larutan kanji 1%. Letakkan kembali pada suhu tadi selama 10 menit. Di bagi menjadi dua bagian: 1) uji iodium 2) uji benedict

Percobaan V : Kerja enzim pada air liur Cara kerja :

10 ml perasan jeruk + 2ml air liur + 3 tetes larutan benedict  dipanaskan dalam penangas air di didihkan sampai terjadi perubahan warna

10 ml perasan jeruk + 3 tetes larutan benedict  dipanaskan dalam penangas air di didihkan sampai terjadi perubahan warna

E. HASIL PENGAMATAN Percobaan I : Penetapan pH air liur Larutan

pH

Uji iodium

Uji benedict

HCI

1

Biru tua kehitaman

Berwarna biru tosca

Asam Asetat

2

Biru tua

Berwarna biru tosca

Aquadest

7

Biru coklat kekuningan

Berwarna biru tosca jernih

13

NaOH

Warna biru cepat hilang Biru jernih dan larut, larutan bening

2. Percobaan II : adanya musin dalam air liur Tabung

I

Air liur yang disaring

2 ml

Larutan asam asetat

1-2 tetes Campur dengan baik

Hasil yang terbentuk (+/-)

Presipitasi (+) Putih keruh (+) Terbentuk gel bening keputihan (+) Viskositas lebih encer

3. Uji benedict Tabung

Hasil pengamatan

Air liur 2 ml Larutan HCI 1 – 2 ml Dipanaskan selama 10 menit

Hasil yang tebentuk Larutan NaOH 1 – 2 ml Larutan benedict 10 ml Dipanaskan beberapa menit Warna biru pekat

Hasil yang terbentuk

4. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur Suhu 10 C

Suhu kamar

80 C

37 C

Uji Iodium

UJi Benedict

Mengendap dan sedikit

Mengendap dan sedikit

berbusa warna putih

berbusa (warna biru)

Mengendap dan sedikit

Tidak terjadi perubahan

berbusa warna putih

(warna biru)

Mengendap dan sedikit

Tidak terjadi perubahan

berbusa warna putih

(warna biru)

pengendapan berwarna

Terjadi pengendapan

putih

(warna biru)

5. Kerja enzim pada air liur Uji Glukosa No.

Bahan makanan

Diberi ludah

1

Jeruk



Larutan benedict 3 tetes 

Warna

Terdapat endapan, warna di bagian bawah kecoklatan

2

Jeruk

-



Warna tidak berubah tetap kuning

F. PEMBAHASAN Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah

suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Kemudian pH berpengaruh terhadap fungsi enzim karena pada umumnya efektivitas maksimum suatu enzim pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5 – 8,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. 1. Penetapan PH air liur Enzim amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7, karena pada pH ini diperoleh aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan reaksi enzimatik tinggi). Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga mencapai pH optimal dan menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal. Langkah percobaan ini adalah berkumur dengan aquades. Kemudian dalam 4 tabung reaksi dan masingmasing tabung reaksi diisi HCl, asam asetat, aquadest, dan NaOH masing-masing sebanyak 2 ml lalu diukur pH-nya dengan menggunakan indikator universal hasilnya adalah pada HCl memiliki pH=1, asam asetat pH=2, aquades pH=7, dan pada NaOH pH=13. Setelah itu masing-masing tabung dimasukkan larutan kanji 1% dan air liur sebanyak 2 ml, dikocok dengan baik dan letakkan pada suhu 37°C selama 15 menit. Kemudian masing-masing tabung dibagi menjadi dua bagian, bagian satu diuji dengan larutan iodium dan satunya lagi dengan larutan benedict. Uji iodin bertujuan untuk mengetahui adanya glukosa yang ditandai dengan berwarna kuning. Sedangkan uji benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya fruktosa yang ditandai dengan berwarna biru.

Hasilnya menunjukkan bahwa

semua mengandung fruktosa dan untuk yang positif mengandung glukosa pada aquades yaitu memiliki warna biru coklat kekuningan. Dari hasil percobaan diatas hampir semua larutan dengan pH yang berbeda-beda menunjukkan hasil positif terhadap uji benedict dan satu positif uji iodium yaitu pada aquades. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pH sangat mempengaruhi kerja enzim. Dimana : ·

Pada kondisi asam : kerja enzim amylase terhenti

·

Pada kondisi netral : kerja enzim amylase berfungsi dengan baik

·

Pada kondisi basa : kerja enzim amylase cukup aktif.

2. Percobaan adanya musin pada air liur Musin merupakan salah satu senyawa organik yang terdapat pada salliva atau air liur. Musin suatu glikoprotein oleh kelenjar sublingual, dan kelenjar submandibular. Musin adalah suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Cairan air liur mengandung alfaamilase yang menghidrolisis ikatan α(1→4) pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Pada percobaan ini air liur disaring dan digunakan sebanyak 2 ml ditaruh dalam taung reaksi dan diberi larutan asam asetat 1-2 tetes. Hasil yang terbentuk yaitu menghasilkan presispitasi yang positif, menghasilkan warna putih keruh yang berarrti terdapat endapan pada larutan tersebut. Selain itu juga terbentuk gel bening keputihan dengan viskositas lebih encer. Inilah yang menjelaskan bahwa air liur mengandung musin. 3. Uji benedict Pada uji benedict ini yaitu untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada air liur. Apabila terdapat karbohidrat maka benedict akan memberikan warna biru. Hal inilah yang terjadi pada percobaan ini dimana hasil pengamatannya menunjukkan bahwa sampel mengandung karbohidrat. Ditunjukkan dengan adanya warna biru pekat pada hasil percobaan. 4. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur Enzim memiliki suhu optimum yaitu dimana enzim tersebut dapat bekerja dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum maka kerja enzim semakin tidak baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut suhu optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah berkisar 36-40℃. Hasil percobaan ini juga menunjukkan hasil sesuai dengan teori dimana enzim bekerja optimal pada suhu 37℃ dimana terdapat endapan di kedua sisi pada uji iodium terdapat endapan putih dan pada uji benedict terdapat endapan berwarna biru. 5. Kerja enzim pada air liur

Pada percobaan ini digunakan air perasan jeruk untuk menguji kerja enzim pada air liur. Disini air jeruk untuk menguji kandungan glukosa. Terdapat dua perlakuan yang digunakan disini yang pertama yaitu air jeruk diberi air liur dan benedict sebanyak 3 tetes menghasilkan endapan dengan warna dibagian bawah kecoklatan. Sedangkan pada perlakuan yang kedua yaitu air jeruk tidak diberi air liur tetapi diberi benedict menghasilkan warna yang tidak berubah tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa sampel mengandung glukosa pada perlakuan yang pertama terbukti dengan adanya endapan yang berwarna kecoklatan di bagian bawah.

G. KESIMPULAN Enzim amilase dapat bekerja optimal pada pH optimumnya, yaitu sekitar pada pH 7 dan sekitarnya. Enzim akan berkurang laju reaksinya atau akan rusak pada pH yang ekstrim, yang di bawah pH 4,0 dan di atas pH 10. Aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perubahan pH, suhu, pelarut organik, dan yang menyebabkan denaturasi protein. Pengujian pengaruh suhu terhadap air liur digunakan dua pereaksi yang berbeda. Uji Iodium terhadap hasil percobaan pengaruh suhu aktivitas amilase air liur yang dipanaskan pada suhu 37oC memberikan hasil yang positif, yaitu larutan menjadi berwarna biru kecoklatan. Pada uji musin ditunjukan dengan adanya viskositas atau kekentalan pada air liur. Untuk uji benedict yang positif ditunjukkan dengan adanya warna biru pekat. Uji glukosa menunjukkan bahwa sampel yang mengandung glukosa dibuktikan dengan adanya endapan pada bagian bawah tabung berwarna kecoklatan.

H. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Khasiat Saliva. Dalam http://masenchipz.com/khasiat-saliva. Ahmad, Hiskia. 2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung : Ganesha. D.A. Pratiwi, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta:Erlangga. Tim Penyusun. 2004. Biologi 2b Kelas 2 SMA Semester 2. Jakarta: Intan Pariwara

Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud Maryati, Sri. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta : Erlangga Pine, H. Stanley. 1988. Kimia Organik. Bandung : ITB Press Poedjaji. Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press Prawirohartono, Slamet. 2000. Biologi Sains. Jakarta : Bumi Aksara Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud. Jakarta. DOKUMENTASI

Related Documents

5. Air Liur.docx
April 2020 18
Ukraina 5. Air
December 2019 0
Air
November 2019 46
Air
November 2019 52

More Documents from "api-3819012"