1 FORMULARIUM RUMAH SAKIT
Kelompok 9
Maria Golvensiana Barkanis, SKH
B94184228
Rahul Ajie Saksena,SKH
B94184235
Yeo Yann, SKH
B94184249
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2019
1
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sistem Formularium Rumah Sakit
2
Format Formularium
3
Isi Formularium
4
Pedoman Penggunaan Formularium
6
Prinsip Penerapan Formularium
8
Evaluasi Obat Formularium
9
Keuntungan Memakai Formularium
10
SIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
11
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang penting dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. Orientasi ini mengacu kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI 2014). Salah satu pelayanan yang sangat penting di rumah sakit yaitu pelayanan resep (Depkes RI 2016). Pelayanan resep yang baik akan meningkatkan penggunaan obat secara rasional sehingga obat yang akan diterima pasien sesuai dengan kebutuhan klinis dan dalam dosis yang tepat (WHO 2004). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, penulisan resep harus mengacu seluruhnya pada formularium dengan standar 100 % (Depkes RI 2008). Hal tersebut merupakan tolak ukur dari standar pelayanan minimal di rumah sakit (Krisnadewi et al. 2014). Formularium nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (Dirjen Binfar dan Alkes 2014). Obat yang dibutuhkan tetapi tidak tercantum di dalam formularium nasional dapat digunakan dengan persetujuan komite medik dan direktur rumah sakit setempat (Depkes RI, 2013). Manfaat formularium nasional yaitu untuk pengendalian mutu dan untuk mengoptimalkan pelayanan pada pasien (Kemenkes RI 2013). Ketidakpatuhan terhadap formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit terutama mutu pelayanan di instalasi farmasi rumah sakit (Krisnadewi et al. 2014). Banyaknya ragam obat yang beredar di pasaran memerlukan ketepatan dalam memilih obat. Diperlukan adanya ketelitian secara farmakologi, farmakokinetik, farmakodinamik, dan farmakoekonomi sesuai standar profesi yang tinggi dalam bidang terapeutik maupun diagnostik (Depkes RI 2008). Pengelolaan obat yang tidak efisien memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem keuangan rumah sakit. Pengelolaan obat di farmasi rumah sakit harus efektif dan efisien karena obat harus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan harga yang terjangkau (Pudjaningsih 2006).
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Formularium Rumah Sakit
Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat yang dianggap paling efektif untuk terapi pasien (Siregar 2004). Formularium berisi kumpulan dokumen produk obat yang terpilih disertai informasi tentang penggunaan obat. Terdapat pula kebijakan dan prosedur obat-obatan yang relevan di rumah sakit tersebut yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan kesehatan. Hal tersebut berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medis rumah sakit tersebut (Pudjaningsih 2006). Fungsi sistem formularium di suatu rumah sakit yaitu untuk membantu meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat. Selain itu, sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar serta memberi ratio manfaat tinggi dari suatu sediaan obat dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004). Keberadaan sistem formularium yang baik, sangat bermanfaat bagi rumah sakit, karena rumah sakit hanya akan menyediakan jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan staf medik terhadap obat dapat terakomodasi, karena perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat di rumah sakit mengacu pada formularium tersebut (Krisnadewi et al. 2014).
3 Konsep penerapan formularium rumah sakit menurut departemen Kesehatan Republik Indonesia sebagai berikut:
SISTEM FORMULARIUM A. Evaluasi Penggunaan Obat B. Penilaian C. Pemilihan Obat D. Penggunaan Obat Non Formularium PEMUTAKHIRAN FORMULARIUM
PENERAPAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT KOMITE FARMASI DAN TERAPI A. Organisasi B. Tata Kerja KONSEP FORMULARIUAM A. Format Formularium B. Manfaat Formularium
EVALUASI
PENYUSUNAN FORMULARIUM A. Proses Penyusunan Formularium B. Isi Formularium a. Kebijakan RS tentang obat b. Daftar Obat c. Informasi Khusus
PEMBERLAKUAN DAN DISTRIBUSI FORMULARIUM A. Pemberlakuan Formularium B. Distribusi Formularium C. Penerbitan Formularium
(Sumber: Dirjen Binfar Depkes RI (2008), Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit) Format Formularium Menurut Pudjaningsih (2006), kepraktisan dalam format formularium sangat penting digunakan sehari-hari. Formularium dengan ukuran buku saku akan lebih mudah dibawa oleh staf kesehatan dan hal itu dapat meningkatkan efektifitas penggunaan formularium. Formularium rumah sakit mempunyai komposisi sebagai berikut: 1. Sampul luar dengan judul formularium obat, nama rumah sakit, tahun berlaku, dan nomor edisi.
4 2. Daftar isi 3. Sambutan 4. Kata Pengantar 5. SK, KFT, SK Pemberlakuan Formularium 6. Petunjuk penggunaan formularium 7. lnformasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat 8. Monografi obat 9. lnformasi khusus 10. Lampiran (formulir, indeks kelas terapi obat, indeks nama obat) Penampilan dan bentuk fisik suatu formularium mempunyai pengaruh penting dalam penggunaannya. Formularium secara visual harus menarik dan mudah dibaca. Cara meningkatkan penampilan dan kemudahan menggunakan formularium adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan warna kertas berbeda untuk tiap bagian formularium 2. Menggunakan indeks pinggir 3. Membuat formularium seukuran saku baju praktik 4. Mencetak tebal untuk nama generik obat
Isi Formularium Menurut Pudjaningsih (2006), isi formularium meliputi : a. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat yang meliputi: 1. Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan obat dan penambahan obat baru dalam formularium 2. Uraian singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk anggotaanggotanya, tanggung jawab dan kegiatannya 3. Peraturan tentang penulisan resep, peracikan dan pemberian obat mencakup penulisan order obat, singkatan, prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan terapeutik, penghentian obat secara otomatis, order obat secara lisan, penggunaan obat sendiri oleh penderita, dan obat sendiri yang dibawa sendiri dari rumah
5 4. Prosedur pelayanan kefarmasian, seperti jam kerja IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit), kebijakan pemberian obat untuk penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur distribusi, dan obat untuk rawat inap b. Daftar Sediaan Obat Sediaan obat dipilih oleh staf medik dan IFRS. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam formularium dapat disusun berdasarkan abjad, berdasarkan nama generik obat, penggolongan terapi atau kombinasi keduanya. Informasi pada tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat aktif utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara penggunaan obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran jumlah dalam kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan, meliputi rentang dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya. c. Informasi Khusus Informasi khusus meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-obat yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi parenteral baku, pedoman perhitungan dosis bagi anak-anak, komposisi, tabel kandungan natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas gula, isi kotak obat darurat, informasi pemantauan dan penetapan kadar secara farmakokinetik, formulir untuk permintaan obat nonformularium, formulir pelaporan reaksi obat merugikan, tabel interaksi obat, informasi pengendalian keracunan, pembawa baku atau pengencer untuk injeksi, komposisi elektrolit untuk sediaan parenteral volume besar.
Berikut
dilampirkan contoh beberapa daftar obat dalam formularium rumah sakit dari rumah sakit Saiful Anwar.
6 Contoh daftar obat dalam formularium rumah sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Syaiful Anwar Malang
Sumber: formularium obat RSSA 2017 Pedoman Penggunaan Formularium Menurut Ronny (2006), pedoman penggunaan formularium meliputi: 1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
7 2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap institusi. 3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi. 4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik. 5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi Farmasi. 6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama, seperti : a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta. b. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi. c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien Menurut Istinganah (2006), penggunaan formularium bermanfaat untuk memudahkan pemilihan obat yang rasional, eminimalkan jenis obat, mengurangi biaya pengobatan, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan dan penyediaan, meningkatkan efisiensi dana obat di rumah sakit. Sistem formularium perlu mendapatkan dukungan dari pimpinan rumah sakit, komite medik, Staf Medik Fungsional (SMF) beserta anggotanya, dan KFT (Komite Farmasi dan Terapi). Sistem formularium harus tertera dalam kebijakan internal rumah sakit. Pengorganisasian yang baik dan dukungan anggota yang kompeten akan berdampak pada kinerja dari KFT. Kemampuan manajerial dan pendekatan personal antara anggota KFT dengan SMF diharapkan dapat menghasilkan sisitem formularium yang baik dan diterima semua pihak. Pada gilirannya sistem formularium yang terlaksana dengan baik akan berdampak pada kualitas pengelolaan obat di rumah sakit (Ronny 2006). Menurut Anggraini et al. (2008), secara umum rumah sakit yang sering melakukan revisi formularium memiliki persentase pengadaan dan stock obat
8 formularium yang relative rendah yang mengindikasikan pengelolaan obat menjadi lebih efisien. Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium rumah sakit menurut Permenkes RI (2016), yaitu; a. Mengutamakan penggunaan obat generik b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan e.
Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau
Prinsip Penerapan Formularium Formularium harus direvisi secara periodik sehingga dapat merefleksikan penilaian terkini para staf medik. Sistem formularium memanfaatkan staf medis dan farmasi untuk mengevaluasi, menilai, dan memilih produk obat-obatan yang tersedia merupakan paling efektif, paling aman, dengan kualitas yang memadai, dan tersedia dengan harga yang wajar. Penerapan formularim harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut (MSH/WHO 2007): 1. Obat harus diseleksi berdasarkan kebutuhan komunitas setempat dan obatobatan tersebut harus dapat mengatasi pola penyakit dan kondisi daerah tersebut 2. Obat yang dipilih untuk formularium adalah medicine of choice 3. Daftar formularium harus memiliki jumlah obat yang terbatas dan anya obat-obatan yang diperlukan disediakan di rumah sakit atau klinik. Duplikasi obat dengan khasiat terapetik sama tidak boleh terjadi
9 4. International nonproprietary names (INN), misalnya nama generik harus digunakan 5. Penggunaan produk obat kombinasi (fixed-dose) hanya untuk kasus tertentu, misalnya pengobatan kasus tuberkolisi. 6. Obat-obatan perlu dipilih berdasarkan kriteria yang jelas yang mencakup khasiat terbukti, keamanan, kualitas, dan biayanya 7. Formularium harus konsisten dengan formularium nasional atau regional atau disetujui pedoman pengobatan standar. 8. Obat-obatan harus dibatasi untuk praktisi yang berkelayakan. Formularium penyimpanan,
dapat
pemesanan
membantu dan
dalam pemilihan dan pengadaan,
pencatatan,
persiapan
dan
pengeluaran,
administrasi, serta pemantauan kerja obat secara bersamaan untuk memastikan hasil yang optimal. Sistem formularium rumah sakit di banyak negara maju telah berkontribusi masif dalam menyediakan perawatan medis yang aman, efektif dan menguntungkan secara ekonomi bagi penduduknya (Kaur et al.2017). Sistem Formularium menurut Muchid (2010) terdiri atas evaluasi penggunaan obat, penilaian dan pemilihan obat. Evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost effective. Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian dengan mengambil data dari pustaka dan pengkajian dengan mengambil data sendiri. Penilaian obat dilakukan dengan obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik. Pemilihan obat dilakukan dengan memperhatikan faktor institusional (kelembagaan) yaitu kebijakan rumah sakit, faktor obat dan faktor biaya. Evaluasi Obat Formularium Obat dan perawatan baru muncul setiap saat, dan tanpa evaluasi, formularium akan menjadi koleksi obat yang lebih tua dan kurang efektif. Oleh karena itu, seluruh formularium harus dilakukan evaluasi setiap 2 – 3 tahun (Mahendrakumar et al. 2013). Menurut (Aritonang 2017), evaluasi dapat
10 dilakukan dengan analisis ABC (kategori A, B, dan C) dan analisis VEN (kategori vital, esensial, dan non-esensial). Analisis ABC diperlukan untuk mengevaluasi obat dan penting untuk mengetahui volume produk obat dari segi biaya, anggaran obat dan utilisasinya sehingga analisis ABC dapat membantu manajemen dalam evaluasi formularium. Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat serta penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia (Depkes 2002). Menurut Siregar dan Amelia (2004), review sistem pengendalian obat perlu dilakukan dengan analisis ABC secara periodik karena terdapat perubahan harga dan pemakaian yang dipengaruhi oleh trend penyakit dan musim. Evaluasi obat formularium dapat dilakukan dengan mengulaskan semua obat-obatan formularium dalam setiap kelas terapeutik secara sistematis dan teratur, kemudian membandingkannya dengan obat-obatan non-formularium baru lainnya di dalam kelas itu. Dengan demikian, untuk mempertahankan formularium secara efisien, Drugs and Therapeutics Committee (DTC) harus sering bertemu untuk membahas dan membuat keputusan terhadap (Mahendrakumar et al. 2013): 1. Permintaan untuk penambahan obat-obatan baru dan penghapusan obatobatan lama 2. Tinjauan sistematis terhadap kelas terapi obat-obatan 3. Program tinjauan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah penggunaan obat-obatan.
Keuntungan Memakai Formularium Formularium apabila digunakan secara efektif
akan menjadi landasan
sistem formularium, yang dapat menjadi salah satu metode paling efektif untuk memastikan terapi obat yang rasional dan mengendalikan biaya obat (Mahendrakumar et al. 2013). Obat-obatan memainkan peran penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, dan dapat menawarkan solusi sederhana dan menghemat biaya untuk berbagai masalah kesehatan apabila diguna dengan benar (Laing dan Tisocki 2004). Menurut Mahendrakumar (2013), antara keuntungan pemakaian formularium adalah pengendalian biaya dan peningkatan
11 ekuitas dalam akses terhadap obat-obatan esensial, serta peningkatan kualitas perawatan. Selain itu, Kaur et al. (2017) juga menyatakan keuntungan formularium rumah sakit antara lain adalah seperti berikut: 1. Menyediakan praktisi obat-obatan yang diakui dan efektif untuk mengobati penyakit di regional atau negara 2. Mengurangi biaya persediaan obat-obatan dengan mengatur jumlah obat-obatan
dengan
meningkatkan
pembelian
dan
manajemen
persediaan. 3. Meningkatkan jaminan kualitas dan penyaluran yang lebih mudah 4. Memberi tekanan pada informasi obat-obatan dan memberi fokus pada pendidikan pasien 5. Menghilangkan kombinasi obat yang tidak rasional dan meningkatkan manajemen reaksi obat yang merugikan
SIMPULAN Formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat yang dianggap paling efektif untuk terapi pasien. Formularium berisi kumpulan dokumen produk obat yang terpilih disertai informasi tentang penggunaan obat. Keberadaan sistem formularium yang baik, sangat bermanfaat bagi rumah sakit, karena rumah sakit hanya akan menyediakan jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan pasien. Ketidakpatuhan terhadap formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit terutama mutu pelayanan di instalasi farmasi rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA [MSH/WHO] Management Sciences for Health and World Health Organization. 2007. Drug and Therapeutics Committee Training Course. Arlington (USA): Management Sciences for Health.
12 Anggraeni et al. 2008. Pengaruh proses pengembangan dan revisi formularium rumah sakit terhadap pengadaan dan stok obat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 41-49. Aritonang J. 2017. Analisis formularium RSUD Cimacan tahun 2017. Jurnal ARSI. 3(2): 88-99. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman penyusunan formularium rumah sakit. Jakarta (ID): Dirjen Binfar Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/Sk/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta (ID): Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
328/Menkes/
SK/VIII/2013
tentang
Formularium Nasional. Jakarta (ID): Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta (ID): Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta (ID): Depkes RI. Dirjen Binfar dan Alkes. 2014. Keputusan Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan No.02.03//III/1346/2014 tentang Pedoman Penerapan Formularium Nasional. Jakarta (ID): Dirjen Binfar dan Alkes. Istinganah. 2006. Evaluasi pengadaan obat dari dana APBD tahun 2001- 2003 terhadap ketersediaan dan efisiensi obat. Jurnal Manajemen Kesehatan. 9: 31-41. Kaur RJ, Misra A, Ambwani SR. 2017. Hospital formulary concept: Is India ready and how it will benefit from it? J Basic Clin Pharma. 8: 208-210. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Formularium Nasional Kendalikan Mutu dan Biaya Pengobatan. [Internet]. [diunduh 2019
13 Februari 13]. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/article/print/2327/ formularium-nasional-kendalikan-mutu-dan-biaya-pengobatan.html. Krisnadewi, Kusuma A, Subagio PB dan Wiratmo. 2014. Evaluasi standar pelayanan minimal instalasi farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan sebelum dan sesudah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. eJurnal Pustaka Kesehatan. 2 (2): 192- 198. Laing R, Tisocki K. 2004. How to Develop a National Formulary based on the WHO Model Formulary A Practical Guide. Geneva (CH): Publications of WHO. Mahendrakumar BJ, Sowmya M, Uma MD, Hymavathi R, Ramesh S. 2013. Hospital formulary: An overview. IJOPP. 6 (1): 1-5. Muchid A. 2010. Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI bekerjasama dengan Japan Internasional Cooperation Agency. Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2016. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
[Internet].
[diunduh
2019
Februari
12].
Tersedia
pada:
Permenkes%2072-2016%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20 di%20Rumah%20Sakit%20(1).pdf. Pudjaningsih. 2006. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit. Jurnal Logika. 3 (1): 16-25. Ronny HM. 2006. Manajemen Rantai Pasokan Industri Farmasi di Indonesia. Surabaya (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Siregar CJP dan Amalia L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Siregar JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan. Jakarta (ID): EGC. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2017. Formularium obat rumah sakit umum daerah saiful anwar Tersedia
pada:
[internet]. (diunduh 2019 Februari 15]. http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-
content/uploads/2018/04/FORMULARIUM-OBAT-RSSA2017.compressed.pdf
14 World Health Organization (WHO). 2004. The World Medicine Situation. Geneva (CH): WHO Press.