3. Dikomandani Chairul Tanjung, dengan payung PT. Trans Corpora (Grup Para), membawahi: Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) dan Trans-7 (PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, semula dikenal sebagai TV7). Pertama, pengelompokan ini jelas akan didukung oleh para biro iklan, karena biro-biro iklan ini tidak perlu lagi repot berurusan dengan satu-persatu stasiun TV, dalam membuat perencanaan periklanan. Dengan demikian, mereka akan bisa menawarkan paket penayangan iklan yang menarik dan lengkap kepada para pemasang iklan. Kedua, dengan membentuk kelompok, media TV akan mampu melakukan efisiensi, optimalisasi sumberdaya, dan penghematan biaya modal dan operasional, yang sangat krusial artinya di tengah persaingan antar stasiun TV yang ketat saat ini. Kemitraan strategis antara Trans TV dan Trans-7, memungkinkan penghematan dalam biaya rekrutmen, penggunaan kontributor dan koresponden di daerah, pemanfaatan program-program yang sudah diakuisisi, serta efisiensi dan optimalisasi penggunaan studio, fasilitas, dan alat-alat siaran lain. Tukar-menukar program antar stasiun-stasiun TV yang sudah berkelompok dalam suatu kemitraan strategis juga memungkinkan maksimalisasi profit. Ketiga, dengan membentuk kelompok yang kompak, kelompok industri TV akan memiliki bargaining position yang lebih baik dibandingkan stasiun TV yang berdiri sendiri, dalam berhadapan dan bernegosiasi dengan rumah-rumah produksi atau PH (production house). Konsolidasi dan pengelompokan sejumlah besar stasiun TV bersiaran nasional ini merupakan proses, yang dipicu oleh pertimbangan hisnis. Hal serupa juga sudah lebih dulu terjadi di Amerika dan Eropa. Dalam 20 tahun terakhir, terjadi merger dan konsolidasi besar-besaran di industri media dunia.Dalam buku The New Media Monopoly (2004) karya Ben Madigan, diungkapkan, kini tinggal lima perusahaan media besar yang menguasai seluruh pasar media global. Yaitu: News Corporation, AOL-Time Warner, Disney-ABC, Viacom-CBS, dan Sony-Columbia. Dan, asal tahu saja, News Corporation juga sudah masuk ke pasar Indonesia, dengan mengusai 20% saham ANTV. MandiriDiizinkanBeliSahamBNIDalamRangkaKonsolidasi JAKARTA (Media): Pemerintah mengizinkan manajemen Bank Mandiri untuk membeli 51% saham Bank BNI. Pembelian saham BNI itu merupakan salah satu opsi dalam rangka konsolidasi perbankan agar terbentuk bank berskala internasional dan menjadi bench mark (acuan) bagi perbankan nasional. “Jadi terbuka bagi Bank Mandiri untuk mengikuti penawaran saham BNI. Pada prinsipnya tidak ada masalah. Tetapi yang harus diperhatikan adalah sumber dana untuk membeli saham BNI. Konsep pendanaan harus jelas,” ujar Menteri Negara Badan Usaha Milik Negera (BUMN) Laksamana Sukardi, di Jakarta, kemarin.Lebih lanjut ia menjelaskan, saat ini Kementerian BUMN sedang mempelajari secara mendalam dua opsi berkaitan dengan struktur perbankan nasional. Opsi pertama adalah melakukan konsolidasi antara Bank Mandiri dan BNI. Opsi kedua Bank BNI dibeli oleh bank atau investor selain Bank Mandiri. Apa pun opsi yang akan dipilih, yang pasti harus dapat melahirkan bank berskala internasional. “Saat ini sedang didalami untung rugi dari opsi-opsi itu. Karena itu kita tidak bisa membuat keputusan dengan cepat,” kata Laksamana. Mengenai hasil penjualan 51% saham BNI, Laksamana mengatakan, pihaknya belum mengetahui apakah seluruhnya masuk dalam kas negara atau menjadi modal bank bersangkutan. Karena saat ini Menteri BUMN juga mempunyai rencana untukmempercepat kemampuan bank-bank BUMN memenuhi syarat permodalanminimal,sebagaimana yang ditetapkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API).Berkaitan dengan API tersebut, Laksamana juga menyatakan, pada dasarnya saat ini seluruh bank membutuhkan tambahan modal. “Dari peta perbankan, untuk menjadi bank nasional dibutuhkan modal minimal Rp20 triliun, bank internasional Rp40 triliun. Dari mana modal itu kalau tidak ada tambahan? Itu logikanya. Kalau mau ikuti peta API, semua bank harus tambah modal,” jelasnya. Menyinggung permintaan DPR agar divestasi 10% saham Mandiri dilakukan melalui secondary offering (penawaran umum kedua), Laksamana mengatakan, pihaknya belum memutuskan bagaimana cara divestasi 10% saham Mandiri itu. Tetapi yang perlu ditekankan adalah, divestasi itu harus dilakukan dengan tujuan jangka panjang untuk memperkuat struktur dan sistem
perbankan nasional.DPR setuju Sementara itu, Ketua Komisi IX DPR RI Emir Moeis mengatakan, pada prinsipnya DPR menyetujui rencana penjualan saham Bank Permata, BNI, maupun BRI. Namun, DPR masih harus mempertanyakan kepada pemerintah waktu yang tepat untuk menjual. „ DPR bagaimanapun pasti memberikan persetujuan untuk menjual, karena penjualan ini sudah masuk asumsi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2004,‟ Dari segi persentase penjualan, Emir berharap saham yang dijual kepada pembeli strategis tidak lebih dari 30%, khususnya untuk BNI dan BRI. Namun demikian, untuk penjualan saham Bank Permata, bisa dilakukan penawaran sampai dengan 51% saham, asalkan pembelinya benar-benar signifikan. „Bank Permata memang asalnya swasta, jadi saya kira tidak apa -apa kalau 51% sahamnya dijual ke pembeli strategis. Lain halnya dengan BNI dan BRI, pemerintah harus mempertimbangkan faktor historisnya. BNI dan BRI kan bank nasional yang merupakan kebanggaan bangsa,‟ katanya. Sedangkan Wakil Ketua Komisi IX DPR Anthony Zeidra Abidin mengatakan, DPR kemungkinan akan menyetujui rencana pemerintah melakukan divestasi 71% sahamnya di Bank Permata. Namun, Dewan akan meminta pemerintah untuk memperhatikan waktu penjualannya. “Kalau untuk yang 20% maka bisa segera dilakukan dengan menjua l di pasar modal. Tapi yang 51% itu harus dipetimbangkan dengan sangat hati-hati. Tidak bisa dilakuka n dalam waktu dekat,” jelasnya.Tetapi rencana pemerintah melakukan divestasi atas BNI, BRI, Mandiri, dan Permata dinilai ekonom Didik J Rachbini terkesan terburu-buru. Langkah ini dikhawatirkan akan menurunkan harga saham bankbank yang akan dijual. “Pemerintah memang membutuhkan dana untuk menutupi kebutuhan APBN 2004. Tapi itu tidak berarti penjualan harus dilakukan dalam waktu dekat. Kalau untuk menutup APBN saja, maka pemerintah bisa melakukan pengurangan pengeluaran,” ujar Didik. Yang harus diperhatikan pemerintah saat ini adalah waktu penjualan saham-saham tersebut. Saat ini, menurut Didik, tidak ada desakan bagi pemerintah melakukan penjualan sebelum pelaksanaan pemilu. Malahan, kemungkinan harga akan semakin baik bila pemilu telah terlewati.Seperti diketahui pemerintah berniat untuk melakukan penjualan secara besar-besaran pada semester I 2004. Daftar bank yang sahamnya akan segera dijual antara lain Bank Permata (71%), Bank Negara Indonesia (51%), dan Bank Mandiri (10%). Konsolidasi,StrategiHadapiResesi Pertumbuhanasuransiumumpadatahuninibakalmelemahdibanding2008.VIVAnews - Konsolidasi antar perusahaan asuransi merupakan pilihan menghadapi resesi dan pertumbuhan yang melambat. Diperkirakan setelah konsolidasi, jumlah perusahaan asuransi akan menciut menjadi 60 perusahaan dari 95 perusahaan.Pengamat Asuransi Umum Alberto Hanani mengatakan, pertumbuhan asuransi umum pada tahun ini bakal melemah dibanding 2008, akibat adanya resesi. "Asuransi tidak akan tumbuh dua digit," katanya setelah peresmian gedung Dosen FEUI di Depok Jawa Barat, Kamis, 5 Maret 2009.Alberto mengatakan, strategi di masa resesi, setor modal sulit dilakukan. Sehingga investor bisa memilih strategi konsolidasi. Menurutnya, ketentuan penambahan modal asuransi yang dinaikkan menjadi Rp 40 juta pada 2010, mengakibatkan konsolidasi menjadi pilihan perusahaan asuransi umum. Sebab, resesi membuat persaingan makin ketat, pertumbuhan melambat dengan jumlah pemain (perusahaan) yang sama. "Ada beberapa yang sudah konsolidasi. Sudah kelihatan dari sekarang," kata Alberto. Jika konsolidasi berhasil, Alberto menambahkan, perusahaan asuransi yang tertinggal akan menyusut menjadi 60 perusahaan dari 95 perusahaan. Selain pilihan konsolidasi, kata dia, strategi lainnya dengan menambah variasi produk serta strategi distribusi melalui agen seperti yang dilakukan agen asuransi umum. "Itu bisa menjadi pilihan perusahaan, jika tidak menginginkan konsolidasi," ujar Alberto.Alberto menuturkan, fenomena lainnya dalam industri asuransi adalah masuknya perusahaan asuransi syariah akan menambah para pemain asuransi umum