3bab 1-3.docx

  • Uploaded by: Syamsuryadi Adhe
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3bab 1-3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,807
  • Pages: 84
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kualitas pelayanan rumah sakit sangat bergantung pada pelayanan keperawatan profesional oleh tenaga keperawatan yang professional. Pelayanan keperawatan yang profesional, memerlukan perawat manajer atau administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pada semua aspek manajemen. Kondisikondisi tersebut diperlukan upaya perubahan dalam manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah sakit mampu bersaing. Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat (Sitorus, 2011). Sejalan dengan pengembangan dan perubahan pelayanan kesehatan dibutuhkan pengelolaan perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi permasalahan dan perencanaan/rencana stategis (Nursalam, 2011). Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien dalam waktu segera (imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Dalam hal ini instalasi kesehatan menyelenggarakan pelayanan gawat darurat yang disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit). Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan pasien sebagai bentuk pertolongan pertama. Instalasi/ Unit gawat darurat dalam pelaksanaannya tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit, namun sistem rumah sakit yang di anut oleh suatu negara berbeda-beda, sehingga tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Dalam mengelola IGD memang tidak mudah hal ini dikarenakan IGD adalah salah satu dari unit kesehatan yang padat

1

modal, padat karya dan padat teknologi (Margaretha, 2013).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses yang dinamis pada profesi keperawatan dimana perubahan dan perkembangan sebagai suatu tuntutan profesi dan kebutuhan suatu masyarakat, untuk itu perawat sebagai suatu profesi dalam pelayanan keperawatan dilaksanakan secara optimal yaitu diterapkannya model praktik keperawatan profesional (MPKP). Sistim MPKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistim MPKP (Nursalam, 2015). Keberadaan rumah sakit yang memiliki manajemen dan pelayanan yang baik mulai menjadi pembicaraan di masyarakat, oleh karena pelayanan yang diberikan tidak memuaskan dari para penyelenggara pelayanan kesehatan, seperti adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan, tempat dan tarif yang tinggi. Dari ketiga hal tersebut, aspek pelayananlah yang paling banyak disoroti oleh masyarakat sebagai sesuatu hal yang mendasar bagi para konsumen. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimana kinerja seorang perawat sangat menentukan keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsi dan tugas yang diembannya (Hartanto, 2009). Berbicara kinerja perawat berarti kita berbicara mengenai sumber daya manusia yang sudah terampil, handal dan profesional. Oleh karena itu, keterampilan, kehandalan, dan keprofesionalan kerja dari seorang perawat akan mampu menciptakan iklim kinerja rumah sakit yang lebih baik didukung manajemen rumah sakit itu sendiri serta unsur-unsur manajerial yang melingkupinya (Pratiwi & Muhlisin, 2008). Pelayanan keperawatan yang terorganisir, memerlukan perawat manajer atau administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pada semua aspek manajemen. Kondisi-kondisi tersebut diperlukan upaya perubahan dalam

2

manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah sakit mampu bersaing. Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat (Sitorus, 2011). Sejalan dengan pengembangan dan perubahan pelayanan kesehatan dibutuhkan

pengelolaan perubahan, konsep manajemen

keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi permasalahan dan perencanaan/rencana stategis (Nursalam, 2011). Berdasarkan hal di atas Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar melakukan suatu program praktik dengan lingkup manajemen keperawatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Pada akhir profesi mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengenal masalah-masalah kepemimpinan/manajemen keperawatan dan mutu pelayanan keperawatan ditingkat ruang rawat, menerapkan proses menajemen keperawatan serta menjadi role model dalam pemberian pelayanan keperawatan. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khususnya adalah : Melakukan menyelesaikan praktek profesi manajemen, mahasiswa mampu : a. Melakukan kajian terhadap penerapan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasoan, pengarahan, dan pengendalian) oleh Kepala Ruanganm Clinical Care Manager, Perawat Primer/Ketua Tim, dan Perawat Asosiet. b. Melakukan kajian situasi layanan pelayanan keperawatan (man, material, method) dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan ditingkat ruang rawat dengan menggunakan survey.

3

c. Melakukan analisa Strength, Weaknees, Opportunity and Threat (SWOT) berdasarkan hasil survey. d. Mengidentifikasi masalah yang terkait pelayanan dengan asuhan keperawatan ditingkat ruangan berdasarkan hasil survey. e. Menyusun rencana penyelesaian masalah (plan of action/POA) atau rekomendasi berdasarkan prioritas masalah yang telah dirumuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sumber daya yang ada diruang rawat. Penyusunan rekomendasi ini dilakukan bersama-sama dengan penanggung jawab ruang rawat f. Mengimplementasikan

perencanaan

pelayanan

dan

asuhan

keperawatan yang telah disusun bersama dan menerapakan model praktek keperawatan professional (MPKP) ditingkat ruang rawat. Dalam penerapan MPKP, mahasiswa akan bermain peran (Role Playing) sebagai kepala ruangan, perawat primer, dan perawat pelaksana secara bergantian. g. Mengevaluasi implementasi manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan yang telah dilakukan ditingkat ruang rawat.

C. Manfaat Praktek 1. Bagi Rumah Sakit Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah yang bersifat teknis operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu, yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan UNHAS Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit. 3. Bagi Mahasiswa Praktik Memperoleh

pengalaman

mengintegrasikan

ilmu-ilmu

dan

pengetahuan

nyata

administrasi/manajemen

dalam

keperwatan

4

langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit, sehingga timbul rasa percaya diri.

D. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan. 2. Pengelolaan dan evaluasi proses manajemen dan mutu pelayanan keperawatan,

perencanaan,

pengorganisasian,

pengarahan

dan

penawasan/pengontrolan. 3. Pengelolaan dan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

E. Tempat dan Waktu 1. Tempat Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar 2. Waktu Pelaksanaan praktik berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 4 – 23 Februari 2019

F. Tahap Pelaksanaan 1. Tahap orientasi a. Orientasi ruangan perawatan oleh Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat. b. Diskusi dengan kepala ruangan dan staf. c. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek manajemen keperawatan yang akan dikaji. 2. Tahap identifikasi permasalahan a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian. b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan penyebaran kuesioner, perumusan masalah dan persentasi hasil quesioner. 3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi a. Melakukan analisa data b. Penentuan prioritas masalah aspek kajian manajemen dari input proses dan output yang telah disepakati bersama staff di ruangan,

5

yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan dicapai. c. Pembuatan

rencana

kegiatan

(plan

of

action)

dengan

mempertimbangkan biaya, waktu, dan sarana dan kebijakan yang tersedia di Rumah Sakit. d. Persentasi dan sosialisasi kegiatan. e. Tahap evaluasi.

4. Tahap pembuatan laporan dan persentasi hasil a. Persentasi hasil awal dan akhir praktik b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Rumah Sakit dan pembimbing PSIK-Unhas.

6

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

A. Sejarah dan perkembangan Sejak

awal

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Hasanuddin

mempergunakan Rumah Sakit Umum Labuang Baji, Rumah Sakit Stella Maris, Rumah Sakit Pelamonia, Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawsi Selatan

dan menyusul Rumah Sakit Akademis sebagai tempat praktek

Mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk mencapai gelar Dokter. Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan waktu, Rumah Sakit Jiwa DADI di bangun di Kampus Universitas Hasanuddin yang baru yang bernama Rumah Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo, dimana Rumah Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo juga berfungsi sebagai pusat rujukan di Kawasan Timur Indonesia. Sampai sekarang ini, kesemua rumah sakit tersebut diatas, ditambah dengan Rumah Sakit Umum Islam Faisal menjadi tempat praktek Mahasiswa yang akan menjadi dokter. Adapun Kelas dan Kepemilikan rumah sakit tersebut berbeda-beda. Berhubung dengan kepemilikan dan kelas yang berbeda-beda, maka kebijakan pelayanan pendidikan dan penelitian dalam rumah sakit tersebut bervariasi satu sama lainnya dan seringkali menimbulkan konflik atau ketidakserasian antara pelayanan, pendidikan dan penelitian. Kondisi ini tentunya menghambat proses pelayanan maupun proses pendidikan yang berakibat ketidakpuasan pasien dan keterlambatan kelulusan bagi mahasiswa Keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan suatu rumah sakit

7

khusus pendidikan yang dapat menjadi rujukan teknologi medis pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sehingga dianggap perlu untuk mengembangkan RS Pendidikan yang bisa dijadikan sebagai laboratorium pendidikan tidak hanya untuk fakultas Kedokteran Unhas namun juga untuk fakultas ilmu-ilmu kesehatan di Unhas seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Fakultas Keperawatan yang sesuai standar, oleh karena itu dibangunlah RS Pendidikan Universitas Hasanuddin. Hal ini dapat tergambar pada struktur organisasi pengelola RS UNHAS, dimana pengelolanya berasal dari berbagai fakultas di UNHAS sesuai kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola RS Pendidikan. Rumah Sakit Universitas Hasanuddin atau Hasanuddin University Hospital (HUH) ini , berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010

di

Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.M.Nuh. Rumah Sakit ini terletak berdampingan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo bertujuan untuk efisiensi penggunaan sarana dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat dikembangkan konsep saling menguatkan dalam mengintegrasikan program pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS). Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka perkembangan wilayah kampus UNHAS Tamalanrea akan dikembangkan menjadi Academic health Centre di Indonesia bagian Timur. Rumah Sakit Universitas Hasanuddin akan dikembangkan sebagai rumah sakit yang environmental friendly, energy saving serta mengembangkan teknologi

8

informasi yang canggih dalam menjalankan pelayananannya. Pelayanan kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi dini penyakit melalui penggunaan teknologi canggih (Hi-Tech) seperti penggunaan Biomolekuler serta pengembangan teknologi modern dan pengembangan pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah sakit yang ada di Sulawesi Selatan. RS Universitas Hasanuddin mengembangkan pelayanan unggulan sesuai dengan

Memorandum of Understanding (MOU) RS Dr Wahidin

Sudirohusodo (RSWS) yaitu Eye Center, Trauma Center, Cancer Centre, Fertility Endocrine Center dan Neurointervention Center. Dalam menjalankan operasionalisasinya, RS Universitas Hasanuddin banyak bekerja sama dengan RSWS dalam hal penggunaan layanan yang belum dimiliki oleh RSUH seperti Instalasi Gizi dan Laundri, Layanan Laboratorium serta sebagai tempat magang beberapa tenaga professional. Sebagai Rumah Sakit Umum Pendidikan, Rumah sakit Universitas Hasanuddin berkomitmen untuk mengintegrasikan Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. B. Gambaran Umum RS UH Rumah sakit Universitas Hasanuddin merupakan Rumah Sakit Umum Pendidikan milik DIKNAS yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan Km.11 Tamalanrea tepat di Pintu II Kampus Universitas Hasanuddin yang berdampingan dengan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo milik DEPKES. Dengan mempertimbangkan efisiensi dari penggunaan sarana,

9

efisiensi pemamfaatan SDM, dan rencana Pengembangan AKADEMIC HEALTH AREA di wilayah kampus UNHAS. Akademic Health Area terdiri atas Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Laboratorium Kesehatan , Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Unit Transfusi Darah Provinsi, Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Halimah Daeng Sikati, Fakultas Keperawatan (Prodi Keperawatan, Fisioterapi, Psikologi, Keperawatan Hewan) Fakultas Keperawatan Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Fakultas Farmasi. Posisi gedung yang strategis dan tepat berada di jalur utama kota makassar sehingga memudahkan akses bagi seluruh masyarakat untuk memanfaatkan semaksimal mungkin pelayanan kesehatan di RS. Universitas Hasanuddin. Rumah sakit Universitas Hasanuddin terdiri atas 6 gedung yang terpisah dimana peruntukan masing masing meliputi : 1. Gedung A (14.813.04m2) : Sebagai pusat pendidikan, Manajemen Rumah Sakit, Trauma Center, One Day Care, Home Care, dan Polikliknik Spesialis 2. Gedung B (18.560.16m2) : Sebagai Pusat ICU, COT dan Keperawatan 3. Gedung C (13.441.48m2): Sebagai Pusat Akademik 4. Gedung E serta F (28.000.00m2) Sebagai Pusat Pelayanan Cancer Center (Oncologi) C. Visi, Misi, dan Motto RS 1. Visi RS “Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan Pendidikan, Penelitian dan Pemeliharaan Kesehatan yang bertaraf internasional”

10

2. Misi RS a. Menciptakan tenaga profesional yang berstandar international dalam pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan. b. Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan. c. Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yang unggul dan perbaikan mutu pelayanan berkesinambungan. d. Memberikan pemeliharaan kesehatan secara terpadu dengan pendidikan, penelitian yang berstandard international tanpa melupakan fungsi sosial. e. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain baik regional maupun internasional. 3. Motto RS “Tulus Melayani” D. Organisasi RS Rumah Sakit Umum Pendidikan Universitas Hasanuddin dipimpin oleh seorang direktur utama dibawah bimbingan dewan pengawas dan tetap dibawah asuhan Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu,MA, sebagai Rektor UNHAS. Dr. dr. Andi Fachruddin Benyamin, Sp.PD, KHOM, sebagai Direktur Utama membawahi tiga komite yaitu 1. Komite medik, 2. Komite penjaminan mutu & pengembangan organisasi, Komite Keperawatan, dan Satuan pemeriksaan internal. Selain membawahi dua komite dan satu Satuan pemeriksaan internal, Direktur Utama juga membawahi empat Direktorat yaitu

11

1. Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan, dengan dua kepala bidang yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar sembilan instalasi antara lain : a. Instalasi Rawat jalan b. Instalasi Rawat Inap c. Instalasi UGD d. Instalasi OK e. Instalasi Rehab Medik f. Instalasi Home Care g. Rekam Medik h. Instalasi Pemulasan Jenazah 2. Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian, dengan dua kepala bidang yaitu a. Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan b. Kepala Bidang Penelitian. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar lima bidang akademik antara lain : 1) Medik 2) Keperawatan 3) Kesehatan Masyarakat 4) Farmasi 5) Non Medik

12

3. Direktorat Pelayanan Penunjang Sarana Medik dan Kerjasama, dengan dua kepala bidang yaitu: Kepala Bidang Pelayanan Penunjang Sarana Medik, yang membawahi sekitar tujuh instalasi terkait antara lain : a. Instalasi Farmasi b. Instalasi Laboratorium c. Instalasi Radiologi d. Instalasi Gizi e. Instalasi CSSD dan Laundry f. Instalasi IPSRS g. Instalasi Ambulance h. Kepala Bidang Pemasaran dan Kerjasama. 4. Direktorat Administrasi umum, SDM dan Keuangan, dengan tiga kepala bidang yaitu: a. Kepala Bidang Administrasi umum dan SDM, yaitu membawahi antara lain : 1) Tata Usaha 2) SDM 3) Hukum dan Organisasi 4) Logistik 5) Instalasi sanitarian (PAL & Inoinerator) b. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yaitu membawahi antara lain : Perencanaan dan Evaluasi, dan SIM c. Kepala Bidang Keuangan, yaitu membawahi antara lain : 1) Akuntansi, Verifikasi

13

2) Keuangan Bendahara 3) Punchassing. E. Sarana dan prasarana RS Rencana pembangunan gedung Rumah sakit Universitas Hasanuddin, terdiri dari enam gedung yaitu dari gedung A sampai Gedung F. Ada sepuluh pelayanan unggulan yang telah dijalankan di RSUH ini yaitu : 1. Trauma Center 2. Cancer Center (Onkologi) 3. Eye Center (Ophthalmologi) 4. Diagnostic Center 5. Cerebral and vaskular intervention Center 6. Endocrine, Fertility and Reproduction Center 7. Research Center 8. Assesment Alternatif Medicine Center 9. Telemedicine and Education Center, dan 10. Fisioterapi dan Rehabilitation Center, Sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap saat ini baru melayani sekitar empat layanan unggulan yaitu meliputi kasus Bedah, kasus Anak, kasus Interna, dan Kasus Neurologi, dari lima belas item pelayanan unggulan yang direncanakan. Lima belas item tersebut antara lain tujuh sarana Instalasi poli yaitu Instalasi Poli Obgyn, Instalasi Poli Anak, Instalasi Poli Saraf, Instalasi Poli Fisotherapi, Instalasi Poli Interna, Instalasi Poli Bedah, Instalasi Poli Bedah 2, Instalasi Poli THT, Instalasi Poli Mata; Sepuluh Instalasi Penunjang Yaitu , Instalasi HCU, Instalasi RR, Instalasi Kemoterapi, Instalasi Apotek,

14

Instalasi CSSD, Instalasi IRD, Instalasi OK 1, Instalasi OK2, dan Instalasi Radiologi; Terdapat juga satu Ruangan ntuk gudang ALKES; Serta Ruang Perawatan Super VIP, VIP di Lantai tiga dan Ruang Perawatan Kelas I, II serta III di Lantai empat. F. Gambaran Umum Instalasi Gawat Darurat Ruang pelayanan IGD RS Unhas berada di gedung B-C yang terdiri atas ruang observasi 8 tempat tidur, ruang tindakan 6 tempat tidur, ruang rindakan non bedah 6 tempat tidur dan ruang resusitas 3 tempat tidur. Adapun bentuk Pertolongan gawat darurat medic dan bedah serta resusitasi dalam 24 jam, meliputi : 1. Penyakit dalam 2. Penyakit jantung 3. Penyakit paru 4. Penyakit kulit dan kelamin 5. Bedah umum, orthopedic, bedah palstik, beda saraf, dan urologi 6. Kebidanan dan kandungan 7. Penyakit mata 8. Penyakit THT (telinga Hdung dan tenggorokan) 9. Anestesi 10. Kesehatan anak Selain itu IGD RS Unhas Terdapat pula Ruang Transisi, Kamar Operasi Emergency dengan pelayanan 24 jam, Apotik Depo Farmasi 24 jam, yang melayani pasien umum, Asuransi kesehatan dan Pelayanan Ambulance. Ruang Pelayanan IGD RS Unhas yang berada di lantai 1 Gedung B-C terdiri dari 2 sayap, dimana sayap kiri terdiri dari Bed 1-6 dan di sayap kanan terdiri dari Bed 7-12, namun pada keadaan tertentu dalam dalam satu tempat dapat terdiri dari 2 bed misalnya 1A dan 1B. diantara sayap kanan dan kiri terdapat ners station. Dibelakang sayap kanan antara bed 1-6 terdapat apotek 24 jam ruang perawat, dan kamar Coas. Kamar mandi khusus petugas berjumlah 2 yaitu toilet laki-laki dan toilet perempuan, dan 1 toilet khusus pasien. terdapat

15

pula ruang spoel hock (tempat pembuangan urine dan pencucian pispot) dan juga terdapat musholla dilengkapi dengan tempat wudhu. Dalam sistem pelayanan IGD RS Unhas juga memiliki struktur organisasi, adapun struktur organisasi IGD RS Unhas adalah : Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat RS Unhas

Sedangkan sarana fasilitas yang dimiliki IGD RS Unhas cukup lengkap, terlihat pada tabel berikut : Tabel. 1 Alkes Ruang Perawatan Kelas 2&3 (Katinting) No

Fasilitas dan Alat Kesehatan

Ketersediaan

1

Ners station

1

2

Nebulizer

3

Triage

1

4

Ruang Resusitasi Neonatus

1

5

Inkubator Bayi

2

6

Bed Bayi

2

7

Monitor

4

8

Sungkup Neonatus

7

9

Selang Neo Puff

3

10

Neo Puff

1

11

Bulb Pump

1

12

Ruang Isolasi

2 Bed

13

Ruang Resusitasi

2 Bed

Tersedia

16

14

Tempat Tidur Pasien

18 Bed

15

Trolly Emergency

1

16

Timbangan Bayi

1

17

Timbangan Dewasa

3

18

Spignomanometer Dewasa

4

19

Spignomanometer Anak

1

20

Stetoskop Dewassa

2

21

Stetoskop Anak

1

22

Nasal Kanul Dewasa

2

23

Nasal Kanul Bayi/Anak

4

24

Simpel Mask Anak

6

25

Simpel Mask Bayi

5

26

Simpel Mask Dewasa

2

27

Rebreathing Mask

5

28

Non-Rebreathing Mask Dewasa

1

29

Non-Rebreathing Mask Anak

2

30

Kasa Gulung

3

31

Plester Gips

2

32

Tong Spatel Kayu

33

Flow meter

7

34

O2 Transfer

3

35

APAR

4

36

Termometer

5

35

Pen Light

1

36

Trolly Alat

10

37

NGT Dewasa

4

38

Urine Bag

3

39

Transfusi Set

1

40

Spoit

Tersedia

41

IV Cath

Tersedia

42

Threee Way

Tersedia

43

Suction

Tersedia

44

Tabung Vacutainer

Tersedia

45

Tempat Sampah Medis

Tersedia

46

Tempat Sampah Non Medis

Tersedia

47

Tempat Sampah Umum

Tersedia

48

Tempat Sampah Botol

Tersedia

Tersedia

17

49

Kursi Roda

4

50

EKG

1

51

Tandu Sekop

1

52

Hand Drup

20

53

Westafel

5

54

Spool Hook

3

55

Long Spine Board

1

56

Brangkar

4

57

Nierbekken Besar

1

58

Trolly Mandi

2

59

Pispot

1

60

Tiang Infus

20

61

Set GV

6

62

Ambu Bag Anak

1

63

Ambu Bag Dewasa

1

64

Ruang Logistik

1

65

Operating Theathre

1

66

Ruang Tindakan

1

67

Ruang Tindakan Gigi Mulut

1

68

Kamar Perawat

1

18

BAB III PENDEKATAN PENGKAJIAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN RUMAH SAKIT (PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN)

A. Pengumpulan Data Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar oleh mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Unhas 2018 bertujuan untuk melakukan pengkajian tentang struktur manajemen keperawatan yang berfokus pada fungsi-fungsi manajemen, meliputi: Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), koordinasi (actuating) dan pengawasan (controlling) dan Struktur organisasi yang meliputi: ketenagaan, sarana dan prasarana, model praktek pelayanan profesional, timbang terima, sentralisasi obat, penerimaan pasien baru, pendokumentasian keperawatan. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menilai fungsi dan struktur manajemen keperawatan di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar yaitu melalui pembagian kuesioner, wawancara, diskusi, observasi, kajian literatur serta tinjauan dokumen, dengan melibatkan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. B. Hasil pengumpulan data dan Analisa data Analisa dilaksanakan dengan metode distribusi frekuensi mengacu pada data primer (tinjauan dokumen), hasil pengumpulan data (dari kuesioner yang telah dibagikan kepada 14 perawat), observasi langsung serta wawancara dengan kepala ruangan/staf di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar.

19

1.

Ketenagaan (Man/M1) Jumlah ketenagaan di Ruang Instalasi Gawar Darurat (IGD) RS. Universitas Hasanuddin Makassar berjumlah 23 orang perawat yaitu : Tabel 2. Ketenagaan ruang Rawat Kelas 2&3 Ummi Sari, S.Kep.,Ns

Kepala Ruangan

Misbahuddin, A.md.Kep

Perawat Pelaksana

Husni, AMK

Ketua Tim

Syamsudduha, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Fatmayati, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Rif’atunnisa, S.Kep., Ns., M.Kep

Perawat Pelaksana

Darmiah Dalle S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Elmin Bora, S.Kep., Ns

Perawat Pelaksana

Musrifah Arifin, S.Kep., Ns

Perawat Pelaksana

Nurfitri, S.Kep.,Ns., M.Kep

Perawat Pelaksana

Fadiah Izzati Salim, S.Kep., Ns

Perawat Pelaksana

Risnawati B, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Dederianti, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Erma Dewi Amriyati, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Susanti, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Imran, AMK

Perawat Pelaksana

Sulfadly Fachri, S.Kep., Ns

Perawat Pelaksana

Nurhaidah, S.Kep., Ns

Perawat Pelaksana

Ruslan, S.Kep

Perawat Pelaksana

Syahrul, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

20

Halimah Ayu Wandina, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana

Eva Yustilawati, S.Kep.,Ns., M.Kep

Perawat Pelaksana

Wahida, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana Data primer: 2019

Diagram 1.1 Struktur Organisasi- Ketenagakerjaan (M1) (n=14) Struktur Organisasi yang telah Berjalan dan Kesesuaian Kemampuan Perawat di Bidangnya

Struktur Organisasi Sangat Baik/Selalu 28,6%

Cukup/KadangKadang 28,6%

Baik/Sering 42,9%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.1 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, yaitu

81% (21 perawat)

mengatakan struktur organisasi di RSP UNHAS

pada ruang

perawatan kelas II dan III sudah baik yang artinya kebanyakan perawat sudah merasa puas dan sesuai dengan kemampuannya di bidangnya.

21

Diagram 1.2 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=14) Pembagian Tugas

Pembagian Tugas Cukup/Kadang -Kadang 21,4% Sangat Baik/Selalu 35,7%

Baik/Sering 42,9%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.2 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, yaitu

80% (20 perawat)

mengatakan baik. Arrtinya pembagian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi di RSP UNHAS pada ruang perawatan kelas 2 &3. Diagram 1.3 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Kinerja Perawat Primer/Ketua Tim

22

Baik

Sangat Baik

48% 52%

Sumber:

Data Primer, 2017 Berdasarkan diagram 1.3 struktur manajemen keperawatan

diketahui bahwa dari 25 responden,

hampir semua responden

menjawab baik dan sangat baik terhadap kinerja perawat primer/ketua tim di RSP UNHAS pada ruang perawatan kelas 2&3.

Diagram 1.4 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Kebutuhan Perawat Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Baik

Sangat Baik

44% 56%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.4 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden,

hampir semua responden

23

menjawab baik dan sangat baik terhadap kebutuhan perawat untuk meningkatkan kemampuan kerja. Diagram 1.5 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Kebijaksanaan RS Dalam Memberikan Pelatihan Sangat Kurang

20%

Cukup

Baik

24%

56%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.5 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 56% (14 perawat) menjawab cukup terhadap kebijakan

RS dalam

memberikan

pelatihan. Namun ada sekitar 24% (6 orang) yang menjawab sangat kurang.

Diagram 1.6 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Jumlah Pendapatan Sangat Kurang

Cukup

Baik

4%

28%

68%

Sumber: Data Primer, 2017

24

Berdasarkan diagram 1.6 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 68% (17 orang) menjawab cukup terhadap jumlah pendapatan yang diterima.

25

Diagram 1.7 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Beban Kerja Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien

Cukup

Baik

Sangat Baik

17%

20% 63%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.77 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 63% (19 orang) menjawab cukup terhadap beban kerja perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Diagram 1.8 Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25) Kesesuaian Jumlah Perawat dengan Jumlah Pasien

Sangat Kurang

Cukup

44% 56%

Sumber: Data Primer, 2017

26

Berdasarkan diagram 1.8 struktur manajemen keperawatan diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 56% (14 perawat) menjawab cukup terhadap kesesuaian jumlah perawat dengan jumlah pasien. Namun ada sebanyak 44% (11 perawat) menjawab masih sangat kurang. Analisis: Dari 25 responden, didapatkan hasil bahwa struktur organisasi yang telah berjalan di ruang perawatan kelas II dan III sudah sesuai dengan kemampuan perawat di bidangnya. Beberapa perawat merasa masih membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan agar bisa terus mengapdate ilmu keperawatan dan memperoleh ilmu terbaru dari hasil pelatihan. Beberapa responden merasa masih sangat kurang terhadap jumlah pendapatan plus insentif yang diterima. Adapun untuk kesesuaian jumlah perawat dengan jumlah pasien, masih ada perawat yang menjawab masih kurang. Hasil data didapatkan yaitu jumlah tempat tidur ( 54 tempat tidur) dan jumlah tenaga perawat (28 orang) yang belum sesuai kebutuhan. 2. Sarana dan prasarana (Material) Diagram 2.1 Struktur Manajemen Keperawatan-Tata letak gedung ruangan

Tata letak gedung ruangan sesuai dengan standar 12%

Sangat kurang/tidak pernah Cukup/Kadang-kadang

52%

Baik/Sering

36%

Sangat baik/selalu

Sumber: Data Primer, 2017

27

Berdasarkan diagram 2.1 diketahui bahwa 52% perawat mengatakan tata letak gedung ruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin sudah cukup memenuhi standar. Permasalahan : Tidak ada masalah Diagram 2.2 Struktur Manajemen Keperawatan- Kelengkapan Fasilitas Ruangan

Kelengkapan fasilitas diruangan sudah sesuai dengan standar Sangat kurang/tidak 16%

pernah Cukup/Kadangkadang Baik/Sering

4% 8% 72%

Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan diagram 2.2 diketahui bahwa 72%

perawat

mengatakan kelengkapan fasilitas di ruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin sudah cukup memenuhi standar. Permasalahan: Tidak ada masalah Diagram 2.3 Struktur Manajemen Keperawatan- Kelengkapan Peralatan

di Ruangan

Kelengkapan peralatan kesehatan diruanganSangat kurang/tidak 24%

4% 4% 68%

pernah

Cukup/Kadangkadang Baik/Sering Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

28

Berdasarkan diagram 2.3 diketahui bahwa 6% perawat mengatakan peralatan kesehatan di ruangan di Ruang Perawatan Kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin sudah cukup lengkap. Permasalahan : Tidak ada masalah Diagram 2.4 Struktur Manajemen Keperawatan-Alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien

Alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien 4% Sangat kurang/tidak pernah

8% 36%

52%

Cukup/Kadang-kadang

Baik/Sering Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 2.4 diketahui bahwa 52%

perawat

mengatakan alat yang tersedia diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah cukup sesuai dengan rasio pasien. Permasalahan : Tidak ada masalah Diagram 2.5 Struktur Manajemen Keperawatan-perawat yang mengerti cara penggunaan alat kesehatan

perawat yang mengerti cara penggunaan alat kesehatan 16% 4%

Sangat kurang/tidak pernah

16%

Cukup/Kadangkadang Baik/Sering

64%

Sumber: Data Primer, 2017

Sangat baik/Selalu

29

Berdasarkan diagram 1.5 diketahui bahwa 64% perawat mengatakan perawat diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah cukup mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan. Permasalahan : Tidak ada masalah Diagram 2.6 Struktur Manajemen Keperawatan-Tersedianya consumable yang dibutuhkan pasien

Tersedianya consumable yang dibutuhkan pasien 8% 0% 40% 52%

Sumber: Data Primer,

Sangat kurang/tidak pernah Cukup/Kadangkadang Baik/Sering Sangat baik/Selalu

Berdasarkan diagram 2.6 diketahui bahwa 52%

perawat

mengatakan consumable yang dibutuhkan pasien diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah tersedia dengan baik. Permasalahan : Tidak ada masalah Diagram 2.7 Struktur Manajemen Keperawatan-Administrasi penunjang

Administrasi penunjang yang memadai 0%

Sangat kurang/tidak pernah

44%

Cukup/Kadang-kadang

56% Baik/Sering

Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

30

Berdasarkan diagram 2.7 diketahui bahwa 56%

perawat

mengatakan administrasi penunjang yang ada diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah cukup memadai. Namun, Administrasi penunjang di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin belum memiliki Buku Timbang terima yang menjadi salah satu persyaratan idealnya sebuah administrasi penunjang . Permasalahan : Tidak tersedianya Buku timbang terima Analisa : Berdasarkan hasil observasi belum ada buku timbang terima yang baku. Selama ini perawat hanya menggunakan selembar kertas untuk mencatat kondisi pasien pada saat laporan timbang terima. Sehingga, Jika kertas tersebut hilang maka tidak ada lagi catatan yang bisa menjadi catatan/laporan

berkesinambungan

dalam

pelaksaanaan

asuhan

keperawatan pada pasien. 3. Model Praktek Pelayanan Profesional (Method) a. Penerapan MPKP Model praktek pelayanan keperawatan professional yang digunakan yaitu model keperawatan MPKP/TIM Primer. Perawat memahami model keperawatan yang digunakan saat ini. Pelaksanaan MPKP cocok digunakan di ruangan karena menurut perawat di ruangan, pelaksanaan MPKP sesuai dengan visi dan misi ruangan. Efektifitas dan efisiensi model keperawatan

31

MPKP bergantung dari kondisi pasien yang mempengaruhi lama rawat inap pasien rerata 5-7 hari dan tidak menjadikan beban berat kerja bagi perawat. Pelaksanaan model asuhan keperawatan tetap melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lain dan segera dibicarakan bersama dan secara kontunuitas. Mengenai tanggungjawab, dari 25 orang perawat, semua responden perawat merasakan job description sudah jelas, serta mampu mengenal kondisi pasien dengan baik.

Struktur organisasinya sebagai berikut : KEPALA BAGIAN KEPERAWATAN

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

KEPALA RUANGAN

n

Indah Reski Amalia, S.Kep.,Ns

KETUA TIM A

KETUA TIM B

Yanti Tindika, S.Kep.,Ns

Selviani Ice, S.Kep., Ns Muh. Bilal, S.Kep.,Ns

Mardiana, S.Kep

, Syamsiah, S.Kep., Ns

Syufitrisma Ishak, S.Kep., Ns

Muhaimin, Amd.Kep

Meuthia, S.Kep

Melinda T Pulung, S.Kep.,Ns

Nurhaidah, S.Kep 32

Irma YT, S.Kep

Irma Baso, S.Kep., Ns

Besse Ellyatira, AMK

Zulfahmi, S.Kep

Susi Susanti, Amd. Kep

Hajerah Ilham, S.Kep., NS

Lely Jumriani, S.Kep., Ns

Muh. Yusuf Bandu, S.Kep.,Ns

Arman, S.Kep

Listanira Maddusa, S.Kep., Ns

Anugrahwati, S.Kep., Ns

Misbahuddin, S.Kep., Ns

Sri Wahidin, S.Kep., Ns

Nurlinda C. Cora, S.Kep., Ns

Farhana Saida Bakri, S.Kep., Ns

Nuryani, S.Kep., Ns

33

Musrifah Arifin, S.Kep., Ns

Bagan 3. Struktur organisasi ruang Perawatan kelas 2&3 Lantai4 RSP UNHAS Makassas Permasalahan : Tidak ada masalah 4. Timbang terima Kegiatan timbang terima di ruang perawatan dilakukan 3 kali setiap pergantian shift yaitu shift malam ke shift pagi, shift pagi ke shift sore, dan shift sore ke shift malam. Kegiatan timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer dandihadiri oleh perawat yang berkepentingan (perawat associate). Adapun persiapan sebelum timbang terima yaitu status pasien dan hal yang harus disampaikan dalam pelaporan timbang terima yaitu keadaan pasien dan keluhan pasien serta rencana intervensi, kegiatan dan pemeriksaan yang akan dilakukan selanjutnya. Kemudian seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat bed pasien kemudian melihat kondisi pasien dan melaporkan hal-hal yang harus dilaporkan. Pelaksanaan kegiatan timbang terima dilaksanakan sekitar 3-5 menit. a. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu? Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa seluruh perawat mengatakan pelaksanaan kegiatan timbang terima selalu dilaksanakan tepat waktu. b. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat? Berdasarkan hasil pengolahan data, seluruh perawat mengatakan jika pelaksanaan kagiatan timbang terima selalu dihadiri oleh seluruh perawat yang berkepentingan. c. Apakah ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima?

34

Diagram 4.1 Buku khusus timbang terima

Buku khusus timbang terima YES

NO

64 36 Diagram 1 Sumber : data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai buku timbang terima, didapatkan bahwa 9 orang perawat (36%) mengatakan adanya buku khusus timbang terima dan 16 orang perawat (64%) mengatakan bahwa tidak terdapat buku khusus timbang terima. d. Apakah ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima? Diagram 4.2 Pendokumentasian laporan timbang terima

Pendokumentasian laporan timbang terima YES 44

NO 56

diagram 2 Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima, 11 orang perawat (44%) mengatakan bahwa mengalami

35

kesulitan dalam mendokumentasikan laporan hasil timbang terima karena tidak ada buku, dan 14 orang perawat (56%) mengatakan bahwa tidak mengalami kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima. e. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima sedang berlangsung? Diagram 4.3 Interaksi antar pasien dan perawat

Interaksi antara pasien dan perawat YES

NO

96

4 Diagram 4 Sumber: data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai interaksi dengan pasien saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung, yaitu 24 orang perawat (96%) mengatakan bahwa ada interaksi antara pasien dan perawat saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung dan 1 orang perawat (4%) mengatakan bahwa tidak ada interaksi antara pasien dan perawat ketika kegiatan timbang terima sedang berlangsung.

f. Apakah kedua PP menandatangani laporan timbang terima segera setelah timbang terima dilakukan?

36

Diagram 4.4 Pendatanganan laporan timbang terima

Penandatanganan laporan timbang terima YES

NO 72

28

Diagram 4 Sumber: data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai penandatanganan laporan kegiatan timbang terima oleh PP, sebanyak 7 orang perawat (28%) mengatakan bahwa laporan hasil kegiatan timbang terima ditandatangani oleh PP sedangkan 18 orang perawat (72%) mengatakan bahwa laporan hasil kegiatan timbang terima tidak ditandatangani oleh PP. g. Apakah Anda (tim shift pengganti) dievauasi kesiapannya oleh kepal ruangan? Diagram 4.5 Evaluasi timbang terima oleh kepala ruangan

Evaluasi timbang terima oleh kepala ruangan YES

NO

84

16

Diagram 5 Sumber: data primer, 2017.

37

Berdasarkan hasil olah data pada pertanyaan mengenai evaluasi kegiatan timbang terima oleh kepala ruangan, didapatkan bahwa sebanyak 21 orang perawat (84%) mengatakan bahwa kepala ruangan mengevaluasi kesiapan tim shift pengganti. Sedangkan 4 orang perawat (16%) mengatakan bahwa kepala ruangan tidak mengevaluasi kesiapa tim shift pengganti. 5. Ronde keperawatan a.

Frekuensi pelaksanaan Ronde Keperawatan Dalam pelaksanaan ronde keperawatan di Ruangan kelas 2 & 3 dilakukan sekali sebulan atau 3 kali sebulan, tetapi saat ini jarang dilakukan karena belum ada jadwal yang jelas tentang pelaksanaan ronde.

b. Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Diagram 5.1 Distribusi responden tentang Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Pelaksaan Ronde Keperawatan 8%

92% Ya

Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan untuk pertanyaan tentang pelaksanaan ronde kepewaratan diruangan sebanyak 23 (92%) perawat mengatakan bahwa di ruang kelas 2 & 3 telah dilaksanakan ronde keperawatan.

38

c. Pemahaman Perawatan tentang Ronde Keperawatan Diagram 5.2. Distribusi responden tentang pemahaman mengenai Ronde Keperawatan

Pemahaman tentang Ronde Keperawatan 8% 92%

Ya

Tidak

Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada pertanyaan tentang pemahaman perawat tentang ronde keperawatan sebanyak 23 (92%) perawat menjawab mengerti tentang ronde keperawatan. d. Keoptimalan Pelaksanaan Ronde Keperawatan Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan Keoptimalan Ronde Keperawatan

Keoptimalan Ronde Keperawatan

Tidak 40% Ya 60%

Ya

Tidak

Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada pertanyaan tentang pelaksanaan ronde yang optimal sebanyak 15 perawat (60%)

39

menjawab optimal dan 10 (40%) perawat menjawab tidak optimal karena jarang dilakukan. e. Pengetahuan Keluarga Pasien terhadap Ronde Keperawatan Diagram 5.4 Distribusi responden tentang Pengetahuan keluarga Pasien terhadap Ronde Keperawatan

Pengetahuan Keluarga pasien terhadap Ronde Keperawatan

Tidak 48%

Ya 52%

Ya

Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Dalam melaksanakan ronde keperawatan pasien dan keluarga harus berpartisipasi sebagai penerima asuhan keperawatan.

Berdasarkan

pengolahan data yang dilakukan tentang pengetahuan keluarga klien terhadap ronde keperawatan sebanyak 13 (52%) perawat menjawab bahwa keluarga telah mengerti tentang ronde kepewaratan dan 12 (48%) perawat menjawab bahwa keluarga belum mengetahui tentang ronde keperawatan.

40

f. Pembentukan Tim Ronde Keperawatan Diagram 5.5 Distribusi Responden berdasarakan Pembentukan Tim Ronde Keperawatan

Pembentukan Tim Ronde Keperawatan

36%

64%

Ya

Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan

tentang

pembentukan tim ronde kepewatan sebanyak 16 (64%) perawat menjawab bahwa tim ronde keperawatan telah dibentuk dan 9 (36%) perawat menjawab tidak.

41

g. Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentuknya Tim Ronde Keperawatan Diagram 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentukan Tim Ronde Keperawatan

Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentuknya tim Ronde Keprawatan

36%

64%

Ya

Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan tentang Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentukanya tim ronde keperawatan sebanyak 16 (64%) perawat menjawab tim ronde keperawatan telah melaksanakan ronde keperawatan dengan optimal. Masalah : Pelaksanaan ronde keperawatan yang belum optimal. Analisa Masalah : Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruangan tidak memiliki waktu yang jelas dan pelaksanaannya tidak optimal karena tidak ada waktu.

42

6. Sentralisasi Obat Diagram 6.1 Sentralisasi Obat

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

96%

88%

80%

20%

84%

80%

20%

12%

4%

YA

84%

16%

16%

TIDAK

Sumber: data primer, 2017.

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Seluruh perawat yang di berikan kuisioner mampu menjawab apa yang mereka ketahui mengenai sentralisasi obat yakni tempat pengelolaan obat. Dalam ruangan kelas 2 dan 3 di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin, terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat, yaitu depo obat. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Berdasarkan hasil kusioner dari 25 orang perawat mengenai pengadaan sentralisasi obat, terdapat 80% perawat yang telah diberikan wewenang dalam urusan sentralisasi obat dan 20% lagi tidak. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh perawat, dan keluarga klien wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat. Adapun proses penerimaan obat dari pasien ke perawat menurut jawaban para perawat di ruangan adalalah dari saat pasien menerima resep obat dari dokter penanggung jawab, dan dibawa ke apotik

43

lalu obat yang telah diterima kemudian diserahkan kepada perawat untuk diatur jadwal pemberiannya dan disimpan di ruangan obat. Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien atau keluarga pasien ke perawat , terdapat 80% perawat mengatakan ada format persetujuan namun 20% perawat mengatakan tidak ada format, dengan alasan pernah ada namun dihilangkan oleh bagian Rekam Medik. 7. Penerimaan pasien baru a. Melakukan penjelasan saat penerimaan pasien baru Berdasarkan hasil olah data mengenai mengenai hal-hal yang dijelaskan saat menerima pasien baru,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat menjelaskan saat menerima pasien baru (100%). Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa Dengan penjelasan yang diberikan orientasi ruangan, memberikan penjelasan tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab, dan tata tertib ruang. b. Cara yang dilakukan saat melakukan penerimaan pasien baru Berdasarkan hasil olah data mengenai cara yang dilakukan untuk memberikan

orientasi

baik

secara

lisan,

tulisan,

ataupun

keduanya,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat melakukan secara lisan dan tulisan (100%). c. Kesediaan melakukan PPB Diagram 7.1 Kesediaan melakukan penerimaan pasien baru

Kesediaan Melakukan PPB

Ya 100.0%

Sumber : data primer, 2019.

44

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan kesediaan perawat melakukan Penerimaan Pasien Baru (PPB), didapatkan hasil bahwa 14 perawat (100%) bersedia melakukan Penerimaan Pasien Baru. Hal ini diperkuat dengan beberapa orang perawat di ruang IGD mengatakan bahwa semua perawat di ruang IGD bertanggung jawab dalam menerima pasien baru d. Pembagian tugas tentang PPB Diagram 7.2 Pembagian tugas penerimaan pasien baru

Pembagian Tugas Tentang PPB Tidak 35.7%

Ya 64.3%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan pembagian tugas dalam penerimaan pasien baru, didapatkan hasil 9 perawat (64,3%) yang menyatakan bahwa ada pembagian tugas dalam penerimaan pasien baru, sedangkan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak ada pembagian tugas terkait

dengan penerimaan pasien baru.

Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa ada pembagian tugas dalam penerimaan pasien baru, Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang menyatakan bahwa dalam menerima pasien baru ditentukan berdasarkan jumlah pasien kelolaan di ruangan, perawat dengan jumlah pasien kelolaan yang sedikit akan menerima pasien baru, namun beberapa perawat juga mengatakan bahwa tidak ada pembagian tugas dalam menerima pasien baru dalam hal ini merawat mengatakan bahwa penerimaan pasien baru berdasarkan atas inisiatif perawat di ruangan sendiri.

45

e. Pemberian brosur/leaflet saat PPB Diagram 7.3 Pemberian brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru

Pemberian Brosur Saat PPB

Ya 35.7% Tidak 64.3%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan

diagram

diatas

terkait

dengan

pemberian

brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru, ditemukan 9 perawat (64,3%) menyatakan bahwa tidak ada pemberian brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru dan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak ada pemberian brosur/leaflet saat PPB. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam penerimaan pasien baru tidak ada pemberian brosur/leaflet hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa ketika pasien baru datang perawat hanya akan melakukan pengkajian dan juga melakukan TTV, sedangkan beberapa perawat

juga mengatakan bahwa dalam

penerimaan pasien baru ada pemberian brosur/leaflet, hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa ketika pasien baru datang, dan jumlah pasien agak kurang dan waktu perawat senggang perawat akan memberikan brosur/leaflet.

46

f. Melakukan pendokumentasian PPB Diagram 7.4 Melakukan pendokumentasian penerimaan pasien baru

Pendokumentasian PPB

Ya 100.0%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan diagram diatas terkait pendokumentasian perawat dalam penerimaan pasien baru didapatkan hasil bahwa sebanyak

14

perawat

(100%)

menyatakan

melakukan

pendokumentasian PPB. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa setelah melakukan penerimaan pasien baru, perawat akan melakukan pendokumentasian di lembar pendokumentasian yang ada 8. Dokumentasi a. Melakukan penjelasan saat penerimaan pasien baru Berdasarkan hasil olah data mengenai mengenai hal-hal yang dijelaskan saat menerima pasien baru,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat menjelaskan saat menerima pasien baru (100%). Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa Dengan penjelasan yang diberikan orientasi ruangan, memberikan penjelasan tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab, dan tata tertib ruang. b. Format pendokumentasian yang baku Diagram 9.1 Format pendokumentasian yang baku di ruang IGD

47

Format Baku Dokumentasi Keperawatan

Ya 100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan

diagram

diatas

terkait

format

pendokumentasian baku yang ada di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan bahwa terdapat format pendokumentasian yang baku yang digunakan di ruang IGD. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa untuk format pendokumentasian di ruangan telah disediakan dan khusus digunakan untuk ruangan IGD dan format tersebut telah direview berbagai pihak direksi RSPTN Universitas Hasanuddin. c. Pemahaman perawat dalam mengisi format pendokumentasian Diagram 9.1 Pemahaman cara pengisian format dokumentasi di ruang IGD

Pemahaman Pengisian Format Dokumentasi Keperawatan

Ya 100.0%

48

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman cara pengisian format dokumentasi di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan bahwa perawat di ruang IGD telah mengerti cara pengisian format dokumentasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa perawat di ruangan sebelum masuk menjadi perawat di RSPTN Universitas Hasanuddin telah melalui proses orientasi ruangan dan telah melalui orientasi ruangan di IGD sehingga perawat di ruangan telah mengerti terkait dengan pengisian format dokumentasi keperawatan.

d. Kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian Diagram 9.1 Kemudahan Perawat Menggunakan Format Pendokumentasi dalam melakukan pengkajian di ruang IGD

Kemudahan Perawat Dalam Menggunakan Format Pengkajian

Ya 100.0%

49

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) dengan adanya format pendokumentasian

memudahkan

perawat

dalam

melakukan

pengkajian ke pasien. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa dengan adanya format tersebut yang dilengkapi dengan assesment pasien sangat membantu dan meminimalisir waktu yang digunakan perawat dalam melakukan pengkajian.

e. Ketepatan waktu pendokumentasian Diagram 9.1 Ketepatan Waktu Pendokumentasian di ruang IGD

Ketepatan Waktu Pendokumentasian

Tidak 42.9%

Ya 57.1%

50

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 8 perawat (57,1%) telah melakukan pendokumentasian dengan tepat waktu sedangkan 6 perawat (42,9%) menyatakan melakukan pendokumentasian tidak tepat waktu. Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam pendokumentasian dilakukan tepat waktu yang diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa dalam pengisian pendokumentasian dapat dilakukan dengan tepat waktu dikarenakan dalam shift tertentu ketika jumlah pasien di ruangan tidak terlalu banyak sehingga perawat memiliki banyak waktu kosong untuk mengisi pendokumentasian, namun beberapa perawat juga mengatakan bahwa pendokumentasian tidak dilakukan tepat waktu dikarenakan adakalanya pasien datang dengan jumlah yang banyak, sedangkan tenaga yang ada diruangan terbatas dikarenakan alasan tertentu. f. Model Dokumentasi Menambah Beban Perawat Diagram 9.1 Model Dokumentasi Menambah Beban Perawat di ruang IGD

51

Model Dokumentasi Menambah Beban Perawat

Tidak 50.0%

Ya 50.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 7 perawat (50%) menyatakan terbebani dengan model dokumentasi yang ada, dan 7 perawat (50%) menyatakan tidak terbebani dengan model dokumentasi yang ada. Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat,

beberapa

perawat

mengatakan

bahwa

dalam

pendokumentasian terasa membenbani dikarenakan waktu yang kurang dan kesibukan di ruangan sehingga dalam melakukan pendokumentasian kadang dilakukan ketika waktu dinas telah selesai bahkan terkadang ada pendokumentasian yang tidak terselesaikan sehingga mendapat komplain dari ruang rawat inap, namun

beberapa

perawat

juga

mengatakan

bahwa

pendokumentasian tidak membebani perawat karena menurutnya format telah direview dan terasa memudahkan. g. Model Dokumentasi Menyita waktu perawat

52

Diagram 9.1 Model Dokumentasi Menyita Banyak Waktu Perawat di ruang IGD

Model Dokumentasi Menyita Waktu Perawat

Ya 100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait model dokumentasi menyita waktu perawat kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14

perawat

(100%)

menyatakan

bahwa

dengan

adanya

pendokumentasian sangat menyita waktu perawat di ruang IGD. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa dengan adanya pendokumentasian dan dengan kesibukan perawat di ruang IGD cukup menyita waktu perawat dikarenakan hanya dengan kesibukan ke pasien sudah menyita waktu yang banyak ditambah lagi dengan adanya pengisian pendokumentasian akan menambah waktu yang tersita oleh perawat.

53

Tabel 1 Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan Teori a. Metode dokumentasi menekankan fokus pada pasien idealnya anggota kesehatan berkontribusi terhadap satu daftar masalah pasien, adapun format dokumentasi terintegrasi harus mencakup formulir pengkajian dan sumber data, perencanaan, catatan perkembangan dan perawatan berkelanjutan. Metode dokumentasi sebaiknya menggunakan system penginputan computer untuk memudahkan dalam pelaksanaannya. Sedangkan Kekurangan dokumen terintegrasi berbasis paper yaitu sering terjadinya rebutan rekam medis untuk mendokumentasik an dapat

Temuan a. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di ruang IGD didapatkan bahwa catatn perkembang an pasien masih dalam bentuk paper sehingga rentan hilang, tercecer, memerlukan tempat penyimpana n yang luas, dan menyulitkan pada saat pencarian.

Kesenjangan a. Sebaiknya sistem pendokumentasi an dilaksanakan dalam bentuk penginputan komputer agar memudahkan perawat, dan dokumen mudah didapatkan

54

menimbulkan kebingungan Karena setiap informasi yang masuk dicatat dalam daftar masalah sehingga mungkin terjadi duplikasi pada perencanaan tindakan (Lasmani, Gofhur, 2013) Permasalahan: a. Pelaksanaan supervisi menggunakan sistem paper Analisa: Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan pendokumentasian diruangan sebaiknya menggunakan sistem penginputan komputer untuk memudahkan perawat dalam pendokumentasian ke pasien. 9. Supervisi a. Pemahaman tentang supervisi ruangan Diagram 10.1 Pemahaman Tentang Supervisi ruangan

Pemahaman Tentang Supervisi

Sumber : Data primer, 2019 Ya 100.0%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman perawat tentang supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat

55

(100%) menyatakan bahwa semua perawat mengerti terkait supervisi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa sebelumnya telah dilakukan supervisi sebelum masuk di ruang IGD karena sebagian perawat di ruang IGD ditransfer dari ruangan perawatan. b. Pelaksanaan supervisi diruangan Diagram 10.1 Supervisi ruangan

Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan Ya 21.4%

Tidak 78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi ruangan didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan telah dilakukan supervisi ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak pernah dilakukan supervisi di ruangan. Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa supervisi telah dilakukan di ruangan yang diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan sebelumnya telah dilakukan supervisi terkait pendokumentasian di ruangan, namun beberapa perawat juga mengatakan bahwa belum dilakukan di ruangan dikarenakan untuk supervisi baru akan direncanakan dalam bulan februari ini namun belum ada kejelasan

56

kedepannya, dan beberapa perawat di ruangan tergolong perawat baru di ruangan.

c. Format baku supervisi Diagram 10.2 Format baku supervisi

Format Baku Supervisi Ya 21.4%

Tidak 78.6%

Sumber : data primer. 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi ruangan didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan telah ada format supervisi yang baku di ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak ada format baku supervisi di ruangan. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa telah ada format baku supervisi, dimana format supervisi telah disiapkan oleh pihak direksi RSPTN Unhas. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

57

d. Format supervisi sesuai standar Diagram 10.3 Format supervisi sesuai standar

Kesesuaian Format Supervisi Dengan Standar Ya 21.4%

Tidak 78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait kesesuaian format supervisi dengan standar didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan format supervisi sudah sesuai dengan standar yang baku di ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan format supervisi tidak sesuai dengan standar. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat yang mengatakan bahwa telah format supervisi telah sesuai standar dikarenakan menurutnya format tersebut telah direview oleh pihak direksi RSPTN Unhas. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

58

e. Instrumen supervisi Diagram 10.4 Instrumen supervisi

Ketersediaan Alat Saat Supervisi Ya 21.4%

Tidak 78.6%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketersediaan alat saat supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa alat tersedia dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak tersedia alat saat supervisi. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat yang mengatakan bahwa alat saat supervisi telah tersedia. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

59

f. Hasil supervisi Diagram 10.5 Hasil supervisi

Penyampaian Hasil Supervisi Ya 21.4%

Tidak 78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait penyampaian hasil supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa ada penyampaian hasil supervisi dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan

tidak ada

penyampaian hasil

supervisi.

Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan saat selesai supervisi disampaikan hasil supervisi. Sedangkan yang mengatakan tidak ada penyampaian hasil supervisi merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut. g. Feedback supervisi Diagram 10.5 Feedback supervisi

Feedback Supervisior Ya 21.4%

60

Sumber : Data primer, 2019 Berdasarkan diagram diatas terkait feedback supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa ada feedback supervisi dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak ada feedback supervisi. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan ada feedback supervisi disampaikan hasil supervisi sehingga perawat mengetahui apa yang perlu ditingkatkan untuk pengembangan dirinya. Sedangkan yang mengatakan tidak ada feedback merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut. Tabel 1 Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan Teori b. Supervisi merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan

Temuan b. Berdasarkan hasil wawancara di ruang IGD beberapa perawat mengatakan bahwa supervisi baru dilaksanakan 1 kali, dan beberapa pula mengatakan belum pernah diadakan supervisi keperawatan

Kesenjangan b. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang jarang dilaksanakan di ruangan c. Perawat diruangan beberapa belum mendapatkan supervisi keperawatan dikarenakan beberapa perawat merupakan perawat

61

tugas. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan (Nursalam, 2015). Frekuensi dari sesi supervisi sesuai dengan kebutuhan spesifik dari kelompok. Kelompok supervisi harus diadakan setidaknya sekali dalam sebulan, dalam kasus pelayanan berdasarkan frekuensi harus ditingkatkan shift kerja (Lynch et al, 2008)

sejak bekerja di ruangan tersebut.

pindahan dari ruangan lain dan perawat baru

Permasalahan: b. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang jarang dilaksanakan di ruangan

62

c. Perawat diruangan beberapa belum mendapatkan supervisi keperawatan dikarenakan beberapa perawat merupakan perawat pindahan dari ruangan lain dan perawat baru Analisa: Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan supervisi keperawatan di ruang Instalasi gawat darurat (IGD) masih belum sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan teori pelaksanaan supervisi jarang dilaksanakan dan beberapa perawat belum mendapatkan supervisi keperawatan. 10. Fungsi Manajemen Diagram 11.1 Perencanaan

PERENCANAAN 30 25 20

15

16

10

Ya Tidak

11

5

7 5

0

0 Rencana Harian

Rencana Bulanan

Rencana Tahunan

Mengerti Visi dan Misi Falsafah RSP

Mengetahui Kebijakan RSP Terupdate

Sumber: Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen di perencaanaan. Dari 25 perawat didapatkan 20 perawat telah menyusun rencana harian dalam bentuk softcopy.

Dari 25 perawat didapatkan 14

perawat

menjawab telah menyusun rencana bulanan dalam model softcopy. Dari 25 perawat didapatkan 16 perawat tidak melakukan penyusunan rencana bulanan karena telah ada Kepala Ruangan yang menyusun rencana tahunan.

63

Seluruh perawat kelas 2 dan 3 menjawab telah mengerti visi dan misi Rumah Sakit. Ketika diberi pertanyaan tentang kebijakan terbaru Rumah Sakit, masih ada 7 orang perawat yang tidak mengetahui karena tidak ada sosialisasi.

Diagram 11.2 Pengorganisasian

PENGORGANISASIAN YA

TIDAK

25

25

25

21

4 0 Paham Tentang Struktur Organisasi

Daftar Dinas diBuat Secara Bulanan

0

0

Dinas Dibuat Secara Tersedia Daftar Pasien Tahunan Di Ruangan

Sumber: Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen di pengorganisasian.

Dari 25 perawat didapatkan 21 perawat paham

terhadap struktur organisasi. Dalam pembuatan daftar dinas seluruh perawat ruangan lebih memilih untuk dibuat secara bulanan karena memudahkan untuk mengatur waktu. Seluruh perawat menjawab ya ketika diberi pertanyaan mengenai daftar pasien meski dalam observasi daftar pasien yang dibuat dalam bentuk kecil.

64

Diagram 11.3 Pengarahan

PENGARAHAN YA 25

24

23

25

TIDAK

24

21 17

16 9

8 2

1

4 0

0

1

25

24

21

4

24 17

1213

13

1

11

8 0

1

Sumber : Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen di Pengarahan. Dari 25 perawat didapatkan 23 perawat menjawab memberikan motivasi pada sesama perawat diruangan. Sebanyak 24 perawat memberikan memberikan reinforcement positif kepada perawat saat mereka menyelesaikan tugas dengan baik. Sebelum melakukan operan rutin seluruh perawat menjawab selalu berdoa. Dari 25 perawat didapatkan 17 perawat menjawab ya dan 8 menajwab tidak dalam memanggil staf

65

secara periodic untuk diberikan feedback. Dalam hal komunikasi menurut 21 orang perawat komunikasi yang terjadi sudah efektif. Sebanyak 24 perawat menjawab ya ketika tentang kepala ruangan yang selalu mengecek kedisiplinan. Sebanyak 21 perawat menjawab ya tentang adanya punishment dalam bekerja di ruangan dengan bentuk di denda. Sebanyak 16 orang perawat menjawab kepala ruangan tidak melakukan pengawasan langsung terhadap pengelolaan pasien. Dalam penerapan manajemen konflik 13 perawat tidak mengetahui adanya hal tersebut. Sebanyak 24 perawat menjawab ya ketika diberi pertanyaan tentang pendelegasian secara rutin dan berkala. Ketika kepala ruangan cuti/libur maka perawat mendelegasikan tugasnya kepada perawat yang ditunjuk. Sebanyak 13 responden menjawab ya tentang supervise yang dilakukan secara berkala di ruangan. Sebanyak 24 perawaat di kelas 2 dan 3 melaksanakan pre dan post conference. Dalam hal manajemen sumber daya ruangan diserahkan pada Karu dan Katim.

Diagram 11.4 Pengendalian

PENGENDALIAN 30 25 20 15 10

18

18 13

12

5

10 6

6

1

6

0

YA TIDAK

Sumber: Data Primer, 2017

66

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen di Pengendalian. Dalam hal perhitungan BOR, ALOS, dan TOI di Ruangan Kelas 2 dan 3 dilakukan oleh Kepala Ruangan. Sebanyak 16 perawat menjawab ya tentang audit dokumentasi yang rutin dilakukan. Sebanyak 19 perawat menjawab Ya tentang pelaksanaan survey masalah keperawatan. Dalam hal penilaian cedera sebanyak 15 responden menjawab dilakukan setiap bulan. Sebanyak 24 perawat menjawab ya tentang survey kepuasan pasien. Suvery kepuasan pasien dilakukan ketika pasien pulang. Untuk peninalain kepuasan perawat dan kinerja dilakukan oleh Bidang SDM RS UH tetapi hasil penilaian tidak di sampaikan ke ruangan.

C. Identifikasi Masalah Hasil pendataan dilakukan identifikasi guna penyelesaian masalah melalui alternatif pemecahan masalah sesuai dengan permasalahan, sebagai berikut:

Tabel. 3 Identifikasi masalah NO

Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah Mendiskusikan tentang pengadaan buku timbang terima dengan bagian sarana dan prasarana RSUH.

Sarana dan Prasarana: 1.

Buku timbang terima tidak tersedia

Indikator keberhasilan: Tersedianya buku timbang terima

Timbang terima: Tidak tersedianya buku timbang terima

Mendiskusikan tentang pengadaan buku timbang terima dengan bagian sarana dan prasarana RSUH.

2. Indikator keberhasilan: Tersedianya buku timbang terima Bekerja sama dengan Karu untuk mengusulkan pelaksanaan Ronde Keperawatan di ruangan

Ronde Keperawatan: 3.

Pelaksanaan keperaawatan optimal

yang

ronde belum

67

4

Pengetahuan tentang Dokumentasi Keperawatan yang belum optimal

Mengadakan Keperawatan

pelatihan/workshop

mengenai

5

Supervisi keperawatan.

a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervise b. Membuat format supervisi c. Melaksanakan supervisi keperawatan

Dokumentasi

D. Analisis SWOT Hasil pendataan kemudian dilakukan analisa, sebagai berikut : Tabel 4. Analisa SWOT

NO. 1.

Indikator Ketenagaan (M1)

Analisis SWOT

RATING BOBOT

Strength 1. Terdapatnya struktur 3 organisasi yang berjalan sesuai fungsinya 3 2. Jenis ketenagaan: a. Tenaga Keperawatan : 25 orang b. Ners : 18 orang c. S1 perawat : 4 orang d. DIII Perawat 4 Umum : 3 orang 3. Adanya pelatihan perawat. Weakness 3 1. Kurangnya kebijaksanaan RS dalam memberikan beasiswa atau 3 pelatihan pendidikan keperawatan

TOTAL

0,4

1,2

0,3

0,9

0,3

1,2 Total:3,1

0,3

0,9

0,3

0,9

68

2. Masih ada perawat yang beranggapan bahwa masih sangat kurang terhadap 2 jumlah pendapatan yang diterima plus insentif 3. Ketidaksesuain jumlah perawat dengan jumlah pasien 2 Opportunity 1. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 2. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah di mana MAKP merupakan salah satu penilaian. 3. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa fakultas keperawatan dengan perawat klinik 4. Adanya kebijakan pemererintah tentang profesionalisasi perawat

0,4

0,8 Total: 2,6

0.2

0.4

3

0.3

0.9

3

0.3

0.9

2

0.2

0.4 Total:2,6

2

0,2

0,4

3

0,2

0,4

0,3

0,6

0,3

0,3 Total:1,7

Threatened 1. Adanya tuntutan tinggi dari 2 masyarakat untuk pelayanan yang lebih professional 2. Makin tingginya 1 kesadaran masyarakat akan hukum 3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 4. Persaingan RS yang semakin kuat.

69

2.

Sarana dan Internal factor prasarana Strength 1. RSUH sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan 2. Terdapat administrasi penunjang (buku injeksi, sop, buku konsul keluar, buku visite, buku observasi , buku observasi suhu dan nadi, buku pengambilan sampel darah) 3. Tersedianya nurse station 4. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan sudah ada Weakness 1. Sarana prasarana (fasilitisas dan peralatan kesehatan ) masih kurang 2. Tidak tersedianya buku timbang terima Opportunity 1. Adanya proses perbaikan sarana prasarana yang rusak dari bagian pengadaan barang 2. Adanya catatan timbang terima yang dimodifiksi perawat

4

0,2

0,8

3

0,2

0,6

4

0,3

1,2

4

0,3

1,2 Total: 3,8

2 4

4

0,5

0,5

2,4 4

3

0,6

0,4

1,2 Total:3,6

1

Treathened 2 1.

2 Total: 4

Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi 3 sarana dan prasarana.

0,5

0,5

1,5 Total: 2,5

70

2.

3

Adanya kemungkinan hilangnya catatan (kertas) yang digunakan oleh perawat mencatat keadaan pasien. Metode Inernal factor Pelaksanaan Strength 1. RS memiliki visi, Keperawatan misi, dan moto Professional sebagai acuan (M3-1) melaksanakan kegiatan pelayanan 2. Ruangan telah menerapkan model MPKP Tim 3. Terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan dengan model keperawatan yang diterapkan 4. Model keperawatan saat ini tidak memberatkan pembiayaan 5. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatana lainnya. 6. Perawat memahami mengenai model yang diterapkan diruangan 7. Telah ada tanggung jawab dan pembagian tugas berdasarkan model keperawatan

4

0,15

0,6

3

0,10

0,30

3

0,15

0,45

4

0,15

0,6

4

0,15

0,6

4

0,15

0,6

4

0,15

0,6 Total: 3,75

1

1 1 Total: 1

71

Weakness 1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan dengan maksimal dan masih memerlukan sosialisasi kepada semua tim masih kurang Eksternal Faktor Opportunity 1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang melakukan praktik manajemen keperawatan 2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisme perawat 3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MPKP Treathened

4

0,33 1,32

4

0,34 1,36

4

0,33 1,32 Total:4

1

0,33 1,32

1

1. Persaingan dengan rumah sakit swasta 1 yang semakin ketat 2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional. 3. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan cepat

0,34 1,36

0,33 1,32 Total: 4

72

4

Timbang Internal factor terima (M3Strength 2) 1. timbang terima dipimpin oleh perawat penanggung jawab pasien (PP) dan dihadiri oleh perawat yang berkepentingan (perawat associate). 2. timbang terima dilaksanakan setiap kali pergantian shift dengan tepat waktu 3. kepala ruangan melakukan evaluasi kegiatan timbang terima Weakness 1. tidak adanya buku laporan pencatatan hasil kegiatan timbang terima 2. kedua PP tidak menandatangai laporan hasil pelaksanaan kegiatan timbang terima Eksternal factor

3

0,3

0,9

4

0,4

1,6

3

0,3

0,9 Total: 3,4

4

0,5

2

4

0,5

2 Total: 4

2

0,5

1

3

0,5

1,5

Opportunity 1. adanya mahasiswa Profesi Ners yang sedang mengikuti praktek manajemen keperawatan 2. adanya kebijakan rumah sakit

Total: 2,5

3

1

3

73

tentang timbang terima

Total:3

Threat adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional 5.

Ronde Ronde keperawatan Keperawatan Internal factor (M3-3) Strength 1. Kepala ruangan mendukung 3 diadakannya ronde keperawatan 2. Banyaknya kasus 3 yang memerlukan perhatian khusus. 4 3. Ronde keperawatan dilaksanakan dalam setiap pergantian shift.

0.4

1,2

0,3

0,9

0,3

1,2 Total:3,3

Weakness 3 1. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum dilaksanakan 3 secara efektif. 2. Jumlah tenaga perawat yang belum seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien.

0,5

1,5

0,5

1,5

4

0,4

Eksternal factor

Total:3

1,6

74

Opportunity 1. Adanya pelatihan dan seminar 3 tentang manajemen keperawatan. 2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde 3 keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik.

0,6

1,8 Total: 2,4

2

0,6

1,8

0,4

0,8

Treathened

Total:2,6

1. Adanya tuntutan dari pengguna jasa kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang optimal 2. Persaingan anatara rumah sakit semakin kuat dalam pemberian pelayanan. 6

Sentralisasi obat (M3-4)

Sentralisasi Obat Internal factor Strength 1. Semua perawat mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi 2. Di ruangan tersebut ada sentralisasi obat, dibuktikan dengan adanya ruang khusus obat (depo obat)

3

0,3

0,9

4

0,3

1,2

75

3. Alur penerimaan obat di ruangan sudah tepat 4. Adanya buku injeksi/buku obat (KPO)

Weekness 1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal (sarana dan prasarana belum memadai dan ruangan yang sentralisasi yang sempit) 2. Obat yang tersedia jumlahnya masih terbatas, yang terkadang membuat pasien/keluarga pasien harus mencari sendiri di tempat lain. 3. Tidak ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien

4

0,3

1,2

4

0,1

0,4 Total:3,7

3

Treathened 1. Banyaknya tuntutan dari pasien / keluarga pasien untuk mendapatkan

1,2

4

0,4

1,6

4

0,2

0,8 Total:3,6

4 Eksternal factor Opportunity 1. Keamanan obat terjamin dan pemberian obat kepada pasien sudah sesuai dengan prinsip 7B

0,4

1

4 Total:4

3

0,5

1,5

2

0,5

1 Total:2,5

76

7.

Penerimaan pasien baru (M3-5)

pelayanan yang professional 2. Persaingan antara rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Internal factor Strength 1. Perawat bersedia melakukan PPB 2. Setiap melakukan PPB perawat melakukan pendokumentasian 3. Sudah ada pembagian tugas tentang PPB

3

0,3

0,9

4

0,5

2

3

0,2

0,6 Total :3,5

Weakness 1. Perawat dalam melakukan PPB masih kurang dalam penjelasan tentang pengenalan tenaga kesehatan, peraturan Rumah Sakit,penyakit, termasuk sentralisasi obat. Eksternal factor Opportunity 1. Adanya program pelatihan melalui FGD tentang tata cara penerimaan pasien baru. Treathened

4

1

4 Total : 4

3

1

3 Total : 3

3

0,5

1,5

1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk

77

mendapatkan pelayanan yang professional. 2. Persaingan anatara rumah sakit semakin kuat dalam pemberian pelayanan. 8.

Discharge Planning (M3-6)

3

0,5

1,5 Total: 3

Internal factor Strength 1. Perawat 4 memahami mengenai Discharge Planning 3 2. Perawat tidak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa pasien 4 Weakness 1. Belum ada pemberian brosur/leaflet saat 3 Discharge Planning 2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga 4 Ekternal Faktor Opportunity 3 1. Discharge planning dilakukan secara lisan dan tertulis 2. Adanya mahasiswa S1 4 Keperawatan yang melakukan

0,6

2,4

0,4

1,2 Total:3,6

0,75

3

0,25

0,75, Total: 3,75

0,75 3 0,25 0,75 Total:3,75 1 4

78

praktek keperawatan. Treathened Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang professional.

9.

Dokumentasi Internal factor keperawatan Strength 1. Tersedianya sarana (M3-7) dan prasarana dokumentasi (sarana administrasi penunjang). 2. Sistem pendokumentasian keperawatan terintegrasi. 3. Kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat. 4. Format pendokumentasian yang digunakan memudahkan pengkajian 5. Perawat melakukan pendokumentasian tepat waktu Weakness 1. Perawat belum memahami model pendokumentasian keperawatan Ekternal Faktor Opportunity

2

0,1

0,2

4

0,1

0,4

3

0,3

0,9

3

0,2

0,6

3

0,3

0,9 Total:3

4

1

4

4

79

1. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengembangan SDM) 2. Adanya mahasiswa profesi keperawatan yang praktek manajemen untuk mengembangkan sistem dokumentasi

1

4

1

4

4

Total:8

3 1

3

Treathened Total:3 Tuntutan pasien dan keluarga untuk mendapatkan perawatan yang professional 10

Supervisi (M3-8)

Supervisi Internal factor Strength 1. Kepala ruangan mendukung untuk pelaksaan supervisi yang rutin dan terjadwal 2. Perawat mengerti memahami supervise

4

0,75

3

3

0.25

0,75 Total:3,75

Weakness 1. Supervisi belum terstruktur dan belum terjadwal secara terstruktur 2. Belum ada dokumentasi supervisi yang jelas 3. Belum ada format baku untuk

4

0,5

2

3

0,25

0,75

3

0,25

0.75 Total:3.5

80

supervisi tindakan

setiap

Eksternal Faktor Opportunity 1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktek manajemen untuk mengembangkan system dokumentasi 2. Adanya reward dalam bentuk pelatihan, sekolah, maupun jasa bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik 3. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik 4. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk daftar penilaian prestasi pegawai

3

0,15

0,45

4

0,35

1,5

3

0,2

0,6

4

0,3

1,2 Total:3,75

3

0,3

0,9

4

0,5

2

3

0,2

0,6

Treathened 1. Tingkat kesadaran (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat 2. Tuntutan pasien untuk mendapatkan

Total:3,5

81

pelayanan yang prima dan profesional 3. Persaingan rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan

E. Perencanaan (Planning of Action)

Tabel 4. Planning of Action (POA) NO 1

2

MASALAH

TUJUAN

RENCANA TINDAKAN

Sarana dan prasarana rumah sakit sudah cukup memadai namun belum tersedianya buku timbang terima

Untuk menyelenggarak an pelayanan asuhan keperawatan yang berkesinambung an serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Mengusulkan pengadaan buku timbang terima.

Tidak adanya buku pencatatan hasil laporan timbang terima

Untuk memudahkan perawat dalam pendokumentasi an hasil laporan timbang terima

Pengadaan buku catatan hasil timbang terima

SASARAN

WAKTU

P. JAWAB

Kayan, ketua tim dan perawat pelaksana ruang perawatan Lantai 4 Perawatan kelas 2&3 RSUH

Desy Sukmawati

Kepala ruangan perawat

Milka Maramba,

Ayu nengsi Tarra

dan

Rusnayanti

82

3

4

5

6

Discharge planning, format discharge planning telah ada namun waktu pengisiannya belum tepat

Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan Discharge planning keperawatan

a. Telaah discharge planning b. Membuat rencana discharge planning c. Membuat leaflet d. Memberikan konseling kolaborasi perawat e. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan kondisi pasien f. Menyediakan format discharge planning g. Mendokumentasikan discharge planning

perawat pelaksana ruang perawatan Kelas 2 & 3

Yulianti Yunus,

Dokumentasi keperawatan

Mampu melaksanakan dokumentasi keperawatan sesuai format yang baik

a. Telaah dokumentasi yang sudah dilakukan b. Telaah lembar dokumentasi terintegrasi c. Perbandingan macammacam pendokumentasian d. Telaah tata cara pengisisan pendokumentasian keperawatan a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi b. Membuat format supervisi c. Melaksanakan supervisi keperawatan

Katim dan perawat pelaksana

Dian Ekawati Uspa,

Kepala Ruang Perawatan

Reni Handayani, Ardiya Nikmat

Bekerja sama Karu, Ka. Tim dan perawat ruangan untuk menerapkan pelaksanaan ronde keperawatan pada ruangan Kelas 2 dan 3 meliputi:

Karu, perawat pelaksana

LM Suyatno

Supervisi keperawatan belum efektif, belum ada format baku supervisi serta belum ada instrument supervisi yang lengkap . Ronde keperawatan belum dilaksanakan dengan baik

Mampu menjalankan supervisi secara optimal

Ronde keperawatan terlaksana dengan optimal sesuai prosedur

M

Syahraeni Abdullah

Nur Aisyah

a. Menentukan pasien untuk ronde keperawatan (PraRonde) b. Mempersiapkan ronde keperawatan c. Melaksanakan ronde keperawatan (stategi dan materi (Ronde) d. Dokumentasi ronde (Pasca Ronde)

83

84

Related Documents

3bab 1-3.docx
April 2020 11

More Documents from "Syamsuryadi Adhe"