361165882-asuhan-keperawatan-ca-kolorektal2222.docx

  • Uploaded by: Anonymous qoR2mlz
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 361165882-asuhan-keperawatan-ca-kolorektal2222.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,280
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria. Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut : Asendens

: 25%

Transversa

: 10%

Desendens

: 15%

Sigmoid

: 20 %

Rectum

: 30 %

Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap 1

tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan colorectal cancer. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep teori dari colorectal cancer? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan colorectal cancer? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan dengan gangguan colorectal cancer. 2. Tujuan Khusus a.

Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer.

b.

Mengetahui dan memahami klasifikasi colorectal cancer

c.

Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer.

d.

Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan colorectal cancer.

e.

Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer.

f.

Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer.

g.

Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer.

h.

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan colorectal cancer.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Colorectal Cancer Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006). Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). B. Klasifikasi 1.

A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

2.

B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

3.

B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

4.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah.

5.

C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.

6.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

3

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1.

Tipe menonjol Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.

2.

Tipe ulseratif Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.

3.

Tipe infiltrative Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

C. Etiologi Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko & faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah : 1. Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di

4

indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal. 2. Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda. 3. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis. 4. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buahbuahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. 5. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik. 6. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah. 7. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon. 8. Gaya hidup, merokok, Obesitas. 9. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum 10. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. 11. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas. D. Manifestasi Klinis Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

5

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000). Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut : 1.

Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.

2.

Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum.

3.

Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir.

4.

Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.

6

E. Patofisiologi Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati ). Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : 1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. 2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. 4. Penyebaran secara transperitoneal 5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan

7

ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177) F. Stadium pada Colorectal Cancer 1. Stadium A: kedalaman invasi kanker belum menembus tunika muskularis, tak ada metastasis kelenjar limfe. 2. Stadium B: kanker sudah menembus tunika muskularis dalam, dapat menginvasi tunika serosa, di luar serosa atau jaringan perirektal, tapi tak ada metastasis kelenjar limfe. 3. Stadium C: kanker disertai metastasis ke kelenjar limfe. Menurut lokasi kelenjar limfe yang terkena di bagi menjadi stadium C1 dan C2. C1; kanker disertai metastasis kelenjar limfe samping usus dan mesenterium, C2; kanker di sertai metastasis kelenjar limfe di pangkal arteri mesenterium. 4. Stadium D: kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas local atau metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin kuratif atau nonresektabel. G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Endoskopi Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. 8

2. Radiologis Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru. 3. Ultrasonografi (USG). Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digun akan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati. 4. Histopatologi. Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. 5. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. 6. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat. 7. Barium Enema Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.

H. Penatalaksanaan 1. Pembedahan (Operasi) Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif 9

atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) : 1.

Reseksi segmental dengan anastomosis.

2.

Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent.

3.

Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis lanjut dari kolostomi permanen atau ileostomi.

4.

Pembedahan Reseksi. Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya

diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal. 1. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini 10

dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara). 2. Penyinaran (Radioterapi) Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan. 3. Kemoterapi Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan derajat kanker. 4. Diet a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) 11

c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. 5. Keperawatan a. Dukungan adaptasi dan kemandirian. b. Meningkatkan kenyamanan. c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. d. Mencegah komplikasi. e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 6. Pencegahan Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : a. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. b. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu. c. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin. d. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus e. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar. f. Hidup rileks dan kurangi stress.

I. Komplikasi Pada pasien dengan kanker kolon yaitu: 1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. 2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung. 3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi. 12

4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. 5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh Anamnesa 1. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat. 2. Riwayat kesehatan: Adanya nyeri abdomen dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola eliminasi dahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. 3. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terai obat saat ini. Kebiasaan diet mencakup masukan lemak dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. 4. Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan masa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengang makan atau defekasi), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan 14

lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah. B. DIAGNOSA Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif kanker kolon (Wilkinson, 2006 : 621) meliputi: 1.

Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal.

2.

Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..

3.

PK. Perdarahan

4.

Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

C. Intervensi DIAGNOSA

TUJUAN

Perubahan

Setelah dilakukan

eliminasi alvi

asuhan keperawatan

warna dan

tindakan dependent

berhubungan

3x24 jam pola defekasi

konsistensi

perawat dalam

dengan

pasien normal kembali

feses, frekuensi,

memberikan

penurunan

(2x1hari)

keluarnya

bantuan defekasi

asupan cairan

Dengan kriteria hasil

flatus, bising

kepada klien.

dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal

PERENCANAAN 1. Observasi

usus dan nyeri

1. bentuk feses lonjong dan lunak,

terkan abdomen 2. Ajarkan klien

2. nyeri saat defekasi berkurang skala: 3-4

1. merupakan

2. Penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan

dalam bantuan

memudahkan

eleminasi

rencana

defekasi.

selanjutnya.

3. Anjurkan klien

15

RASIONAL

3. Keadaan ini dapat

untuk

menjadi penyebab

menghindari

kelemahan otot

mengejan

abdomen dan

selama

penurunan

defekasi.

peristaltic usus,

4. Observasi

yang dapat

bisingusus dan

menyebakan

peristaltic perut

konstipasi.

klien 5. Konsultasikan

4. Mengetahui dengan jelas factor

pada ahli gizi

penyebab

untuk

memudahkan

meningkatkan

pilihan intervensi

serat dan cairan

yang tepat.

dalam diet. 6. Konsultasikan

5. Akan meningkatkan pola

dengan dokter

defekasi yang

untuk

optimal.

memberikan

6. Mencegah terjadi

bantuan

perubahan tanda

eleminasi,

vital, sakit kepala

seperti : diet,

atau perdarahan.

pelembut feses, enema dan laksatif. Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

1. Observasi

1. Dengan cara

asuhan keperawatan

metastase

palpasi dapat

dengan

3x24 jam resiko infeksi

peyebaran ca ke

diketahui

perdarahan

dan metastase ke organ

organ lain dengan

metastase ca dan

tonjolan CA.

lain tidak cepat dan

cara palpasi ke

dapat segera di

mungkin hilang

daerah purutt

tangani

Risiko infeksi

Setelah dilakukan

berhubungn

sekitar kolon 16

2. Untuk mengetahui

Dengan kriteria hasil :

2. Observasi bising

fungsi organ

proses penyebaran

usus dan peristalaik

apakah ada

infeksi dan metastase

pasien

penurunan atau

ke organ lain tidak ada

3. Kolaborasi dengan dokter untuk

tidak 3. Untuk

memberikan

menanggulangi/me

kortikosteroid

ngurangi resiko

4. Kolaborasi dengan dokter untuk

inflamasi kolon 4. Untuk mengetahui

melakukan usg dan

,metastase ca ke

ct-scan

organ-organ lain

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

sekitar kolan 5. Untuk membunuh

pemberian

kuman dan bakteri

antibiaotik

dari darah yang pecah pado masa kolan

PK Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan

1. Posisikan klien 2.

selama 2x24 jam Perdarahan terhenti

1. Melena tidak terjadi 2. Hemate mesis tidak terjadi

Pantau tanda-tanda

nyaman selama klien

vital

dalam proses

3. Batasi aktivitas klien

Dengna kriteria hasil 4.

1. Memberikan posisi

perawatan 2. Perkembangan tanda-

Membantu dan

tanda vital akan

melayani klien

menentukan pola

dalam hal

intervensi selanjutnya.

penggunaan Diapers 5. Kolaborasi rehidrasi kumbah lambung

17

3. Meningkatkan keadekuatan tubuh klien 4. Mengatasi melena dengan konsentrasi

6. PK. Kolaborasi:

darah berlebihan tanpa tahanan sfingter

1. Kolaborasi

5. Membantu

denngan dokter dalam pemberian

mengurangi

transamin (obat

hematemesis

penghenti

6. PK kolaborasi:

perdarahan) 2. Kolaborasi gengan

1. Untuk menghentikan perdarahan sehingga

dokter untuk

melena dan

dilakukan

hematemesis dapat

pembedahan

berhenti

3. Kolaborasi denan

2. Untuk mengambil

dokter untuk

tumor dan untuk

transfuse darah

menutup lesi pada kolom 3. Untuk mengganti darah yang telah keluar agar pasien tidak anemi

Setelah dilakukan

berhubungan

tindak keperawatan

secara reguler, catat

mengenai

dengan proses

selama 3x24 jam Pasien

karakteristik, lokasi

kebutuhan/efektivita

penyakit

mengatakan bahwa rasa

dan intensiitas (0-

s intervensi.

nyeri telah terkontrol

10)

atau hilang

1. Monitor rasa sakit

1. Sediakan informasi

Nyeri

2. Kaji tanda-tanda

2. Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui

Dengan kriteria hasil :

vital, perhatikan

dan/atau persiapan

Pasien tampak rileks,

takikardia,

inadekuat (misalnya

dapat beristirahat/tidur

hipertensi dan

apendikstomi

dan melakukan

peningkatan

darurat) dapat

pergerakkan yang

pernapasan, bahkan

memperburuk

18

berarti sesuai toleransi.

jika pasien

persepsi pasien akan

menyangkal adanya

rasa sakit.

rasa sakit.

3. Dapat

3. Berikan informasi

mengindikasikan

mengenai sifat

rasa sakit akut dan

ketidaknyamanan,

ketidaknyamanan.

sesuai kebutuhan.

4. Pahami penyebab

4. Lakukan reposisi

ketidaknyamanan,

sesuai petunjuk,

sebagai langkah

misalnya semi –

pemberian teknik

Fowler ; miring.

pengalihan nyeri /

5. Observasi efek analgetik 6. Kolaborasi,

relaksasi Mungkin mengurangi rasa sakit dan

pemberian analgetik

meningkatkan

IV sesuai

sirkulasi. Posisi

kebutuhan.

semi – Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal. 5. Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efekefek sinergistik dengan zat-zat

19

anastesi. 6.

Analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa saki, menimbulkan penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis kecil.

D. EVALUASI 1.

Mempertahankan eliminasi usus adekuat

2.

Mengalami sedikit nyeri

3.

Meningkatkan toleransi aktivitas

4.

Mencapai tingkat nutrisi optimal

5.

Makan diet tinggi serat, rendah protein, dan rendah kalori

6.

Kram abdomen berkurang

7.

Keseimbangan cairan tercapai

8.

Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual

9.

Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam

10.

Mengalami penurunan ansietas

11.

Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas

12.

Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres

13.

Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah dan perawatan diri setelah pulang

14.

Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif

15.

Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi

16.

Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomal

17.

Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal

18.

Tidak mengalami komplikasi

19.

Menggunakan antibiotik oral sesuai resep 20

20.

Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus

21.

Tidak demam

22.

Bising usus ada

23.

Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun

24.

Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan

21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan colorectal cancer.

22

DAFTAR PUSTAKA Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo Flyfreeforhelp.2010.(online). _______2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses pada tanggal 15 November 2010 _______2010.(online).http://www.soft-ko.co.cc/2010/10/colorectal cancer_06.html. diakses pada tanggal 19 November 2010 Kusuma. 2009. Askep Carsinoma. http://kusuma.blog.friendster.com/tag/kanker/, di akses tanggal 29 Desember 2010.

23

More Documents from "Anonymous qoR2mlz"