33826436-praktikum-ed50final.docx

  • Uploaded by: Ambarsari Hamidah
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 33826436-praktikum-ed50final.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,539
  • Pages: 9
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ED50

OLEH : KELOMPOK I I Nyoman Yudi Kurniawan

(0808505029)

Wayan Ria Medisina

(0808505030)

I Gede Dwija Bawa Temaja

(0808505031)

Rico Pramana Sugiarto

(0808505032)

Made Adi Wira Darma

(0808505033)

Arry Andi Yastawa

(0808505034)

Sang Made Teguh Sanjaya

(0808505035)

I.B.P. Dharma Santosa

(0808505036)

Ketut Gegel Yoga W

(0808505037)

I Gusti Ketut Kusuma

(0808505038)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA 2010

PRAKTIKUM ED50

I. Tujuan Praktikum 

Untuk mengetahui efek pemberian diazepam pada hewan coba.



Untuk mengetahui manfaat ED50.



Untuk mengetahui nilai ED50 diazepam yang diberikan pada hewan coba.



Untuk mengetahui nilai ED50 95% diazepam pada hewan coba.

II. Dasar Teori Tujuan dari terapeutik adalah mencapai efek terapi yang diinginkan dengan efek merugikan yang minimal. Seorang dokter harus mengetahui potensi farmakologik relatif dan efikasi maksimal dari obat-obatan dalam hubungannya dengan efek terapeutik yang diinginkan untuk memilih di antara banyak obat dan menentukan dosis yang tepat dari suatu obat. Dosis terapi yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu atau binatang percobaan disebut dosis terapi median/ median lethal dose (LD50) ialah dosis kematian pada 50% individu atau bianatang percobaan. Dalam studi farmakodinamik di laboratorium. indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio sebagai berikut : Indeks Terapi : LD50/ED50 (Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK Universitas Udayana, 2010) Dalam praktikum ini, yang digunakan sebagai obat uji adalah Diazepam. Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain valium. Indikasinya sebagai obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang. Efek sampingnya, pada pemakaian kronik dapat menimbulkan ketergantungan jiwa dan raga, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan reaksi.(Anonim, 2010) ED50 dan LD50 paling banyak digunakan sebagai ukuran dosis efektif dan dosis toksis karena dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit variasinya dibanding dengan ukuran lainnya, seperti ED99, LD99, dan lain-lain (gambarn grafiknya akan lebih

mendatar, sedangkan ED50 dan LD50 merupakan titik pada garis yang paling menanjak). Konsep hubungan toksisitas dengan keefektifan obat ini penting dalam klinis, yaitu dapat digunakan sebagai pedoman seberapa besar dosis dapat diberikan tanpa menimbulkan efek toksis.

Dari kurva dosis kerja dapat ditentukan tetapan-tetapan obat yang penting yaitu ED50 yang sering dikemukakan (dosis effective 50) adalah dosis yang menyebabkan dicapainya separuh (50%) efek. Sesuai dengan itu ED95 adalah dosis yang menyebabkan 95% efek dicapai. Angka ED95 dan ED50 yang dibutuhkan untuk penentuan luas terapeutik sulit ditentukan secara tepat dari kurva yang berbentuk S, karena kemiringan kurva dari bagian ini sangat kecil. Dalam toksikologi jumlah dosis yang menyebabkan 50% dari populasi menunjukan respon dan jumlah dosis yang menyebabkan 50% individu memberikan reaksi (respon) digunakan sebagai besaran aktifasi, misalnya saja ED50 (Effective dose)

dan LD50 (Lethal dose) dari suatu xenobiotika uji. Besaran aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang diperoleh secara statistika. Ini merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan estimasi yang paling baik dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50% individu uji, karena selalu disertai dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya, seperti probabilitas kisaran nilainya.

Gambar 1. Struktur Diazepam Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam. Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya (Anonim, 2008). Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia (kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari diazepam (Anonim, 2008). Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang. (Anonim,2008).

III.

ALAT DAN BAHAN -

Spuit injeksi 1cc

-

Bak plastik beserta tutupnya

-

Alat penghitung waktu

-

Mencit 16 ekor

-

Diazepam berbagai konsentrasi (0,156 mg/cc, 0,312 mg/cc, 0,625 mg/cc, dan 1,25 mg/cc)

IV.

CARA KERJA 1. Ambil mencit dari bak penampungnya degan cara menarik ekornya 2. Taruh di atas jarring kawat, lalu pegang ekornya dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan memegang kepala bagian belakangnya. 3. Setelah mencit dipegang dengan baik, injeksikan diazepam sebanyak 0,5cc secara intaperitonial. 4. Beri tanda mencit yang sudah diberi perlakuan 5. Lakukan langkah tersebut pada mencit yang lain hingga semua mencit mendapat perlakuan 6. Tunggu selama sepuluh menit, lalu evaluasi keadaan mencit selama 30 menit apakah mencit tertidur atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan cara meletakkan mencit di atas jarring kawat lalu miringkan, jika mencitnya jatuh atau tidak bisa mencengkram jaring kawat dengan erat berarti mencit sudah tidur. 7. Catat hasil pengamatan.

V.

HASIL PENGAMATAN

Mencit

Kelompok Dosis Kelompok Dosis Kelompok Dosis Kelompok Dosis I

II

III

IV

I

1

1

1

1

II

1

1

1

1

III

1

1

1

1

IV

1

0

0

0

Jumlah

4

3

3

3

Keterangan:

0 = mencit sadar penuh/ tidak tidur 1 = mencit tidur

VI.

PERHITUNGAN A. Menghitung Nilai ED50 Nilai ED50 dapat dihitung dengan menggunakan rumus Log ED50

= Log D + d (f+1) = Log 0,156 + 0,3010 (0,00000+1) = - 0,8069 + 0,3010 = - 0,5059

ED50

= 0,312

B. Menghitung Nilai ED50 95% Log ED50 95% = Log m + 2 α log m = Log ED50 + 2 d δ f (nilai δ f dapat dicari dalam tabel) = Log 0,312 + 2 [(log 2) x 2] = Log 0,312 + 1,204 ED50 95% = 0,312 + 15,995

VII.

PEMBAHASAN Dalam praktikum ini, yang digunakan sebagai obat uji adalah Diazepam. Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain valium. Indikasinya sebagai obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang.

Efek

sampingnya,

pada

pemakaian

kronik

dapat

menimbulkan

ketergantungan jiwa dan raga, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan reaksi. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ED50 dan ED50 95% diazepam pada mencit, dimana mekanisme diazepam yaitu berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik benzodiazepin di neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam Sistem Syaraf Pusat (SSP). Injeksi diazepam yang digunakan merupakan larutan steril diazepam dalam pelarut yang sesuai. Dalam studi farmakodinamik, indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio sebagai berikut: INDEKS TERAPI = LD50/ED50 Pada praktikum ini, diazepam yang digunakan dibagi dalam empat kelompok dosis yang berbeda yaitu 1,25 mg/cc, 0,625 mg/cc, 0,312 mg/cc, dan 0,156 mg/cc. Masing-masing dosis tersebut diinjeksikan pada empat ekor mencit sebanyak 0,5 cc. Injeksi diazepam dilakukan pada daerah peritoneal karena pada daerah tersebut terjadi penyerapan obat yang besar. Berdasarkan hasil pengamatan setelah 15 menit, mencit diinjeksikan diazepam 0,5 cc dengan dosis 1,25 mg/cc tiga mencit tertidur. Dan 0,625 mg/cc menunjukkan tiga mencit saja yang tertidur. Pemberian injeksi diazepam dengan dosis 0,312 mg/cc menyebabkan

tiga mencit tertidur.

Dengan dosis terkecil yaitu 0, 156 mg setelah 15 menit semua mencit tertidur. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh median effective dose ( ED50) dari diazepam pada hewan coba sebesar 0,312 mg/cc. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 0,312 mg/cc mampu memberikan efek terapi pada 50% hewan coba. Sedangkan ED50 95% diperoleh sebesar 0,312 + 15,995 mg/cc. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 0,312 + 15,995 mg/cc adalah dosis yang dapat menyebabkan 95% efek dicapai. Selisih ini tidak mungkin terjadi karena kemungkinan akan terjadi dosis letal.

Kemungkinan besar hal ini terjadi karena perolehan data pada saat melakukan praktikum menyimpang. Dalam praktikum yang dilakukan terdapat beberapa mencit mati sehingga pada perhitungan data menjadi tidak valid. Kesalahan yang mungkin terjadi yaitu karena tidak tepatnya penginjeksian obat pada daerah injeksi, pada saat penginjeksian obat yang diinjeksikan banyak yang tumpah sehingga dosis yang mencapai sirkulasi sistemik menjadi berkurang untuk menimbulkan efek. ED50 menunjukkan dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu atau binatang percobaan, sedangkan LD50 (dosis letal median) adalah dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu atau binatang percobaan. Efek diazepam hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi atau ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Keberhasilan terapi obat selama periode tertentu bergantung pada pencapaian konsentrasi zat berkhasiat yang terletak pada daerah konsentrasi terapeutik. Percobaan-percobaan untuk menunjukkan hubungan dosis-aktivitas dilakukan pada pengembangan obat, baik dalam fase preklinik maupun dalam fase klinik.

VIII. KESIMPULAN -

Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek sedatif-hipnotikum.

-

ED50 digunakan sebagai ukuran dosis efektif dan dosis toksis karena dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit variasinya dibanding dengan ukuran lainnya, seperti ED99, LD99, dan lain-lain.

-

Dosis yang paling efektif untuk membuat mencit tersebut tertidur adalah 0,312 mg/cc.

-

ED50 95% didapatkan hasil sebesar 0,312 + 15,995.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Anonim. 2008. Obat Diazepam (Valium). http://www.wartamedika.com/2008/02/obat-diazepamvalium.html. Diakses 30 Juni 2010. Anonim.2010. Diazepam. http://id.wikipedia.org/wiki/Diazepam. Diakses 30 Juni 2010.

Katzung, Betram G.2002.Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: salemba Medika

Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK Universitas Udayana. 2010. Penuntun Praktikum Farmakologi. Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Sunaryo. 2004. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wirasuta, I. M. A. G., R. Niruri. 2007. Toksikologi Umum. Jurusan Farmasi F MIPA UNUD: Bukit Jimbaran.

More Documents from "Ambarsari Hamidah"